Anda di halaman 1dari 2

POLITIK SYARIAT ISLAM

Oleh Aswar Hasan

Politik berasal kata Yunani, yaitu "Polis" yang artinya " Kota atau
Negara Kota". Di dalam kota itulah berbagai asal usul dan status manusia
berinteraksi antara satu dengan lainnya, yang dipimpin oleh Penguasa
Kota (Kepala Negara untuk saat ini) berdasarkan aturan yang disepakati
dan diterima.
Sementara itu, asal usul kota dalam pemerintahan Islam, berawal
dari sejak Rasulullah, SAW hijrah menetap di Madinah. Awalnya, Madinah
bernama Yastrib kemudian oleh Rasulullah Nabi Muhammad,SAW diubah
menjadi Madinah yang artinya kota. Lengkapnya, Madinah Al Munawwarah
Berarti kota yang bercahaya. Jadi, antara Polis dan Madinah kurang lebih
bermaksud sama, yaitu Negara Kota.
Menurut Aristoteles, yang lahir sekitar 300 tahun sebelum Masehi,
jauh sebelum Nabi Muhammad, SAW diutus, mengatakan bahwa politik
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena
itulah filsuf Yunani klasik ini menempatkan politik sebagai bagian dari
hakikat kemanusiaan dengan sebutan zoon politicon.
Politik dalam pemahaman Aristoteles bukanlah tata cara praktik
yang tidak beradab, melainkan realitas humanistik yang penuh dengan
tindakan-tindakan keberadaban, seperti tanggung jawab selaku manusia
atas kepercayaan yang diberikan oleh orang lain kepada dirinya. Olehnya,
ia harus peka terhadap kehidupan bersesama.
Dalam perspektif Islam, sebagaimana pandangan Imam Abul Wafa’
ibnu ‘Aqil al Hambali mengatakan, bahwa politik merupakan tindakan atau
perbuatan yang dengannya seseorang lebih dekat kepada kebaikan dan
lebih jauh dari kerusakan, dimana politik tersebut senantiasa terjaga agar
tidak bertentangan dengan syariah.
Islam adalah akidah dan ibadah, akhlak dan syariat yang lengkap.
Dengan kata lain, Islam merupakan tatanan yang sempurna bagi
kehidupan individu, keluarga, kemasyarakatan, dan negara dalam
pemerintahan.
Dalam terminologi Politik yang berdasarkan syariah, atau biasa juga
dikenal dengan istilah siyasah syar’iyah, maka pengelolaan masalah
kemasyarakatan dalam pemerintahan, haruslah menjamin terciptanya
kemaslahatan dan terhindarnya masyarakat dari kemudharatan dimana
sistem dan aturan diselaraskan dengan berdasarkan syariat Islam (jalan
keselamatan).
Secara aktif, Politik Syariah haruslah ditegakkan berdasarkan prinsip
amar makruf nahyi mungkar (memerintahkan berbuat baik dan
melarang/mencegah perbuatan mungkar) yang berorientasi semata-mata
untuk mencapai Ridho Ilahi Rabbi (perkenaan Allah yang disembah) bukan
perkenaan sesama makhluk ciptaan. Dengan demikian, setiap politisi
Muslim yang beriman, apapun partainya, wajib menegakkan dan
melaksanakan politik yang bersyariah. Yaitu politik yang menjalankan
tuntunan agama dan tuntutan dalam beragama. Sebab, antara Islam
sebagai agama dan politik sebagai sistem bernegara, tidak boleh terpisah,
apalagi mempertentangkannya. Doktrin dan dalilnya sudah sangat jelas,
yaitu Islam adalah Din wa Daulah (Agama dan Negara).
Dalam pada itu, maka sekadar mengingatkan, khusus kepada para
politisi yang mengaku telah berislam, apapun partai anda, bahwa secara
individu yang telah berikrar dua kalimat syahadat, Anda memiliki kewajiban
menegakkan Syariah Islam.
Maka dengan demikian, sebagai Politisi Muslim, dipartai apapun dan
di manapun dan dalam keadaan apapun, syariah adalah koridor jalan
perjuangan Anda. Itulah jalan kemuliaan mencapai puncak kemenangan
yang hakiki. Yakinlah! Bahwa tanpa Syariah, politik akan menyimpang dari
jalan yang diridohi oleh Allah SWT. Seorang politisi tanpa panduan syariah,
akan tersesat dan menyesatkan. Tanpa syariah Islam, politik akan
kehilangan makna yang hakiki. Wallahua'lam Bishawwabe.

Anda mungkin juga menyukai