Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indoneisa 1945 adalah

melindungi segenap bangsa Indoneisa dan seluruh tumpah darah Indoneisa dan

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial dalam rangka mencapai cita-cita bangsa

tersebut diselenggarakan Pembangunan Nasional disemua bidang kehidupan

berkesinambungan yang merupakan rangkaian pembangunan yang menyeluruh

terpadu dan terarah.

Pembangunan dibidang kesehatan salah satu upaya pembangunan

Nasional diarahkan untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemapuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal (Renstra Dinkes Jateng, 2010: 9). Sebagai salah satu bagian dari

integral pelayanan kesehatan, keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

kesehatan professional yang merupakan salah satu team dalam system

pelayanan kesehatan berdasarkan lmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada

individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup

seluruh proses kehidupan (Ta’adi, 2009:16).

6
Hipertensi merupakan penyakit yang insidensinya di Indonesia terus

meningkat. Penyakit reumatik yang sering disebut arthritis ( radang sendi) dan

dianggap sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe

kelainan yang berbeda(Smeltzer, 2001).

Penyakit reumatik adalah terminologi yang digunakan untuk

menggambarkan segala kondisi sakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal

termasuk persendian, otot-otot, jaringan ikat, jaringan lunak di sekitar

persendian dan tulang, yang diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya

gangguan metabolik, faktor nutrisi, inflamasi, autoimun, trauma dan penyebab

idiopatik. Meskipun kelainan terutama terjadi pada sendi, tulang dan otot,

tetapi penyakit reumatik dapat pula mengenai jaringan ekstra-artikuler (Syafei,

2010:2).

Penyakit rematik dan keradangan sendi merupakan penyakit yang banyak

dijumpai di masyarakat, khususnya pada orang yang berumur 40 tahun ke atas. Lebih

dari 40 persen dari golongan umur tersebut menderita keluhan nyeri sendi dan otot.

Dalam hal ini masalah rematik dipandang sebagai salah satu masalah kesehatan utama

sejak tahun 2000. Seperti penyakit menahun yang lain, maka rematik sering

menyebabkan kecacatan, dapat memberikan akibat yang memberatkan baik bagi

penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Adanya atau timbulnya kecacatan dapat

mengakibatkan penderita mengeluh terus-menerus, timbul kecemasan, ketegangan

jiwa, gelisah,sampai mengasingkan diri karena rasa rendah diri dan tak berharga

terhadap masyarakat. Sedang bagi keluarga sering menyebabkan cemas, bingung dan

kadang-kadang merasa malu bahwa keluarganya ada yang cacat, dengan demikian

timbul beban moril dan gangguan sosial di lingkungan keluarga (Syafei, 2010:3).
Disamping itu kronisitas dan kecacatan dapat menimbulkan beban ekonomi

baik bagi keluarga maupun masyarakat karena banyak pengeluaran tanpa ada

produktivitasnya dalam arti banyaknya jam kerja yang hilang; atau bahkan penderita

tidak dapat mengurus dirinya sendiri sehingga timbul ketergantungan dengan

konsekuensi menambah pengeluaran bagi perawatan dirinya.

Masyarakat luas hingga kini masih belum mengetahui bahwa sebetulnya jenis

gangguan rematik saat ini terdapat lebih dari 100 macam gangguan. Di mana pada

awalnya gangguan rematik tersebut akan memberikan gejala dan tanda yang sangat

mirip satu sama lain. Dalam hal ini, dokter sekalipun akan sulit sekali

membedakannya. Sekitar 60 persen dokter dalam hal ini melakukan kesalahan dalam

mendiagnosis. Penggunaan NSAID bukanlah satu-satunya modalitas dalam

penanggulangan gangguan rematik. Hal ini mengingat efek samping pada lambung

dan saluran cerna yang menyebabkan adanya keterbatasan dari penggunaan obat jenis

ini.

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak,

penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang

ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan

sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun

2025 dari sejumlah 699 juta kasus di tahun 2008, diperkirakan menjadi 1,17

milyar kasus di tahun 2025 (Riqwana Miruddin, 2006). Negara Indonesia yang

membangun di segala bidang perlu memperhatikan tindakan mendidik untuk


mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah

tinggi merambah hampir ke semua golongan masyarakat di seluruh dunia.

Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah. Terdapat sekitar 50

juta (1,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%,

Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi

hipertensi berkisar 6% sampai 15%. Survey ekstrim rendah terdapat di lembah

Balim, pegunungan Jaya Wijaya yaitu 0,6%. Untuk ekstrim yang lebih tinggi

terdapat di Talang Sumatra Barat 17,8%. Menurut Sanif (2009), hampir 30%

penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi (underdiagnosed

condition), kejadian ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala

ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Hipertensi ini sudah dipastikan

dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan

merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya.

WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak

masyarakat tak menaruh perhatian terhadap penyakit yang kadang dianggap

sepele oleh mereka, tanpa meyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya dan

dapat berakibat fatal bahkan kematian. Sehingga, hipertensi disebut sebagai

silent killer. Menurut Mansjoer (2006:518), sekitar 95% kasus hipertensi tidak

diketahui penyebabnya (hipertensi esensial) sedangkan yang 5% adalah

hipertensi non esensial. Hipertensi yang sudah mencapai tahap lanjut, artinya

sudah terjadi bertahun-tahun, bisa dirasakan gejalanya. Pada penderita

hipertensi sering muncul sakit kepala, pegal-pegal, napas pendek, pandangan

mata kabur, dan susah tidur. Umumnya, masyarakat awam mengetahui


seseorang menderita hipertensi jika tekanan darah lebih tinggi dari 160/90

mmHg (pengertian ini sesuai definisi hipertensi dari WHO, pada 20 tahun

yang lalu). Lebih parah lagi, masih banyak masyarakat yang menganut sistem

seratus ditambah usia, maksudnya seseorang dikatakan menderita hipertensi

jika tekanan darahnya diatas 100+usia (misalkan 70 tahun), maka tekanan

darah 100+70 = 170 dianggap normal dan lebih dari 170 baru dikatakan

menderita darah tinggi.

Tekanan darah dikatakan normal apabila kurang 120/80 mmHg, pre-

hipertensi 120-139/80-99 mmHg, hipertensi derajat 1:140-159/90-99 mmHg,

hipertensi derajat 2:160/90 mmHg. Batasan ini ditetapkan dan dikenal dengan

ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure).

Ketetapan ini telah disepakati oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO),

organisasi hipertensi International (ISH), dan organisasi hipertensi regional,

termasuk Indonesia (InaSH).

Dengan penjelasan ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui,

masing-masing individu telah masuk dalam kategori hipertensi atau belum,

untuk segera melakukan tindakan atau pencegahan dini agar dampak

hipertensi tidak terlanjur lebih berat bagi kesehatan. Golongan umur 45 tahun

ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan terarah. Hipertensi

salah satu faktor resiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit

kardiovaskular diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Lebih
kurang 10% sampai 30% penduduk di semua negara mengalami hipertensi

(Dyah, 2007).

Berdasarkan yang penulis lihat di masyarkat, jumlah penderita

penyakit hipertensi semakin meningkat dan penulis mengambil kesimpulan

karena berminat untuk memperdalam dan meneliti gambaran pengetahuan

pasien dan keluarga mengenai hipertensi, khususnya pada lansia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang perawatan terhadap keluarga dengan hipertensi dan

reumatik di Dusun Gowongan, Desa Kalikurmo, Kecamatan Bringin,

Kabupaten Semarang.

2. Tujuan khusus

a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi

berdasarkan 5 tugas keluarga.

b. Penulis dapat menetapkan masalah keperawatan pada keluarga dengan

hipertensi berdasarkan 5 tugas keluarga.

c. Penulis dapat menyusun intervensi atau rencana tindakan keperawatan

pada keluarga dengan hipertensi berdasarkan 5 tugas keluarga.

d. Penulis dapat melakukan implementasi keperawatan pada keluarga

dengan hipertensi berdasarkan 5 tugas keluarga.


e. Penulis dapat melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan

hipertensi berdasarkan 5 tugas keluarga.

C. Manfaat

1. Bagi Keluarga

Keluarga mampu mengenal masalah, mengambil keputusan tindakan yang

tepat untuk penderita hipertensi, merawat anggota yang sakit pada

penderita hipertensi memodifikasi lingkungan untuk penderita hipertensi,

dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan dan pertimbangan memberikan pengetahuan dan

penanganan serta penatalaksanaan terhadap keluarga dengan hipertensi,

khususnya pada lansia.

3. Bagi Keperawatan

Sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam

pemberian informasi pendidikan kesehatan dan asuhan keperawatan

keluarga khususnya pada penderita hipertensi.

4. Bagi Pembaca

Dapat menambah pengetahuan tentang penyakit hipertensi serta untuk

salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan perawatan kepada

penderita hipertensi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga.

1. Definisi Keluarga.

Dapertemen kesehatan RI (1988) dalam Jhonson dan Leny (2010:4)

mendefinisikan kelurga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggl di

suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan.

Helvie (1981) dalam mubarakk dkk (2010:67), menidentifikasikan

Keluarga sebagai sekelompok manusia yang tinggal satu rumah tangga

dalam kedekatan yang konsisten dan hubungn yang erat.

Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang

yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah,perkawinan atau

adopsi,atau tinggal bersama dan saling menguntungkan,mempunai tujuan

bersama,mempunyai generasi penerus,saling pengertian dan aling

menyayangi (Murray dan Zentner (1997) dalam Achjar, 2010:2),

Menurut Sayekti (1994) dalam Suprajitno (2004:1), keluarga adalah

satu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang

dewasa yang berlainan jenis, yang hidup bersama atau seorang laki-laki

atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Sedangkan Friedman (1998) keluaga adalah kupulan dua orang atau

lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan emosional dan

individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga.

Dari lima definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah

Unit terkecil dari suatu masyarakat yang saling berhubungan memuai

pertalian darah adopsi dan terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang

yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan saling

menguntunkan,mempunyai tujuan bersama mempunyai generasi

penerus,saling pengertian saling menyayangi dan mempunyai peran

masing-masing.

2. Karakteristik keluarga.

Karakteristik keluarga menurut Jhonson R- Leny R(2010:5), adalah:

a. Terdiri dari 2 atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik.

d. Mempunyai tujuan:

1) menciptakan dan mempertahankan budaya

2) meningkatkan perkembangan fisik, psikologi dan sosial anggota.


3. Tipe keluarga.

Tipe keluarga bergantung kepada kontek keilmuan dan orang yang

mengelompokkan (Setiadi, 2008:4-6):

a. Secara tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak.

2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya: nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, dan bibi.

b. Secara modern

1) Tradisional nuclear

Keluarga inti ( ayah, ibu dan anak) tinggal satu rumah di tetapkan

oleh saksi-saksi legal dala satu ikatam perkawinan, satu atau

keduanya bekerja di luar rumah.

2) Recontituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak –

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawina baru/kduanya dapat bekerja di luar rumah.

3) Niddle Ago/aging coupel

Suami sebagai pencari uang, isrti di rumah/kedua –dua bekerja di

rumah anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawian/menikah karier.
4) Dyadie Nuclear

Suami/istr yang sudah berumur dan tidak mmpunyai anak yang

keduanya atau salah satu keluarga bekerja di luar rumah.

5) Singgle parent

Satu orang tua akibat perceraia atau kematian pasangannya dan

anak-anaknya dapat tinggl di rumah atau di luar rumah.

6) Dual Carier

Suami/istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7) Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8) Singgle Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

9) Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah

10) Intitusional

Anak- anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti

11) Communal

Satu rumah terdiri satu atau dua lebih pasanagan yang monogamy

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan

fasilitas.
12) Group Married

Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam

suatu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dwngan

yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

13) Unmarried Parent dan Child

Ibu dan anak dimana dalam perkawinan tidak di

kehendaki,anaknya di adopsi

14) Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinngal bersama tanpa

perkawinan.

15) Gay and Lesbian Family

Keluarga yang di bentuk oleh pasanagan yang berjenis kelamin

sama.

4. Sruktur keluarga

Mubarak dkk (2010:68-69), mengidentifikasikan stuktur keluarga

terdiri dari:

a. Patriakal adalah Patrineal adalh keluarga sedarah yang terdiri atas

sanak saudara sedarah dala beberapa generasi,di mana hubungan itu di

susun melalui jalur garis ayah.

b. Matriakal adalah keluaga sedarah yang terdir atas sanak saudara dalam

beberapa genersi di rumah hubngan itu di susun melaui jalur garis ibu.

c. Patrilokal adalah suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami
d. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istr sebagai dasar bag

pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

5. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998):

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup,

dimana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai

respon terhadap situsi yang terpola secara sosial yang meraka alami.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada

pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan

keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan


akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Maka keluarga

memerlukan sumber keuangan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi Perawatan Kesehatan merupakan pertimbangan vital

dalam pengkajian keluarga, dan guna untuk memerlukan penyediaa

kebutuhan, kebutuhan fisik seperti makanan,pakaian,tempat tinggal

dan perawatan kesehatan.

6. Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan

dengan ketidak mampuan keluarga menghadapi masalah kesehatan.

Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai

paparan etiologi/penyebab masalah. Lima tugas keluarga yaitu (Achjar,

2010):

a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga

terhadap masalah yang dialami keluarga

b. Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh

mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau

tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap

akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah

kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.


c. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit

yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang

dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan

lingkungan.

e. Ketidak mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang

ada. Keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,

apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga.

7. Tahap-tahap kehidupan keluarga.

Menurut Duvall dan Miller, (1985); Carter dan Mc Goldrick,

(1988), dalam Suprajitno (2004), tahapan perkembangan keluarga

mempunyai tugas perkembangan yang berbeda yaitu :

a. Tahap I, keluarga baru menikah

Tugas perkembangan keluarga baru menikah yaitu membina

hubungan intim yang memuaskan serta membina hubungan dengan

keluarga lain, teman kelompok sosial an mendiskusikan untuk

mempunyai anak.
b. Tahap II, keluarga dengan anak baru lahir

Tugas perkrmbangan keluarga dengan anak baru lahir yaitu

mempersiapkan menjadi orang tua serta beradaptasi dengan perubahan

adanya anggota keluarga,hubungan seksual dan mempertahankan

hubungan dalam rangka mempertahankan hubungan dalam rangka

memuaskan pasangan.

c. Tugas perkembangan keluarga pada tahap III dengan anak usia pra

sekolah

Tugas perkembangan keluarga dengan keluarga anak denga usia pra

sekolah yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga missal

kebutuhan tempat tinggal, penuasi dan rasa aman, membentuk anak

bersosialisasi, beradaptas dengan anak yang baru lahir, sementara

kebutuhan anak yang lain (tua) yang harus terpenuhi, mempertahankan

hubungan yang sehat baik d dalam atau di luar keluarga (keluarga lain

dan lingkungan sekitar). Pembagian waktu untuk individu, pasangan

dan anak(biasanya keluaga mempunyai tingka kerepotan tinggi ) serta

pembagian tanggung jawab anggota keluarga dan merencanakan

kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu membantu

sosialisai anak tehadap lingkungan luar rumah.sekolah dan lingkungan

lebih luar (yang tidak/kurang di peroleh dari sekolah atau masyarakat


dan mempertahan kan keintiman pasangan dan memenuhi kebutuhan

yang mrningkat,termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota

keluarga)

e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V dengan aanak usia remaja

yaitu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab

mengingat remaja adalah seseorang dewasa muda dan mulai memiliki

otonomi,mempertahahankan hubungan intim dalam keluarga,

memepertahankan komunkasi terbuka antara anak dan orang tua.

Hindarkan adanya terjadi perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

serta mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota)

keluaga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.

f. Tahap VI, keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa

Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa yaitu memperlua

jaringan keluarga dari keluarga int menjadi keluarga besar,

mempertahankan keintiman paangan dan memebantu anak untuk

mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat serta penataan baru peran

orang tua dan kegiatan di rumah.

g. Tahap VII, kelurga usia pertengahan

Tugas perkembangan keluarga dengan dengan keluarga usia

pertengahan yaitu mmpertahankan kesehatan individu dan

pasanganusia pertengahan dan mempertahankan hubungan yang serasi


dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya srta meningkatkan

keakraban pasangan.

h. Tahap VIII, keluarga usia tua

Tugas perkembangan keluarga dengan keluarga usia tua yaitu

mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangannya adaptasi dengan perubahan yang akan

terjadi: kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan menghasilkan

keluarga dan mempertahankan keakraban pasangan dan saling

merawat seta melakukan life riviuw masa lalu.

8. Konsep Keperawatan Keluarga

a. Definisi keperawatan keluarga

Keperawatan adalah sautu bentuk pelayanan protesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan oada

ilmu dan ikatan keperawatan, berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-

spiritual yang komprehensif, di tunjukkan kepada individu, keluarga

kelompok dan masyarakat, baik seta maupun sakit yang mencakup

seluruh proses kehidupan manusia (Suprayitno, 2004:22).

Asuhan keperawatan adalah suau proses atau rangkaian

kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada

klien pada berbagai tatanan dengan pelayanan kesehatan, dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dasar manusia, denan menggunakan metedologi

keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan, di landasi


etik dan etika keperawatan,dalam lingkup wewenang serta tanggung

jawab keperawatan (Suprayitno:2004:23).

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkah perawatan

kesehatan masyarakat yag di tunjukkua atau di pusatkan pada keluarga

sebagai unit atau kesatuan yang di rawat dengan sehat sebagai tujuan

melalui perawata sebagai saran/penyalur (Jhonson R &Leny R:

2010:40).

b. Tujuan

Menurut Suprayitno (2004:27-28) tujuan asuhan keperawatan

keluarga terdiri dari yaitu:

a. Tujuan umum

Di tingkatkan kemampuan keuarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya secara mandiri.

b. Tujuan khusus

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah

kesehatan keluarga.

3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota

keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan

atau yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan

keluarga.

4) Memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat

menunjang peningkatan kesehatan keluarga.


5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya:

puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat dan posyandu

untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

keluarga.

c. Sasaran

Menurut Suprayitno (2004:28), sasaran dari asuhan

keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan

yaitu keluaga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko

terhadap timbulnya masalah kesehatan.

d. Tahapan dan proses keperawatan keluarga

Tahap-tahap proses keperawatan keluarga menurut Mubarak

dkk (2010: 95) adalah sebagai berikut:

1) Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga. Pengkajian

keluarga di lakukan dengan cara mengidentifikasi data demografi,

data sosial cultural, data ligkungan, fungsi keluarga, sters dan

koping yang di gunakan keluarga serta perkembangan keluarga.

2) Perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang di

peroleh dari hasil pengkajian.

3) Penyusunan perencanaan yang merupakan kumpulan tindakan

yang di rencanakan oleh perawat yang telah diidentifikasi.

4) Pelaksana asuhan keperawatan proses keperawaan keluarga dimana

perawat mendapatkan kesempatan membangkitkan minat keluarga

dalam mengadakan perbaikan ke hidup sehat.


5) Tahap evaluasi yaitu sesuai dengan rencana tindakan yang telah di

berikan dan untuk melihat keberhasilannya.

e. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan

Menurut Helvie (1998) dan Hitchock K, Schubert & Thomas

(1999) dalam Achjar (2010: 31-33) peran perawat yaitu:

1) Pendidik (educator)

2) Peneliti (researcher)

3) Konselor (counselor)

4) Manajer kasus (case manager)

5) Kolabolator (collabolator)

6) Penghubung (Liaison)

7) Pembela (advocate)

8) Pemberi perawatan langsung

9) Role Model

10) Referral reseorse

11) Pembaharuan (inovator)

B. Konsep Dasar Lansia

1. Definisi Lansia

Undang-undang No. 4 tahun 1965 pasal 1 dalam Mubarak, dkk

(2010: 181), lansia adalah seseorang yang dinyatakan sebagai orang jompo

atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan

hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

Menurut WHO dalam Badriyah (2009:19) lansia adalah seseorang

yang berumur antara 60 & 74 tahun.

Menurut lansia adalah (genatric age) adalah orang yang berusia lebih

dari 65 tahun. Selanjunya erbag dalam usia 70-75 tahun (young old); 75-80

tahun (old) dan lebih dar 80 tahun (very old) (Setyonegoro ( 1984) dalam

Tamher & Noorkasiani, 2009: 2).

Menurut Bab I pasal I ayat (2) UU. No. 13 Th. 1998 dalam Tamher

& Noorkasiani (2009:2) tentang kesejah teraan usia lanjut, lansia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

2. Batas –batasan Lansia

Menurut Dapertemen Kesehatan RI dalam Mubarak dkk (2010:140)

batas batasan lansia sebagai berikut:

a. Menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas

b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

c. Kelompok usia lanjut (> 65 tahun) sebagai senium

Menurut Hurlock (1979) dalam Kushariyadi (2010:2) batasan-

batasan lansia adalah sebagai berikut :

a. Early old age (usia 60-0 tahun)

b. Advanced old age (usia >70 tahun)


Menurut Smith dan Smith (1999), dalam S.Tamher dan Noorkasiani

(2009 : 2), menggolongkan usia lanjut menjati tiga, yaitu : young old (65-74

tahun) middle old (75-84 tahun) dan old-old (lebih dari 85 tahun

3. Proses Menua

menurut Mubarak, dkk (2010: 140), proses menua merupakan

proses alamiah setelah 3 tahap kehidupan yaitu masa-masa dewasa dan masa

tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap inidvidu.

Sedangkan menurut Constantanides dalam Badriyah (2009: 13)

proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita.

4. Teori- teori proses penuaan

Menurut Thamher & Noorkasiani (2009:18-21) teori yang

menjelaskan tentang penuaan yaitu:

a. Teori Biologis

1) Teori jam genetik

Manusia yang memilki rentang kehidupan maksimal sekitar 110

tahun. Sel- selny di perkirakan hanya mampu membelah sekitar 50

kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi.

2) Teori interaksi seluler

Bahwa sel-sel satu sama lain saling berinteraksi dan mempengaruhi.

3) Teori mutagenesis somatik


Bahwa begtu terjadi pembelahan sel (mitosis) akan terjadi mutasi

spontan yang terus menerus berlangsung dan akhirnya mengarah pada

kematian sel.

4) Teori eror katastrop

Bahwa eror akan terjadi pada struktur DNA,RNA dan sintesis protein

5) Teori pemakaian dan kausan

Teori pemkaian dan kausan (tear & wear) dimana tahun demi tahun

hal ini berlangsung dan lama kelamaan akan timbul deteronasi.

b. Teori psikososial

1) Disengegement Theory

Teori ini menyatakan bahwa individu dan masyarakat mengalami

disengagement dalam suatu mutual withdrawl (menarik diri) .

2) Teori Aktivitas

Menurut teori ini, menekankan pentingnya peran serta dalam

kegiatan masyarakat bagi kehidupan seorang lansia.

3) Teori Komunitas

Mementingkan hubungan antara keperibadian dan kesuksesan hidup.

4) Teori Subkultur

Pada teori ini dikatakan bahwa lansia sebagai kelompok yang

memiliki norma harapan, rasa percaya, dan adat kebiasaan tersendiri,

sehingga dapat digolongkan selaku suatu subkultur.

5) Teori Stratikasi Usia

menerangkan adanya saling ketergantungan antara usia dengan

struktur sosial.
6) Teori penyesuaian individu dengan lingkungan

Menurut teori ini, bahwa ada hubungan antara kompetisi individu

dengan lingkungannya.

5. Faktor- faktor yang mempengaruhi penuaan

Menurut Bandiyah (2009: 19) faktor-faktor yang mempengaruhi

penuaan meliputi : Hereditas (keturunan atau genetik), Nutrisi (makanan),

Status kesehatan, Pengalaman hidup, Lingkungan, Stres.

6. Perubahan-perubahan yang mempengaruhi penuaan

Menurut Mubarak dkk (2010:150-155) perubahan-perubahan yang

terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

a. Perubahan kondisi Fisik

1) Keseluruhan : berkurangnya tinggi dan berat badan

2) System integument : kulit keriput, kering karena

penurunan cairan.

3) Temperatur tubuh : temperature tubuh menurun akibat

kecepatan metabolism yang menurun.

4) Sistem muscular : kecepatan dan kontraksi otot skeletal

berkurang.

5) Sistem kardiovaskular : katup jantung menebal dan menjadi

kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per

tahun.berkurang curah jantung.

6) Sistem perkemihan : gijal mengecil nefron menjadi atrofi,

bertabah gromeruli yang abnormal, dan jumlah nefron menurun.


7) Sistem pernafasan : berkurangnya elastisitas paru, alveoli

melebar dari biasanya, menerunya aktivitas silia, berkurangnya

maksimal oksigen uptake dan berkurangnya reflek batuk.

8) Sistem gastrointestinal : kehilanan gigi, indra pengecap

menurun, asam lambung menurun.

9) Rangkah tubuh : hilangnya zat pembentuk tulang.

10) Sistem penglihatan : menurunnya lapang pandang,

sensivitas rterhadap warna, lensa menjadi keruh.

11) Sistem pendengaran : penurunan pendengaran, penumpukan

serumen, berkurangnya persesi nada tinggi.

12) Sistem persarafan : kurang sensitive terhadap sentuhan,

kemunduran fungsi saraf otonom, hantaran neuron motorik

melemah.

13) Sistem endokrin : menurunnya aktifitas tyroid akibat

basal metabolisme menurun, dan psikomotor menjadi lambat.

14) Sistem reproduksi : selaut lendir vagina menurun atau

kering, menciutnya ovarium dan uerus.

15) Daya pengecap dan pembauan : menurunnya kemampuan untuk

melakukan pengecap dam pembauan, sensitivitas terhadap empat

rasa menurun.

b. Perubahan kondisi mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi mental yaitu:

1) Perubahan fisik, terutama organ


2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturuna hereditas

5) Lingkungan

6) Gangguan saraf panca indra

7) Ganguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

8) Rangkaian dari kehilangan

9) Hilanya kekuatan dan ketanggapan fisik dan konsep diri

c. Perubahan psikososial

Perubhan psikososial adalah merasakan atau sadar dengan kematian,

perubahan cara hidup memasuki rumah perawatan, penghasilan menurun,

biaya hidup meningkat,tambahan biaya pengobatan,penyakit kronis,

ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan diri dari lingkungan

sosial,kehilangan huugan dengan teman dan keluarga, hilannya

ketegangan dan kekuatan fisik.

d. Perubahan kognitif

Perubahan kognitif yaitu perubahan pada tugas-tugas yang

membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka

pendek.

e. Perbahan spiritual

1) Agama/kepercayaan makin terintegrasi

2) Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaan


3) Perkembangan spiritual menurut fowler yaitu berfikir dan bertindak

dengan cara memberikan contoh cara mencintai & bersikap adil.

7. Konsep Keperawatan Lansia

Mubarak dkk (2010: 167-184) membeagi proses keperawatan lansia

meliputi:

a. Pengkajian

Proses pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisis data,

perumusan masalah dan prioritas masalah.

b. Diagnosis keperawatan

Respon individu pada masalh kesehatan, baik yang aktua maupun

potensial. Masalh actual yaitu masalh yang di peroleh pada saat

pengkajian. Sedangkan masalah potensial yaitu masalah yang mungkin

timbul kemudian. Diagnosis keperawatan yaitu suatu pernyataan yang

jelas, padat dan pasti tentang status dan masalh tentang kesehatan klien

yang dapat di atasi dengan tindakan keperawatan.

c. Intervensi keperawatan

Perencanaan keerawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan di laksanakan untuk mengatasi masalh sesuai

dengan diagnosis keperawatan yang telah di tentukan dengan ujuan

terpenuhinya kebutuhan klien.

d. Tindakan keperawatan

Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang

telah di buat sebelumnya.


e. Evaluasi

Evaluasi di lakukan berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan

sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan

keperawatan yang telah di laksanakan dengan tujuan yang telah di

tetapkan sebelumnya, dan menlai efektifitas proses keperawatan mulai

dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.

B. Konsep Dasar Hipertensi.

1. Pengertian.

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah

sistoliknya di atas 160 mmHg dan tekana darah diastolik 90 mmHg

(Smetzer & Bare, 2002:896).

Commite of the Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Preasure (JNC) dalam Kushariyadi (2010:101) mendefinisikan hipertensi

adalah tekana yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di

kualirifikasikan sesuai dengan derajad keparahannya.

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit

jantung koroner,kejadian stroke, gagal ginjal kronik dan gagal jantung

kongestif (Irmalita dkk, 2009:18).

Hipertensi merupakan refleksi gangguan fungsi sistem

kardivaskuler untuk mengatur sirkulasi darah ke seluruh tubuh, dengan

konsekuensi menungkatnya morbiditas dan mortalitas (Kaligis dkk,

2001:5).
Hipertensi heart deasease (HHD) adalah istilah yang diterapakan

untuk menerangkan penyakit jantung secara keseluruhan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah sistolik yang lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dan merupakan faktor resiko

utama penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal kronik.

2. Klasifikasi tekanan darah tinggi

Tabel 2.1 klasifikasi menurut JNC-VII-2003 dalam Irmalita (2009:18)

Tekanan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hiprtensi
Derajat 1 140-159 90-99
Derajat 2 ≥160 ≥100

3. Etiologi

Berdasarkan identifikasi penyebab hipertensi, JNC-VII 2003 dalam

Irmalita (2009:18) mengklasifikasikan penyebab sebagai berikut:

a. Sleep apnea

b. Penyalahgunaan obat-oabatan dan bahan lainnya

c. Penyakit ginjal kronik

d. Aldosteronism primer

e. Penyakit renovaskuler

f. Terapi steroid kronik dan sindroma Cushing’s

g. pheochromocytoma

h. Coarctatio aorta
i. Penyakit tiroid atau para tiroid

Sedangkan Suyono dkk, (2002:63) mendidentifikasikan penyebab

hipertensi yaitu:

a. Hipertensi essensial atau hipertensi yang tidak diketahui. Banyak

faktor yang mempengaruhinya seperti: genetik, lingkungan,

hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, obesitas, alkohol, merokok,

pemasukan garam dan pil kontrasepsi.

b. Hipertensi sekunder hipertensi akibat defek organ spesifik, seperti

penyakit ginjal, sindrom chosing, feokromositoma atau

hiperalddosteronisme primer. Diobati dengan membalikkan proses

penyakit yang mendasari.

4. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan

darah lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan

kelenturan dan menjadi naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia

lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arteriosklerosis. Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat

sehingga terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan syaraf atau hormon di

dalam darah. Bertambahnya darah di dalam sirkulasi bisa menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Hal ini terjadi jika terjadi kelainan fungsi

ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan

darah juga meningkat.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras syaraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap noreepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem

syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

emosi, kelenjar adrenalin juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitras vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epineprin, yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran

darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang


pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin

II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume

intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan

fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup, mengakibatkan penurunan curah jantung dan

peningkatan tahanan perifer). Smeltzer dan Bare (2002:898-899).


5. Pathway Agging procces

Genetik Perubahan
Kardiovaskuler mental
Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas
menurun Arteriosclerosis Vasokontiksi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur Resti


kekambuhan
Penyumbatan penyuluhan darah

Hipertensi

Penurunan sirkulasi darah

Ginjal
Otak Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 otak Blood flow Koroner


pembuluh menurun menurun Spasme
darah otak Sistemik arteriol
Iskemi
Sinkop Rennin
Vasokontriksi miokard
Nyeri Gangguan
kepala pola tidur Angiotensin I Diplopia
ADH Afterload
meningkat Nyeri dada
Gangguan Angiotensin II
perfusi Retensi
jaringan Na+H2o Fatique Resti injuri
Penurunan
curah jantung
Vasokonstriksi Intoleransi
Edema
pembuluh aktifitas
darah

Kelebihan volume cairan

Respon keluarga 5
Respon individu 1. ketidaktahuan mengenal masalah
1. Nyeri pada punggung, siku 2. ketidakmampuan mengambil keputusan
dan lutut. 3. ketidakmampuan memodifikasi lingkungan
2. Susah tidur untuk mendukung penyembuhan
3. Sakit kepala. 4. ketidakmampuan keluarga dal;am merawat
4. Pandangan mata kabur. anggota yang sakit
5. Mudah lelah 5. ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan

Gambar 2.1 pathway. (Sumber: Modifikasi Smeltzer (2002), Donges (2000))


6. Manifestasi Klinis

Beberapa tanda dan gejala dari penyakit hipertensi yaitu (Mansjoer,

2000:518):

a. Sakit kepala.

b. Marah.

c. Tengkuk atau punggung bagian atas kaku.

d. Jantung berdebar-debar.

e. Gelisah.

f. Sukar tidur.

7. Penatalaksanaan.

Penatalaksanaan hipertensi yaitu efektifitas setiap program di

tentukan oleh derajad hipertensi, apabila hipertensi ringan adalah bila

tekanan darah diastolic 90 atau sistoliknya 140-159 mmHg, dengan dua

kali atau lebih pengukurannya yang berbeda, dalam periode waktu 1

bulan dewasa ini tersedia alat monitor tekanan darah ambulatori yang

dapat mengukur tekanan darah selama 24 jam. Bila tekanan darah tetap

tinggi selama 3-6 bulan dengan intervensi non farmakologis maka terapi

obat-obatan telah dapat di mulai, terapi non farmakologis pengurangan

konsumsi garam, lemak, stop merokok, alcohol, kafein (kopi, teh) di

sertai dengan olah raga teratur.

Sedangkan pada hipertensi sedang dan berat , mak intrvensi

non farmakologis dan medical dengan satu jenis obat dapa langsung di

berikan dengan dosis kecil, bila tidak respon dengan waktu singkat dapat
di ditrasi dosisnya atau member terapi kombinasi dengan obat jenis lain,

dapat 2 atau 3 jenis obat, (zulfikri mukhtar 2001:17-18).

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam hipertensi antara lain (Halim

Mubin, 2001:345-346):

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Ureum

2) Kreatinin

3) Klirens kreatinin

b. Pemeriksaan khusus

1) USG ginjal

2) IVP

9. Pengkajian

a. Riwayat penyakit

1) Lama dan klarifikasi hipertensi

2) Pola hidup

3) Faktor-faktor resiko kelainan kardiovaskuler

4) Riwayat penyakit kardiovaskuler

5) Gejala-gejala yang menyertai hipertensi

6) Obat-abatan yang sedang atau pernah di pakai

b. Pemeriksaan fisik

1) Tekanan darah minimal 2x selang 2 menit

2) Pemeriksaan tekanan darah lengan kontra lateral


3) Tinggi badan dan berat badan

4) Pemeriksaan funduskopi

5) Pemeriksaan leher, jantung, paru,abnomen & ekstremitas

6) Reflek saraf

10. Fokus Intervensi.

a. Resiko tinggi kekambuhan penyakit hipertensi berhubungan dengan:

1) Ketidakmampuan keluarga keluarga mengenal masalah kesehatan.

2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan

yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga memberi perawatan keluarga yang

sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan keluarga.

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Resiko kekambuhan adalah keadaan individu dimana mengalami atau

beresiko lagi untuk kambuh lagi dalam penyakit hipertensi ini, karena

hipertensi adalah penyakit yang tidak bisa sembuh dan sifatnya

menahun.

Tujuan khusus: keluarga dapat mengantisipasi kekambuhan penyakit

hipertensi.

Tujuan umum:

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.

Intervensi:

a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi.


b) Jelaskan tentang penyebab, tanda dan gejala hipertensi.

c) Jelaskan tentang komplikasi penyakit yang dapat terjadi pada

penderita hipertensi.

2) Keluarga mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat.

Intervensi:

a) Jelaskan resiko dari salah satu keputusan yang dibuat.

b) Jelaskan pertimbangan yang lain untuk mengambil keputusan.

c) Bantu keluarga dalam membuat tindakan yang kesehatan yang

tepat.

3) Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota yang sakit.

Intervensi:

a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara merawat

penderita penyakit hipertensi.

b) Jelaskan pada keluarga cara pemberian diit yang tepat pada

penderita hipertensi.

c) Beritahu tentang cara membuat obat tradisional.

d) Anjurkan untuk mengurangi asupan garam, makanan yang

mengandung lemak dan hindari stress.

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.

Intervensi:

a) Kaji pengetahuan keluarga dalam menata lingkungan.

b) Jelaskan pada keluarga cara menata lingkungan yang sehat.

c) Anjurkan kepada keluarga untuk menata lingkungan yang sehat.


d) Beritahu kepada keluarga manfaat memodifikasi lingkungan.

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Intervensi:

a) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara memanfaatkan fasilitas

kesehatan.

b) Beritahu keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan

yang ada disekitar.

c) Motivasi kepada keluarga untuk memamfaatkan faslitas

pelayanan kesehatan.

b. Gangguan istirahat tidur.

Berhubungan dengan:

1) Ketidakmampuan keluarga keluarga mengenal masalah kesehatan.

2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan

yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga memberi perawatan keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan keluarga.

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Menurut gangguan istirahat tidur merupakan keadaan dimana individu

mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam kualitas

istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu

gaya hidup yang diinginkannya ( Carpenito, 2001:381).

Tujuan khusus: keluarga mampu mengatasi gangguan istirahat tidur.


Tujuan umum:

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.

Intervensi:

a) Kaji pengetahuan keluarga tentang gangguan istirahat tidur.

b) Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab gangguan istirahat

tidur.

c) Diskusikan dengan keluarga kebiasaan-kebiasaan apa yang

dilakukan sebelum tidur.

2) Keluarga mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat.

Intervensi:

a) Jelaskan resiko dari salah satu keputusan yang dibuat.

b) Jelaskan pertimbangan yang lain untuk mengambil keputusan.

c) Bantu keluarga dalam memutuskan tindakan yang kesehatan yang

tepat.

3) Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota yang sakit.

Intervensi:

a) Kaji cara mengatasi gangguan istirahat tidur.

b) Anjurkan untuk membatasi atau mengurangi aktivitas.

c) Berikan cara alternatif untuk mengatasi gangguan istirahat tidur.

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.

Intervensi:.

a) Jelaskan pada keluarga cara menata lingkungan yang sehat.

b) Anjurkan kepada keluarga untuk menata lingkungan yang sehat.


c) Beritahu kepada keluarga manfaat memodifikasi lingkungan.

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Intervensi:

a) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara memanfaatkan fasilitas

kesehatan.

b) Beritahu keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan

yang ada disekitar.

c) Motivasi kepada keluarga untuk memanfaatkan faslitas pelayanan

kesehatan.

c. Resiko jatuh (cidera) berhubungan dengan:

1) Ketidakmampuan keluarga keluarga mengenal masalah kesehatan.

2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan

yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga memberi perawatan keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkugan keluarga.

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Resiko jatuh (cidera) adalah resiko jatuh (cidera) sebagai akibat dari

interaksi kondisi lingkungan dengan adaptasi individu dan sumber

pertahanan( Nanda, 2005:122).

Tujuan khusus: jatuh (cidera) tidak terjadi pada keluarga.

Tujuan umum:

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.

Intervensi:
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang pengertian dan kriteria rumah

sehat.

b) Jelaskan tentang pengertian dan kriteria rumah sehat.

c) Diskusikan dengan keluaga dalam memodifikasi lingkungan.

2) Keluarga mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat.

Intervensi:

a) Jelaskan resiko dari lingkungan yang tidak sehat.

b) Jelaskan pertimbangan yang lain untuk mengambil keputusan

dalam memodifikasi lingkungan.

c) Bantu keluarga dalam membuat tindakan memodifikasi

lingkungan tepat.

3) Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota yang sakit.

Intervensi:

a) Kaji pengetahuan keluarga tentang cara menjaga lingkungan yang

sehat.

b) Jelaskan pada keluarga cara pemberian menjaga lingkungan yang

sehat.

c) Anjurkan kepada keluarga untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.

Intervensi:

a) Kaji pengetahuan keluarga dalam menata lingkungan.

b) Jelaskan pada keluarga cara menata lingkungan yang sehat.


c) Anjurkan kepada keluarga untuk menata lingkungan yang sehat.

d) Beritahu kepada keluarga manfaat memodifikasi lingkungan.

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Intervensi:

a) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara memanfaatkan fasilitas

kesehatan.

b) Beritahu keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan

yang ada disekitar.

c) Motivasi kepada keluarga untuk memanfaatkan faslitas

pelayanan kesehatan.

C. KONSEP DASAR REMATIK

1. Pengertian

Penyakit reumatik yang sering disebut arthritis ( radang sendi)

dan dianggap sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari

100 tipe kelainan yang berbeda(Smeltzer, 2001).

Osteoarttritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak.

Penyakit ini bersifat kronik berjalan progresif lambat tidak meradang

yang ditandai dengan adanya detiorasi dan abrasi rawan sendi dan

adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian ( Price,

2005 ).

Osteoarthritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif

dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat


dan berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan

dan sendi besar yang menanggung beban .

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,

pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan

sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun

mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh

dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Mansjoer ,1999)

Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering

muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun

dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.

2. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001:2344) Penyebab dari

osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa

faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50
tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
c. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis
missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada
sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering
osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada
ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku
bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih
sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang
kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada
wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan
dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
3. Patofisiologi

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah

lama di kenal dan terbesar di seluruh dunia serta melibatkan semua ras

dan terbesar di seluruh dunia di seluruh dunia serta melibatkan semua

ras dan kelompok etnik. Arthritis Rematoid sering di jumpai pada


wanita, dengan perbandingan wanita dengan pria sebesar 3:1.

Kecendrungan wanita penderita Artritis Reumatoid dan sering di

jumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan

dengan terdapatnya faktor kesinambungan hormonal sebagai salah

satu faktor (Charudin, 2008)

4. Manifestasi Klinis

Menurut Smeltzer (2001) dan Price (2005), manifestasi klinis


dari reumatik adalah:
a. Nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat.
b. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi
c. Kaku pada pagi hari
d. Krepitasi
e. Pembesaran sendi
f. Perubahan gaya berjalan

5. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan rumatik adalah (Price, 2005:):


a. Obat-obatan
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang
gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis,
yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan.
f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Menurut Doenges (1999) diagnose yang mungkin muncul adalah:
1. Gnggun rs nymn nyeri b/d ketidkmmpun kelurg

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Mei 2011 pada keluarga

Ny.L di Dsn. kerajan Ds. Kalikurmo, Kec. Bringin, Kab. Semarang

1. Data Umum

a. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Ny.L

Umur : 65 Tahun

Alamat : Dsn.Kerajan, Ds. Kalikurmo, Kec. Bringin, Kab

Semarang

Pendidikan : Tidak sekolah

Pekerjaan : Tidak bekerja

b. Komposisi Keluarga.

Karena Ny.L hanya tinggal sedirian dan anak-anaknya telah

bekeluarga dan tinggal bersama suaminya, maka Ny.L tidak

memiliki komposisi keluarga.

Genogram
Bagan 3.1. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Menikah

: Keturunan

 : Tidak memiliki keturunan

: Tinggal serumah

c. Tipe Keluarga

Keluarga ini tergolong dalam tipe Single Parent, karena di

dalam satu rumah hanya tinggal sendiri, sedangkan anak-anaknya

sudah menikah karena Ny.L dan suaminya sudah lama bercerai.

d. Suku Bangsa

1) Keluarga ini berbudaya suku Jawa


2) Sebagian besar masyarakat sekitar tempat tinggal Ny.L adalah

etnis Jawa

3) Kegitan di sekitar lingkungan Ny.L sering

mengadakan/rutinuntuk pengajian dan kerja bakti

e. Agama dan Kepercayaan

1) Ny.L menganut agama Islam.

2) Ny.L sudah tidak mengikuti pengajian karena sudahtidak kuat

untuk berjalan,namun bila pengajian berada di dekat rumah

Ny.L, Ny.L dapat mengikuti pengajian.

f. Menurut Ny.L penyakit yang di alaminya sekarang sudah di

terimanya dengan ikhlas karena sudah menjadi takdir Allah dan

Ny.L yakin bisa sembuh dari penyakitnya itu.

g. Status Ekonomi

Pasien tidak bekerja, untuk pendapatan perbulan, pasien

tidak memiliki, namun untuk memenuhi kebutuhannya yang

sehari-hari, bergantung pada anak-anaknya dan saudara beserta

cucu-cucunya yang berada di depan rumah pasien.

h. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Pasien biasanya dalam rekreasi, dilakukan dengan cara

bermain dengan cicitnya yang sering dikunjungi

kerumahnya.Terkadang juga pasien menonton TV kerumah

cucunya yang berada di depan rumahnya.

2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Keluarga Ny.L sekarang dalam tahap perkembangan

keluarga lanjut usia

b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga Ny.Lsudah terpenuhi semua.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Riwayat keluarga sebelumnya

1) Riwayat dari pihak suami

Ny.L tidak begitu paham dengan kesehatan keluarga

suaminya, karena sudah lama bekerja dan semua keluarga

suaminya berada di jambi. Ny.L juga tidak mengetahui kalau

suaminya apakah mempunyai penyakit rematik atau tidak.

2) Riwayat keluarga dari istri

Ny.L mengatakan Ny.L merupakan empat bersaudara,

orang tua Ny.L juga sudah meninggal. Ny.L mengatakan dari

keluarganya yang memiliki riwayat penyakit hipertensi adalah

ayahnya, dan saudara perempuannya juga memiliki penyakit

hipertensi sedangkan dari keluarganya hanya Ny.L yang

memiliki penyakit rematik.

b. Riwayat masing-masing anggota keluarga

Menurut Ny.L riwayat kesehatan anggota keluarga adalah

sebagai berikut.

Suami : karena Ny.L dan suaminya sudah lama bercerai dan sudah

lama tidak berkomunikasi.


Ny.L : Ny.L mengatakan saat di kaji merasa sakit kepala dan

ketika Ny.L bangun dari tidur sering merasa pusing, terkadang bila

sakit sakit kepala itu datang cairan seperti air keluar daritelinganya,

Ny.L juga sering mengeluh nyilu-nyilu pada kedua lututnya bagian

kiri dan kanan.Ny.L mengatakan tidak tau pasti sejak kapan Ny.L

menderita penyakit hipertensi dan rematik.

c. Sumber pelayanan kesehatan yang di manfaatkan

Ny.L mengatakan biasanya memeriksakan kesehatannya

dipostu, yaitu bidan desa yang berada tidak jauh dari rumahnya.

4. Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah

1) Status rumah yang sedang di huni sekarang ini adalah milik

sendiri.

2) Denah rumah.

Bagan 3.2. Denah rumah

1 2 3 4 5

Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Kamar
3. Kamar
4. Dapur
5. Kandang sapi
3) Rumah terdiri dari ruang tamu, kamar tidur dan ruang makan

yang menjadi satu, sedangkan dapur di pisahkan,pekarangan

rumah yang lumayan luas dimanfaatkan sebagai tempat

menjemur jagung atau padi. Rumah bisa dikatakan senpit dan

sumpek dan berantakan karena barang-barang yang tidak

teratur, ventilasi tidak ada karena rumah Ny.L tidak

mempunyai jendela, pencahayaan hanya di dapatkan dari pintu

bila di buka. Lantai dari tanah, tembok terbuat dari kayu yang

merupakan rumah tidak permanent.

4) Dapur terkesan kurang bersih, penerangan kurang, sumber air

dari mata air, alat masak kurang lengkap, Ny.L mengatakan

biasanya hanya masak air sedankan untuk keperluan makan

sehari-hari di dapatkan darikeluarganya.

5) Ny.L tidur sendirian, privasi orang yang ada di kamar Ny.L

terjamin, karena memiliki pintu dan kunci.

6) Ny.L mengatakan bahwa dia tidak dapat melakukan aktifitas

dengan leluasa, karena keadaan sekarang sudah tua dan sulit

untuk berjalan.

7) Sampah rumah tangga langsung di buang di belakang

rumahnya sendiri.

b. Karakteristik tetangga dan kominitasnya

Tetangga di depan rumahnya adalah saudaranya sendiri dan

cucunya dan tetanggan yanglain membantu dalam hal apapun dan

tetangga juga berkunjung kerumah Ny.L dan terkadang Ny.L


sering bekunjung ke rumah tetangga yang berada di sebelah

rumahnya bila ada keperluan atau hanya berkunjung saja.

c. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Ny.L sudah menetap di tempatnya sejak lama. Dan untuk

pergi kemana-mana Ny.L hanya berjalan kaki

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Ny.L biasanya ikut dalam pengajian itupun bila rumah tempat

pengajiannya dekat, bila tempat pengajiannyaitu jauh Ny.L tidak

mengikuti pengajian karena sudah tidak kuat untukberjalan kaki.

e. Sistem pendukung keluarga

Saat di kaji Ny.L dalam keadaan kurang sehat, karena

merasa lututnya bagian kanan dan kiri merasa pegel-pegel.

Terkadang Ny.L membeli obat ke warung terdekat.

5. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi keluarga terbuka, bahasa yang biasanya di

pakai adalah bahasa jawa, keluarga tidak memiliki kesulitan bahasa

dalam penerimaan pesan, khususnya bahasa jawa, sedangkan untuk

bahasa Indonesia Ny.L sendiri tidak memiliki kemampuan dalam

berbahasa indonesia.

b. Struktur kekuatan keluarga


Yang mengatur keluarga adalah Ny.L sendiri, karena Ny.L

tinggal sendirian, keputusan di ambilsendirioleh Ny.Lterkadang

juga Ny.L meminta pendapat dari keluarganya.

c. Struktur peran

Dalam berperan, Ny.L berperan sebagai ibu dari kedua

anaknya dan mbah dari cucunya beserta mbok dari cicit

pertamanya.

d. Nilai atau norma keluarga

Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan yaitu bila

ada keluarganya yang sakit di periksakan ke pelayanan kesehatan.

6. Fungsi Keluarga

a. Fungsi ekonomi

Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama

kebutuhan-kebutuhan yang di anggap penting saat ini, dengan di

bantu oleh kedua anak-anaknya beserta saudara-saudaranya.

b. Fungsi mendapatkan status sosial

Keluarga Ny.L selalu menekankan bagaimana berperilaku

baik sesuai dengan ajaran yang di anut agama islam

Ny.Lbersosialisasi dengan keluarga cukup baik.

c. Fungsi pendidikan

Dalam keluarga Ny.L tidak memiliki anggota keluarga

dengan usia sekolah.

d. Fungsi sosialisasi

Interaksi dalam bersosialisasi dengan keluarga dan tetangga

baik.
e. Fungsi perawatan kesehatan

1) Kemampuan mengenal masalah

Ny.L sudah mengetahui bahwa dirinya sekarang merasa

kurang sehat, tapi belum tahu tentang penyakitnya.

2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Apabila ada permasalahan kesehatan, Ny.L mengambil

keputusan secara mandiri, terkadang meminta pendapat dari

sanak saudaranya.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Ny.L mengatakan bahwa dirinya belum tau cara

merawat penderitadengan penyakit reumatik.

4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

Keluarga khususnya Ny.L mengetahui pentingnya

kebersihan lingkungan, tetapi belum bisa menjaga secara

optimal, karena keterbatasan ekonomi beserta usia yang sudah

beranjak tua, saat dikaji keadaan rumah Ny.L agak kotor, tidak

rapi dan tidak memiliki jendela sebagai tempat pencahayaan.

5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

Bila sakit, Ny.L dirawat di rumah oleh anaknya.

f. Fungsi reproduksi

Ny.L memiliki 2 orang anak perempuandan sudah menikah,

sebeluum monopouse Ny.L menggunkan KB susuk.

g. Fungsi religius
Keluarga Ny.L khususnya Ny.L bergama islamdan selalu

melaksanakan ibadah dan melaksanakan ajaran agama dengan baik.

h. Fungsi Rekreasi

Keluarga memanfaatkan waktu luang dengan bermain

bersama cicitnyayang sering mengunjunginya ke rumah, terkadang

juga Ny.L biasa menonton TV di rumah cucunya yang berada tepat

di depan rumahnya.

i. Fungsi afektif

Ny.L sangat menghargai dan menyanyangi satu sama lain,

interaksi antara anggota keluarga terjalin sangat baik dan saling

membantu jika salah satu memiliki masalah.

7. Stres dan koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek

Ny.L mengatakan dirinya stres saat di tinggal suaminya

bercerai, Ny.L bekerja sendiri untuk kedua anaknya. untuk saat ini

Ny.L setres dengan penyakitnya.

b. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stresor

Ny.L mengatakan bila ada masalah, berdiskusi dengan

keluarga dan jika ada hubungannya dengan kesehatan Ny.L di

bawa ke bu bidan dan tidak begitu sakit Ny.L hanya beristirahat di

rumah.

c. Strategi koping yang di gunakan


Jika ada masalah, selalu di bicarakan bersama dengan

kedua anaknya beserta keluarganya.

d. Strategi adaptasi lingkungan

Jika Ny.L mendapatkan masalah

8. Pemeriksaan Kesehatan Setiap Individu Anggota Keluarga

a) Pemeriksaan Fisik

PEMERIKSAAN Ny.L
1 TTV
TD 160/120mmHg
Nadi 84x/menit
RR 20x/menit
Suhu 36,6oC
2 Kepala Bentuk Mesochepal, tidak ada lesi, kulit
kepala kotor, terdapat ketombe, tidak ada
hematoma, penyebaran rambut merata,
rambut sudah beruban, rambut sedikit
rontok.
3 Mata Konjungtiva tidak anemis, mata simetris,
sklera tidak ikterik, pupil isokor, refleks
terhadap rangsangan sekikit menurun,
tidak menggunakan alat bantu
pengelihatan.
4 Hidung Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
polip, tidak ada nyeri tekan, bisa
membedakan aroma kopi, fungsi
penciuman baik.
5 Mulut dan gigi Mukosa bibir lembab, tidak ada
stomatitis, terdapat caries gigi, fungsi
pengecapan masih baik.
6 Telinga Tidak ada lesi, ada serumen, simetris,
fungsi pendengaran sudah sedikit
berkurang.
7 Leher Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan.
8 DADA
Paru-paru
Inspeksi Simetris ada tarikan intercosta
Palpasi Traktil feremitus antara dada kanan dan
kiri sama
Perkusi Resonan
Auskultasi Tidak Terdengar adanya ronchi dan
wheezing
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Perkusi Redup
Auskultasi S1 dan S2 reguler
9 Abdomen
Inspeksi Datar tidak ada lesi
Auskultasi Peristaltik usus 16x/menit
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Perkusi Tympani
10 Ekstremitas
Superior Tangan tidak ada lesi, tidak ada kelainan
tulang, bisa di gerakan dengan leluasa,
tidak ada gangguan mobilitas
Inferior Terdapat lesi pada jempol kaki bagian
kanan , pada kaki sebelh kanan terdapat
oedema sulit untuk berjalan.
11 Kuku dan kulit Kulit kering, tidak ada lesi, tidak ikterik,
tidak sianosis, turgor kulit kurang baik,
CRT- dari 3detik, kuku sedikit kotor dan
panjang
12 Anus Tidak ada hemoroid.

b) Pengkajian Bathel Indeks


Dng Keterangan
No Kriteria Mandiri
bantuan
1 Makan 5 10√ Frek. 3x sehari @
1 piring, jenis
nasi, sayur, lauk.
2 Minum 5 10√ Frek. 5-6 gls/hari
@500cc air putih
dan teh.
3 Berpindah dari kursi 5-10 15√
roda ke tempat duduk
4 Personal toileting 0 5√
5 Keluar masuk toilet 5 10√
6 Mandi 5 10√
7 Berjalan di 0 15√
permukaan datar
8 Naik turun tangga 5√ 10
9 Mengenakan pakaian 5 10√
10 Kontrol bowel 5 10√ Frek 1x/hr,
kuning lembek
11 Kontrol bleder 5 10√ Frek 3-4 x/hr
kuning bening
12 Olahraga 5√ 10
13 Rekreasi 5 10√
Jumlah 110
Asumsi : Nilai 110 merupakan suatu keadaan yang tergolong

ketergantungan sebagian

c) Pengkajian status Mental Gerontik

Benar Salah No Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Dimana alamat anda?
√ 5 Berapa umur anda?
√ 6 Kapan anda lahir? (minimal tahunnya)
√ 7 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 9 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20, dan tetap
mengurangi tiga setiap hasil yang di
peroleh, sampai tidak bisa di kurangi
tiga.
Asumsi : Pengkajian intelektual Ny.L menunjukan nilai yang

berarti status mental Ny.L sudah agag berkurang.

d) Pengkajian Katz Indeks

No Kriteria Keterangan
1 BATHING Ny.L mandi 1x sehari dan bisa melakukan
secara mandiri
2 DERESSING Ny.L ganti baju 1x/ hari dan bisa
melakukan sendiri
3 TOILETING Ny.L dapat pergi ke toilet (BAB/BAK
mandiri)
4 TRANSFER Ny.L dapat berpindah dari satu tempat
duduk ke tempat duduk yang lain.
5 KONTINENCE Ny.L dapat mengendalikan rangsang
dengan baik seperti nyeri
6 FEEDING Ny.L makan 3x/hari tanpa bantuan, dan
setelah makan mau mencuci piring sendiri.
Asumsi : Kemampuan Ny.L dalam melakukan kegiatan sehari-hari

(ADL) baik dengan hasil indeks A.

e) Pengkajian Keseimbangan Lansia

A Perubahan posisi atahu gerakan Nilai


1 Bangun dari kursi. 1
2 Duduk ke kursi. 1
3 Menahan dorongan pada sternum. 1
4 Mata tertutup. 1
5 Perputaran leher. 1
6 Gerakan menggapai sesuatu. 1
7 Membungkuk. 1
B Komponen gaya berjalan / gerakan Nilai
8 Minta pasien untuk berjaan ke tempat yang 1
di tentukan.
9 Ketinggian langkah kaki. 1
10 Kontinuitas langkah kaki. 1
11 Kesimetrisan langkah. 1
12 Penyimpangan jalur saat berjalan. 1
13 Berbalik 1
Asumsi : Dalam pengkajian ini dapat di lihat nilai yang di dapatkan

Ny.L berarti keseimbangan Ny.L dalam melakukan kegiatan masih

baik.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Analisa data

Nama : Ny.L Dx. Medis :

Hipertensi dan rematik

Hari/TGL, Kemungkinan
No Data Fokus Masalah TTD
Jam Penyebab
1 23/05/11 Ds : Resiko jatuh Ketidak
12:30WIB Ny.L mengatakan (cedera) mampuan
takut jatuh pada saat berlang pada keluarga Dwi
pidah dari tempat Ny.L memodifikasi
tidur lingkungan
Do :
- Jarak antara lantai
dengan kasur
tinggi
- Kamar Ny.L tidak
punya jendela
(ventilasi kurang)
- Ny.L susah untuk
bergerak leluasa
Ds :
2 23/05/11 Ny.L
12:30WIB mengatakankepalanya Kurang
sakit terkadang pengetahuan
sampai mengeluarkan Gangguan berhubungan
cairan. nyaman nyeri dengan
Do : (hipertensi) ketidakmampuan
- Ny.L terlihat keluarga/Ny.L Dwi
menunjukkan mengenal
bagian telinganya masalah
yang kesehatan
mengeluarkan
cairan.

- Ny.L mengatakan
sering merasa
kaku pada daerah
pundaknya.

3 23/05/11 -
12:30WIB Ds : Kurang Ketidakmampuan Dwi
Ny.L mengatakan bila pengetahuan Ny.L
dirinya sakit, biasaya tentang jenis memanfaatkan
membeli obat ke obat pelayanan
warung-warung di hipertensi kesehatan
dekat rumahnya.

Do :
- Jenis-jenis obat
Ny.L adalah jenis-
jenis obat warung.
Ds :
Ny.L mengatakan
4. 23/05/11 nyeri pada daerah Gangguan Ketidakmampuan
12:30WIB persendian lutut pada rasa nyaman keluarga/Ny.L Dwi
kedua daerah nyeri mengenal
lututnya. (Rematik) masalah
Do : kesehatan
- Ny.L memegang- keluarga
megang lututnya
- Lutut kanan dan
kiri bengkak

Ds:
Ny.L mengatakan Dwi
5 23/05/11 agag susah untuk Intoleran Ketidakampuan
12.30 berjalan. aktifitas keluarga
WIB Do : merawat anggota
- Ny.L berjalan keluarga yang
dengan cara hati- sakit
hati
- Ny.L terlihat
berjalan dengan
cara membungkuk

Ds:
Ny.L mengatakan
tidak tau tentang Dwi
6 23/05/11 penyakit rematik itu Ketidakmampuan
12.30 apa Kurang keluarga
WIB Do: pengetahuan mengenal
- Saat di tanya mengenal masalah
tentang penyakit masalah kesehatan
rematik Ny.L kesehatan
tidak tau.
- Ny.L bertnya
tentang penyebab
nyilu-nyilu pada
daerah
persendiannya

Ds :
Ny.L mengatakan Resiko cedera Dwi
7 23/05/11 susah untuk bergerak berulang Ketidakmampuan
12.30 secara leluasa. keluarga
WIB mengenal
Do: masalah
- Kurangnya kesehatan.
ventilasi cahaya
- Ny.L berjalan
dengan cara
membungkuk

2. Rumusan Masalah

a. Resiko jatuh (cedera) pada Ny.L b/d ketidakmampuan keluarga

memodifikasi lingkungan

b. Gangguan nyaman nyeri (hipertensi) b/d ketidakmampuan

keluarga/Ny.L mengenal masalah kesehatan keluarga

c. Kurang pengetahuan tentang jenis-jenis obat b/d ketidakmampuan

keluarga/Ny.L memanfaatkan pelayanan kesehatan.

d. Gangguan rasa nyaman nyeri (rematik) b/d ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

e. Intoleran aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

f. Kurang pengetahuan mengenal masalah kesehatan b/d ketidakmampuan

keluarga mengambil keputusan.

g. Resiko cedera berulang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi

lingkungan.

3. Skoring.
No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx
1 a. Sifat masalah skala : 2/2x1 = 1 Bila masalah tersebut tidak
tidak/kurang sehat segera di atasi, maka akan
membahayakan lansia,
karena lansia tinggal
sendirian. Karena setiap hari
lansia tanpa pengawasan.
b. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Sarana pelayanan kesehatan
dapat di atasi, mudah di dapat oleh
keluarga.
c. Potensial masalah
untuk dapat di cegah 2/3 x 1 = 2/3 Untuk menghindarinya jatuh
dapat di cegah dengan cara
memodifikasi lingkungan
d. Menonjolnya masalah :

2/2 x 1 = 1 Keluarga menyadari dan


segera mengatasi masalah
tersebut.
Skor 3 2/3
2 a. Sifat masalah 3/3x1 = 1 Kurang/tidak sehat

b. Kemungkinan masalah
dapat diatasi : 2/2 x 2 = 2 Sumber daya perawatan di
antaranya pengetahuan dapat
memecahkan kesehatan
c. Potensial masalah untuk menghindari terjadinya
dapat diatasi. 2/3 x 1 = 2/3 peningkatan tekanan darah
salah satu faktornya dengan
diet redah garam.

d. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Keluarga menyadari dan


perlu untuk di atasi.
Skor 4 2/3
3 a. Sifat masalah, skala 3/3 x 1 = 1 Kurang /tidak sehat

b. Kemungkinan masalah Kurangnya pengetahuan


dapat di atasi, skala 2/2 x 2 = 2 keluarga cara memanfaatkan
pelayanan kesehatan.

c. Potensi masalah untuk Tingkat pengetahuan dan


dapat di cegah, 3/3 x 1 = 1 kesadaran klien dan keluarga
masih kurang.

d. Menonjolnya masalah Ny.L dan keluarga tidak


0x 1 = 0 menyadari hal tersebut dapat
mengkibatkan masalah.
Skor 4
4 a. Sifat masalah 2/2x 1 = 1 Ancaman kesehatan.

b. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Sumber-sumber dan tindakan


dapat di atasi, skala : untuk dapat memecahkan
sebagian. masaah kesehatan dapat di
jangkau oleh keluarga.
c. Kemungkinan masalah
dapat di cegah, skala : 2/3 x 1 = 2/3 Untuk menghindari
cukup. terjadinya rematik di
anjurkan untuk tidan
mengkonsumsi makanan
d. Menonjolnya masalah makanan berlemak.
2/2 x 1 = 1 Keluarga menyadari dan
akan segera mengatasi
masalah tersebut.
Skor 3 2/3

5 a. Sifat masalah 2/3x 1 = 2/3 Ancaman kesehatan.

b. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 1 Sumber daya perawatan


dapat di atasi dapat memecahkan
kesehatan.

c. Kemungkinan masalah Untik menghindari


dapat di cegah 3/3 x 1 = 1 kekambuhan penyakit
rematik kemamuan keluarga
untuk mengenal masalah
d. Menonjolnya masalah
Tidak mengikuti anjuran
2/2 x 1 = 1 yang di berikandan tidak di
anggap suatu masalah.

Skor 4 2/3
6 a. Sifat masalah 3/3x 1 = 2/3 Kurang/tidak sehat.

b. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Pengambilan keputusan


dapat di atasi masalah yang tepat dapat
meminimalisir keadaan.
c. Kemungkinan masalah Pengambilan keputusan
dapat di cegah 2/3 x 1 = 2/3 dengan cepat,masalah akan
cepat terselesaikan.

d. Menonjolnya masalah Kebebasan dalam mengenal


masalah sederhana dapat
0x1= 0 menyebabkan masalah tidak
di anggap serius oleh klien
dan keluarga.

Skor 3 2/3
7 a. Sifat masalah 2/3x 1 = 2/3 Masalah sudah terjadi

b. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Penyedian sarana mudah di


dapat di atasi dapat oleh keluarga

Sumber-sumber dan tindakan


c. Kemungkinan masalah untuk mencegah cedera
dapat di cegah 2/3 x 1 = 2/3 dapat di jangkau oleh Ny.L

Kebiasaan dalam mengatasi


d. Menonjolnya masalah masalah yang sederhana
menyebababkan masalah
0x1= 0 tidak di anggap serius oleh
klien dan keluarga.
D. Implementasi
Nama : Ny.L Dx. Medis :

Hipertensi dan rematik

No.
Hr/tgl
No Dx Implementasi Respon Ttd
Jam
kep
I Jum’at I 1. Memberi pengetahuan DS : Pasien mengatakan
23/04/10 keluarga mengenai sudah mengerti
11.30IB penyebab sesak nafas mengenai penyebab
sesak nafas Dwi
DO : Pasien mampu
menjawab pertanyaan
tentang penyebab
sesak
2. Menjelaskan proses DS : Keluarga pasien
terjadinya sesak pada mengatakan sudah
keluarga dan pasien tahu sedikit proses
sesak
DO : Keluarga pasien
mampu menjawab
pertanyaan, apa proses
terjadinya sesak

3. Menjelaskan pada DS : Pasien mengatakan


keluarga tentang sekarang tahu cara
tindakan untuk untuk mengurangi
mengurangi masalah sesak nafas
pola nafas tidak efektif DO : Pasien bisa menjawab
pertanyaan,
bagaimanakah cara
mengatasi batuk
efektif
4. Memberikan saran untuk DS : Pasien/keluarga
tindakan yang dapat mengatakan akan
dilakukan di rumah, pada melakukan inhalasi
pasien hipertensi dan uap air hangat bila Ny.
rematik P sesek
DO : Pasien tampak
mengerti dalam
memberikan tindakan

5. Mengajarkan pembuatan DS : Keluarga Ny. P bisa


inhalasi uap air hangat mengulangi penjelasan
a. Menjelaskan tentang inhalasi uap
pengertian inhalasi air hangat
uap air hangat DO : Keluarga Ny. P
b. Menjelaskan inhalasi tampak senang, diberi
uap air hangat penkes dan
c. Menjelaskan cara mengatakan sudah
pembuatan inhalasi jelas tentang cara
uap air hangat pembuatan inhalasi
d. Menjelaskan dan uap air hangat
mempraktikkan
prosedur melakukan
inhalasi uap air
hangat
e. Membimbing
keluarga untuk
melakukan inhalasi
uap air hangat
II Sabtu I 1. Melakukan inhalasi uap DS : Ny. P mengatakan,
24/04/10 air hangat pada Ny. P merasa lega setelah
11.30 WIB diberikan tindakan Dwi
inhalasi uap air hangat
selama 10 mnt
DO : Ny. P terlihat lega
Ny. P terlihat lebih
tidak sulit mengambil
nafas

2. Mengajarkan dan DS : Keluarga mengatakan


mendemontrasikan tehnik sudah mengerti dengan
fisioterapi dada cara fisiterapi dada
a. Menjelaskan dan mengatakan akan
pengertian fisioterapi menerapkan bila Ny. P
dada merasa ada dahak di
b. Menjelaskan manfaat saluran pernafasan
dari fisioterapi dada DO : Keluarga bisa
c. Menjelaskan cara menjelaskan postural
melakukan postural drainase
drainase Keluarga bisa
d. Mendemonstrasikan menjelaskan manfaat
cara melakukan dari fisioterapi dada
fisioterapi dada Keluarga bisa
e. Melakukan evaluasi menjelaskan kembali
(lisan dan praktik) cara fisioterapi
Keluarga mampu
mempraktikan kembali
cara melakukan
fisioterapi dada

E. Evaluasi
Nama : Ny.L, Dx. Medis : Hipertensi dan rematik

Hr/tgl No. Dx
No Evaluasi Ttd
Jam kep
1. Jum’at I S : Keluarga Ny. P mengatakan sekarang sudah
23/04/10 mengetahui bagaimana cara mengurangi
11.30 WIB sesak nafas Ny. P
O : Keluarga Ny. P mampu menjawab yang Dwi
meliputi :
- Pengertian inhalasi air hangat
- Manfaat
- Prosedur
- Keluarga mampu mempraktekkan
pembuatan inhalasi uap air hangat
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Beri pendidikan kesehatan tentang fisioterapi
dada, untuk mengeluarkan dahak

2. Sabtu I S : Keluarga Ny. P mengatakan sekarang sudah


23/04/10 mengetahui bagaimana cara membantu
11.30 WIB mengeluarkan dahak pada pasien hipertensi
dan rematik/pada Ny. P bila nanti Ny. P Dwi
produksi dahaknya meningkat
O : - Keluarga Ny. P bisa menjelaskan
pengertian dari fisioterapi dada
- Keluarga Ny. P bisa menjelaskan manfaat
dari fisioterapi dada
- Keluarga Ny. P bisa menjelaskan kembali
cara fisioterapi dada
- Keluarga mampu mempraktikkan
kembali cara melakukan fisioterapi dada
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges,E Marilyn.1999. Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

Mansjoer,Arif.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1. Jakarta :Media


Ausculapius

Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi.Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan Jawa tengah, 2010. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Jawa
Tengah 2010. Semarang

Smeltzer, C Suzanne.2001.BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah. Jilid


3.Jakarta: EGC

Ta’adi. 2010. Hukum Kesehatan: Pengantar Menuju Perawat Professional.


Jakarta EGC

Syafei, Candra. 2010. Permasalahan Penyakit Rematik Dalam Sistem Pelayanan


Kesehatan (Bone And Joint Decade). Avaliable
from://http:www.usurespiratory.ac.id opened: 06/02/2011

usupress.usu.ac.id/files/Rheumatologi%20update_Final_bab%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai