Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTASI BIAYA
JUST IN TIME DAN BACKFLUSH COSTING

Disusun Oleh :

Komang Tiara Setia D 1641011006


Sisca Ayu Muji Astuti 1641011008
Rafida Ardelia 1641011004
Via Lita Gandari 1641011003
Era Wulansari 1641011018

JURUSAN MANAJEMEN PARALEL


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada kami berupa motivasi, baik materi maupun moral. Oleh karena
itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang tak dapat kami sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
.

Bandar Lampung, Desember 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTA ................................................................................................. .


DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................


1.3 Tujuan………….............................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau
persediaan barang-barang yang masih dalam proses ataupun persediaan bahan baku.
Persediaan merupakan salah satu aset paling mahal (40% dari total investasi). Harus
ada keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Maka dari itulah timbul yang namanya Konsep Just In Time adalah suatu
konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari
pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi,
sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan
barang/penyimpanan barang/stocking cost. Tujuan utama Just In Time adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Perhitungan serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian
produksi haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya
dapat menghambat proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi
penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu
berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya
memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas
yang diminta. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan
dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-
komponen lainnya.
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan
perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya
tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.

Backflushing / Backfush Costing / Backflush Accounting, merupakan pendekatan


akuntansi pada aliran biaya menufaktur yang dipersingkat. Ini dapat diteapkan pada
JIT yang sudah matang, dimana kecepatan begitu tinggi. Job order costing dan
process costing (metoda akumulasi dalam akuntansi biaya) melibatkan pemeliharaan
buku tambahan atas biaya barang dalam proses. Buku ini diperbaharui menggunakan
banyak jurnal akuntansi. Akuntansi tradisional tidak praktis untuk sistem JIT.

Backflushing, disebut juga perhitungan biaya Backflush (Backflush biaya) atau


akuntansi Backflush (akuntansi Backflush), merupakan pendekatan yang dipersingkat
atas akuntansi pada aliran biaya Manufaktur. Hal ini dapat diterapkan Ke sistem JIT
ke yang sudah matang, di mana kecepatan begitu tinggi sehingga akuntansi tradisional
tidak praktis. Baik perhitungan biaya Berdasarkan Pesanan maupun perhitungan biaya
berdasarkan proses, Metode umum Dalam akumulasi biaya, melibatkan pemeliharaan
buku tambahan atas biaya WIP. buku tambahan ini diperbaharui menggunakan
Banyak jurnal akuntansi. Jika waktu Antara penerimaan bahan baku dan penyelesaian
produk dikurangi menjadi beberapa jam, maka kegunaan Dari penerlusuran biaya
WIP secara hati-hati dapat dipertanyakan karena dua alasan.
Pertama, Waktu siklus total dalam beberapa jam berarti bahwa Jumlah WIP di setiap
waktu kecil. Akibatnya, pembebanan biaya secara akurat ke persediaan WIP yang
kecil umumnya merupakan hal remeh, Baik untuk pelaporan Keuangan maupun
untuk pengendalian maupun WIP. Untuk pelaporan keuangan, estimasi biaya akhir
periode mencukupi jika persediaanya sangat kecil. Untuk pengendalian persediaan
WIP yang bergerak cepat, ukutan Fisik dan observasi visual digunakan. Kedua,
meskipun jika seorang manajer Ingin menelusuri biaya WIP secara hati-hati dalam,
situasi seperti ini, Tidak ada teknologi pemrosesan data saat ini yang dapat
melakukannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Just In Time diterapkan pada perusahaan industri
2. Bagaimana kontribusi Just In Time pada perusahaan industri

I.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui perkembangan Just In Time dalam perusahaan industri
2. Untuk mengetahui kontribusi Just In Time pada perusahaan industri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN JUST IN TIME


Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In
Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber
daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan
dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-
komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time
dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Metode produksi Just In time mensyaratkan tidak adanya persediaan bahan baku
karena bahan baku dan suku cadang dijadwalkan untuk sampai ke pabrik dari
pemasok hanya pada saat dibutuhkan saja.

JIT mempunyai 4 aspek pokok sebagai berikut:


1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga
produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya
untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
2.3 PERSEDIAAN JUST IN TIME
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana
segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas
dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan
mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang
berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time
dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan
baku,barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk
bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat
berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau
bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena
sesuatu atau hal lainnya. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai
penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus
kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah
departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal
lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan itu sudah barang tentu memakan
biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan persedian. Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke
proses produksinya mestilah merancang kembali fasilitas –fasilitas pabrikasinya dan
kejadian - kejadian yang memicu proses Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa
yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar
karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya.
Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada
permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan
oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam
skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah.
Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In
Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai
melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja
pengiriman.
2.3 PEMBELIAN DALAM SISTEM JUST IN TIME.
Pendekatan JIT untuk pembelian menekankan pada pengurangan jumlah
pemasok serta memperbaiki mutu bahan baku mapun fungsi pembelian. Agar bisa
memindahkan bahan baku secara langsung dari pemasok ke ruang produksi dengan
sedikit atau tanpa inspeksi, dan menghilangkan kebutuhan ruang penyimpanan jangka
panjang
Beberapa hambatan dalam pembelian JIT:
Layout proses produksi
Frekuensi perubahan jadual
Sikap agen pembelian dan pemasok
Keandalan pengangkutan
Jarak pemasok

Pembelian JIT yang sudah dikembangkan dengan baik menggunakan pesanan


pembelian gabungan, yang merupakan perjanjian dengan pemasok yang menyatakan
jumlah yang diperkirakan akan dibutuhkan selama perioda tiga atau enam bulan ke
depan. Jumlah dan tanggal pasti tiap pengantaran ditetapkan lewat telepon atau EDI.
Sehingga menghilangkann beberapa form yang diperlukan dalam pembelian atau
pengadaan bahan baku.

2.4 PRODUKSI JIT


Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk
yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap
produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.

Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation
(stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi
yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam
bidang:
1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3. Waktu perpindahan
4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5. Ruangan pabrik
6. Biaya mutu
7. Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung
3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga
kerja dan overhead pabrik secara individual
4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”

2.5 JUST IN TIME DAN KERUGIAN PRODUKSI


Dengan JIT, tidak akan ada barang setengah jadi yang tersimpan atau
menunggu antara satu tahap produksi dengan tahap berikutnya, sehingga
menghilangkan kemungkinan keterlambatan pendeteksian barang cacat, yang pada
akhirnya meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya.
Disamping beberapa keuntungan potensial dengan BDP yang rendah, ada beberapa
biaya yang harus di-offset dalam pengurangan BDP:
Penanganan sebagian besar batch-batch BDP yang lebih kecil, termasuk biaya
memproses lebih banyak pesanan produksi dan permintaan bahan baku, jika dokumen
ini tetap digunakan, dan biaya untuk menangani lebih banyak untuk pengangkutan
baha baku.
Makin tingginya probabilitas terhentinya produksi karena perseidaan pengaman yang
lebih kecil di tiap lokasi kerja.
Kemungkinan biaya persediaan tidak dapat dikurangi sedemikian rupa sehingga dapat
mengimbangi jumlah persiapan yang harus dilakukan.

2.6 JUST IN TIME DAN PENGORGANISASIAN PABRIK


Salah satu pendekatan JIT adalah untuk mengubah dari layout tradisional
menjadi unit unit kerja. Suatu unit bertanggung jawab untuk seluruh produksi dari
suatu produk atau komponen, atau sekelompok dari produk atau komponen yang
serupa.
Selain pengawasan, tugas lain yang biasanya dianggap sebagai tugas yang
dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung dibebankan ke pekerja unit. Mereka
menghentikan produksi setiap kali output unit mereka tidak dibutuhkan dan memulai
kembali produksi ketika output tersebut dibutuhkan kembali, menerima dan
memindahkan bahan baku, memelihara, menyimpan dan menganti peralatan, cetakan
dan perlengkapan unit serta mempersiapkan dan memperbaiki mesin-mesin sel.
Akibatnya untuk mengukur tenaga kerja langsung dan tidak langsung secara terpisah
menjadi tidak mungkin, karena seorang pekerja dapat berpindah dalam mengerjakan
tugas dari tenaga kerja langsung ke tenaga kerja tidak langsung dan sebaliknya dalam
beberapa menit atau detik.
Jika seluruh pabrik diatur menjadi unit, hasilnya adalah hilangnya
departemen produksi tradisional maupun hampir semua departemen jasa.
Penjadwalan, penerimaan, penanganan bahan baku, penyimpanan peralatan,
persiapan, pemeliharan, inspeksi barang dalam proses, dan inspeksi barang jadi
semuanya dilakukan oleh pekerja sel dan bukannya oleh departemen jasa yang
terpisah. Fungsi tradisional dari departemen jasa termasuk penyimpanan bahan baku,
penyimpanan barang dalam proses, penyimpanan barang jadi, inspeksi penerimaan,
dan percepatan mungkin sama sekali tidak dibutuhkan.
Dampak dari pengaturan tersebut terhadap mutu produk bisa mengesankan.
Ingat kembali bahwa salah satu unsur dari total Quality Managemen adalah
pemberdayaan pekerja. Dampak akhir dari Just In Time atas pengaturan pabrik adalah
pada kebutuhan akan luas lantai pabrik. Banyak pihak yang menerapkan JIT terkejut
atas besarnya luas lantai pabrik yang tidak lagi diperlukan.
BACKFLUSHING
Perhitungan biaya backflush bertujuan mengurangi jumlah kejadian yang
diukur dan dicatat dalam sistem akuntansi. Disini sedikit saja penelusuran biaya
barang dalam proses. Ringkasnya, akun persediaan tidak disesuaikan selama periode
akuntansi untuk merefleksikan semua biaya produksi tapi saldonya dikoreksi
menggunakan ayat jurnal akhir perioda-dan tidak ada catatan buku pembantu yang
dipelihara untuk unit barang dalam proses. Perhitungan backflushing menghilangkan
beberapa langkah-langkah akuntansi atau menggabungkan beberapa langkah.
Beberapa akun buku besar juga dapat digabung.
Akuntansi persediaan bahan baku dan akuntansi barang dalam proses dapat
diubah dengan perhitungan backflushing. Karena dalam sistem JIT yang berhasil
mungkin saja tidak ada persediaan yang terpisah tapi langsung diproses, sehingga
bahan baku dan barang dalam proses digabung jadi satu akun. Versi lain, jika ada
akun barang dalam proses yang terpisah, sebagian atau semua elemen biaya dapat
dibebankan ke akun itu sebelum akhir perioda akuntansi. Akun persediaan barang jadi
juga dapat dibebankan dengan beberapa elemen biaya hanya dengan ayat jurnal akhir
perioda. Mungkin juga tidak ada akun persediaan barang jadi).
Dalam akumulasi biaya berdasarkan job order costing dan process costing, biaya
pekerjaan yang selesai ditentukan dengan membebankan semua elemen biaya (bahan
baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik) ke persediaan barang dalam proses
pada berbagai tahap produksi. Tapi dalam backflushing, beberapa atau semua biaya
output (produk) ditentukan hanya setelah produksi selesai. Biaya pekerjaan yag
selesai dikurangkan dari saldo akun barang dalam prses, atau akun kombinasi yang
ekuivalen, dalam tahap yang disebut pengurangan pascaproduksi. Dalam terminologi,
pengurangan mengacu pada jumlah biaya. Dalam praktek nyata, mungkin ada item
lain yang harus dikurangi, seperti estimasi biaya bahan baku sisa, biaya bahan baku
yang diretur ke pemasok, dan kehilangan yang diketahui saat perhitungan fisik
persediaan, dan dalam sistem perhitungan biaya standar, varians biaya.
Perhitungan backflushing menggunakan estimasi akhir perioda atas komponen biaya
bahan baku dan tenaga kerja untuk semua pekerjaan yang belum selesai, termasuk
bahan baku yang belum diproses.
Dalam sistem biaya standar:
Estimasi biaya dibuat setelah perhitungan fisik persediaan (mingguan atau bulanan).
Estimasi biaya bahan baku diturunkan dari faktur pemasok terakhir jika ingin biaya
aktual.
Estimasi jumlah biaya konversi diturunkan pertama-tama dengan mengestimasi biaya
konversi suatu barang jadi, lalu membebankan sebagian biaya konversi per unit ke
persediaan unit yang baru selesai sebagian.
Biaya konversi barang jadi dapat diestimasi dengan membagi total biaya konversi
yang telah terjadi selama perioda itu dengan jumlah unit yang mulai diproses, atau
dengan jumlah unit yang sudah selesai, atau dengan jumlah total unit yang sudah
selesai maupun belum selesai, atau dengan toral jumlah yang serupa untuk periode
itu.
Dalam sistem JIT yang matang yang mungkin menerapkan backflushing:
Semua langkah perhitungan biaya standar akan memberikan hasil yang hampir sama,
karena hanya sedikit unit yang ada dalam persediaan di tiap waktu.das
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam menangani tingginya biaya, menurunnya laba, dan menajamnya
persaingan telah mengakibatkan perusahaan mencari cara-cara untuk merampingkan
kegiatan usaha mereka dan mengumpulkan lebih banyak data akurat untuk tujuan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu muncullah ide Just In Time (JIT) yang hanya
memproduksi apabila ada permintaan. Akibatnya pemborosan dapat dihilangkan
dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih
rendah. Tujuan utama JIT adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan
perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas,
serta perbaikan kinerja pengiriman.

Prinsip dasar JIT adalah meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk


merespon perubahan dengan meminimisasi pemborosan. Ada empat aspek pokok
dalam sistim JIT yaitu :
Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai
tambah terhadap produk.
Komitmen terhadap kualitas prima.
Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas
yang memberikan nilai tambah.

Persediaan JIT adalah untuk sistem persediaan yang dirancang guna


mendapatkan barang secara tepat waktu. Pada persediaan JIT mensyaratkan bahwa
proses atau orang yang membuat unit-unit rusak dapat dikirim untuk menunggu
pengerjaan ulang atau menjadi bahan sisa. Sistim JIT menghapus kebutuhan akan
persediaan karena tidak ada produksi sampai barang akan dijual. Hal ini berarti bahwa
perusahaan harus mempunyai pesanan terus menerus agar dapat berproduksi.
Dalam system JIT menerapkan untuk membeli barang hanya dalam kuantitas yang
dibutuhkan saja. Untuk itu perusahaan harus mengikat kontrak panjang kepada
pemasok agar bersedia mengirimkan barang yang kita pesan sesering mungkin. Hal
ini agar tidak adanya persediaan di gudang.
Produsi JIT adalah suatu sistem dimana tiap komponen dalam jalur produksi
menghasilkan secepatnya saat diperlukan dalam langkah selanjutnya dalam jalur
produksi. Perusahaan harus memproduksi barang sesuai dengan jumlah pesanan agar
tidak adanya persediaan.
Pada system JIT perusahaan harus meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing
dengan perusahaan yang lain. Untuk perusahaan harus memperhatikan kualitas
mutunya. Dalam pengiriman barang dalam JIT harus tepat waktu, sesuai dengan
jumlah pesanan dan dengan kualitas yang bermutu tinggi. Karena hal ini dapat
mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan produksi. Jika pelanggan
senang maka ia akan sering melakukn pesanan terhadap perusahaan produksi dan
sebaliknya jika pelanggan tidak puas maka pelanggan akan memilih ke perusahaan
produksi lainnya.
Backflushing merupakan pendekatan yang dipersingkat atas akuntansi pada aliran
biaya Manufaktur. Hal ini dapat diterapkan Ke sistem JIT ke yang sudah matang, di
mana kecepatan begitu tinggi sehingga akuntansi tradisional tidak praktis. Baik
perhitungan biaya Berdasarkan Pesanan maupun perhitungan biaya berdasarkan
proses, Metode umum Dalam akumulasi biaya, melibatkan pemeliharaan buku
tambahan atas biaya.
DAFTAR PUSTAKA

http://supardiakuntansi.blogspot.co.id/2012/01/just-in-time.html

http://okta-wiskey.blogspot.co.id/2016/03/just-in-time.html

Anda mungkin juga menyukai