Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

PT. MARTINA BERTO Tbk

ASPEK KESELAMATAN KERJA

Disusun oleh:

Kelompok III

Dr. Shinta Eka Kusuma Dewi

Dr. Sri Hartanti Pratmawati

Dr. Tri Wulandari Caesarina

Dr. Viena Valentine

Dr. Vanny Gitanisa

Dr. Wagi Gantina Tito Nugraha

Dr. Yoke Paramita

Dr. Yunitha Anggraini Elisabeth M

Dr. Yudhitya Githa Puspita

Dr. Yulistio Ervano

PELATIHAN HIPERKES DAN KK BAGI DOKTER PERUSAHAAN

JAKARTA, 23 FEBRUARI – 28 FEBRUARI 2015


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian dikalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja
tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para
pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas
keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja
pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi
juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada saat ini keselamatan
dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan
bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
Sistem manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih, serta perusahaan yang mempunyai potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
PT Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan
obat tradisional (jamu) berskala internasional yang juga tidak lepas dari faktor dan potensi
bahaya dari setiap proses produksinya yang menggunakan bahan dan peralatan berteknologi
tinggi. Dengan kondisi ini sudah selayaknya PT Martina Berto Tbk menerapkan Sistem
Manajeman K3 (SMK3) dalam menjalankan kegiatan di perusahaan sebagai salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

B. Tujuan Kunjungan
Tujuan kunjungan ke PT Martina Berto Tbk, antara lain :

1. Mendapakan informasi dan data perusahaan


2. Mengenal sistem manajemen K3 di dalam perusahaan
3. Menganalisa sistem K3 dengan implementasi dari perusahaan
4. Mendapatkan informasi yang akurat mengenai sistem K3 perusahaan

C. Profil Perusahaan
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC. Martha Tilaar, (Alm) Pranata
Bernard, dan Theresa Harsini Setiady. Pada tahun 1981, perusahaan mendirikan pabrik
modern pertama di Jl. Pulo Ayang No 3, Pulogadung Industrial Estate, yang memproduksi
kosmetik dan jamu dengan merek "Sariayu Martha Tilaar" untuk pertama kalinya. Pada tahun
1986, Perusahaan mendirikan pabrik modern kedua di Jl. Pulo Kambing, Kawasan Industri
Pulogadung ("Pabrik Pulo Kambing"). Pada tahun 1993, Perusahaan mengakuisisi PT
Cedefindo, mana bidang usaha utama adalah Kontrak Manufaktur (Makloon) dalam produk
kosmetik, sebagai perluasan bisnis perusahaan untuk hulu. Selanjutnya, perusahaan menjual
aset pabrik di Gunung Putri dan kemudian terus menjalankan pabrik jamu dengan perjanjian
sewa sampai akhir 2011. Karena pertumbuhan penjualan yang pesat, pada tahun 1995,
perusahaan mengalihkan produksi herbal untuk Gunung Putri, Bogor. Sementara factory Pulo
Ayang ditransfer ke anak perusahaan, yaitu PT Cempaka Belkosindo Indah. Ini memproduksi
kosmetik dengan merek "Mirabella" dan "Cempaka". Pada tahun 2005, PT Cempaka Indah
Belkosindo digabung dengan perusahaan sehingga merek "Mirabella" dan "Cempaka" juga
dikombinasikan dengan produksi di pabrik Pulo Kambing. Selanjutnya, Pulo Ayang pabrik
dialihkan dan memungkinkan sebagai kantor penjualan samping untuk perusahaan
Distribution Center, yang terletak di Jl. Pulo Ayang No 24-25, Kawasan Industri Pulogadung.
Saat ini PT. Martina Berto Tbk memiliki 2 pabrik dengan lokasi yang berbeda yaitu :
Martina Berto Plant I, terletak di Kawasan Industri Pulogadung Jl.Pulokambing II no 1,
didirikan pada tahun 1986 dengan luas area 10.245 m2, dan Martina Berto Plant II, terletak di
Gunung Putri didirikan pada tahun 1994 dengan luas area 10.629m 2. Berdasarkan pada
rencana pengembang yang telah ditetapkan oleh perusahaan, masing-masing pabrik
mempunyai fokus produksi tertentu. Martina Berto Plant I fokus pada produksi produk
kosmetik, perawatan tubuh, dan kulit.Sedangkan Martina Berto Plant II fokus pada produksi
jamu dan makanankesehatan.Selain 2 pabrik PT. Martina Berto, Tbk juga mempunyai kebun
budidaya tanaman dan penelitian yang terletak di Sawangan dan Cikarang. Kebun koleksi
tanaman obat dan kosmetika seluas 0,7 hektar terletak di Sawangan dan
kebun pengembangan dan produksi tanaman obat dan kosmetik seluas 10 hektar terletak di
Cikarang.
Aktivitas perusahaan utama adalah : memproduksi barang kosmetik dan obat
tradisional (jamu), pemasaran dan niaga kosmetik, perawatan kecantikan dan barang obat
tradisional, selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan usaha yang dilakukan
oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang kosmetik manufaktur kontrak atau makloon
dengan kering, semi-padat, cair, dan aerosol. Selain itu, termasuk layanan formulasi,
pendaftaran, pembuatan bahan baku / kemasan, proses produksi, pengemasan, dan satu-stop
layanan logistik untuk internal Martha Tilaar Group dan eksternal kepada perusahaan lain.

Produk kosmetik PT Martina Berto Tbk antara lain :


a. Belia
1) Preparat wangi-wangian : Mist cologne
2) Preparat make-up : lipstik, compact powder
b. Caring Colour
1) Preparat make-up : lip colour, liquid foundation, loose powder, dual actioncake, cheek
cake, lipstik, BB cream
2) Preparat mata : eye shadow,eye candy
c.Biokos, preparat perawatan : skin care for all age
d.Cempaka Kosmetik
1) Skin care : Pelembab, cleansing milk, face tonic, hand & body lotion
2) Make-up base : Alas bedak, krem pemutih, bedak tabur, two way cake UV, whitening,
foundation, bedak padat, compact powder, face powder
3) Decorative : Beauty kit, maskara
e.Dwi Sri Spa
Preparat untuk kebersihan badan : levender oil, green tea & lemon oil,VCO, javanese rose, dll

f. Mirabella
1) Preparat make-up : lipstik, lip gloss,lip perfection
2) Eye maake up :eyeliner & eyebrow pencil,eyeliner liquid, pen,eyeshadow
3) Make-up base :Cleansing milk, face tonic, foundation stick,blush on
4) Hair care: Urang-aring lotion
g.PAC
1) Make-up base:make up remover, brush cleaner, lipstick, blush on, foundation, lip
gloss, lipstick pencil, liner, lip color
2) Preparat mata :liquid eyeliner, eyeshadow, mascara
h.Sariayu
1) Preparat make-up : lipstik, alas bedak, blush on, lip gloss, bedak tabur,cleansing,
penyegar
2) Preparat mata :eyebrow, eye make-up, eyeshadow
3) Preparat untuk perawatan : facial foam acne, krem masker jerawat,bodylotion
4) Jamu : kaplet jerawat, kaplet susut perut, dan lain-lain

Total jumlah tenaga kerja PT Martina Berto Tbk sekitar 5000 orang, sedangkan di
Kawasan Industri Pulogadung sekitar 2000 orang.

Pada PT Martina Berto Tbk, memiliki organisasi P2K3. Yang memiliki struktur dan
program keselamatan dan kesehatan kerja, yang mengatur Hiperkes dan KK di
perusahaannya.

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja menurut PP no.50/ 2012 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.

Sedangkan beberapa ahli sepert Suma’mur, Simanjuntak, Mathis dan Jackson


mengemukakan beberapa pengertian tentang keselamatan kerja, yaitu :

 Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
 Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
 Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.

B. Tujuan Keselamatan Kerja

Pentingnya keselamatan kerja tidak hanya untuk para pekerja tetapi juga untuk sebuah
perusahaan. Jika perusahaan dapat menurunkan angka kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, atau penyakit yang berhubungan dengan kerja maka perusahaan akan semakin efektif.
Keselamatan kerja merupakan hak para pekerja karena diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970
yang secara garis besar adalah untuk melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja,
menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien, dan untuk
menjamin proses produksi berjalan lancar. Secara lebih terperinci di sebutkan dalam UU No.
1 Tahun 1970 Bab III Pasal 3 yaitu untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, taman atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

C. Faktor Penyebab Kecelakaan

Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja, antara lain : penyebab


langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar
kecelakaan kerja.
1. Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak
aman/berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe
action).
 Kondisi tidak aman (unsafe condition), antara lain :
- Tidak dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada bagian mesin
yang berputar, tajam ataupun panas
- Terdapat instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas,
tidak rapi)
- Alat kerja/ mesin/ kendaraan yang kurang layak pakai
- Bising yang ditimbulkan oleh alat kerja/ mesin/ kendaraan
- Suasana kerja yang tidak nyaman karena udara panas
- Tidak terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya, dll.
 Termasuk dalam tindakan tidak aman (unsafe action,) antara lain :
- Kecerobohan
- Meninggalkan prosedur kerja
- Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
- Bekerja tanpa perintah
- Mengabaikan instruksi kerja
- Tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja
- Tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD
- Tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan
dengan resiko/bahaya tinggi.
2. Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor
pekerjaan dan faktor pribadi.
 Termasuk dalam faktor pekerjaan, antara lain :
- Pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja
- Pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya
- Pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di
dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dll.
 Termasuk dalam faktor pribadi, antara lain : Mental/kepribadian tenaga kerja
tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai.
3. Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya
manajemen dan pengendalian, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber
daya, kurangnya komitmen, dll.
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar
penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu
sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan mesin/ aset/
barang dan 2% faktor lain-lain. Gambar di bawah ialah ilustrasi dari teori domino
effect kecelakaan kerja H.W. Heinrich.

Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja menurut teori efek domino H.W Heinrich
D. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja

Ruang lingkup keselamatan kerja antara lain :

1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang didalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
2. Aspek perlindungan hiperkes meliputi :
a) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
b) peralatan dan bahan yang dipergunakan
c) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi maupun social
d) Proses produksi
e) Karakteristik dan sifat pekerja
f) Teknologi dan metodologi kerja
3. Penerapan hiperkes dilaksanakan dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industry barang maupun jasa
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industry / perusahaan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan usaha hiperkes

E. Alat Pelindung Diri

Upaya pengendalian bahaya harus didukung dengan kebijakan perusahaan maupun


program-program K3 lainnya, seperti diadakannya pelatihan, pengawasan, sehingga pekerja
dapat meningkatkan pemakaian alat pelindung diri agar lebih optimal dan terciptanya suasana
kerja yang sehat, aman dan nyaman.

Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan upaya pengendalian yang banyak
digunakan di industri-industri, namun tidak sedikit industri-industri yang belum
menggunakan alat pelindung diri sebagai salah satu pengendalian bahaya di tempat kerja.
1. Definisi Alat Pelindung Diri
Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh
atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga
kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut,
namun sebagai usaha akhir.

2. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri


Undang-undang No.1 tahun 1970.
a) Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
untuk memberikan APD.
b) Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c) Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD.
d) Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma - cuma.

Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban


pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan


nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung
diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.

Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja


yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian
kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan.

3. Pemilihan Alat Pelindung Diri


Aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan APD adalah :
- Bentuknya cukup menarik
- Dapat dipakai secara fleksibel
- Tahan untuk pemakaian yang cukup lama
- Seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidak nyamanan yang lebih
- Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik
yang dihadapi oleh pekerja
- Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakaiannya yang dikarenakan
bentuk dan bahayanya tidak tepat atau salah dalam penggunaannya.
- Suku cadang mudah diperoleh untuk mempermudah pemeliharaan

4. Jenis-jenis APD dan Penggunaannya


Alat pelindung Kepala
Alat pelindung kepala (Safety Helmet) melindungi kepala dari benda keras,
pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. Kemudian melindungi kepala
dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas atau dingin. Adapun pengujian mekanik
dengan menjatuhkan benda seberat 3 kg dari ketinggian 1m, pelindung kepala tidak
boleh pecah atau benda tak boleh menyentuh kepala. Jarak antara lapisan luar dan
lapisan dalam dibagian puncak ; 4-5 cm.
Tidak menyerap air dengan direndam dalam air selama 24 jam. Air yang
diserap kurang 5% beratnya. Kemudian pengujian daya tahan terhadap api. Pelindung
kepala dibakar selama 10 detik dengan pembakar bunsen atau propan, dengan nyala
api bergaris tengah 1 cm. Api harus padam setelah 5 detik.
Pengujian listrik tahan terhadap listrik tegangan tinggi diuji dengan
mengalirkan arus bolak-balik 20.000 volt dengan frekuensi 60 Hz, selama 3
menit,kebocoran arus harus lebih kecil dari 9 mA. Tahan terhadap listrik tegangan
rendah, diuji dengan mengalirkan arus bolak-balik 2200 volt dengan frekuensi 60 Hz
selama 1 menit kebocoran arus harus kurang dari 9mA.

Alat Pelindung Mata


Mudah dikenakan cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah. Lemparan
benda – benda kecil, pengaruh cahaya dan pengaruh radiasi tertentu. Bahan pembuat
alat pelindung mata dari plastic, ada beberapa jenis tergantung dari bahan dasarnya
seperti selulosa asetat, akrilik, poli karbonat dll.
Syarat optis tertentu adalah lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi atau
efek prisma lebih dari 1/16 prisma dioptri, artinya perbedaan refraksi harus lebih kecil
dari 1/16 dioptri. Alat pelindung mata terhadap radiasi prinsipnya kacamata yang
hanya tahan terhadap panjang gelombang tertentu standar Amerika, ada 16 jenis kaca
dengan sifat-sifat tertentu.

Alat Pelindung Telinga


Sumbat telinga (ear plug) dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 dB dan
tutup telinga ( ear muff ) dapat mengurangi intensitas suara 20 s/d 30 dB. Sumbat
telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk
bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu. Kelemahan alat pelindung telinga yaitu
tidak tepat ukurannya dengan lobang telinga pemakai, kadang-kadang lobang telinga
kanan tak sama dengan yang kiri bahan sumbat telinga karet, plastik keras, plastik
yang lunak, lilin, kapas.
Penggunanan alat pelindung telinga yang banyak diminati adalah jenis karet
dan plastic lunak, karena bisa menyusaikan bentuk dengan lobang telinga. Daya
atenuasi (daya lindung): 25-30 dB jika ada kebocoran dapat mengurangi atenuasi + 15
dB. Ada yang terbuat dari bahan lilin seperti penggunaan lilin murni yang dilapisi
kertas atau kapas. Akan tetapi ada kelemahan dari bahan lilin ini yaitu kurang nyaman
dan mudah kotor. Kemudian ada yang terbuat dari kapas mempunyai daya atenuasi
paling kecil antara 2 – 12 dB.
Alat pelindung telinga ada beberapa jenis atenuasinya yaitu pada frekuensi
2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB). Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk
keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga
sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi akan tetapi tak lebih dari 50 dB, karena
hantaran suara melalui tulang masih ada.

Alat Pelindung Pernafasan


Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti
kekurangan oksigen dan pencemaran oleh partikel debu, kabut, asap dan uap logam
kemudian pencemaran oleh gas atau uap.

Alat Pelindung Kaki


Sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan, dan tertusuk oleh benda-benda tajam.

Alat Pelindung Tangan


Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang banyak digunakan,
fungsinya untuk melindungi tangan dari luka lecet, luka teriris, luka terkena bahan
kimia dan terhadap temperature ekstrim.

Pakaian Pelindung
Berdasarkan jenis bahayanya pakaian pelindung terdiri atas :
- Flame resistant catton atau duck
Untuk bahaya panas atau percikan api yang sedang.
- Special flame- resistant and heat resistant synthetic fabrics
Untuk memadamkan api atau untuk pekerjaan-pekerjaan disekeliling api yang
terbuka.
- Rubber, neoprene, vinyl or other protective material
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang basah atau menanggulangi asam, korosi dan
zat-zat kimia.

Sabuk Pengaman
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler.
Harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg. Jenis penggantung unifilar penggantung
berbentuk U. Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U, ada beberapa macam
safety harness yaitu penunjang dada (chest harness), penunjang dada dan punggung
(chest waist harness), penunjang seluruh tubuh (full body harness).

Pemeliharaan APD
Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan :
- Menyimpan dengan benar alat pelindung diri
- Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kaca mata, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan
kain/kulit/karet.
- Menjemur Di bawah sinar matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada
sepatu dan helm.

Penyimpanan APD
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus
sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang.
Tempat tersebut hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya

Kelemahan Penggunaan APD


Daya lindung tidak sempurna, karena cara pemakaian APD yang salah,
memakai APD tidak tepat dan APD tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan.
BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. Emergency Response Plan (Penanggulangan Bencana dan Bahaya)

Penyelenggaraan perencanaan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya


yang bertujuan agar organisasi dapat melakukan tindakan yang efektif dalam situasi darurat,
dan meminimalisir dampak lingkungan yang ditimbulkan saat dan setelah keadaan darurat itu
terjadi. Dibutuhkan penilaian sistematik terhadap risiko dari semua potensi keadaan darurat
yang mungkin terjadi, dan menyusun rencana kesiagaan dan tanggap darurat.

Yang harus diperhatikan pada rencana keadaan darurat antara lain : orang yang
bertanggung jawab pada setiap keadaan darurat, tindakan untuk keadaan darurat, data dan
informasi tentang bahan-bahan berbahaya, dan rencana pelatihan keadaan darurat.

Berdasarkan pengamatan pada PT Martina Berto Tbk, ditemukan :

Perusahaan sudah memiliki P2K3 yang bertanggung jawab dalam keselamatan dan
kesehatan kerja. Sudah ditetapkan orang-orang yang bertanggung jawab dalam keadaan
darurat, dan nama serta nomor telepon penting yang wajib dihubungi dalam keadaan darurat.
Tindakan untuk keadaan darurat :

Menyediakan Alat Pemadam Kebakaran yang diletakan di seluruh ruangan maupun


selasar, pada tempat yang mudah dilihat, mudah dijangkau, dan diberi tanda pemasangan.
Alat pemadam kebakaran dalam posisi digantung dengan ketinggian kira-kira 120 cm dari
atas lantai. Berada dalam kondisi baik, tidak bolong maupun berkarat. Pada alat pemadam
kebakaran terdapat lembar kontrol, yang menyatakan alat pemadam kebakaran di kontrol
setiap 3 bulan.Pada beberapa alat, terdapat petunjuk pemakaian. Namun, sebagian besar tidak
disertai petunjuk pemakaian. Petunjuk pemakaian justru diletakan di dinding selasar, bersama
dengan denah APAR dan denah evakuasi.
Dibuat jalur evakuasi, dan denah evakuasi diletakan di setiap selasar.
Dilakukan pelatihan tanggap darurat berkala, dan latihan bahaya kebakaran yang
bekerja sama dengan pemadam kebakaran.

B. Intalasi Listrik

Secara umum, instalasi listrik pada pabrik sudah baik. Namun pada bagian lobi
terdapat penyambungan peralatan listrik pada satu sumber listrik lebih dari 1 kontak tusuk
( bertumpuk ), dan ada kabel yang sudah rusak/ terbuka dan dilem dengan selotip. Pada
bagian teras, terdapat rangkaian kabel yang dipasang di pintu masuk, hanya
dilindungi/ditutup oleh selotip hitam, sehingga bisa menyebabkan kecelakaan saat dilewati
orang.

Pada bagian luar gedung terdapat kabel sambungan ac yang sudah tidak terpakai
dibiarkan terbuka yang dapat menyebabkan “hubungan arus pendek”.
C. Struktur Konstruksi

PT. Martina Berto adalah perusahaan yang bergerak dibidang kosmetika dan obat
tradisional (jamu). PT Martina Berto memiliki lima titik lokasi di kawasan industri Pulo
Gadung yang berdiri sejak 25 tahun dan secara umum bisa digambarkan sebagai berikut:
 PT. Martina Berto tediri dari beberapa gedung yang berfungsi sebagai pusat kantor,
manufacturing dan etalase penjualan.
 Terdapat akses pada ruang kerja dan antar gedung yang cukup baik.
 Penerangan pada ruang kerja cukup baik.
 Kondisi lantai ruang produksi berupa keramik, tidak licin, tidak retak dan terdapat
karpet tangga di kantor utama.
 Terdapat garis-garis pembatas berwarna kuning di halaman sebagai jalur untuk
pejalan kaki untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
 Dinding ruang produksi berwarna putih cerah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI no. 26/Menkes/SK/II/1998.
 Tinggi gedung melebihi dari 10 meter sudah dilengkapi dengan penangkal petir, hal
tersebut semakin menjadi perhatian manajemen perusahaan setelah terjadi kecelakaan
kerja yaitu salah satu gedung perusahaan tersebut tersambar petir dan ada pekerja
yang menjadi korban.
 Untuk sanitasi terdapat WC (toilet) dan tempat cuci tangan disetiap lantai tempat
produksi.
 Kebersihan, kerapihan, tata ruang tidak berantakan dan tidak merintangi akses lalu
lalang.
 Terdapat tanda peringatan dan pengamanan pada lantai, tangga yang berpotensi
bahaya.
 Di sekeliling perusahaan tepatnya sepanjang genteng teras dipasang jaring pengaman
untuk menghindari jatuhnya genteng saat terjadi hujan atau angin kencang.
 Terdapat in house klinik di antara ruang kantor dan manufacturing.

D. Kecelakaan Kerja

Seluruh tenaga kerja diberikan safety induction terlebih dahulu oleh P2K3 sebelum
memulai pekerjaan. Safety induction yang diberikan berupa cara penggunaan mesin dan
pemakaian alat pelindung diri. Seluruh pekerja juga rutin mengikuti pelatihan mengenai area-
area bahaya dan sumber potensi berbahaya seperti kebakaran.

Angka kecelakaan kerja di PT. Martina Berto termasuk dalam kecenderungan zero
accident. Kejadiaan kecelakaan akibat kerja relative menurun dari tahun-tahun sebelumnya
dan bukan merupakan kasus yang fatal. Untuk jenis kecelakaan menurut sumber dalam
perusahaan, kecelakaan yang sering terjadi adalah kecelakaan akibat kelalaian dimana tangan
pekerja terkena cutter sehingga luka, namun tidak fatal. Selain itu kecelakaan yang sering
terjadi pada pekerja adalah kecelakaan lalu lintas pada saat pekerja berangkat atau pulang
kerja.

E. Alat Pelindung Diri

Pekerja lalai dalam menggunakan APD, misalnya pada penggunaan alat pelindung
pernafasan yang tidak maksimal yaitu dengan salah satu lubang baik itu hidung ataupun
mulut yang tampak tidak terlindungi serta penggunaaan jenis alat pelindung pernafasan yang
tidak efektif dan efisien. Selain itu penggunaan alat pelindung kaki tampak tidak diterapkan
secara maksimal, hal ini ditandai dengan masih ditemukannya karyawan yang tidak memakai
sepatu yang telah disediakan. Pada alat pelindung tangan ditemukan masalah berupa ketidak
sesuaian antara jenis sarung tangan yang dipakai dengan bahan yang sedang di proses.

F. Landasan Kerja, SOP Kerja

Pembahasan terkait landasan kerja maupun SOP kerja tidak memungkinkan untuk
dilampirkan dalam laporan ini, dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh.

G. Personel Keselamatan Kerja

Sebagai salah satu upaya pelaksanaan program K3, dalam hal ini adalah pelayanan
kuratif untuk seluruh tenaga kerja, PT. Martina Berto telah menyediakan poliklinik yang
terdiri dari 3 dokter dan 1 perawat, dengan shift kerja sebagai berikut :

- Jadwal dokter setiap 4 jam, yaitu 08.00 WIB - 12.00 WIB dan 12.00 WIB –
16.00 WIB
- Jadawal perawat yaitu jam 08.00 WIB – 16.00 WIB
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Keselamatan kerja para tenaga kerja merupakan salah satu hal penting yang harus
diperhatikan. Upaya keselamatan kerja dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
ada. Pelaksanaan upaya keselamatan kerja tersebut membutuhkan partisipasi setiap individu
tenaga kerja dengan pengawasan yang serius. Identifikasi potensi bahaya harus dilakukan
secara berkala diiringi dengan maksimalisasi fasilitas pencegahan dan penanggulangannya.

Saran

 Lebih memperhatikan instalasi listrik baik berupa kabel-kabel yang tidak tertata baik
maupun kabel yang sudah tidak terlindungi lapisan karet
 Menambahkan sirine tanda bahaya di beberapa tempat, terutama di bagian pabrik
 Penggunaan Alat Pelindung Diri harus sesuai dengan peringatan bahaya yang terdapat
di lingkungan kerja.
 Pertahankan program-program rutin yang ada
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Simanjuntak, P. J, Manajemen Keselamatan Kerja, Jakarta : HIPSMI, 1994.


2. Suma’mur P. K., Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Gunung Agung Jakarta :
Indonesia, 1995

Anda mungkin juga menyukai