Geologi Daerah Air Batu Dan Bedeng Rejo
Geologi Daerah Air Batu Dan Bedeng Rejo
KABUPATEN MERANGIN
JAMBI
Oleh :
i
GEOLOGI DAERAH AIR BATU DAN BEDENG REJO
KABUPATEN MERANGIN
JAMBI
Oleh :
Menyetujui,
Tim Dosen
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Kuliah Lapangan 1 tepat pada waktunya. Ucapan rasa hormat, bangga dan
terimakasih penulis juga sampaikan kepada orangtua yang selalu mendoakan dan
mendukung penulis dari awal kuliah lapangan 1 dilaksanakan hingga pembuatan
laporan ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan, demi kesempurnan penulisan laporan selanjutnya.
iv
SARI
v
Daftar Isi
Halaman Judul ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
Halaman Pengesahan........................................................... Error! Bookmark not defined.
Halaman Persembahan ................................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................................ iv
Sari ..................................................................................................................................... v
Daftar Gambar ................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ................................................................................................................... viii
Daftar Lampiran .............................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian .................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 4
2.1 Metodologi Penelitian ............................................................................................. 4
2.2 Studi Pustaka........................................................................................................... 4
2.3 Analisis Data ............................................................................................................ 5
2.4 Hasil Penelitian........................................................................................................ 5
BAB III GEOLOGI REGIONAL.................................................................................... 7
3.1 Fisiografi Regional .................................................................................................. 7
3.2 Geomorfologi Regional ........................................................................................... 7
3.3 Stratigrafi Regional ................................................................................................ 9
3.4 Strktur Geologi Regional...................................................................................... 14
BAB IV GEOLOGI DAERAH TELITIAN .................................................................. 16
4.1Geomorfologi Daerah Telitian .............................................................................. 16
4.2 Stratigrafi Daerah Penelitian ............................................................................... 19
4.3 Strktur Geologi daerah Telitian .......................................................................... 20
BAB V POTENSI GEOLOGI........................................................................................ 25
5.1 Potensi Positif .................................................................................................. 25
5.2 Potensi Negatif ................................................................................................. 25
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 27
vi
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Peta Lokasi Pemetaan Geologi 1 Dalam Kawasan Geopark Merangin
Gambar 2.1. Kenampakan morfologi area Jeram Ladeh
Gambar 2.2. Xenolith basalt pada satuan batuan granodiorit
Gambar 2.3. Kenampakan Fosil Araucaryoxylon diseberang sungai Batang
Merangin
Gambar 3.1. Peta geologi kawasan Mengkarang (Suwarna drr. 1998)
Gambar 4.1. Kenampakan morfologi di lapangan yaitu subsatuan geomorfik
bentuklahan bukit struktural (S2)
Gambar 4.2. Kenampakan morfologi di lapangan yaitu subsatuan geomorfik
bentuklahan lembah struktural (S2)
Gambar 4.3. Kenampakan morfologi di lapangan yaitu subsatuan geomorfik tubuh
sungai (F1)
Gambar 4.4. satuan batupasir formasi mengkarang
Gambar 4.5. Struktur lipatan di daerah penilitian
Gambar 4.6. Struktur perlapisan di daerah penilitian
Gambar 4.7. Analisis kekar dengan Diagram Kipas
Gambar 4.8. Analisis sesar dengan Stereonet
vii
Daftar Tabel
viii
Daftar Lampiran
Peta Geomorfologi
Peta Lintasan
Tabel MS
Lintasan MS
Profil Penampang Stratigrafi
Deskripsi batuan
Deskripsi LP
Pengukuran Struktur
Photo Kelompok
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian Kuliah Lapangan Satu ini adalah mampu
mengaplikasikan teori dan materi yang didapatkan di bangku perkuliahan pada
aplikasi di lapangan maupun di Dunia kerja.
Tujuan dari kegiatan Kuliah Lapangan satu ini adalah Mahasiswa diharapkan
mampu melakukan pemetaan dengan membuat peta berupa : Peta Lokasi
Pengamatan, Peta Geomorfologi, peta Geologi serta mampu mengetahui Potensi
Geologi daerah penelitian.
Gambar 1.1. Peta Lokasi Pemetaan Geologi 1 Dalam Kawasan Geopark Merangin
2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti dalam melakukan pemetaan ini memiliki batasan ruang lingkup secara
wilayah, dan materi. Secara wilayah peneliti hanya melakukan pemetaan di lokasi
yang sudah ditetapkan, yang secara geografis terletak antara02° 09’ 00’’ - 02° 09’
43,4’’ LS dan 102° 09’ 00’’ - 102° 09’ 58,2’’ BT. Secara administratif terletak
pada lokasi Teluk Gedang yang termasuk dalam situs geologi kawasan Geopark
Merangin Jambi yang berada pada Kecamatan , Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi. Peneliti secara materi hanya melakukan penelitian tentang geologi daerah
setempat yang meliputi stratigrafi, struktur geologi, dan geomorfologi.
3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
4
b. Anonim. 2015. Panduan Lapangan Geologi Struktur dan Stratigrafi
Geopark Merangin. Universitas Jambi.
c. Anonim. 2007. Buku Panduan Praktikum Geomorphology. UPN
“Veteran” Yogyakarta.
a. Analisis bentuklahan
Menurut Ver Stappen (1985) terdapat beberapa aspek utama dalam analisa
pemetaan geomorfologi. Yang terdapat di daerah pemetaan antara lain;
Morfologi
- Morfografi
- Morfometri
Morfogenesa
- Morfostruktur
- Morfodinamik
b. Pengukuran MS
MS (Measure Section) didapat dengan cara melakukan pengukuran di
lapangan, dan pembuatan tabel atau kolom dengan menggunakan corel
draw.
c. Pengukuran Profil
Profi dapat dilakukan dengan pengukuran di lapangan dan analisa atau
pembuatan tabel menggunakan corel draw.
5
2.4.2 Peta Geomorfologi
6
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
1. Daerah rendah dan perbukitan lemah 0.0 – 1.000 m, berada di wilayah timur
sampai tengah, terdapat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, bagian timur
Kabupaten Sarolangun dan bagian selatan Kabupaten Merangin
7
2. Daerah perbukitan sedang sampai kuat 1.000-2.000 m, pada wilayah tengah,
terdapat di Kabupaten Bungo, bagian barat Kabupaten Sarolangun, serta bagian
selatan dan barat Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Kerinci.
Pada dataran rendah didominasi oleh tanah-tanah yang penuh air dan rentan
terhadap banjir pasang surut serta banyaknya sungai besar dan kecil yang
melewati wilayah ini. Wilayah ini didominasi jenis tanah clay humus rendah dan
andosol yang bergambut. Daya dukung lahan terhadap pengembangan wilayah
sangat rendah sehingga membutuhkan input teknologi dalam pengembangannya.
Di bagian tengah didominasi jenis tanah podsolik merah kuning yang
kesuburannya relatif rendah. Daya dukung lahan cukup baik terutama pada lahan
kering dan sangat potensial untuk pengembangan tanaman keras dan perkebunan.
Pada bagian barat didominasi dataran tinggi lahan kering yang berbukit - bukit.
Wilayah ini didominasi oleh jenis tanah latosol dan andosol.
8
3.3 Stratigrafi Regional
Dilihat dari stratigrafi regionalnya daerah pemetaan geologi 1 berada di dalam
lembar Peta Geologi Regional Sarolangun (Bangko).
Pada gambar di bawah memperlihatkan bahwa satuan batuan tertua di
kawasan ini adalah Formasi Mengkarang (Pm) yang menjari dan ditindih secara
selaras oleh Formasi Telukwang (Pt) yang berumur Perem Awal-Tengah. 9iorite
barat dari wilayah kajian, Formasi Mengkarang dan Telukwang ini menjemari
dengan Formasi Palepat. Formasi Mengkarang tersusun oleh batuan sedimen
klastika halus-kasar bersisipan batuan klastika gunungapi dan batuan karbonat,
sedangkan Formasi Telukwang berupa batuan sedimen klastika kasar dengan
anggota batugamping. Sementara itu, Formasi Palepat terdiri atas batuan
gunungapi dengan sisipan batuan sedimen klastika halus-kasar dan batugamping.
Batuan berumur Perem tersebut yang diterobos oleh granit horenblenda
berumur Trias Akhir – awal Jura, memperlihatan kontak tektonik dengan Formasi
Asai (Ja) berumur Jura Tengah yang berupa batuan sedimen-meta dengan sisipan
batugamping dan Formasi Peneta (KJp) berumur Jura Akhir – Kapur Awal, yang
tersusun oleh runtunan batuan sedimen klastika halus-kasar dan sisipan
batugamping, umumnya termalihkan derajat rendah.
Runtunan batuan sedimen Pratersier tersebut telah mengalami proses ubahan
dan pemalihan tingkat rendah. Meskipun demikian, struktur sedimen masih
terlihat jelas; dan juga kandungan fosil fauna dan flora yang dapat dipakai sebagai
penentu umur. Lingkungan pengendapannya berkisar dari lingkungan darat
sampai laut dangkal.
Selanjutnya batuan berumur Tersier yang tersingkap adalah Formasi
Muaraenim berumur Mio-Pliosen (Tmpm) hadir secara setempat, dan Formasi
Kasai QTk) berumur Plio-Plistosen yang penyebarannya cukup luas.
9
3.3.1 Formasi Mengkarang
Satuan batuan ini berupa perselingan batupasir, batulanau, batulempung,
serpih, tuf, dan konglomerat; umumnya tekersikkan; serta sisipan batugamping
dan batubara. Batupasir, kelabu terang-gelap, berbutir halus-kasar, membundar
tanggung dan terpilah buruk, tebal setiap lapisan antara 0,5 – 2,5 m. Kuarsa,
10iorite10, lempung, kalsit, dan klorit merupakan komponen utama batupasir,
dengan massa dasar lempung, 10iorite10 dan kalsit.
Batulanau, kelabu gelap, tufan, agak pasiran, mengandung fosil tumbuhan,
tebal lapisan antara 0,2 – 3,0 m, berlapis kurang baik – baik. Batulempung, kelabu
kecoklatan – kehijauan. Serpih, kelabu gelap kehitaman, berlapis baik,
mengandung fosil brakhiopoda dan tumbuhan; tebal setiap lapisan 1 – 15 m,
setempat mengandung lapisan batubara tipis-tipis. Tuf, kelabu gelap, bersusunan
basa – asam; klastika, setempat berselingan dengan batugamping dan sisipan
batubara setebal 15 cm; berlapis baik; terdapat juga kepingan kayu tekersikkan
dan Stigmaria; tebal lapisan tuf ini berkisar dari 0,5 – 1,5 m. Konglomerat, aneka
bahan, kelabu kehijuan dan kecoklatan; komponen yang berukuran 0,5 – 20 cm
dominan terdiri atas batuan gunungapi (basal dan trakhit), serpih, batupasir halus,
dan granit; setempat berselingan dengan tuf bersusunan dasit; tebal runtunan 0,15
– 10 m.
Batugamping, jenis wackestone, kelabu gelap kehitaman, sebagai sisipan
dalam serpih, setempat dolomitan, termalihkan lemah, terlipat kuat, berselingan
dengan tuf basa. Fosil yang terkandung adalah Fusulina, Fusulinella, Bellerophon,
Pseudoschwagerina meranginensis Thompson, Schwagerina rutschi Thompson,
dan Bivalvia. Selain itu ditemukan pula fosil ganggang, ganggang-pseudo,
foraminifera kecil, fusulinoid, iorite yang menunjukkan umur Asselian (Perem
Awal) (Beauvais drr., 1984). Dapat disimpulkan bahwa umur kumpulan fosil
tersebut berkisar dari Sakmarian – Artinskian (awal Perem – akhir Perem Awal.
Formasi Mengkarang ini secara keseluruhan diduga terendapkan di
lingkungan darat – laut dangkal, berlumpur, dalam kondisi rezim 10iorit rendah,
berdekatan dengan suatu busur kepulauan bergunung api. Sebarannya terletak di
Sungai Mengkarang, Karing, Merangin, Ketiduran, dan Titi Meranti.
10
Secara litologis, satuan batuan ini terdiri atas perselingan konglomerat
anekabahan, batupasir, dan batulanau, berlapis baik dan tebal; sisipan
batugamping, tuf terlas-kan (11iorite111111 ?), riolit, dan andesit yang terubah
kuat, mengandung ironstone. Komponen konglomerat berupa kepingan basal dan
andesit yang terkloritkan, batupasir, batuan tekersikkan, granit
(monzonit/monzodiorit), batugamping, dan kuarsa. Di dalam lapisan batupasir
terdapat bongkah batugamping.
Batulanau, kelabu gelap, keras, berlapis tebal. Batugamping berupa kalsilutit
dan kalkarenit (mudstone – grainstone), berlapis baik, tebal 10 – 30 cm;
mengandung fosil foraminifera, moluska, dan ganggang; struktur stylolite.
Setempat ditemukan sisipan tuf pasiran bersusunan dasitis. Tuf terlas-kan yang
mengandung kepingan andesit dan kaca gunungapi, serta struktur perarian
terputus-putus, terdapat di bagian bawah dan tengah satuan.
Formasi ini yang tebalnya 11ior mencapai 200 m, dan diduga terendapkan di
lingkungan darat – laut dangkal, telah terubah dan termalihkan lemah. Sebarannya
di Sungai Merangin 11iorite hulu dan hilir Telukwang, Sungai Mengkarang
bagian hilir, dan Sungai Salamuku.
11
kepingan amonit yang ditemukan oleh Tobler (1919) menurut Geyssant (dalam
Beauvais drr., 1984) berumur Jura Akhir. Beberapa spesies fosil nanno
menunjukkan umur Aptian – Santonian (Kapur Awal; Puslitbang Geologi, 1995).
Berdasarkan temuan fosil-fosil tersebut, disimpulkan umur formasi berkisar dari
Jura Akhir – Kapur Awal.
Lingkungan pengendapannya ditafsirkan sebagai laut dangkal yang terletak di
busur belakang, sedangkan secara tektonik termasuk ke dalam daur 12iorite dan
daur kuarsa. Tebal satuan sekitar 400 m. Formasi ini tersebar di wilayah hulu
aliran Sungai Mengkarang.
12
Tuf umumnya bersusunan asam (riolitan) dan seringkali terkaolinkan serta
mengandung pumis berukuran antara 0,5 – 5 cm; umumnya berasosiasi dengan
fosil kayu tekersikkan berdiameter sampai 1 meteran.
Batupasir, tufan, mengandung lensa-lensa konglomerat, setempat struktur
silang-siur mangkok. Batulempung dan batulanau, tufan, tebal sekitar 3 m,
struktur perarian sejajar. Konglomerat anekabahan, komponennya dikuasai oleh
pumis, sedikit obsidian, andesit, basal, kuarsa, dan batuan tekersikkan. Lignit dan
gambut, tersisip di antara batulempung dan batupasir.
Satuan berlapis baik – pejal, struktur silang-siur pada batuan berbutir kasar
sangat umum. Lingkungan pengendapan darat, bahan yang terendapkan adalah
hasil kikisan dan erosi dari Geantiklin Barisan. Formasi ini dapat mencapai
ketebalan 450 m, dan umurnya adalah Plio-Plistosen. Singkapannya cukup luas
dikawasan sebelah barat dan utara Sungai Merangin, sebelah timur Sungai
Mengkarang, serta wilayah antara Sungai Merangin dan Mengkarang.
13
3.4 Strktur Geologi Regional
Struktur yang hadir berupa sesar, perlipatan, kelurusan, perdaunan, dan kekar,
yang secara regional berarah barat laut – tenggara dan barat barat laut – timur
tenggara. Jenis sesar berupa sesar mendatar menganan dan sesar naik, yang
menempati batuan sedimen malihan Formasi Mengkarang dan Peneta, serta
terobosan berumur Pratersier. Perlipatan setempat terdeteksi di dalam Formasi
Telukwang dengan arah kemiringan yang rendah. Kelurusan hanya terdeteksi
pada batuan sedimen Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen. Sementara itu,
perdaunan umumnya dijumpai pada batuan sedimen malih Formasi Mengkarang
dan Peneta, sedangkan kekar terdapat baik pada batuan sedimen malih maupun
terobosan yang semuanya berumur Pratersier.
Perem Awal ditandai oleh pengendapan sedimen klastika dan batugamping
terumbu Formasi Mengkarang dengan sisipan-sisipan batuan klastika gunungapi,
kemudian batuan sedimen klastika Formasi Telukwang dan Anggota Batuimpi
Formasi Telukwang. Lingkungan pengendapan satuan-satuan batuan tersebut
berada di tepi benua sampai laut dangkal, bersamaan dengan kegiatan gunung api
andesit – basal Formasi Palepat, yang selain menghasilkan lava juga batuan
klastika gunung api. Kegiatan ini ditafsirkan terjadi di busur kepulauan
bergunungapi dengan rangkaian terumbu, yang erat kaitannya dengan lajur
penunjaman. Berdasarkan analisis kemagnetan purba, Formasi Mengkarang
terendapkan pada posisi 30o LU (Wahyono drr., 1996), dan telah mengalami
rotasi searah jarum jam sejak Perem.
Pada akhir Trias – awal Jura, terjadi penerobosan Granit Tantan terhadap
batuan berumur Perem, yang disertai dengan pencenanggaan pemalihan regional
berderajat rendah. Kegiatan penurunan yang berlangsung dari Jura Tengah sampai
Kapur Awal, pada kala Jura Akhir-awal Kapur ditandai dengan terendapkannya
batuan sedimen klastika halus Formasi Peneta.
Penerobosan oleh Granit Arai, pada Kapur Tengah, terhadap Formasi Peneta,
diikuti oleh pencenanggaan, pengangkatan, dan pemalihan berderajat rendah pada
batuan formasi tersebut. Kegiatan tektonika ini, diikuti oleh penggabungan
(amalgamasi) antara Blok Mengkarang-Palepat dan Blok Peneta dalam bentuk
kontak tektonik/sesar naik, yang diduga berlangsung pada Kapur Akhir.
14
Tektonika Miosen Tengah – awal Pliosen ditandai oleh pengangkatan Lajur
Barisan. Di kawasan busur-belakang terendapkan batuan sedimen klastika
Formasi Muaraenim dalam kondisi susutlaut, lingkungan peralihan. Pada kegiatan
tektonika selanjutnya, yakni Plio-Plistosen, seluruh daerah terangkat, diikuti oleh
proses pengerosian, dan terbentuknya sesar mendatar menganan berarah barat laut
– tenggara, dan pelipatan. Pada saat kegiatan tektonika ini, pengendapan batuan
sedimen klastika gunung api Formasi Kasai berlangsung.
15
BAB IV
GEOLOGI DAERAH TELITIAN
Dari hasil analisa peta topografi dan pengamatan langsung yang dilakukan di
lapangan. Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi satu bentuk satuan
geomorfik dengan dua subsatuan geomorfik, yang terdiri dari: Satuan geomorfik asal
struktural dengan subsatuan perbukitan struktural (S1), subsatuan lembah struktural (S2)
dan subsatuan Tubuh sungai (F1).
satuan geomorfik
Perbukitan lembah Tubuh
Struktural struktural Sungai
aspek (S1) (S2)
geomorfologi (F1)
Morfologi perbukitan lembah Sungai
Landai
Morfologi
morfometri
Bentukan asal struktural ini merupakan hasil dari proses proses endogen yang terjadi
dalam bumi. Seperti proses tektonik, dari proses inilah yang kemudian membentuk rupa
bumi seperti perlapisan, perbukitan, perlipatan dan struktur lainnya.
16
4.1.1.1. Subsatuan Geomorfik Bentuklahan bukit (S1)
Bukit Struktural
Lembah struktural
17
4.1.1.3. Subsatuan Geomorfik Tubuh Sungai (F1)
Tubuh Sungai
18
sungai ini ditandai dengan lembah yang berbentuk v, serta sungai yang memiliki
bebatuan besar dan berarus sedang.
Pada lokasi pemetaan ditemukan adanya pola pengaliran yang cenderung
berbentuk lurus tanpa adanya kelokan ataupun point bar .
Stadia sungai adalah tingkat pertumbuhan dari sungai tersebut. Pada daerah
penilitian merupakan sungai yang memiliki stadia muda dengan ciri-ciri Sungai
stadia muda yaitu dataran yang masih tinggi dengan lembah sungai yang relatif
curam dimana erosi vertikal lebih dominan dan kondisi geologi masih orisinil
dengan penampang lembah berbentuk huruf “V”.
Penentuan satuan batuan di daerah penelitian ini berdasarkan kesatuan ciri litologi
yang dominan baik secara horisontal maupun vertikal. Secara stratigrafi regional kesatuan
litologi di daerah penelitian merupakan bagian dari Formasi mengkarang (Rosidi, dkk,
1995). Daerah penelitian terdiri atas 2 (dua) satuan batuan, yaitu : Satuan Batupasir
Mengkarang, Satuan Batu serpih mengkarang.
Ditemukan singkapan batupasir berwarna fresh abu abu terang, dan dengan warna
lapuk berupa abu abu kecoklatan. Batupasir ini memiliki tekstur dengan ukuran butir
berupa pasir sedang – pasir halus. Dengan derajat pemilahan yang baik, kemas terbuka
dan porositas yang baik. Singkapan ini ditemukan pada wilayah muara karing, diamati
pada cuaca yang cerah berawan. Singkapan ini ditemukan berselingan dengan batuan
lanau.
Satuan batuan ini tergolong kedalam formasi Mengkarang yang berumur permian
awal. Disekitar lokasi penelitian ini dijadikan sebagai perkebunan dengan vegetasi yang
menempati adalah karet, sawit dan hutan primer. Singkapan batuan ini dapat ditemukan
19
pada dinding lembah sungai dan lantai air terjun. Kemiringan dari dinding batuan ini
berkisar 18̊ sehingga pada wilayah ini memiliki kemungkinan mengalami longsor.
Disekitar lokasi penelitian juga terdapat batu serpih yang bersisipan dengan satuan
batupasir ini, singkapan batuan ini berada kea rah barat dari LP 3 dengan koordinat S
02o 09’ 44,2” dan E 102o 08’ 49,9”. Disekitar batuan serpih ini di tumbuhi vegetasi
seperti pohon karet dan sejenis tumbuhan merambat dan bambu. Geologi lingkungan
bersifat negative dikarenakan dilihat pada sekitar singkapan merupakan daerah rawan
longsor. Batu serpih ini memeiliki warna fresh hitam keabu-abuan dan warna lapuk
hitam kemerahan, batu ini memiliki ukuran butir lempung yang terendapkan secara
menyerpih.
20
dilakukan dengan pengamatan morfologi dan singkapan batuan disekitar daaerah
penelitian.
21
4.3.2 Struktur Kekar
Struktur kekar ditemukan di daerah Muara Karing, pada daerah penelitian
diambil data kekar berpasanga sebagai berikut:
Dari data kekar yang didapat dilakukanlah analisis menggunakan diagram kipas
dan menggunakan analisis secara stereografis dengan menggunakan streonet.
22
Tabel 4.3 tabel tabulasi data kekar
Arah
Notasi Jumlah Presentasi
N E˚ N E˚
1-5 180-185 - - -
6-10 186-190 I 1
11-15 191-195 I 1
16-20 196-200 I 1
21-25 201-205 I 1
26-30 206-210 II 2
31-35 211-215 IIIII I 6
36-40 216-220 III 3
41-45 221-225 II 2
23
Analisis kekar dilakukan secara dua dimensi dengan menggunakan diagram kipas,
dan secara tiga dimensi dengan menggunakan stereonet.
Berdasarkan analisis diagram kipas, didapatkan dua arah umum, yaitu N 3342ºE
dan N 33ºE, dengan besar nilai σ1 : N 5ºE dan σ3 : N 275ºE.
Sementara berdasarkan analisis sesar pada stereonet, terdapat dua arah umum yang
didapatkan yaitu, Shear N 340ºE / 46º dan N 220ºE / 80º, dengan besar bidang sesar N
53ºE / 34º, Net slip N 264ºE / 50º, dan rake 40º
24
BAB V
POTENSI GEOLOGI
Potensi geologi pada daerah penelitian bervariasi ada yang bernilai positif maupun
negatif. Potensi yang ada pada daerah telitian memiliki kedua nilai tersebut.
25
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kondisi geologi daerah penilitan di Desa Air Batu dan sekitarnya seperti di daerah
Muara Karing terdapat struktur berupa kekar, sesar, dan perlapisan batuan sedimen
di tebing sungai, adanya sesar membentuk fenomena geologi berupa air terjun
Muara Karing, dan pada lokasi pengamatan di sekitar Sungai telun ditemukan
struktur lipatan minor, dan juga patahan yang ditandai dengan air terjun. Desa
Bedeng Rejo tepatnya di Sungai Mengkarang, kondisi geologi yang ada berupa
adanya perlapisan batuan berupa batulanau, batubara dan batuserpih di tebing-
tebing, kemudian adanya fosil-fosil seperti fosil daun, fosil pakis dan fosil kerang.
2. Kondisi geomorfologi di daerah penilitian yaitu Desa Air Batu dan bedeng rejo
berupa perbukitan bergelombang dan sungai yang memiliki stadia muda dengan
lembah sungai berbentuk V, stratigrafi diwakili oleh batuan Permian dan Pliosen.
Urutan batuan dari yang tertua hingga termuda adalah satuan batupasir dan
batuserpih Formasi Mengkarang berumur Permian. Sejarah geologi yang terjadi
yaitu tektonik aktif berupa subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia sehingga membentuk keragaman dan kekayaan alam seperti Geopark
Merangin Jambi, dan penyebaran litologi yang ditemui berupa batupasir, tuf, batu
serpih.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Panduan Lapangan Geologi Struktur dan Stratigrafi Geopark Merangin.
Universitas Jambi.
27