1. Ceremonial Budgeting : Public Participation in Development Planning at an
Indonesian Local Government Authority 2. The Social Accountability Paradox in the Democratic Budget Policy Making
Review Jurnal yang pertama :
Dalam jurnal “Ceremonial Budgeting : Public Participation in Development Planning at an Indonesian Local Government Authority” membahas mengenai partisipasi masyarakat dalam proses penganggaran pada tingkat daerah yang diwujudkan dalam kegiatan musrembang. Proses penganggaran yang berada dalam pemerintahan lokal dan regional selama ini sangat membutuhkan partisipasi masyarakat. Partisipasi tersebut dapat dicapai dengan adanya interaksi sosial antara berbagai pihak terkait dari eksekutif, parlemen dan masyarakat. Rencana penganggara daerah adalah dokumen perencanaan jangka pendek (satu tahun) yang didalamnya membahas tentang kebijakan umum atau program-program khusus dengan tidak bertentangan dengan program pembangunan jangka panjang yakni lima tahunan. Dalam perumusan kebijakan tentang anggaran tidak lepas dari analisis fiskal dan perencanaan operasional anggaran yang nantinya untuk pengalokasian sumber daya berdasarkan strategi jangka panjang dan prioritas. Dalam proses perencanaan dan penganggaran kedua hal tersebut sangat penting agar dapat mengelola tata pemerintahan daerah secara efektif dan efisien. Disamping itu dalam proses perencanaan pembangunan daerah terdapat fungsi strategis sebab melibatkan beberapa pilihan program, kegiatan, dan kebijakan yang mana dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Maka dari itu dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan harus melibatkan masyarakat dan juga peka terhadap kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitar. Musrengbang bisa disebut sebagai partisipatif penganggaran dalam masyarakat baik pada tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional. Menurut Jurnal “Ceremonial Budgeting : Public Participation in Development Planning at an Indonesian Local Government Authority” menyebutkan bahwa beberapa desa di Kabupaten Probolinggo yang tidak melaksanakan proses musrenbang sebagaimana yang diatur dalam peraturan. Mereka mengatakan bahwa karena tidak ada uang yang datang dari pemerintah, proses tersebut hanyalah formalitas. Bahkan, program-program yang diusulkan untuk didanai sebagaian besar tidak meyadari. Dari sini bahwasannya. Dari penjelasan dalam jurnal tersebut bahwasanya peran pemerintah dalam merangkul masyarakat untuk berpartisipasi itu sangat dibutuhkan. Harusnya secara ideal pemerintah wajib mempunyai sifat yang teknokrat, yang dimana secara pragmatis masyarakat tidak mau tau yang penting pemerintah melakukan perubahan. Hal ini bisa diwujudkan dengan pemberian anggaran yang cukup untuk melakukan kegiatan-kegiatan masyarakat. Dalam jurnal tersebut ada beberapa hal yang belum tersampaikan, antara lain : 1. Peran partisipasi masyarakat yang belum disebutkan secara merinci. 2. Adanya peran elit tertentu yang masih belum disebutkan juga secara merinci. 3. Kepentingan kelompok tertentu yang masih belum disampaikan dalam jurnal tersebut. Namun, secara keseluruhan jurnal ini cukup komperhensif dengan keadaan dewasa ini. Memang sangat benar yang dituliskan dalam jurnal tersebut bahwa saat ini proses perencanaan dan penganggaran masih dalam tataran formalitas semata dan harusnya menjadi perhatian pemerintah mengenai hal tersebut. Secara rasional, bagaimana mungkin sebuah pemerintahan yang ideal dicapai dengan keegosian beberapa pihak tertentu saja. Hemat kami, pemerintah wajib memprioritaskan terkait keikutsertaan partisipasi masyarakat dalam proses yang sangat menentukan keberlangsungan hidup sebuah pemerintahan yang mempunyai cita-cita yang demokratis.