Aspekgenetikkanker 2008
Aspekgenetikkanker 2008
PENGANTAR
Pada mahluk hidup multiselular, homeostasis dipertahankan melalui keseimbangan antara
proliferasi/perkembang biakan sel dan kematian sel. Bila keseimbangan antara proliferasi dan
kematian ini terganggu maka akan terjadi akumulasi sel atau kehilangan sel. Akumulasi sel terjadi
bila laju kematian sel lebih rendah dibandingkan proliferasi sel atau laju proliferasi sel lebih
tinggi dibandingkan kematian. Sebaliknya kehilangan sel akan terjadi bila laju kematian sel lebih
tinggi dari proliferasi atau laju proliferasi lebih rendah dari kematian sel.
Kanker dianggap sebagai kelompok penyakit selular dan genetik karena dimulai dari satu
sel yang telah mengalami mutasi DNA sebagai komponen dasar gen. Sel-sel yang mengalami
kerusakan genetik tidak peka lagi terhadap mekanisme regulasi siklus sel normal sehingga akan
terjadi proliferasi tanpa kontrol. Mutasi yang terjadi pada DNA di dalam gen yang meregulasi
siklus sel (pertumbuhan, kematian dan pemeliharaan sel) akan mengakibatkan penyimpangan
siklus sel dan salah satu akibatnya adalah pembentukan kanker atau karsinogenesis.
Perbanyakan sel dapat diatur baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Regulasi proliferasi sel secara langsung yaitu melalui stimulasi siklus pembelahan sel (cell
division cycle). Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan regulasi proses apoptosis.
Penghambatan terhadap proses apoptosis mengakibatkan sel-sel yang seharusnya sudah ”mati”
akan mampu bertahan dan pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan jumlah sel-sel yang
ada. Keputusan dari suatu sel mengalami apoptosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah rangsangan
dari luar sel.
Penelitian tentang kanker pada saat ini terfokus pada upaya untuk memahami rangkaian
perubahan genetik yang terjadi pada sel yang normal yang menyebabkannya menjadi sel kanker.
Genetika kanker bertujuan untuk memahami berbagai tahapan mutasi dan jalur-jalur selektif yang
menyebabkan sel somatik normal berubah menjadi sel-sel kanker yang proliferatif dan invasif.
Uraian dibawah ini dimaksudkan untuk memahami prinsip-prinsip genetik terjadinya kanker.
Pada uraian ini akan dibahas tentang definisi kanker, oncogens, tumor supressor genes, stabilitas
genomik dan kontrol siklus sel.
DEFINISI
Kanker adalah istilah umum untuk semua tumor ganas. Istilah ini diduga berasal dari
bahasa latin untuk kepiting (crab). Hal ini karena sifat kanker seperti kepiting yang menancap ke
dalam jaringan yang ditempelinya.
Karena perkataan tumor biasanya dipakai untuk pembengkakan yang disebabkan oleh
proses inflamasi (peradangan), maka untuk pembengkakan yang tidak disebabkan karena proses
radang dipakai istilah neoplasma. Secara literatur istilah neoplasma berarti ”pertumbuhan baru”.
Istilah oncology (Bhs Yunani berarti tumor) adalah ilmu yang mempelajari tumor atau
neoplasma. Seorang oncologist Inggris mengatakan : ”Neoplasma adalah masa jaringan yang
tidak normal, pertumbuhan yang tak terkendali dan tidak terkontrol.” Pada kanker terjadi
perubahan genetik yang diturunkan kepada sel-sel kanker turunannya. Perubahan pada gen ini
menyebabkan terjadinya proliferasi sel yang tak terkendali dan tak terkontrol.
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan kanker menjadi progresif yaitu
1. beberapa mutasi akan menyebabkan terjadinya proliferasi sel yang tidak normal yang pada
gilirannya akan menjadi taget untuk terjadinya mutasi yang berikutnya
2. beberapa mutasi akan mempengaruhi kestabilan genom secara keseluruhan baik pada tingkat
DNA maupun pada tingkat kromosom yang meningkatkan laju terjadinya mutasi.
Oncogen adalah gen-gen yang sebenarnya berperan dalam proliferasi sel yang mengalami
mutasi. Pasangan oncogen yang tidak mengalami mutasi dan berperan dalam proses proliferasi
sel yang normal dikenal sebagai protooncogen.
Oncogen ditemukan pertama kali tahun 1960 pada binatang yang mengalami kanker
khususnya lekemia dan limfoma yang disebabkan virus. Beberapa virus mempunyai genomik
DNA yang kompleks (misalnya SV-40 dan papilloma virus), sementara retrovirus mempunyai
genomik RNA yang sangat sederhana yang mengandung 3 unit transkripsi yang mengkode
protein internal, ensim polymerase dan protein sampul. Satu hal yang menghebohkan adalah
diketahuinya bahwa virus ini menyebabkan terjadinya kanker pada sel yang infeksinya karena
adanya satu gen ekstra yang dikenal sebagai oncogen.
Pada proses aktivasi ini juga terjadi translokasi gen tetapi fusi gen tidak terbentuk, tetapi
sebaliknya oncogen akan diletakkan pada lingkungan kromatin yang secara aktif
TUMOR SUPPRESSOR
Pertumbuhan berbagai kanker dikontrol oleh berbagai signal eksternal yang bertujuan
untuk mempertahankan homeostasis. Kegagalan untuk menghambat pertumbuhan merupakan
salah satu perubahan mendasar untuk terjadinya kanker. Protein yang berfungsi menghambat
proliferasi sel ini dikenal sebagai tumor supressor gen. Sebetulnya istilah tumor suppressor
kurang tepat karena secara fisiologis fungsi gen ini adalah meregulasi pertumbuhan sel dan bukan
untuk mencegah pembentukan tumor. Karena hilangnya fungsi gen-gen banyak ditemukan pada
berbagai kanker maka dipakailah istilah ini.
Tumor suppressor gene ditemukan pertama kali pada kasus retinoblastoma. Tumor ini
merupakan tumor yang jarang ditemukan dengan insiden kira-kira 1:20.000 bayi dan anak. Kira-
kira 40% kasus ini terjadi secara diturunkan dan 60% berlangsung secara sporadik. Tumor ini
diturunakan secara autosomal dominant. Knudson mengajukan hipotesis ”two hit” untuk
menerangkan terjadinya kanker. Pada kasus yang diturunkan ia berpendapat perubahan gen ini
terjadi pada salah satu orangtua dan gen yang telah mengalami perubahan ini terdapat pada semua
sel somatik, sementara mutasi kedua terjadi pada sel-sel retina yang telah mengalami mutasi.
Pada kasus sporadik kedua mutasi ini terjadi secara somatik pada satu sel retina yang kemudian
memperbanyak diri membentuk tumor.
mengalami perubahan dan menyebabkan terjadinya kanker. Pasien dengan retinoblastoma yang
bersifat familial ini juga mempunyai resiko tinggi untuk mengalami osteosarcoma dan beberapa
jenis sarkoma. Inaktivasi locus RB juga telah ditemukan pada beberapa tumor lainnya termasuk
adenokarsinoma payudara, karsinoma sel kecil paru, dan karsinoma kandung kemih.
STABILITAS GENOMIK
Ketidak stabilan genomik merupakan gambaran universal yang ditemukan pada kanker.
Ketidak stabilan genomik akan mengakibatkan gen-gen mudah mengalami mutasi. Ada 2 jenis
ketidakstabilan genomik yaitu
1. instabilitas kromosom (chromosomal instability)
merupakan bentuk yang umum ditemukan. Sel-sel tumor mempunyai kariotipe yang tidak
normal yang ditandai oleh banyaknya tambahan kromosom atau banyaknya kromosom
yang hilang. Ketidakstabilan kromosom terjadi karena
a. hilangnya spindle checkpoint
Spindle checkpoint akan mencegah pemisahan kromosom pada saat mitosis
hingga seluruh kromosom telah melekat secara benar pada benang-benang
spindle secara benar. Hilangnya spindle checkpoint akan menyebabkan
terbentuknya sel-sel yang tidak normal. Sel-sel tumor telah kehilangan
kemampuan spindle checkpoint.
b. siklus sel yang berjalan terus menerus setelah terjadi kerusakan DNA.
Pada sel yang DNA nya mengalami kerusakan, secara normal akan terjadi
mekanisme perbaikan DNA (DNA repairing) sebelum memasuki siklus sel
berikutnya, sehingga sel-sel turunan mempunyai DNA yang normal. Pada sel-sel
kanker kontrol ini telah hilang. Beberapa tumor supressor gen terlibat dalam
mekanisma kontrol ini misalnya ATM, nibrin, BRCA-1 dan BRCA-2
c. Replikasi terjadi pada tempat yang mempunyai telomerese yang telah memendek
sehingga proliferasi sel berlangsung terus menerus.
Ujung kromosom manusia diproteksi oleh sekuens berulang (TTAGGG)n yang
dipertahankan oleh ensim RNA khusus yaitu telomerase. Ensim ini terdapat pada
sel-sel benih tetapi sudah tidak ada pada kebanyakan sel somatik. Panjang
telomere ini berkurang 50-100 basepair pada setiap generatsi sel berikutnya,
sehingga akhirnya sel ini kehilangan kemampuan untuk memperbanyak diri lagi
dan mencapai stadium jenuh (senescence). Pada sel yang mempunyai gen p53
atau Rb yang tidak berfungsi proses perbanyakan sel akan tetap berlangsung
walaupun telomer telah menjadi sangat pendek dan akan menghasilkan sel-sel
yang tidak stabil yang mudah mengalami mutasi.
2. ketidakstabilan mikrosatelit (microsatellite instability)
Ketidakstabilan yang terlihat ditingkat DNA yang ditemukan pada beberapa jenis tumor
khususnya beberapa tumor kolon. Pada sel yang mengalami Loss of Heterozygosity atau
LOH dapat ditemukan adanya alel tambahan atau alel baru. Hal ini ditemukan pada
hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC).
2. G2-M checkpoint
Pada titik ini sel akan dihambat agar tidak memasuki tahap mitosis sebelum proses replikasi
DNA dan perbaikan DNA dari segala kerusakan selesai.
3. Spindle checkpoint
Spindle checkpoint akan mencegah pemisahan kromosom pada saat mitosis hingga seluruh
kromosom telah melekat secara benar pada benang-benang spindle secara benar. Hilangnya
spindle checkpoint akan menyebabkan terbentuknya sel-sel yang tidak normal. Sel-sel tumor
telah kehilangan kemampuan spindle checkpoint.
RUJUKAN
1. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Neoplasma: Robbin and Cotran Pathologic Basis of
Disease 2005, Chapter 7: 269-342
2. Bishop, JM. Molecular themes in oncogenesis.Cell, 1991: 64: 235-248
3. Harris H, The genetic analysis of malignancy. J.Cell Sci, 1986: 4 (Suppl): 431-444
4. Varmus, H., Weinberg, R.A. Genes and the Biology of Cancer. New York: Scientific
American Library, 1993.
5. Mc. Kelvey KD, Evans JP. Cancer genetics in primary care. J. Nutr. 2003, 133 (11S-I)
3767S-3772S
6. Gondhowiarjo S. Proliferasi sel dan keganasan. Maj. Kedokt. Indon.2004: 54(7): 289-299
7. Milner JA. Molecular Targets for Bioactive Food component. J. Nutr.2004 134(9):
2492S-2498S
8. Go VW, Butrum RR, Wong DA. Diet nutrition, and cancer prevention. The post genomic
era. J. Nutr. 2003, 133 (11S-I) 3830S-3836S
9. Nowell SA, Ahn J, Ambrosone CB. Gene-nutrient interaction in cancer etiology. Nutr.
Rev. 2004; 62(11):427-434
10. Philipp-Staheli J, Payne SR, Kemp CI: p27 (Kip1): regulation and function of a haplo-
insufficient tumor suppressor and its misregulation in cancer. Exp Cell Res 2001: 264:
148
11. Strachan T, Read AP, Cancer genetic in Human Molecular Genetics, 3 rd ed, Garland
Science, London-New York, 2004, pp. 488-507
12. Albert, B., Bray, D., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., Watson, J.D. The Molecular
Genetics of Cancer in Molecular Biology of The Cell., 3 rd Ed., Garland Publishing, New
York and London, 1994 pp. 1037-1138