ABSTRAK
Penelitian tentang formulasi krim antioksidan dari ekstrak biji kakao
(Theobroma cacao L.) dan uji kestabilan fisiknya telah dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasi krim dari ekstrak biji kakao yang paling stabil secara
fisik. Biji kakao diekstraksi dengan penyari aseton-air (7:3). Ekstrak aseton-air (7:3)
diformulasi menjadi sediaan krim dengan variasi emulgator yaitu tween® 60 – span®
60, tween® 80 - span® 80, novemer®, dan capigel®. Evaluasi kestabilan fisik krim
meliputi organoleptis, kriming, viskositas, dan ukuran tetes terdispersi serta inversi
fase sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat selama 12 jam secara
bergantian pada suhu 150C dan 35oC sebanyak 10 siklus. Pengamatan organoleptis
memperlihatkan tidak ada perubahan warna dan bau pada keempat krim. Analisis
statistik menunjukkan bahwa variasi emulgator memberikan pengaruh yang nyata
terhadap viskositas krim sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat,
sedangkan terhadap ukuran tetes terdispersi tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kriming dan inversi fase pada
semua krim. Keempat krim yang diformulasi menggunakan variasi emulgator stabil
secara fisik, namun yang paling stabil secara fisik adalah krim dengan emulgator
tween® 80 - span® 80 konsentrasi 5%.
dispersi dalam bahan dasar yang se- butilparaben), setil alkohol, span® 60
suai. Sediaan krim untuk kulit dapat (sorbitan 60), span® 80 (sorbitan 80),
berfungsi sebagai pelindung yang baik stearil alkohol, tween® 60 (polisorbat
bagi kulit (6,7). Salah satu syarat yang 60), tween® 80 (polisorbat 80
harus dipenuhi suatu sediaan emulsi Ekstraksi Sampel
yang baik adalah stabil secara fisika Buah kakao diperam selama 5
karena tanpa hal ini suatu emulsi akan hari. Buah dipecahkan dan bijinya dike-
segera kembali menjadi dua fase yang luarkan dan dipisahkan dari empulur.
terpisah. Ketidakstabilan emulsi terlihat Biji direndam dalam air panas (90oC)
dengan terjadinya kriming, flokulasi, selama 5 menit, dicuci lalu dikeringkan
dan penggumpalan yang dapat juga dalam oven pada suhu 40 – 50 C.
disertai dengan pemisahan fase, per- Biji kakao dikupas kulitnya lalu
ubahan kekentalan emulsi, serta ter- ditumbuk hingga diperoleh serbuk
jadinya inversi fase (8,9). kasar. Sebanyak 500 g serbuk biji di-
Berdasarkan uraian tersebut, maserasi dengan aseton:air (7:3) seba-
maka dilakukan studi formulasi krim nyak 1,25 liter, didiamkan selama 5 hari
antioksidan dari ekstrak biji kakao yang sambil sesekali diaduk kemudian filtrat
memenuhi syarat kestabilan fisik suatu disaring. Perlakuan diulangi sebanyak 3
emulsi. Pada penelitian ini digunakan kali. Ekstrak yang diperoleh dibebas-
emulgator tween® 60 (polisorbat 60) – lemakkan dengan n-heksan. Ekstrak
span® 60 (sorbitan 60), tween® 80 aseton:air yang diperoleh diuapkan pa-
(polisorbat 80) – span® 80 (sorbitan 80), da rotavapor hingga diperoleh ekstrak
novemer® (acrylat copolimer, mineral kental sebanyak 25,5 g.
oil, dan polisorbat 85), dan capigel® Analisis Kualitatif Bahan Alam
(acrylat copolimer). Parameter peng- Ekstrak biji kakao ditotolkan
ujian yang dilakukan meliputi perubah- pada lempeng KLT dan dielusi dengan
an organoleptis serta kestabilan fisika eluen butanol : asam asetat glasial : air
dari tiap sediaan krim yang dihasilkan (4:1:5). Visualisasi komponen kimia
sebelum dan setelah kondisi penyim- menggunakan lampu UV pada panjang
panan dipercepat (pada suhu 5oC dan gelombang 254 nm & 366 nm. Visual-
35oC masing-masing selama 12 jam se- isasi lebih lanjut dengan FeCl3 sebagai
banyak 10 siklus) meliputi volume krim- pereaksi penampak untuk deteksi se-
ing, perubahan kekentalan, dan ukuran nyawa golongan polifenol. Dengan
tetes terdispersi serta inversi fase. eluen butanol : asam asetat glasial : air
(4:1:5) menunjukkan warna noda hijau
METODE PENELITIAN kehitaman.
Alat dan Bahan Pembuatan Krim dengan Emulgator
Alat-alat yang digunakan antara Tween®-Span®
lain mikroskop (Nikon Eclipse E 200), 1. Fase minyak dibuat dengan melebur
penangas air (Memmert), pengaduk berturut-turut lanolin anhidrat, setil
elektrik (Philips), rotavapor, alat mase- alkohol, asam stearat, stearil alko-
rasi, termometer, timbangan elektrik, hol, span® 60, dan α-tokoferol di atas
timbangan kasar, dan viskometer tangas air. Suhu dipertahankan pada
(Brookfield) 70o C.
Bahan yang digunakan adalah 2. Fase air dibuat dengan melarutkan
asam stearat, aseton, α-tokoferol, buah tween® 60 dalam air yang telah di-
kakao (Theobroma cacao L.), capigel® panaskan hingga 70oC, kemudian di-
(acrylat copolimer), lanolin anhidrat, tambah propilen glikol. Suhu diperta-
metilen biru, minyak mawar, n-heksan, hankan pada 70o C
novemer® (acrylat copolimer, mineral 3. Krim dibuat dengan menambahkan
oil, dan polisorbat 85), propilen glikol, fase minyak ke dalam fase air kemu-
sepicide® (phenoxyethanol, metilpara- dian ditambah sepicide® sambil di-
ben, ethylparaben, propil paraben, dan aduk dengan pengaduk elektrik sela-
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 2 – Juli 2009 (ISSN : 1410-7031) 3
si yang paling baik untuk senyawa fla- Hasil analisis statistik terhadap
vonoid terkondensasi (prosianidin) yaitu perubahan viskositas krim sebelum dan
dengan menggunakan penyari aseton- setelah diberi kondisi penyimpanan di-
air (7:3) (12). percepat untuk krim menunjukkan pe-
Sebelum diformulasi dalam ngaruh yang sangat nyata dari variasi
sediaan krim, terlebih dahulu dilakukan emulgator yang digunakan, hal ini dapat
analisis kualitatif terhadap ekstrak biji dilihat pada Fhitung > dari Ftabel. Hal ini
kakao dengan metode KLT mengguna- berarti ada perubahan viskositas se-
kan eluen butanol-asam asetat glasial- belum dan setelah penyimpanan diper-
air (4:1:5). Analisis kualitatif ekstrak biji cepat. Pada krim I, III, dan IV terjadi
kakao menunjukkan adanya senyawa perubahan viskositas yang signifikan,
fenolik yang dapat dilihat dari warna kecuali pada krim II yang menggunakan
noda coklat kehijauan pada visualisasi emulgator tween 80–span 80 5%. Hal
dengan FeCl3, sedangkan pada sinar ini kemungkinan disebabkan karena
UV 254 dan 366 nm menunjukkan kombinasi tween 80–span 80 dengan
warna noda hijau kehitaman. konsentrasi 5 % dapat menghasilkan
Hasil pengamatan organoleptis lapisan antarmuka yang kompleks dan
terhadap krim yang dibuat dengan rapat yang tidak dipengaruhi siklus
emulgator krim I, II, III, dan IV yaitu krim suhu pada kondisi dipercepat.
dengan emulgator tween® 60–span® 60 Pada pengamatan tetes terdis-
5%, tween® 80–span® 80 5%, Capigel® persi tidak dilakukan perhitungan ukur-
0,1%, dan Novemer® 1% tidak menun- an tetes terdispersi. Hal ini disebab-
jukkan perubahan warna. Hal ini ke- kan karena ukuran tetes terdispersi dari
mungkinan disebabkan karena basis semua krim sangat kecil baik sebelum
krim bersifat inert sehingga tidak terjadi maupun setelah kondisi penyimpanan
interaksi antara flavonoid dalam ekstrak dipercepat. Rentang ukuran tetes
dengan emulgator. terdispersi suatu emulsi adalah 0,1 –
Hasil pengujian tipe emulsi krim 100 µm, semakin kecil ukuran tetes
sebelum dan sesudah penyimpanan di- terdispersi suatu emulsi maka semakin
percepat memperlihatkan semua krim stabil pula emulsi tersebut (8). Hasil
mempunyai tipe emulsi m/a, baik de- pengujian tipe krim setelah penyimpan-
ngan uji pengenceran maupun dengan an dipercepat tidak memperlihatkan
uji dispersi zat warna metilen biru. Hal perubahan tipe krim dari semua formula
ini disebabkan karena volume fase krim atau tidak terjadi inversi fase.
terdispersi (fase minyak) yang diguna- Dari pembahasan di atas maka
kan dalam krim lebih kecil dari fase diketahui bahwa ada pengaruh variasi
pendispersi (fase air), sehingga globul- emulgator yaitu tween® 60 - span® 60
globul minyak akan terdispersi ke 5%, tween® 60 -span® 80 5%, Capigel®
dalam fase air dan membentuk emulsi 0,1%, dan Novemer® 1% terhadap
tipe m/a. Selain itu nilai HLB kombinasi kestabilan krim antioksidan dari ekstrak
emulgator yang dibutuhkan 13,38 yang biji kakao ini, yaitu terhadap perubahan
sesuai dengan pernyataan Davies bah- viskositas dan ukuran tetes terdispersi
wa emulgator dengan HLB butuh lebih namun tidak berpengaruh terhadap
dari 7 akan terdistribusi dalam fase air volume kriming. Pembahasan di atas
dan membentuk emulsi tipe m/a (13). juga memperlihatkan bahwa semua
Dari hasil pengamatan volume krim stabil secara fisik. Namun, krim
kriming terhadap krim tipe m/a yang dengan emulgator tween® 80 – span®
dibuat tidak menunjukkan terjadinya 80 konsentrasi 5% merupakan krim
kriming pada semua krim yang dibuat. yang paling stabil secara físika.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena
krim yang dibuat memiliki viskositas KESIMPULAN
yang cukup tinggi sehingga tidak Dari hasil penelitian disimpul-
menghasilkan kriming. kan bahwa keempat krim antioksidan
Universitas Hasanuddin, Makassar 6
yang diformulasi dengan variasi emul- 7. Keithler, W.R.M. 1956. The Formu-
gator dapat dinyatakan stabil secara lation of Cosmetics and Cosmetic
fisik dan krim dengan menggunakan Specialities, Drug and Cosmetic
emulgator tween® 80 – span® 80 Industry. New York. 3
konsentrasi 5% paling stabil secara 8. Gennaro, A.R. 1990. Remington
fisik. and Practice of Pharmacy. 18th Ed.
Philadelphia College of Pharmacy
DAFTAR PUSTAKA and Science. Philadelphia. 301-302
1. Sunanto. H., 1994, Cokelat Budi- 9. Lachman, L., Lieberman, H.A.,
daya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Kanig, J.L., 1994. Theory and Prac-
Ekonominya. Yogyakarta: Penerbit tice of Pharmacy. John Wiley and
Kaninus.13 Sons. New York. 508, 549
2. Arlorio, M., Coisson, J.D., Restani, 10. Figueira, A., Janick, J., & Bemiller,
P. & Martelli, A. 2001. Antioxidant J.N. 1993. New Products from
and Biological Activity of Pigments Theobroma cacao. www.host.
from Theobroma cacao Hulls purdene.edu/newcrop/proceeding1
Extracted with Supercritical CO2. 993/html, diakses tanggal 12 April
J.Sci. Food. 653-656 2008
3. Keen, C.L. 2001. Chocolate : Food 11. The Raintree Nutrition. 1996. Data-
as Medicine/Medicine as Food base file for : Chocolate (Theobro-
Journal of the American College of ma cacao L.). www.rain-tree.com/
Nutrition. 20 : 436S-439S. chocolate.htm, diakses 14 April
4. Francisco A. et al. 2007. A New 2008
Process To Develop a Cocoa Pow- 12. Harborne, J.B. 1987. Metode Fito-
der with Higher Flavonoid Monomer kimia : Penuntun Cara Modern
Content and Enhanced Bioavail- Menganalisis Tumbuhan. Penerbit
ability in Healthy Humans. J.Sci. ITB Bandung. 70
Food Chem. Spain : 3926-3935 13. Direktorat Jenderal Pengawasan
5. Amiruddin, M.D. 2003. Ilmu Penya- Obat dan Makanan. 2005. Farma-
kit Kulit. Bagian Ilmu Penyakit Kulit kope Indonesia. Ed. 3. Departemen
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Hasanuddin. Makassar. Jakarta. 570
165
6. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan. 2005. Farma-
kope Indonesia. Ed.4. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 6
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 2 – Juli 2009 (ISSN : 1410-7031) 7