Anda di halaman 1dari 2

Adapun Risiko dan dampak potensial suatu kegagalan yang mungkin terjadi pada sistem tata

udara ialah :
• Kegagalan aliran udara;
• Kegagalan filter (kehilangan pengendalian partikel udara atau kontaminasi silang),
• Kegagalan pengendalian kelembaban; dan
• Kegagalan satu Unit Penanganan Udara (AHU) yang dapat menyebabkan gangguan pada
perbedaan tekanan yang dihasilkan oleh Unit Penanganan Udara (AHU) yang lain.

Dampak potensial dari suatu kegagalan sistem dapat secara signifikan memengaruhi desain
Sistem Tata Udara dan perawatan serta desain perangkat penunjangnya.

Pengendalian aliran udara, kelembaban dan tekanan diperlukan untuk membatu menghindari
kontaminasi silang. Aliran udara dapat membawa partikel produk atau bahan berbahaya
lainnya kepada operator dan mempengaruhi mutu udara. Jumlah udara segar yang diperlukan
tergantung pada kegiatan personil. Seorang personil yang melakukan pekerjaan sambil duduk
biasanya melepaskan 100.000 partikel (berdiameter ≥ 0,3μm)/ menit. Seorang personil yang
kepanasan dan merasa tidak nyaman dapat melepaskan beberapa juta partikel termasuk
sejumlah besar mikroorganisme. Personil yang merasa nyaman dapat bekerja lebih efisien
dan lebih produktif serta meminimalkan timbulnya cemaran/kontaminan terhadap
lingkungan. Pengendalian tekanan mempengaruhi aliran udara. Perbedaan tekanan udara
disetiap ruangan berguna untuk menjaga kebersihan ruangan sesuai dengan tingkat
kebersihan yang dipersyaratkan.

Mengapa udara perlu ditata?


Jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup untuk jangka waktu yang lama, maka
pada suatu ketika ia akan merasa kurang nyaman, begitu juga jika kita berada pada ruang
terbuka pada siang hari dengan sinar matahari mengenai tubuh kita akan terasa kurang
nyaman. Hal ini diakibatkan dua hal utama yakni temperatur (suhu) dan kelembaban
(humidity) udara tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh.

Pertukaran udara persatuan waktu per orang, ditentukan oleh luas lubang ventilasi, kecepatan
aliran udara segar yang masuk ke dalam ruangan kerja, serta jumlah tenaga kerja yang berada
dalam ruangan tersebut. Bila ventilasi dalam suatu ruang kerja dibawah standar kebutuhan,
maka pekerja dalam ruang kerja tersebut akan mengalami ke pengapan, karena penyejukan
suhu badan, pengeringan keringat, dan penyediaan zat asam (O2) dalam ruangan terasa
terganggu. Hal ini akan mengakibatkan kapasitas dan efisiensi kerja menurun.
Sebaliknya bila ventilasi ruang kerja cukup baik, sehingga kondisi cukup nyaman maka
kapasitas kerja optimal dapat terpelihara, waktu terjadinya kelelahan dapat diperlambat,
kapasitas kerja tetap terjaga dengan baik, sehingga efisiensi kerja dapat ditingkatkan.
Pengukuran ventilasi dengan mengukur kecepatan aliran udara dan luas lubang ventilasi.
Aliran udara diukur dengan menggunakan alat anemometer (velocity-meter) dengan satuan
m/detik dan luas lubang ventilasi diukur dengan mengunakan meteran dengan satuan m2.
Jumlah aliran udara persatuan waktu diperoleh dengan mengalikan kedua hasil pengukuran
tersebut dengan hasil m3/detik. Maka ventilasi adalah volume ruang dibagi dengan jumlah
udara masuk persatuan waktu (menit), hasilnya adalah sekian kali per menit untuk seorang
pekerja.yang bekerja diruang tersebut
Terjadi keseimbangan antara panas yang diproduksi dan panas yang dilepaskan oleh
tubuh selama bekerja, sehingga suhu tubuh pekerja selama bekerja tetap pada kondisi suhu
tubuh normal.
Bila kelembaban udara ruang melebihi dari kelembaban yang nyaman, maka penguapan
keringat sewaktu bekerja akan terhambat, sehingga terjadi perlambatan penglepasan panas
tubuh ke udara lingkungan kerja. Pekerja akan merasakan kondisi kerja yang pengap,
sehingga mengurangi kapasitas dan efisiensi kerja.
Sebaliknya bila kelembaban terlalu rendah, sehingga penguapan pada saluran nafas dan
keringat lebih cepat sehingga saluran nafas menjadi kering, serta kulit cepat kering. Hal ini
juga dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas dan efisiensi kerja. Diupayakan agar
kelembaban berada pada kondisi nyaman .
Peralatan untuk mengukur kelembaban udara ruang dapat dilakukan dengan peralatan
hygrometer, dan hasilnya dapat dibaca langsung dari alat tersebut. Dapat juga dilakukan
dengan termometer biasa sebanyak dua buah.

Bila suhu udara lingkungan kerja pada suhu nyaman yaitu 25 0C (lebih dingin dari suhu
tubuh yang normal), panas yang dihasilkan tubuh sewaktu bekerja dilepas ke udara ruangan
kerja, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tetap sekitar 37 0C . Terjadi keseimbangan antara
panas yang diproduksi dan panas yang dilepaskan oleh tubuh selama bekerja, sehingga suhu
tubuh pekerja selama bekerja tetap pada kondisi suhu tubuh normal Penyebaran panas tubuh
ke udara lingkungan kerja dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan cara penguapan
(keringat, pernafasan), radiasi, konveksi, dan konduksi.
Bila suhu lingkungan kerja lebih panas (diatas suhu nyaman) misalnya pada lokasi peleburan,
pembakaran dll, maka tubuh akan menerima panas dari udara lingkungan kerja, atau panas
dari tubuh pekerja sewaktu bekerja sulit dilepas ke udara lingkungan kerja, sehingga suhu
tubuh dapat meningkat. Panas yang diterima tubuh dari udara ruang kerja dan panas tubuh
yang sulit dilepas ke udara ruang kerja dapat merupakan beban kerja bagi pekerja. Akibatnya
suhu badan pekerja akan meningkat, sehingga kapasitas dan efisiensi kerja menjadi menurun.
Apabila suhu ruang kerja terlalu rendah misalnya pada ruang penyimpanan dingin, maka
panas tubuh akan dipancarkan ke udara lingkungan kerja lebih banyak dibandingkan bila
suhu tempat kerja berada pada kondisi nyaman. Sedangkan tubuh berupaya untuk menjaga
suhu badan normal, untuk dapat beraktifitas optimal.Untuk itu tubuh akan memproduksi
panas dengan membakar karbohidrat, lemak, protein dalam badan lebih banyak dari biasanya
selama pekerja, untuk mempertahan suhu tubuh yang normal. Bila kompensasi tubuh
memproduksi panas gagal maka pekerja akan mengalami kedinginan (suhu tubuh lebih
rendah dari suhu badan normal) maka kapasitas dan efisiensi kerja akan menurun

Anda mungkin juga menyukai