Anda di halaman 1dari 13

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

DATA UMUM

1. Nama Keluarga (KK) : Tn. S


2. Usia : 61 th
3. Alamat : Jln. Kampung tarandam RT 01 RW 02
kelurahan Cupak Tangah kecamatan Pauh
4. Pekerjaan kepala keluarga : Pensiunan TNI AD
5. Pendidikan kepala keluarga : SD
6. Komposisi Keluarga :

No Nama Gender Hub dg KK TTL/Umur Pendidikan

1 Ny. N Perempuan Istri 58 Thn SD

Genogram :

Keterangan:

Laki – Laki, Masih Hidup Perempuan, Masih Hidup

Laki – laki, sudah meninggal Perempuan, sudah meninggal

Menikah Tinggal Serumah

Klien
Tipe Bentuk Keluarga

Keluarga merupakan tipe keluarga inti karena terdiri dari sepasang suami
istri yang tinggal dalam satu rumah.

7. Latar Belakang Kebudayaan (Etnik)


Latar belakang etnik keluarga adalah minangkabau yang menggunakan
bahasa sehari hari yakni bahasa minang yang juga dipakai di rumah.
Keluarga merupakan keluarga asli minang, walaupun sempat tinggal di
payakumbuh, keluarga sudah kembali tinggal di padang selama 5 tahun
terakhir. Keluarga biasanya bersosialisasi dengan kelompok etnik yang
sama, yakni minangkabau, karena pada umumnya tetangga dan
masyarakat sekitar tempat tinggal keluarga merupakan masyarakat
minangkabau. Aktivitas keagamaan, social, kebudayaan, rekreasi, dan
pendidikan keluarga dilakukan dalam kelompok yang umumnya
merupakan masyarakat minangkabau, walaupun pada pendidikan, yang
ketiga anak dalam keluarga ini jalani di Politeknik Negeri Padang yang
merupakan salah satu instansi pendidikan yang didalamnya terdapat
mahasiswa/i yang berasal dari berbagai kelompok etnik, namun pada
umumnya masih berasal dari kelompok etnik minangkabau. Kebiasaan
makan pada keluarga ini adalah makanan berkuah maupun digoreng yang
juga merupakan jenis makanan yang dapat ditemukan pada hampir setiap
keluarga di minangkabau. Begitu pula dengan kebiasaan berpakaian, saat
keluarga pergi ke luar, keluarga menggunakan pakaian yang sopan. Pada
dekorasi rumah keluarga tidak terlihat adanya pengaruh kebudayaan yang
menonjol.
8. Identifikasi Religius
Keluarga ini menganut agama islam dan tidak ada anggota keluarga lain
yang menganut agama selain islam. Ny. N aktif dalam berbagai kegiatan
keagamaan seperti wirid, yasinan, tadarus dan shalat berjamaah di mesjid
terdekat, begitu juga dengan Tn. S yang kadang menyempatkan waktu
untuk mengikuti shalat berjamaah di mesjid terdekat.
9. Status Kelas Sosial
Status ekonomi keluarga adalah kelas menengah. Pencari nafkah utama di
keluarga adalah Tn. S, namun karena saat ini Tn. S sudah pensiun, maka
keluarga lebih mengandalkan pemberian anak-anaknya, sekarang Tn. S
juga mempunyai pekerjaan sampingan di universitas terdekat. Keluarga
menganggap pendapatan keluarga saat ini kurang cukup untuk kehidupan
sehari- hari, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan (asupan gizi) Ny. N.
10. Mobilitas Kelas Sosial
Belum terkaji.

Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga

11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini


Keluarga berada pada tahap keluarga lansia dan pensiunan yang
merupakan tahap perkembangan ke 8 dari tahap perkembangan keluarga.
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga ini dimulai dengan pensiunnya
salah satu pasangan (Tn. S) yang dapat berlanjut sampai kehilangan salah
satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga saat ini yaitu:
a. Mempertahankan kehidupan yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang
c. Mempertahankan hubungan pernikahan
d. Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f. Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan anggota
keluarga (peninjauan dan integrasi kehidupan)
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah menyesuaikan terhadap
penghasilan yang berkurang. Ini belum terpenuhi karena klien lebih
banyak memerlukan uang untuk berobat, makan dan kehidupan sehari hari.
Sedangkan suami klien merupakan pensiunan dan sekerang klien
mempunyai pekerjaan sampingan di universitas terdekat. Sedangkan tugas
perkembangan yang lainnya sudah terpenuhi.
13. Riwayat keluarga inti
Tn. S dan Ny. N dijodohkan oleh orang tua, tapi perjodohan itu diterima
baik oleh mereka sehingga keluarganya harmonis dan saling menyayangi
satu sama lain. Di awal pernikahan mereka, kesehatan Tn. S dan Ny. N
dalam keadaan sehat dan baik.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. N mengatakan kedua orang tuanya mempunyai riwayat penyakit
diabetes militus.
15. Karakteristik rumah
Tn. S dan Ny. N tinggal dirumah milik pribadinya.Rumah mereka terdiri
dari 2 lantai dan terbuat dari semen. Dilantai pertama terdapat 1 kamar
tidur, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Kamar tidur itu agak sedikit
berantakan,ventilasi udara kurang cukup, penarangan cahaya kurang dan
pengap karena dikamar tersebut penataan perlengkap yang ada kurang rapi
dimana didalamnya terdiri dari dispenser, TV, dan peralatan untuk makan
semua itu dibuat lengkap karena si klien kadang kadang letih dan tidak
kuat berjalan. Ruang makan dan dapur klien tidak rapi, terdapat kotoran
dan sisa makanan yang sudah beberapa hari terletak di meja makan dan
terlihat juga ada semut dan binatang kecil. Ventilasi dan penerangan
dilantai 1 rumah klien kurang bagus. Kamar mandi klien lumayan bersih,
air mandi bersih, perlengkapan mandi ada dan Tn.S dan Ny. N memakai
handuk yang beda. Dilantai kedua terdapat 2 kamar, ruang tamu dan
kamar mandi. Kamar dilantai 2 lumayan bersih dari pada kamar dilantai 1,
ventilasi udaranya cukup, sanitasi cahaya cukup dan tidak pengap. Ruang
tamunya kurang bersih karena klien jarang kelantai 2, klien lebih sering
beraktifitas dilantai 1. Kamar mandinya bersih, mandi klien lumayan
bersih, air mandi bersih, perlengkapan mandi semunya ada. Dan rumah
klien tidak mempunyai taman dan pagar.
Jadi kesimpulannya tatanan rumah klien cukup berantakan, tidak rapi dan
tidak terurus. Dan rumah klien tidak memiliki ciri-ciri rumah yang baik
karena ventilasi udara kurang, sanitasi cahaya juga kurang, cat rumah klien
juga sudah pudar dan catnya ada juga yang terkelupas, dan didepan pintu
masuk dan meja makan terdapat serangga, semut-semut kecil, akan tetapi
sanitasi airnya bersih.
16. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar
Letak rumah klien saling berdekatan satu sama lain dan dekat dari jalan
raya sehigga menyebabkan suara bising dari kendaraan yang lalu lalang.
Kondisi rumah dan jalan menuju rumah klien kurang terpelihara.
Klien suka keakraban dan kedekatan antar tetangga dan masyarakat,
berkumpul di warung terdekat untuk bercengkrama, dan menghilangkan
kebosanan. Ini merupakan salah satu cara bersilahturahmi yang dilakukan
oleh klien
Letak rumah pasien juga dekat dengan pasar, tempat sekolah, dan
pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Jadi, klien pergi kepuskesmas
untuk mengikuti senam diabetik dan pemeriksaan kesehatan. Dan rumah
klien juga dekat dengan tempat beribadah sehingga klien juga mengikuti
kegiatan keagamaan yang ada di komplek rumahnya tersebut seperti wirid
yasin, dan lain lain.
Fasilitas rekreasi memang sedikit jauh dari rumahnya. Sedangkan
transportasi umum banyak terdapat dekat rumahnya.
Insiden kejahatan di sekitar rumah sedikit rawan.
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga merupakan warga asli cupak tangah, Padang. Namun, Ny.N dan
Tn.S pernah tinggal di Batalyon Payakumbuh dan Bukittingi dikarenakan
tuntutan kerja dari Tn.S. Dan sekarang semenjak Tn.S pensiun (sekitar 5
tahun yang lalu), mereka tinggal menetap di cupak tangah. Ny.N
mengatakan hubungannya dengan tetangga sekitar tempat tinggalnya
cukup baik.
18. Asosiasi Transaksi Keluarga dan Komunitas
Ny. N mengatakan bahwa interaksi atau hubungan antara anggota keluarga
dengan masyarakat di lingkungannya terjalin dengan baik, ini didukung
oleh kondisi tempat tinggal antar rumah warga yang berdekatan. Apabila
ada salah satu anggota keluarga yang mendapat musibah atau meninggal
dunia, maka warga yang lain akan pergi melayat dan melaksanakan
takziah dan yasinan di rumah warga yang berduka. Ny.N juga mengikuti
wirid, yasinan di mesjid dekat tempat tinggalnya. Sedangkan Tn.S juga
ikut dalam melakukan kegiatan yang ada di lingkungan seperti gotong
royong.
Keluarga Tn.S merupakan keluarga yang cukup rutin menggunakan
pelayanan komunitas yaitu Puskesmas Pauh. Setiap bulannya Tn.S selalu
mengantarkan Ny.N untuk memeriksakan kesehatannya dan setiap sekali
dua minggu Ny.N mengikuti senam diabet di puskesmas tersebut.

Struktur Keluarga
19. Pola Komunikasi
Komunikasi yang terjalin di keluarga ini cukup baik dan terbuka.
Komunikasi antara Tn.S dan Ny.N terjalin secara 2 arah, begitu juga
antara Tn.S dan Ny.N dengan anak-anaknya.
Keluarga ini merupakan tipe keluarga yang ekspresif, emosional
kebahagiaan disampaikan secara jelas. Sementara emosional negative juga
disampaikan secara terbuka ke anggota keluarga lain, contohnya perasaan
marah, kesal dam ketidaksukaan. Semua anggota juga ikut berpartisipasi
dalam mengemukakan pandangan dan pendapatnya masing-masing.
Frekuensi komunikasi antara Tn.S dan Ny.N berlangsung setiap hari,
komunikasi terjadi secara langsung tanpa adanya perantara. Begitu juga
antara Tn.S dan Ny.N dengan anak laki-laki berlangsung hampir setiap
hari karena setiap sorenya anaknya selalu mengunjungi orang tuanya.
Sementara itu komunikasi antara Tn.S dan Ny.N dengan
An.perempuannya lebih banyak menggunaakan handphone karena terpisah
oleh jarak.
Sikap anggota keluarga saat berkomunikasi selalu memperhatikan etika
dan kesopanan, baik ketika anak berbicara kepada orang tua, ataupun saat
orang tua berbicara kepada anak.
20. Struktur Kekuasaan
Hasil Akhir Kekuasaan
Di keluarga ini, yang berperan sebagai pemegang kekuasaan dan
pengambil keputusan terakhir adalah Tn. S. Tn.S berperan sebagai pencari
nafkah utama dan juga mengelola keuangan keluarga.

Proses Pengambilan Keputusan


Keputusan diambil menggunakan teknik konsensus/tawar-menawar.
Apabila akan mengambil keputusan maka hal itu harus didiskusikan
terlebih dahulu kepada anggota keluarga lainnya, dan disana terjadi proses
tawar menawarnya, anggota keluarga yang lain akan menambahkan ide
dan juga menimbang tawaran sehingga hasil akhir adalah keputusan final.
Dan hasil akhir keputusan ditentukan Tn.S.

21. Struktur Peran


Struktur Peran Formal
- Hubungan pernikahan dan peran
Keluarga ini menerapkan hubungan simetris (kesetaraaan pasangan) yaitu
suami dan istri saling bertukar ide, informasi dan masing-masing pasangan
mempunyai hak untuk memulai tindakan, mengkritik perilaku pasangan
serta memiliki suara dalam keputusan keluarga.
- Peran pria dan wanita dalam keluarga
Istri yaitu Ny. N memiliki peran sebagai ibu rumah tangga, sedangkan
suami Tn.S sebagai kepala keluarga, pencari nafkah.
Struktur Peran Informal
Tn.S tidak hanya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah dalam
keluarga, tetapi Tn.S juga melakukan peran yang seharusnya dilakukan
oleh istrinya yaitu mengurus kebutuhan rumah tangga.
Variabel yang Mempengaruhi Struktur Peran
Terdapat pengaruh kebudayaan terhadap struktur peran dalam keluarga,
karena keluarga klien adalah muslim dan berbudaya minang maka
keputusan terbesar diambil oleh lelaki yaitu Tn.S suami klien.
Peristiwa situasional : Masalah kesehatan mempengaruhi peran keluarga.
Dimana semenjak Ny.N mengalami masalah kesehatan (DM), Ny.N tidak
mampu melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga yang seharusnya
mengurus dan mengatur kebutuhan rumah tangga. Dan semenjak itu
pulalah Tn.S yang melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci,
memasak, membersihkan rumah, dll. Tn.S berusaha menyesuaikan diri
seiring berjalannya waktu, namun terkadang Tn.S juga tidak sempat
melakukan pekerjaan tersebut dikarenakan Tn.S yang sudah lelah ketika
pulang bekerja. Ny.N juga merasa tak bisa berbuat apa-apa untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga karena kondisinya lemah, sering
pusing.

22. Nilai Keluarga


Perbedaan dalam Sistem Nilai
Keluarga Tn.S selalu menerapkan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat, tidak ada sikap ataupun tingkah laku anggota keluarga yang
bertentangan dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat tersebut,
Keluarga Tn.S cenderung menujukkan nilai dan norma yang sama dengan
masyarakat, rasionalitas, menerapkan kualitas hidup dan pemeliharaan
kesehatan serta toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di
masyarakat.
Nilai Keluarga
Keluarga Tn.S berada pada status sosial ekonomi menengah, keluarga
Tn.S ini bersifat lebih fleksibel dan terbuka, menerima adanya perubahan
didalam kehidupan, seluruh anggota keluarga dianggap sudah mandiri,
berkompeten dan beorientasi pada pencapaian hasil serta mampu
melakukan semua aktifitasnya dengan mandiri.

23. Fungsi Keluarga


Saling asuh, Keakraban dan Identifikasi
Keluarga saling menyayangi, menghormati, dan mendukung satu dan yang
lainnya. Contohnya Ketika Ny.N dirawat beberapa kali di Rumah Sakit
keluarga selalu mendampingi dan memberikan dukungan, walaupun anak
Ny. N sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dari Ny.N dan Tn.S tetapi
tiap sore hari anak Ny. N selalu mengunjungi Ny.N dan Tn.S
Keterpisahan dan Keterkaitan
Dulunya Ny.N tinggal bersama dengan anak-anakya namun setahun yang
lalu anak ketiga Ny.N menikah dan mengikuti suaminya untuk tinggal di
Batam sehingga Ny.N hanya tinggal berdua dengan Tn.S di rumahnya,
Ny.N menerima keputusan anaknya untuk mengikuti suami ke Batam,
Ny.N maupun Tn.S mampu beradaptasi dengan keadaan tersebut. Dalam
keseharian Ny.N dan Tn.S selalu bercengkrema setiap Tn.S berada di
Rumah.
Pola Kebutuhan-Respons Keluarga
Keluarga saling membutuhkan satu sama lain, ketika masih sehat Ny.N
selalu mendampingi Tn.S dalam menjalankan aktivitasnya sebagai TNI,
didalam berbagai kegiatan dan bila ada kesempatan Ny.N selalu ikut serta
mendampingi, namun ketika sakit semenjak beberapa tahun silam Ny.N
sulit untuk ikut serta dalam kegiatan yang cukup menghabiskan energi,
untuk bagian memasak, mencuci dan mengurus rumah pada saat ini
menjadi tugas Tn.S dikarenakan Ny.N sering keletihan, namun untuk
membuat teh setiap paginya selalu dilakukan oleh Ny.N.

24. Fungsional Sosialisasi


Keluarga ini mampu berinteraksi dengan baik antar sesama anggota
keluarga maupun dengan masyarakat. Dalam keluarga yang memiliki
peran membesarkan anak-anak adalah Ny.N sendiri, karena dahulunya
Ny.N masih sanggup untuk melakukan semua aktivitas dan Tn.S adalah
seorang TNI sehingga Ny.N lah yang lebih berperan membesarkan anak-
anak Tn.S dan Ny.N, dan untuk saat ini semua anak-anak Tn.S dan Ny.N
sudah keluar dari rumah untuk membina rumah tangga masing-masing,
baik Tn.S maupun Ny.N menghormati keputusan anak-anak mereka.

25. Fungsi Perawatan Kesehatan


Keyakinan, nilai dan perilaku kesehatan
Keluarga Tn.S lebih menerapkan model promosi kesehatan dan
meningkatkan kesehatan dikarenakan Ny.N yang sudah terdiagnosa DM
sehingga keluarga mengharapkan terjadinya peningkatan kesehatan pada
Ny.N serta mencegah terjadinya penyakit yang sama pada Tn.S maupun
anak-anaknya.
Defenisi dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat-sakit
Keluarga ini mengetahui apa itu sehat-sakit, keluarga mendefenisikan
sehat adalah keadaan dimana mampu melakukan aktifitas dengan baik
tanpa adanya gangguan sedangkan sakit adalah keadaan dimana seseorang
tidak mampu melakukan aktifitasnya dikarenakan kondisi yang tidak baik,
namun pengetahuan keluarga terbatas mengenai sehat-sakit ini, keluarga
tidak memahami gejala sakit, keluarga mengetahui sakit jika kondisi
badannya tidak baik.
Status Kesehatan Keluarga dan Kerentanan terhadap sakit yang dirasa
Saat ini masalah kesehatan yang menganggu keluarga adalah masalah
penyakit yang diderita oleh Ny.N yaitu penyakit diabetes mellitus (DM),
saat pengkajian Ny.N mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak
memiliki riwayat penyakit tersebut, ketika terdiagnosa DM Ny.N tidak
menyangka karena selama ini Ny.N aktif dalam kegiatan olahraga.
Praktik Diet Keluarga
Keluarga ini tidak memiliki diet makanan khusus keluarga, setelah Ny.N
sakit yang berperan menyiapkan makanan adalah Tn.S, namun jika Tn.S
kelelahan setelah beraktifitas seharian biasanya keluarga ini membeli
makanan ke Rumah Makan terdekat
Kebiasaan tidur dan beristirahat
Keluarga ini tidak menerapkan jadwal tidur dan istirhat, keluarga tidur dan
istirahat jika sudah mulai lelah setelah beraktifitas, Ny.N Mengatakan jika
tidak memiliki gangguan pola tidur, karena Ny.N sering kelelahan Ny.N
lebih sering beristirahat di kamarnya dan sesekali keluar rumah jika sudah
bosan didalam rumah.
Praktik Aktifitas fisik dan rekreasi
Semenjak Ny.N menderita DM keluarga ini jarang untuk berekreasi
dikarenakan Ny.N yang mudah lelah, dalam kegiatan sehari-hari kegiatan
fisik yang biasa dilakukan oleh Ny.N adalah berjalan-jalan di sekitar
rumahnya.
Praktik penggunaan obat teraupetik dan penenang, alkohol serta
tembakau di keluarga
Keluarga ini tidak mengkonsumsi alkohol, tembakau, obat penenang
maupun cola. Biasanya pagi hari Ny.N selalu menyediakan teh untuk
Tn.S.
Peran Keluarga dalam praktik perawatan diri
Setelah terdiagnosa penyakit Ny.N mulai merubah pola makan dan gaya
hidupnya, setiap harinya Ny.N selalu mengkonsumsi susu khusus
penderita diabetes dan mengganti gulanya dengan gula yang rendah kalori,
yang membuat keputusan kesehatan didalam keluarga adalah Tn.S, selama
Ny.N sakit Tn.S selalu mendampingi Ny.N dan merawat Ny.N, setelah
menderita penyakit DM Ny.N selalu menjaga pola makannya dan Tn.S
selalu mengingatkan Ny.N
Tindakan pencegahan secara medis
Karena Ny.N sudah terdiagnosa DM sejak beberapa tahun yang lalu dan
beberapa kali dirawat di Rumah Sakit, pencegahan yang dilakukan Ny.N
agar penyakitnya tidak semakin parah adalah mengkonsumsi susu khusus
penderita diabet dan Gula rendah kalori serta mengikuti senam diabet
sekali 2 minggu di puskesmas.
Terapi Komplementer dan Alternatif
Keluarga tidak engikuti terapi komplementer ataupun terapi alternatif lain
selain memeriksakan kesehatannya setiap bulan di puskesmas terdekat.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti DM, jantung, hipertensi, stroke, kanker, gout,
penyakit ginjal dan tiroid, asma dan alergi serta tidak ada anggota keluarga
yang bunuh diri.
Layanan perawatan kesehatan yang diterima
Keluarga ini sering memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas Pauh,
keluarga mengatakan sudah lama berobat kesana, keluarga juga
mengatakan bahwa Ny.N melahirkan ketiga anaknya di Puskesmas
tersebut, setelah terdiagnosa DM setiap bulan Ny.N selalu mengunjungi
puskesmas untuk berkonsultasi dan didampingi oleh Tn.S serta Ny.N
mengikuti senm diabetes yang diadakan oleh Puskesmas setiap waktunya.
Perasaaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan
Keluarga merasa nyaman, puas dan percaya terhadap pelayanan yang
diberikan oleh Puskesmas Pauh, sehingga keluarga selalu memeriksakan
kesehatannya disana. Keluarga berharap agar pelayanan di puskesmas
lebih baik lagi walaupun saat ini sudah dapat dikatakan baik.
Pelayanan Kesehatan Darurat
Jika Klien mengalami kondisi yang gawat, keluarga selalu membawa klien
ke puskesmas, dan puskesmaslah yang selalu merujuk pasien ke Rumah
Sakit.
Sumber Pembayaran
Keluarga ini memiliki jaminan kesehatan yaitu Asuransi Kesehatan
(Askes) sehingga untuk biaya pembayaran ditanggung oleh penyedia
asuransi, namun keluarga ini tidak mendapatkan informasi mengenai
pelayanan preventif, perawatan medis maupun kunjungan rumah dari
penyedia asuransi.
Logistik untuk mendapatkan perawatan
Jarak antara rumah klien dengan puskesmas tidaklah jauh, untuk sampai ke
puskesmas biasanya Ny.N selalu bepergian dengan Tn.S. Biasanya Ny.N
dan Tn.S mengunjungi puskesmas dengan menggunakan Sepeda Motor.

26. Stres, Koping dan Adaptasi Keluarga


Stresor, kekuatan dan persepsi keluarga
Keluarga ini tidak memiliki stresor jangka pendek, namun untuk jangka
panjang keluarga ini memiliki stresor seperti ketakutan Tn.S jika kondisi
Ny.N buruk kembali dan mengharuskannya dirawat kembali apalagi saat
ini semua anak Tn.S dan Ny.N sudah memiliki keluarga masing-masing
dan Tn.S sendiri terkadang beraktifitas di luar rumah.
Strategi Koping Keluarga
Keluarga menggunakan stategi koping yang efektif untuk mengatasi
stresor, keluarga bekerjasama dalam membangun koping keluarga yang
efektif. Untuk mengatasi stresor yang mungkin terjadi dalam keluarga ini
keluarga selalu menggunakan dukungan spiritual serta dukungan sosial,
dan karena Tn.S dan Ny.N tinggal didaerah yang cukup ramai dan jarak
rumah yang saling berdekatan Tn.S selalu membina komunikasi yang baik
dengan tetangga dan sesekali meminta tetangga untuk selalu mengawasi
Ny.N ketika sendirian di rumah dan mengabarkan jika terjadi sesuatu
terhadap Ny.N kepada Tn.S secepat mungkin. Dan keluarga ini tidak
menggunakan strategi adaptasi disfungsional seperti mengkambing
hitamkan, penggunaan ancaman maupun otoriterianisme.
Adaptasi Keluarga
Stresor pada keluarga dapat diatasi dengan baik karena adanya komunikasi
yang baik antar keluarga maupun dengan tetangga terdekat, fungsi
keluarga masih dijalankan dengan baik, serta stresor dikelola secara
adekuat oleh keluarga, sehingga fungsi keluarga dalam keluarga inin
berjalan dengan baik.
Melacak stresor, Koping, Adaptasi sepanjang waktu
Walaupun terdapat stresor dalam keluarga ini akan tetapi keluarga ini
masih bisa berdaptasi dengan baik tanpa masalah apapun dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penurunan adaptasi

DATA TAMBAHAN
Pada saat kunjungan ke 3, Ny.N mengatakan bulan ini ia tidak
memeriksakan kesehatan ke puskesmas dan senam diabet juga sangat
jarang dilakukannya ketika dirumah

Anda mungkin juga menyukai