SKENARIO 2
ANYANG-ANYANGAN
KELOMPOK B-16
Seorang perempuan muda, usia 23 tahun, belum menikah datang ke dokter puskesmas
dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini
dirasakan sejak dua hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali
nyeri tekan supra pubik. Pada pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan peningkatan
leukosit. Kemudian pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.
KATA SULIT
1. Anyang-anyangan: buang air kecil secara terus menerus tetapi urin yang dikeluarkan
dalam jumlah kecil.
2. Nyeri tekan suprapubik: perasaan tidak enak ketika ditekan pada rongga abdomen,
diatas symphysis pubis.
3. Pemeriksaan kultur urin: pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan
bakteri atau mikroorganisme di media kultur.
HIPOTESIS
Infeksi saluran kemih bisa disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan
infeksi saluran kemih adalah E.coli. Hal ini dikarenakan E.coli merupakan flora normal di
usus yang mungkin bisa keluar bersama feses. Apabila kita tidak membersihkan daerah
kemaluan kita dengan bersih, E.coli bisa masuk ke dalam saluran kemih kita. Pada wanita,
infeksi saluran kemih sangat sering terjadi dibandingkan pada laki-laki (karena uretra wanita
lebih pendek dibandingkan uretra laki-laki). Bakteri yang masuk ke dalam saluran kemih kita
akan menyebabkan inflamasi pada vesicae urinaria. Inflamasi ini akan menyebabkan gejala
seperti nyeri saat buang air kecil, rasa ingin mengeluarkan urin secara terus-menerus
(anyang-anyangan). Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan nyeri tekan suprapubik. Selain
itu, pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan leukositosis, pertumbuhan bakteri lebih
5
dari 10 koloni/ml. Tatalaksana untuk penderita ISK adalah diberikan terapi antibiotik.
SASARAN BELAJAR
Urethra
Adalah saluran terakhir dari sistem urinarius mulai dari ostium urethra internum sampai
ostium urethra externum, Urethra pada laki-laki lebih panjang dari wanita, sebab pada laki-
laki ada penis dan kelenjar prostat, pada wanita tidak ada. Pada laki-laki lebih panjangnya 18-
20 cm, dan pada wanita hanya 3-4 cm.
Pada laki-laki, urethra terbagi atas 3 daerah:
a. Urethra pars prostatica → mulai dari ostium urethra internum sampai urethra
yang ditutupi oleh glandula prostat & berada di rongga pelvis.
b. Uretra pars membranacea → mulai dari urethra pars prostatica sampai bulbus
penis pars cavernosa (paling pendek: 1-2 cm)
c. Uretra pars cavernosa (spongiosa) → mulai dari daerah bulbus penis sampai
ostium urethra externum, berjalan dalam corpus cavernosa urethra
(penis), 12-15 cm.
Adalah organ berongga yang fungsi utamanya adalah menampung urine. Lumen vesika
urinaria dilapisi epitel transisional yang dapat meregang atau membesar (berubah bentuk)
saat diisi urine. Vesika urinaria dilapisi oleh 3 lapisan yaitu mukosa, muskularis dan
adventitia/serosa. Lapisan yang menyusun epitel transisional pada mukosa lebih banyak, pada
permukaan epitel yang teregang dapat ditemukan sel payung dengan dinding apikalnya
berwarna asidofil. Dibawah epitel terdapat lamina propia. Tunika muskularis tersusun oleh
lapisan-lapisan otot polos yang berjalan ke berbagai arah. Tunika adventitia berupa jaringan
ikat, sebagian vesika urinaria ditutupi oleh peritoneum (serosa).
Urethra
Pada urethra pria epitel pembatas urethra pars prostatica ialah epitel transisional, tetapi pada
bagian lain berubah menjadi epitel berlapis/bertingkat silindris, dengan bercak epitel berlapis
gepeng, ujung urethra bagian penis yang melebar atau fosa naviculare dibatasi oleh epitel
berlapis gepeng terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus. Sedangkan pada wanita
muskularisnya terdiri dari dua lapisan sel otot polos tetapi diperkuat sfingter otot pada
muaranya, dan epitel pembatasnya berupa epitel berlapis gepeng. Lamina propianya
merupakan jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai dengan banyaknya sinus venosus
mirip jaringan cavernosa.
Ketika kandung kemih terisi, ujung ureter yang terdapat di dinding kandung kemih tertekan
dan menutup. Tapi urin masih tetap bisa masuk ke kandung kemih, karena kontraksi ureter
menghasilkan tekanan yang cukup besar untuk mendorong urin melewati saluran yang
tertutup. Lapisan epitel kandung kemih (epitel transisional) mampu meningkatkan atau
mengurangi luas permukaan melalui proses teratur daur membran saat kandung kemih terisi
atau kosong.
2. Pseudomonas aeroginosa
P.aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan kulit
langsung. Pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat
netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni
selaput mukosa atau kulit dan menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit
sistemik. Proses ini dibantu oleh phili, enzim dan toksin.
3. Enterococcus faecalis
Terdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus faecalis merupakan yang
paling sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. Enterokokus adalah
yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial.
Selain beberapa cara penyebaran di atas, ISK mudah terjadi karena kondisi-kondisi di bawah
ini:
1. Bendungan aliran urine
2. Kembalinya urine dari kandung kemih ke saluran kencing bagian atas (refluks
vesiko-ureter)
3. Adanya sisa urine dalam kandung kemih
4. Gangguan metabolisme
5. Peralatan medis, misalnya kateter
6. Wanita hamil, karena bendungan dan ph urine yang tinggi
2. ISK Atas
a. Pielonefritis Akut (PNA) yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Kronik biasanya sering
diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Berdasarkan komplikasi :
1. Infeksi saluran kemih (ISK) tipe sederhana (uncomplicated type) jarang
dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik (IGK) walaupun sering
mengalami ISK berulang.
2. Infeksi saluran kemih (ISK) berkomplikasi (complicated type) terutama terkait
refluks vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
(IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (GGT) .
Berdasarkan Gejala :
1. Bakteriuria asimptomatis (tanpa disertai gejala)
2. Bakteriuria simptomatis (disertai gejala)
Gambar. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih. (1)kolonisasi kuman
di sekitar uretra, (2)masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3)penempelan kuman pada
dinding buli-buli, (4)masuknya kuman melaui ureter ke ginjal.
Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c. Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih
sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh pertahanan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.
A. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Pertahanan lokal dari host
b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral.
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out
urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam
urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk
bereplikasi dan menempel pada urotelium. Mekanisme wash out dapat berjalan
dengan baik dengan aliran urin yang adekuat adalah jika:
a. Jumlah urin cukup
b. Tidak ada hambatan didalam saluran kemih.
Oleh karena itu, kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang
tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.
Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme
wash out adalah adanya:
1. Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan
kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran
kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula,
dan adanya dilatasi atau refluks sistem urinaria.
2. Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai
tempat persembunyian kuman.
Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan daya tahan tubuh
yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada anak yang mendapatkan
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus
infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis,
Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida albicans, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/
jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun jarang terjadi, penyebaran
hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus
dapat menimbulkan abses pada ginjal.
Patofisiologi
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Penyebab terbanyak adalah
Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem
saluran kemih. Dari gram-negatif Escherichia coli menduduki tempat teratas. Sedangkan
jenis gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan enterococcus dan
staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih. (Tessy, A
et.al; 2001)
Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak di dalam urine,
disisi lain urine bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan spesies
Escherichia coli. Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah
mekanisme wash-out urine, yaitu aliran urine yang mampu membersihkan kuman-kuman
yang ada di dalam urine bila jumlah cukup. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum
menghasilkan urine yang tidak adekuat sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi
saluran kemih. ISK juga banyak terjadi melalui kateterisasi yang terjadi di rumah sakit.
Berikut data dari infeksi nosokomial terbanyak yang terjadi di rumah sakit.
LO.4.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Setiap jenis infeksi saluran kemih dapat menyebabkan lebih khusus tanda dan gejala,
tergantung pada bagian mana dari saluran kemih yang terinfeksi.
• Skoliosis
• Penurunan BB
•
ISK bagian bawah
Kandung kemih (sistitis) Rasa tidak nyaman bawah perut (suprapubik)
Sering buang air kecil tapi sedikit /anyang-anyangan
(polakisuria)
Nyeri ketika buang air akibat penyempitan VU atau uretra
(stranguria)
Nokturia,disuria
Darah dalam urin
Rasa panas saat kencing
Uretra (uretritis atau sindrom Ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun
uretra akut/SUA)
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut:
0 - 1 Bulan: Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,
panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).
1 bulan -2 tahun: Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan,
anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih
berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.
2 - 6 tahun: Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan kencing,
polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare, muntah, gangguan
pertumbuhan serta anoreksia.
6 - 18 tahun: Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat menahan
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna.
urin.
4. Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain:
a. Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui
urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum,
untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri,
maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara
urin porsi tengah. Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah
(midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan
memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam
pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun
tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus
dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam
vesica urinaria. Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
o Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-
gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
o Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin
yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan
pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih
dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril dapat ditemukan
pada keadaan:
- infeksi tuberkulosis
- urin terkontaminasi dengan antiseptik
- urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
- nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
- nefrolitiasis
- tumor uroepitelial
o Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit
ginjal, antara lain:
- silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk
glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
- silinder leukosit bersama dengan hanya piuria,
diagnostik untuk pielonefritis
- silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler
akut atau pada gromerulonefritis akut
- silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma
nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan
proteinuria nefrotik
o Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
o Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik
dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
b. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi
nitrat.
Diagnosis Banding
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri
berbagai gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus,
mikobakteri, klamidia, jamur, schistosomal) dan tidak menular (sistitis
radiasi, kimia, autoimun, hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan
sindrom kandung kemih/sistitis interstisial (PBS/IC).
SULFONAMID
Mekanisme kerja:
Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic-acid) untuk membentuk asam folat yang
digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat
kompetitif PABA.
PABA
Asam dihidrofolat
Asam tetrahidrofolat
Purin
DNA
• Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik,
karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang
mengandung basa purin dan timidin.
Farmakokinetik
• Absorpsi: melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus,
beberapa jenis sulfa di absorpsi di lambung.
• Distribusi: semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin
dalam derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh,
karena itu berguna untuk infeksi sistemik.
• Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek
toksik pada janin.
Sulfonamide di bagi ke dalam 3 golongan besar:
1. Sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat:
a. Sulfisoksazol
o dosis permulaan untuk dewasa 2-4mg, di lanjutkan dengan
1g setiap 4-6jam
o untuk anak 150mg/kgBB sehari
o obat ini bisa menimbulkan hipersensitivitas yang kadang
bersifat letal
o sediaan dalam bentuk tablet 500mg untuk oral
b. Sulfametoksazol
o derivate sulfisoksazol dgn absorpsi dan eksresi lebih
lambat
o dapat diberikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih
dan infeksi sistemik
o umumnya di gunakan dengan kombinasi tetap dengan
trimetoprim
c. sulfadiazine
o dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4g, dilanjutkan
dgn 2-4g dalam 3-6 kali pemberian, lama pemberian
tergantung keadaan penyakit.
o Anak-anak >2 bln, diberikan setengah dosis awal per hari,
kemudian di lanjutkan dengan 60-150mg/kgBB(maksimum
6g/hari) dalam 4-6 kali pemberian
o Sediaan dalam bentuk tablet 500mg
d. Sulfasitin
o Eksresinya cepat untuk penggunaan per-oral pada infeksi
saluran kemih.
o Pemberian dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis
250mg empat kali sehari.
o Tersedia dalam bentuk tablet 250mg(tdk di Indonesia)
e. Sulfametizol
o Digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan dosis 500-
1000mg dalam 3-4 kali pemberian sehari
o Tersedia dalam bentuk tablet 250mg dan 500mg
Efek samping
- Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya
gejala reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan.
Dan tidak diberikan lagi.
- Gangguan system hematopoetik:anemia hemolitik akut, Agranulositosis
(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan, eosinofilia, gejala
HPS.
- Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria (jarang terjadi)
- Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe
stevens-johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari
ke tujuh sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa
lemah, dan erupsi kulit, semuanya bersifat reversible).
- Lain2:mual dan muntah
- Tidak diberikan pada wanita hamil aterm
CORTIMOKSAZOL
o Trimetropin + sulfametoksazol
GOL. CEPHALOSPORIN
o Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan
obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus,
Providencia, Srratia, dan Haemophillus Spesies.
o Farmako dinamik:
Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella
Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria àgram (-)
Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim (pseudomonas aeruginosa)
o Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi
melaui empedu ke dalam feses.
o Efek samping: alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau
sefoperason = anti vitamin K, reaksi alergi, anafilaksis, dengan spasme
bronkus dan urtikaria dapat terjadi.
o Diberikan secara oral
GOL. FLUOROKUINOLON
o Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman
yang multiresisten dan P.Aeruginosa.
o Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial
akut maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh
o Farmako dinamik: hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan
transkripsi dengan bantuan enzim DNA girase → hambat DNA girase pada
kuman dan bersifat bakterisid.
o Farmako kinetik: diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya
sakit yang terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi
di prostat, T1/2 panjang → 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati,
ekskresi ginjal sebagian empedu.
o Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi
tukak dan sendi, dll.
o Efek samping: mual, muntah, tidak enak diperut, halunisasi, kejang,
hepatotoksik, fatotoksif dll.
AMINOGLIKOSIDA
ANTISEPTIK
1. Metenamin
- Indikasi: Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada
residu kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
- Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
- Efek samping: iritasi lambung (>500 g), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi
saluran kemih, proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
- Kontraindikasi: dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak
diberikan bersama sulfonamid.
- Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan → meningkatkan pH
- Oral 4 x 1 gram/hari
2. Nitrofrantoin
- Indikasi: Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian
bawah penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan
supresif ISK menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau
dikurangi dalam antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.
- Untuk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterococcus
- Farmakokinetik: lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna, dengan
makanan dapat menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan
bioavailibitasnya, terikat protein plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20
menit, urin agak cokelat
- Kontraindikasi: Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40
ml/menit, hamil, bayi < 3 bulan → anemia hemolitik
- Efek samping: mual, muntah dan siare, sakit kepala vertigo, nyeri otot.
3. Asam nalidiksat
- Indikasi : ISK bawah tanpa penyulit contohnya : Sistitis akut tidak
efektif untuk ISK bagian atas contohnya : Pielonefritis.
ISK yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal ginjal akut/kronik (akibat pyelonefritis),
yang dapat merusak ginjal secara permanen. Anak-anak dan orang tua merupakan usia yang
resiko tinggi mengalami kerusakan ginjal akibat ISK karena gejala yang ditimbulkannya
sering diabaikan atau disalah-artikan akibat adanya kondisi lain. Wanita hamil dengan ISK
juga beresiko mengalami abortus atau kelahiran bayi prematur.
1. Asupan cairan yang banyak, terutama air. Meminum air yang banyak dapat
membantu mencegah ISK dengan cara sering berkemih sehingga urine dapat
mendorong bakteri keluar dari traktus urinarius.
2. Basuh alat pengeluaran urin dari depan ke belakang. Melakukan hal ini setelah
berkemih dapat mencegah bakteri di daerah anal menyebar ke daerah vagiana
dan urethra.
3. Kosongkan kandung kemih sesegera mungkin setelah intercourse (hubungan
seksual)
4. Hindari menggunakan produk kewanitaan yang dapat menimbulkan iritasi.
Pengguanaan deodorant spray (deodorant semprot) atau produk kewanitaan
lainnya di daerah genital dapat menyebabkan iritasi pada urethra.
5. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
6. Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang
memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak
cukup bersih.
7. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak
menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa
menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan
dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya
sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.
8. Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di
bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.
9. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak
lembab.
12. Menyuci (istinja’) dengan tangan kiri. Tidak buang air di tempat mandi yg
airnya tergenang.
13. Tidak berdiri, kecuali untuk menghindari percikan najis.
Salisul-baul
Pengertian salisul-baul
1. Menurut mazhab Hanafi, salisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan
keluarnya air kencing secara kontinyu, atau keluar angin (kentut) secara
kontinyu, darah istihadhah, mencret yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang
serupa.
2. Menurut mazhab Hanbali, salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu
berupa air kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.
3. Menurut mazhab Maliki, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan
penyakit seperti keluar air kencing secara kontinyu.
4. Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara
kontinyu yang diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga
dan memakaikan kain atau sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat
keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing tersebut tidak jatuh ke tempat
shalat.
Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar air
kencing atau kentut dan lainnya aka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan istinja'
dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sukandar, Edar. 2009. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam oleh
Sudoyo AW dkk Jilid II Edisi V. Jakarta: InternaPublishing
27