Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

merugikan manusia. Kebencanaan geologi mengakibatkan kerusakan infrastruktur

maupun korban manusia, sehingga aspek kebencanaan perlu diperhatikan (Zakaria,

2010). Gerakan massa merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia

dengan rata- rata sekitar 92 kejadian setiap tahunnya (Karnawati, dkk 2012).

Menurut Karnawati (2005), gerakan massa terjadi akibat terganggunya kestabilan

tanah atau batuan penyusun lereng, sehingga massa tanah atau batuan penyusun

lereng maupun percampuran keduanya mengalami gerakan menuruni lereng.

Di daerah sebelah barat Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo merupakan

salah satu wilayah yang berpotensi mengalami bencana longsor. Menurut

Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Longsor Geologi (DVMBG)

Bandung dalam Sugiharyanto, dkk (2009) menyebutkan bahwa kondisi topografi

daerah perbukitan Kulon Progo menyebabkan daerah ini cukup potensial atau

rentan terjadi bencana erosi dan longsor. Berdasarkan peta ancaman bencana tanah

longsor UNDP-ERA BAPPENAS dan PEMDA Kabupaten Kulon Progo tahun

2008, Kulon Progo memiliki ancaman tanah longsor yang cukup tinggi dibagian

utara (Gambar 1.1.).

1
2

Gambar 1.1. Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Kulon Progo (UNDP-ERA
BAPPENAS dan PEMDA Kabupaten Kulon Progo, 2008)

Kecamatan Samigaluh adalah salah satu wilayah di Kulon Progo yang

sering mengalami bencana longsor. Wilayah ini memiliki topografi miring hingga

sangat terjal. Litologi penyusun berupa batuan vulkanik yang mengalami pelapukan

menjadi tanah sehingga tingkat pelepasan batuan sangat potensial terjadi

(Sugiharyanto dkk, 2009). Menurut Baskoro (2015) intrusi batuan beku

memberikan kemungkinan adanya alterasi hidrothermal yang menghasilkan tanah

berupa lempung sangat tebal disekitar zona alterasi. Kondisi tersebut menyebabkan

daerah Samigaluh memiliki risiko terhadap bencana tanah longsor. Berdasarkan

peta ancaman tanah lonsor Baskoro (2015), daerah Samigaluh memiliki tingkat

ancaman yang tinggi hingga rendah. Dimana pada bagian utara Samigaluh ancaman

didominasi oleh ancaman longsor yang tinggi.


3

Gambar 1.2. Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Kecamatan Samigaluh


(Baskoro, 2015)

Contoh kasus longsor di Samigaluh yaitu longsor di Desa Pagerharjo pada

tahun 2013 yang menyebabkan kerusakan pada rumah warga. Disebutkan bahwa

hampir setiap tahun desa ini mengalami bencana tanah longsor (Kompasiana, 11

Oktober 2013). Kasus longsor selanjutnya pada jalur wisata kebun teh, Desa

Pagerharjo dan Desa Ngargosari pada tanggal 3 Februari 2016. Longsor

mengakibatkan satu orang meninggal dan beberapa orang mengalami luka- luka,

serta tentu saja kerusakan pada pemukiman (Beritasatu.com, 3 Februari 2016).

Ancaman gerakan massa di daerah penelitian, yaitu Pagerharjo dan

Ngargosari menurut Baskoro (2015) tersusun atas ancaman tinggi dibagian utara

dan ancaman sedang hingga rendah dibagian selatan (lihat gambar 1.2).

Berdasarkan reconnaissance gerakan massa di Pagerharjo dan Ngargosari terlihat

dipengaruhi oleh berbagai faktor pengontrol. Faktor pengontrol gerakan massa di

daerah tersebut antara lain: (1) kemiringan lereng terjal; (2) litologi penyusun
4

berupa breksi andesit, andesit, dan batupasir; batuan yang mengalami pelapukan

dan alterasi; (3) rembesan pada batuan; (4) tingkat curah hujan yang tinggi; (5) serta

penggunaan lahan yang bervariasi .

Berdasarkan kejadian – kejadian gerakan massa yang selalu muncul hampir

setiap tahun di lokasi penelitian maka dilakukan pemetaan kerentanan gerakan

massa untuk menentukan tingkat bahaya gerakan massa,

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan adalah:

1. Pada daerah Pagerharjo dan Ngargosari, bagaimana faktor- faktor

pengontrol yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng di daerah ini?

2. Apakah zona gerakan massa di Desa Pagerharjo dan Ngargosari termasuk

dalam zona bahaya? Apakah zona bahaya gerakan massa cukup dominan di

daerah penelitian?

3. Metode pemetaan gerakan massa apakah yang paling sesuai digunakan di

daerah penelitian?

I.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui zona- zona

kerentanan gerakan massa di desa wisata Nglinggo, Desa Pagerharjo – Ngargosari,

Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

Sedangkan tujuan dilakukannya penelitian ini, antara lain:

1. Menentukan dan mengklasifikasikan faktor- faktor pengontrol yang

mempengaruhi gerakan massa di daerah penelitian.


5

2. Menentukan zona- zona kerentanan atau bahaya gerakan massa di daerah

penelitian dengan metode RMR, SRMR, dan overlay sederhana.

3. Membandingkan metode metode kernetanan gerakan massa yang sesuai untuk

daerah penelitian (metode RMR, metode SRMR, dan metode overlay

sederhana).

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian dan pemetaan zonasi kerentanan longsor di sekitar kebun teh

Nglingo, Pagerharjo - Ngargosari, Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta diharapkan

dapat:

a. Memberikan informasi faktor- faktor pengontrol yang berkaitan dengan

terjadinya gerakan massa di daerah tersebut.

b. Sebagai pertimbangan dalam antisipasi terjadinya bencana gerakan massa

di kemudian hari.

I.5. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian berada di desa wisata kebun teh Nglinggo, Desa

Pagerharjo - Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (lihar Gambar 1.3). Pada Peta Rupa Bumi Indonesia,

daerah penelitian termasuk dalam lembar 1408-232 Sendang Agung. Berada pada

koordinat UTM 405135 – 4066537 dan 9151850 - 9154300 dengan luas daerah

penelitian sekitar 3,5 km2.


6

DESA
PAGERHARJO

Gambar 1.3. (Kanan) lokasi penelitian terletak di bagian barat laut Yogyakarta atau
di bagian barat laut Kabupaten Kulon Progo. (Kiri) Perbesaran
daerah penelitian.

I.6. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengamatan faktor- faktor pengontrol yang mempengaruhi terjadinya

gerakan massa dilakukan pada bulan April hingga awal Juni 2016.

2. Faktor- faktor pengontrol yang diamati di lapangan adalah kemiringan

lereng, litologi penyusun dan tingkat pelapukan batuan, serta kerapatan

struktur.

3. Pemetaan zonasi kerentanan gerakan massa dengan skala 1:12.500 hanya

dilakukan di sekitar desa wisata Nglinggo, Pagerharjo – Ngargosari,

Samigaluh, Kulon Progo.


7

I.7. Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai daerah penelitian dan sekitarnya, Kecamatan

Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo yang sudah cukup banyak di teliti dapat dilihat

pada gambar 1.4 dan penjelasan pada tabel 1.1.

Gambar 1.4. Peta lokasi peneliti terdahulu dan peta lokasi penelitian

Tabel 1.1. Peneliti terdahulu daerah penelitian


Nama
Tahun Ringkasan Peneliti
Peneliti
Van 1949 Membagi Jawa Tengah menjadi enam zona fisiografi,
Bemmelen yaitu Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial Utara Jawa,
Antiklinorium Serayu Utara, Kubah dan Punggungan
pada Zona Depresi Tengah, Zona Depresi Tengah dan
Pegunungan Selatan. Berdasarkan pembagian tersebut
maka daerah Kulon Progo termasuk bagian dari Zona
Depresi Tengah.
Rahardjo dkk 1995 Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta tahun
1995 skala 1:100.000, urutan stratigrafi regional
daerah penelitian dari tua kemuda adalah Formasi
Kebo Butak dan Formasi Jonggrangan.
8

Tabel 1.1. (Lanjutan)


Nama
Tahun Ringkasan Peneliti
Peneliti
Harjanto 2001 Daerah perbatasan Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
termasuk ke dalam Mandala Gunungapi Tua yang
disusun oleh batuan sedimen dari Formasi Nanggulan
dan batuan volkanik dari Formasi Kebo Butak.
Formasi Nanggulan dan Formasi Kebo Butak tersebut
di intrusi oleh batuan intrusi dangkal dari mikro diorit,
andesit dan dasit pada umumnya telah mengalami
ubahan.

Gunadi, dkk 2004 Tipe gerakan massa tanah di Desa Sidoharjo,


Gerbosari, Ngargosari, Pagerharjo, Banjarsari, dan
Purwoharjo di Kecamatan Samigaluh merupakan tipe
longsor (slide). Penyebab terjadinya longsor tipe ini di
daerah tersebut karena adanya lereng yang terjal, tanah
dan batuan lapuk tebal dimana tanah lapuk ini
mengalami kontak langsung dengan batuan keras yang
masih segar yang bertindak sebagai bidang gelincir.
Wijono dan 2011 Penelitian dilakukan di desa Purwosari- Kebonhardjo,
Haryoprasetyo Kecamatan Girimulyo-Samigaluh, Kulon Progo. Pada
penelitian ini dilakukan pembobotan dan skoring
parameter penyusun lereng yang diolah dari peta
geologi tematik dan peta zona alterasi hidrotermal,
parameter kerapatan struktur geologi yang diolah dari
peta geologi dan parameter kemiringan lereng yang
diolah dari peta topografi. Sehingga dapat dihasilkan
peta kerawanan gerakan tanah yang kelas
kerawanannya dapat ditunjukkan dengan variasi
jumlah lokasi terjadinya gerakan tanah.

Baskoro 2015 Penelitian berupa pemetaan tanah longsor di


Kecamatan Samigaluh dengan skala 1:25.000. Metode
yang dilakukan dengan cara observasi lapangan
dengan pemetaan geologi, pemetaan lokasi longsor,
dan pengamatan kedalaman airtanah. Selain itu juga
dilakukan pembobotan untuk masing-masing risiko
menggunakan metode AHP dengan software Expert
Choice 11. Sehingga peta risiko diperoleh dari hasil
overlay peta ancaman, peta kerawanan, dan peta
kapasitas.
9

I.7. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah membuat peta kerentanan

gerakan massa skala 1:12.500 yang lebih detail dibandingkan peneliti

sebelumnya.

2. Penelitian yang menghasilkan peta kerentanan gerakan massa di desa wisata

Nglinggo, Desa Pagerharjo – Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo,

Yogyakarta ini dihasilkan berdasarkan pembuatan peta kerentanan gerakan

massa dari overlay sederhana peta geologi tematik, kemiringan lereng,

kerapatan struktur, dan titik gerakan massa yang lebih detail dan rinci

daripada peneliti sebelumnya.

Selain itu, juga dilakukan pembobotan kualitas massa batuan dengan Rock

Mass Rating (Bienawski, 1989) dan kondisi lereng dengan Slope Rock Mass

Rating (Robertson, 1988). Dasar pembobotan dengan kualitas massa batuan

dan kondisi lereng akan menghasilkan peta kerentanan gerakan massa yang

membedakan penelitian oleh penulis dengan penelitian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai