Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MINGINITIS DAN ENSEFALITIS

DisusunOleh :

1. Didik Kurniawan

2. Fajar Ari S

3. Hayin Dwi Jayanti

4. Yuni Puji A

5. Siti R

D III KEPERAWATAN
POLTEKKES BHAKTI MULIA
TAHUN 2017

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat Lmenyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah Penyakit Meningitis dan Encefalitis ini dibuat Penulis dalam
rangka memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Namun,
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, 06 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. LATAR BELAKANG 1
2. TUJUAN 1
3. MANFAAT 2
BAB II PEMBAHASAN 3

1. PENGERTIAN MENINGITIS 3
2. KLASIFIKASI MENINGITIS 3
3. ETIOLOGI MENINGITIS 4
4. TANDA DAN GEJALA MENINGITIS 5
5. PATHOFISIOLOGI 6
6. PATHWAY 8
7. KOMPLIKASI 9
8. PENATALAKSANAAN 10
9. PENGERTIAN ENSEFALITIS 12
10. KLASIFIKASI 12
11. ETIOLOGI 13
12. TANDA DAN GEJALA 14
13. PATHOFISIOLOGI 14
14. PATHWAY 15
15. KOMPLIKASI 16
16. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 16
17. PENATALAKSANAAN 16
STUDI KASUS 19

KESIMPULAN 24

DAFTAR PUSTAKA 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningitis Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system
saraf. Kebanyakan penyakit ini menyerang pada anak-anak. Banyak yang
tidak mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun
sebenarnya mirip. Meningitis adalah radang membran pelindung system
syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka
fisik, kanker, obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius
karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti
virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan
otak. Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan
oleh inveksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies
(disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit
parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang
system kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak
terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit Meningitis dan Ensefalitis ?
2. Berapa klasifikasi penyakit Meningitis dan Ensefalitis ?
3. Apa penyebab penyakit Meningitis Dan Ensefalitis ?
4. Apa Tanda dan gejala penyakit Meningitis dan Ensefalitis ?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Meningitis dan Ensefalitis ?
6. Bagaimana pathway penyakit Meningitis dan Ensefalitis ?
7. Apa komplikasi yang terjadi dalam penyakit Meningitis dan
Ensefalitis ?
8. Bagaimana tata laksana penyakit Meningitis dan Ensefalitis ?
9. Apa pemeriksaan penujang penyakir Meningitis dan Ensefalitis ?
10. Bagaimana pengkajian keperawatan penyakit Meningitis dan
Ensefalitis ?
11. Apa Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit Meningitis
dan Ensefalitis ?
12. Bagaimana Intervensi pada penyakit Meningitis dan Ensefalitis ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian penyakit Meningitis dan Ensefalitis.


2. Untuk mengetahui angka kejadian penyakit Meningitis dan
Ensefalitis.
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit Meningitis dan Ensefalitis.
4. Untuk mengetahui faktor pencetus penyakit Meningitis dan
Ensefalitis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Meningitis dan Ensefalitis.

D. Manfaat Penulisan
Harapan penulis setelah disusunnya makalah ini ialah mahasiswa lebih
memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Meningitis dan
Ensefalitis, serta memberikan gambaran tentang aplikasi konsep dan teori
keperawatan dalam asuhan keperawatan pada pasien Meningitis dan
Ensefalitis, serta memberikan gambaran peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Meningitis
1. Definisi
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid
dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering
disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti
jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi
pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

2. Klasifikasi Meningitis
a. Meningitis Purulen

Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan


medula spinalis

b. Meningitis Tuberkulosa Generalisata

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang


disertai cairan otak yang jernih, penyebab terjadinya
adalah mycobacterium tuberculosa.Meningitis diklasifikasikan
sesuai dengan faktor penyebabnya:

1. Asepsis

Meningitis asepsis mengacu pada salah satu


menigitis virus atau menyebabkan iritasi meningen
yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis,
limfoma, leukemia, atau darah di ruang
subarakhnoid.

2. Sepsis

Meningitis sepsis menunjukan meningitis yag


disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza.

3
3. Tuberkulosa

Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus


tuberkel

3.Etiologi
a) Bakteri
Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah
basil enteric gram negatif, batang gram negatif dan streptokokus
grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun,
organisme primer penyebab meningitis adalah haemophilus
influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar
umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitidis atau
infeksi stafilokokus.

b) Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada


minggu terakhir kehamilan.
c) Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi.
d) Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau
injury yang berhubungan dengan system persarafan.

Faktor resiko terjadinya meningitis :

1. Infeksi sistemik

Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya


menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak,
misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC,
perikarditis, dll.

Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan olh


bakteri terdiri atas faktor pencetus sebagai berikut
diantaranya adalah :

a) Otitis media
b) Pneumonia
c) Sinusitis
d) Sickle cell anemia
e) Fraktur cranial, trauma otak
f) Operasi spinal

4
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya
penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.

2.Trauma kepala

Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur


basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan
lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea

3. Kelainan anatomis

Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid,


saluran telinga tengah, operasi cranium

4. Tanda dan Gejala


Anak dan Remaja

a) Demam
b) Mengigil
c) Sakit kepala
d) Muntah
e) Perubahan pada sensorium
f) Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
g) Peka rangsang
h) Agitasi
i) Dapat terjadi: Fotophobia apabila cahaya diarahkan pada
mata pasien
j) adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
k) Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk, stupor,
koma.

Bayi dan Anak Kecil

a) Demam
b) Muntah
c) Peka rangsang yang nyata
d) Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada
tinggi)
e) Fontanl menonjol.

5
Neonatus:

Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta


manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi mulai terlihat
menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari,

a) Menolak untuk makan.


b) Kemampuan menghisap menurun.
c) Muntah atau diare.
d) Tonus buruk.
e) Kurang gerakan
f) Menangis buruk.
g) Leher biasanya lemas.
h) Tanda-tanda non-spesifik:
i) Hipothermia atau demam.
j) Peka rangsang.
k) Mengantuk.
l) Kejang.
m) Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.
n) Sianosis.
o) Penurunan berat badan

5. Pathofisiologi
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran
meningen dengan cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum,
retrograd melalui saraf perifer atau dapat langsung masuk CSF.\
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan
respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya
merupakan sel – sel sebagai respon peradangan. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari bakteri – bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk
di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang sub
arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan
meningkatkan tekanan intra cranial. Eksudat akan mengendap di otak,
syaraf-syaraf spinal dan spinal. Sel – sel meningeal akan menjadi
edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur
aliran cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat
dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur
atau trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi
infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial
lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder dari otak

6
jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga
menyebabkan encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut
(Wong, 2003 dan Pillitteri, 1999).

7
Pathway

8
6. Komplikasi
Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan
dengan proses inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral
(kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) serta
disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya
(infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis,
myocarditis, orchitis, epididymitis, albuminuria atau hematuria,
perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai komplikasi dari
meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran
nafas bagian atas, telinga tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya
disebabkan karena komplikasi dari nervous sistem.

7. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa
cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein,
dan konsentrasi glukosa Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya
dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan
peningkatan tekanan tintra kranial..

1. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,


leukosit dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif
terhadap beberapa jenis bakteri.
2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis,
glukosa dan protein normal, kultur biasanya negative.

Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan


pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri,
disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus
cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang
leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.

Sedangkan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky


sign (+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke
medulla spinalis bagian bawah.

9
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang
biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum
glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan
elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan
dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan
otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis
kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

8. Penatalaksanaan
Farmakologis

a. Obat anti inflamasi :

1) Meningitis tuberkulosa :

Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari


maksimal 500 gram selama 1 ½ tahun.

Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari


selama 1 tahun.

Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1


minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

a) Sefalosporin generasi ke 3

b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 –


6 kali sehari.

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6


kali sehari.

b) Sefalosforin generasi ke 3.

b. Pengobatan simtomatis :

1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 –


0.6/mg/kg/dosis

10
kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10


mg/kg/dosis.

b) Kompres air PAM atau es

c. Pengobatan suportif :

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara


30 – 50%.

Perawatan

a. Pada waktu kejang

1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2) Hisap lender

3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan


aspirasi.

4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1) Beri makanan melalui sonda.

2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah


posisi penderita

sesering mungkin.

3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb


antibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.

Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat.

11
1) Tekanan darah

2) Respirasi

3) Nadi

4) Produksi air kemih

5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

B. Ensefalitis

1.Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan


oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.

Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh


infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, seperti meningitis,

atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh


virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan
protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang
yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi
karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan
kematian.

2. Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta


epidemiologinya ialah:
· Infeksi virus yang bersifat endemik

1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus


ECHO.

12
2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,
Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks,


Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic
choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus
tetapi belum jelas.

Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-


rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis
lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak
spesifik.(Robin cit. Hassan, 1997)

3. Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa

Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus,


streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.

2. Ensefalitis Siphylis

Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui


permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi
melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui
kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal
ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat
Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan
bagianbagian lain susunan saraf pusat.

3. Ensefalitis Virus

Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :

Virus RNA

a) Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili


b) Rabdovirus : virus rabies
c) Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus
dengue)
d) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
e) Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria

13
· Virus DNA

a) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks,


sitomegalivirus,
b) virus Epstein-barr
c) Poxvirus : variola, vaksinia
d) Retrovirus : AIDS

4. Tanda dan Gejala


Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih
kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria
diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari
demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda
dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:

a) Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia


b) Kesadaran dengan cepat menurun
c) Muntah
d) Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching
saja (kejang-kejang di muka)
e) Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya
(Hassan, 1997)\

5. Patofisiologi
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cerna.
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh
dengan beberapa cara :

1. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender


permukaan atau organ tertentu.

2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah,


kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ
tersebut.

3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di


perukaan selaput lendir dan menyebar melalui system persarafan.

Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis


ensefalitis. Masa prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan
demam, sakit kepala, pusing, muntah nyeri tenggorokan, malaise,

14
nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat, fotofobia, sakit
kepala, muntah-muntah, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi
mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai
perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan,
pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa gelisah, rewel,
perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-kadang
disertai tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis,
hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak.

Pathway

15
7. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus
yang nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia
penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan
jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat
merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara
dini. Walaupun sebagian besar penderita mengalami perubahan serius pada
susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat tidak selalu
terjadi. Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal,
hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi,
retardasi mental dan motorik, gangguan belajar, hidrosAfalus obstruktif,
dan atrofi serebral

8. Pemeriksaan diaagnostik
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut
diatas:

1. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi


henaglutinasi dan uji teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul.

2. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.

3. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas


listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya
kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan
parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal
irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).

4. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal,


tetapi bisa juga didapat hasil edema diffuse.

9. Penatalaksanaan
1. Isolasi Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar
dan sebagai tindakan pencegahan.

2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin


dianjurkan oleh dokter :

16
1) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

2) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

3) Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral


acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).

4) Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika


secara polifragmasi.

3. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema


otak

1) Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan; jenis dan


jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.

2) Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan


dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.

3) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga


digunakan untuk menghilangkan edema otak.

4. Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk


memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

1) Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali

2) Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan


dosis yang sama

3) Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang,


berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

5. Mempertahankan ventilasi Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai


kebutuhan (2-3l/menit).

6. Penatalaksanaan shock septik

7. Mengontrol perubahan suhu lingkungan

8. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan


tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher,
ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai

17
hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4
mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali
pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau
parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per
oral.(Hassan, 1997)

18
ASUHAN KEPERAWATAN

A.PengkajianMeningitis dan Esefalitis


1. Anamnesa
a. Identitas:
b. Keluhan utama:
c. Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
d. Riwayat penyakit sekarang:
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan
meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.
e. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari,
pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada
hidung,telinga dan tenggorokan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus
contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus
Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
g. Imunisasi:
kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi
post imunisasi pertusis.

2.Pemeriksaan fisik

a. B1 (Breathing) : Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan


intra cranial menyebabakan kompresi pada batang otak yang
menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan
intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot
pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
b. B2 (Blood) : Adanya kompresi pada pusat vasomotor
menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan
merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan
meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
c. ·B3 (Brain) : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran
dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral
yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses peradangan
otak.
d. B4 (Bladder) : Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie
normal frekuensi normal.

19
e. B5 (Bowel) : Penderita akan merasa mual dan muntah karena
peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus
anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam
lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan
sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
f. B6 (Bone) : Kelemahan

B.Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Meningitis

1.Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra kranial


2.Hipertermia b.d proses infeksi
3.Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
4.Gangguan perfusi perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
5.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual, muntah

·Encepalitis

1. Risiko tinggi terhadap cederab/d


2. Resiko tinggi perubahan peR/usi jaringan b/d Hepofalemia,
anemia.
3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak
menangis, gelisah.
5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai
dengan ROM terbatas.
6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah.
7. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya
bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh
terhadap infeksi turun.
10. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

C. Intervensi Keperawatan
· Meningitis

1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan cranial

20
Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang
atau terkontrol

Intervensi/rasional :

a.Ciptakan lingkungan yang tenang

Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari


lingkungan

b. Tingkatkan tirah baring

Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan


nyeri

c. Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti


kepala agak tinggi sedikit

Rasional : menurunkan iritasi meningeal

d. Kolaborasi : pemberian analgetik

Rasional : menghilangkan nyeri yang berat

2. Hipertermi b.d proses infeksi

Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal

Intervensi /rasional :

a. Ukur suhu badan anak setiap 4 jam


Rasional : suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit
infeksius
b. Pantau suhu lingkungan
Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati
normal
c. Berikan kompres hangat
Rasional : Untuk mengurangi demam
d. Berikan selimut pendingin
Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0
e. Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi
sentralnya di hipotalamus

21
· Encepalitis

1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun

Tujuan : tidak terjadi infeksiKriteria hasil: Masa


penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksiendogen

Intervensi

a. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat


baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi
pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder .
mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah
pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran
nafas atas.
b. obs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi
perkembangan Meningkosamia.
c. Berikan antibiotika sesuai indikasi
R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan
sensitivitas individu.

2. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum

Tujuan : Tidak terjadi trauma

Kriteria hasil : Tidak mengalami kejang / penyerta


cedera lain

Intervensi :

a. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi


bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan
berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut
agak lidah tidak tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat
mulut relaksasi.
b. Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi
vertigo.
c. Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.

22
R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan
pencegahan kejang.
d. observasi tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan
lanjutan

23
KESIMPULAN
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid
dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering
disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti
jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Klasifikasi Meningitis:

a. Meningitis Purulenta

Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis

b. Meningitis Tuberkulosa Generalisata

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih, penyebab terjadinya adalah mycobacterium tuberculosa.

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh


bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh


virus atau mikro organisme lain yang non purulent.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya


ialah:
· Infeksi virus yang bersifat endemik
1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus
ECHO.
2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,
Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

· Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks,


Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic

24
choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus
tetapi belum jelas.

· Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela,


pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan
jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak
spesifik.(Robin cit. Hassan, 1997)

25
DAFTAR PUSTAKA

Betz L dan Sowden A Linda 1999, keperawatan pedaitri, Penerbit buku


kedokteran ECC, Jakarta. Halaman 316-321. Diakses tanggal 19 Desember 2011

Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006

Fransisca B. Batticaca, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba medika.

Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Doenges M, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Ginsberg, Lionel. 2007 . Lecture Notes : Neurology . Jakarta : Erlangga

Shodikin, M. 2013. Anatomi dan fisiologi sistem persarafan .

26

Anda mungkin juga menyukai