Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Karena anak-anak sangatlah berbeda dari orang dewasa – baik secara fisiologis maupun
psikologis – asuhan keperawatan pediatrik merupakan fenomena yang spasial. Untuk
menghadapi tantangan berespons terhadap kebutuhan anak, banyak fasilitas asuhan
keperawatan dewasa ini diperlengkapi dengan unit pediatrik terpisah, sehingga perawat dan
staf asuhan keperawatan profesional lainnya dapat memberikan terapi berdasarkan kebutuhan
individual pasiennya masing-masing. Namun, pada kenyataannya banyak fasilitas asuhan
kesehatan tidak memiliki ruangan berstandar tinggi seperti yang dimaksud. Sebagai
konsekuensi yang harus dipikul dalam penataan ruangan tersebut, anak-anak yang menderita
penyakit akut kadang-kadang tidak menerima perhatian khusus serta perawatan yang mereka
inginkan yang sepatutnya harus mereka dapatkan.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengigat anak bagian dari
keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, kehidupan dan
kesehatan anak juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Hal ini dapat telihat bila dukungan
keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila
dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang
dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2005).
Keberadaan anak di tengah-tengah keluarga sangat penting, baik dalam perawatan anak
sehat, maupun saat anak sakit. Keluarga dengan anak yang sedang sakit di rumah menuntut
keluarga itu sendiri untuk memberi perawatan yang optimal pada anak.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep family centre care dalam perawatan anak ?
2. Apa pengaruh budaya, social, agama dalam perawata anak ?
3. Apa pengaruh keluarga dalam perawatan anak ?
4. Bagaimana kedudukan anak dalam keluarga ?

1
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui bagaimana konsep family centre care dalam perawatan anak.
2. Mengetahui apa pengaruh budaya, social, agama, dalam perawatan anak.
3. Mengetahui apa pengaruh keluarga dalam perawatan anak.
4. Mengetahui bagaimana kedudukan anak dalam keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep family center care dalam perawatan anak


1. Family Centered Care (Perawatan berfokus pada keluarga)
Keluarga merupakan bagian penting dalam keperawatan anak mengingat anak
adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal
atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,Perry & Hockenberry,
2002).
Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit memerlukan
keterlibatan orangtua. Waktu kunjungan orangtua terhadap anaknya harus terbuka 24
jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan kesehatan pada orangtua yang
terprogram secara reguler. Anak membutuhkan orangtua selama proses hospitalisasi.
Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang
dirawat di rumah sakit, sangat diperlukan kerjasama antara orangtua dan tim
kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan
oleh orangtua dengan bantuan tenaga kesehatan yang berkompeten.
Konsep dasar pada filosofi Perawatan berfokus pada keluarga :
a. Enabling (memberdayakan)
Perawat memberdayakan keluarga dengan cara menciptakan kesempatan dan
cara bagi semua anggota keluarga untuk menampilkan kemampuan dan
ketrampilan yang ada dan untuk mendapatkan kemampuan kemampuan dan
ketrampilan baru yang perlu untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga
b. Empowering (memperkokoh)
Interaksi perawat dengan keluarga yang sedemikian rupa sehingga keluarga
mempertahankan atau mendapatkan perasaan mengontrol kehidupannya dan
aspek perubahan positif sebagai hasil dari perilaku perbantuan

3
Elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga :

a. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan
berespons terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda pula.
Demikian pula orangtua mempunyai latar belakang individu yang berbeda
dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan di rumah sakit.
b. Orangtua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya.
c. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak.
d. Keberhasilan dari pendekatan ini tergantung pada kesepakatan tim kesehatan
untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk
menggunakan pendekatan family centered tidak cukup hanya dari perawat
tetapi juga seluruh petugas yang ada.

B. Pengaruh Budaya, Agama dan Kepercayaan Terhadap Kesehatan Anak


Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh terhadap anak juga
dipengaruhi oleh nilai budaya, agama dan moral yang dianutnya. Ini akan mempengaruhi
kesehatan anak bahkan dimulai sejak ia masih di dalam kandungan ibunya. Setiap keluarga
memiliki pandangan yang berbeda dalam membesarkan anaknya, seperti yang memiliki
perbedaan budaya antara keluarga dengan budaya minang dan keluarga berbudaya batak.
Hal-hal yang ditanamkan terhadap anak-anak mereka berbeda sehingga pola hidup dan
kesehatan anaknya juga berbeda misalnya dalam kesehatan emosional.

1. Adat dan tradisi


Pemahaman berbagai keyakinan mengenai penyebab penyakitdan sakit, serta
praktik kesehatan tradisional. Makin banyak perawat mengetahui tentang nilai
keyakinan, dan adat kelompok etnis lain maka makin baik mereka memenuhi
kebutuhan keluarga dan anak.

 Relativitas budaya merupakan konsep suatu perilaku harus dinilai terlebih dahulu
dalam konteks budaya asal terjadinya perilaku tersebut. Beberapa budaya

4
mengganggap gender anak dapat mempengaruhi persepsi suatu keluaraga tentang
implikasi penyakit. Pengertian penyakit atau tanda dan gejala suatu penyakit juga
dipengaruhi oleh budaya, beberapa budaya misalnya mengganggap diare sebagai
pembersihan tubuh.
 Hubungan dengan pemberi perawatan kesehatan , dalam banyak kelompok
budaya ibu memegang peranan penting dalam kesehatan sementara kelompok
lain orang tua sama – sama terlibat. Pendekatan terhadap anak juga dapat di
pengaruhi oleh budaya, misanya sebagain keompok merasa bahwa masuknya
anak ke rumah sakit merupakan masalah keluarga, anak di lepaskan tanpa campur
tangan keluarga di rumah sakit.
 Komunikasi , merupakan suatu distress kelompok karena komunikasi adalah hal
terpenting dalam pelayanan keperawatan. Kontak mata juga dapat dipandang
berbeda dalam beberapa budaya.
 Kebiasaan makan
 Keyakinan dan prkatik kesehatan merupakan bagian integral dari warisan budaya
kesehatan keluarga. Contohnya kekuatan alam, kekuatan supranatural,
ketidakseimbangan kekuatan.
 Praktik keseahtan merupakan altrnatif bagi mereka ketika penyembuhan di rumah
sakit tidak berhasil.
 Mitos yang dikaitkan dengan pengaruh pranatal.

2. Keyakinan religious
Dimensi religius merupakan pengaruh terpenting dalam kehidupan individu dan
memberikan makna terhadap kehidupan serta memberikan sumber cinta. Asuhan
keperawatan holistik ditingkatkan melalui integrasi asuhan spiritual dan psikososial.
Diantara banyak kematian dan penyakit diyakini sebagai dosa bagi sebagian
keperrcayaan dan menganggap bahwa tenaga kesehatan tidak akan mampu
melindungi mereka yang di hukum tuhan.

5
C. Pengaruh keluarga dalam keperawatan anak
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari
keluarga. Dalam Pemberian Askep diperlukan keterlibatan keluarga karena anak selalu
membutuhkan orang tua di Rumah Sakit seperti aktivitas bermain atau program perawatan
lainnya. Pentingnya keterlibatan keluarga ini dapat mempengaruhi proses kesembuhan anak.
Program terapi yang telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika perawat selalu
membatasi keluarga dalam memberikan dukungan terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya
akan meningkatkan stress dan ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan menfasilitasi
keluarga dapat membantu proses penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan
keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian
yang penting dalam mengurangi dampak psikologis anak sehingga rencana keperawatan dengan
berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai.

D. Kedudukan Anak Dalam Keluarga


1. Anak Tunggal
Seorang anak saja dalam keluarga memang keuntunganya terlihat dari
pengetahuan umum dan kemampuan berbicaranya. Tetapi karena anak tersebut sendiri
saja, tentunya membawa masalah lain. Kepribadianya terpengaruh oleh keadaan yang
telah menyebabkan orang tua mengambil keputusan untuk hanya mempunyai seorang
anak.
Mungkin mereka menganggap kurang bijaksana kalau mempunyai banyak anak
karena cemas akan pendidikanya. Mungkin juga orang tua menganggap lebih dari satu
anak terlalu membebani kesanggupan pembiayaan, pendidikan sampai selesai. Masih
alasan lain yang menentukanya hanya menghendaki satu anak saja.
Anak tunggal ini biasanya disayang berlebih-lebihan serta terlalu dilindungi. Sering pula
orang tua merasa cemas yang luar basa. Anak memperlihatkan beberapa sifat:
a. Anak menjadi manja, mungkin juga penurut (tidak mau mengecewakan orang tua)
b. Takut, menyendiri, tidak ada teman-teman karena selalu dikelilingi orang dewasa,
yang tidak sebanding umurnya.
c. Menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakan, tidak sesuai dengan umur.

6
d. Kurang disenangi teman sebaya, karena anak tunggal tidak bisa bergaul dengan
teman sebaya, tidak tahu bagemana bertingkah laku.
Sikap perfek terlihat pada orang tua yang memperlhatkan desakan, dorongan yang
kuat untuk mencapai kesempurnaandalam segala hal yang akan dikerjakan atau
dilaksanakanya. Desakan ini juga ditunjukan terhadap anak supaya unggul dalam
berbagai bidang. Sebaliknya anak mungkin saja tidak sanggup menjalani dan memenuhi
tuntutan orang tua, sehingga anak frustasi. Anak merasa dirinya tidak sesuai, bersalah dan
menjadi cemas, tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan dan gugup. Mengatasi masalah
anak perfek ini harus disertai penaganan masalah sikap lainya yang diperlihatkan
terhadap anak tunggal, dan telah dibicarakan pada bab sebelum ini.
Penanganan anak dengan masalah dimana orang tua telah perfek, adalah:
a. Anak perlu diberi waktu terluang dengan permainan yang bebas.
b. Anjuran dan pujian bagi anak akan lebih berhasil dari pada kritik dan
bimbingan yang berlebih-lebih dan merupakan kekangan bagi anak.

2. Anak Sulung
Pada kelahiran anak pertama, orang tua belum berpengalaman, maka bayi yang
pertama lebih sering dibawa kedokter. Orang tua cenderung untuk menjadi terlalu cemas
dan terlalu melindungi anak sulung.
Bilamana orang tua masih muda dan belum siap untuk menjalani keadaan yang
berubah dengan lahirnya bayi pertama dan tanggung jawabnya, maka mungkin timbul
kesalahan. Bila anak sulung sudah bertambah besar, disamping orang tua mungkin
bersikap terlalu sayang, melindungi, terlalu perfek, mungkin juga terlalu membebani
anak dengan tanggung jawab yang berlebih-lebihan.
Sikap orang tua membebani tanggung jawab berlebihan pada anak. Orang tua
kadang-kadang mengharapkan anak menerima tanggung jawab melebihi kesediaan untuk
melaksanakanya. Kesanggupan teknis untuk suatu tugas tertentu belum berarti kesediaan,
siapnya anak, untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakanya.
Perasaan tanggung jawab adalah kemampuan untuk menyingkirkan semua
godaan-godaan, gangguan-gangguan dan menyadari keuntungan dari pelaksanaan yang
memuaskan.

7
Sifat anak yang dibebani tanggung jawab lebih dari kematangan perkembanganya,
akan nampak lebih matang, lebih diam, dan tekun dalam pekerjaanya. Sebaliknya, kadang-
kadang memperlihatkan sifat kekanak-kanakanya:
a. Kebiasaan menghisap jari, gangguan tidur, dan bermain permainan anak-anak.
b. Ajak kali menolak tanggung jawab dan pura-pura tidak sanggup melaksanakan
tugas sederhana.
c. Anak-anak yang dibesarkan tanpa disiplin, tanpa bimbingan, tetap diharapkan
bertanggung jawab, harus menentukan sendiri sampai dimana batas-batas
tanggung jawab.
d. Apabila ia tidak dapat menentukan apa yang sebaliknya dilakukan, ia menjadi
binggung dan cemas dengan penjelmaan kecemasan: tidak dapat tidur, mimpi
cemas, ketegang-ketegangan dan perasaan tidak puas dengan dirinya sendiri.

3. Anak tengah
Anak antara anak sulung dan bungsu, anaka kedua dan anak-anak lain, akan
dididik dengan lebih meyakinkan. Orang tua sudah lebih banyak pengalaman dan tidak
mencoba-coba dalam mengasuh dan merawat anak.
Anak tidak disalurkan dari dokter yang satu ke dokter yang lainnya, orang tua
lebih tegas dalam tindakan dan sikapnya. Karena sudah tau bagaimana cara-cara
membesarkan anak. Orang tua lebih yakin akan dirinya. Anak yang kedua menerima
segalanya sebagai nomor dua, mungkin juga bekas-bekas kakaknya.
a. Pakaian, mainan kakaknya diteruskan keanak kedua.
b. Dalam pendididkan anak-anak sulung menentukan arah dan kecepatan
pendidikan.
c. Anak kedua mungkin ingin mendapat “perlakuan”, dengan cara menggabungkan
diri dengan adik-adiknya, tidak mengganggu adik-adiknya bahkan sebaliknya,
bersikap baik terhadap adik-adik dan menjauhkan diri dari ibu dan ingin bersama
ayah.
Sebaiknya orang tua dalam mengatasi persoalan anak tengah ini :
a. Berusaha bersama-sama dengan anak menyenangi hobi, kesenangan yang sama.

8
b. Berdiskusi dan membicarakan pandangan-pandangan tertentu dengan anak yang
sudah remaja.

4. Anak bungsu
Biasanya anak bungsu cenderung akan dimanja dianggap bayi terus. Bukan saja
orang tua memanjakan anak bungsu, tetapi kakak-kakaknya juga turut memanjakan
sibungsu. Ia seolah-olah dimanja dan dididik oleh orangtuanya sendiri ditambah dengan
ayah atau ibu sebanyak jumlah kakak-kakaknya. Pemanjaan maupun pendidikan yang
beraneka ragam coraknya baik dari orang tua maupun dari kakak-kakaknya, tentu saja
dapat mengakibatkan ketidak tegasan (inkonsistensi) dalam pendidikan.
Sikap anak sulung dan anak bungsu menunjukan banyak persamaan. Anak sulung
sering menunjukan sifat-sifat khas:
a. Kegelisahan dan kesulitan makan.
b. Merasa diri kurang dari anak-anak yang lain, tetapi ingin dipujinya.
c. Kurang mendapat kesempatan untuk belajar bertanggungjawab.
d. Optimis, karena merasa semua akan berjalan dengan mudah dan baik, semua
akan dibereskan, dibantu oleh orang lain (kakak-kakaknya).
e. Akan memilih pasangan yang ada persamaan dengan sikap orangtuanya.

9
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedudukan anak dalam urutan kelahiran dan
hubungan antara anak dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Dalam
membantu mengatasi persoalan anak, maka perlu juga menganalisa kedudukan anak dalam
keluarga dan hubunganya dengan masalah anak.

10

Anda mungkin juga menyukai