BAB V
LINGKUNGAN
5.1 Lingkungan
Lingkungan kerja yang baik berpengaruh besar terhadap kesehatan bagi para
pekerja. Selain itu udara di tempat bekerja harus bersih dari uap-uap berbahaya dan
memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas masyarakat yang tinggal di sekitar
lokasi penambangan Emas yang dilakukan oleh PT. AURUM COMPANY di Kec
Miomaffo Barat, Kab. TTU - Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dengan mengetahui rona lingkunagan awal yang kemudian akan
diperbandingkan dengan rona lingkungan akhir (pasca penambangan) maka dapat
perkirakan dampak yang terjadi secara keseluruhan,sehingga dapat direkomendasikan
apakah kegiatan penambangan boleh dilakukan atau tidak;ataupun boleh dilakukan
dengan persyaratan- persyaratan tertentu agar kelestarian lingkungan hidup minimal
tetap dipertahankan.Oleh karena kegiatan ini sudah memperoleh ijin maka yang
terpenting adalah bagaimana menghilangkan dampak negatif yang mungkin akan
terjadi atau minimal meminimalisasi dampak negatif tersebut sedangkan dampak
positifnya dapat mungkin bisa ditingkatkan.
Berikut adalah contoh komponen-komponen di alam yang dapat terkena
dampak dari kegiatan penambangan yang dilakukan.
angin bertiup dari arah Barat – Barat laut;sedangkan pada musim kemarau
umunya angin bertiup dari arah timur – Tenggara.Kondisi iklim suatu wilayah
ditentukan oleh berbagai unsur iklim yaitu curah hujan dan hari hujan,suhu /
temperatur udara,kelembaban udara,arah angin dan kecepatan angin,derajat
penyinaran matahari.
c. Fisiografi
Dalam membicarakan tentang fisiologi maka disini ditekankan pada
dua hal yaitu masalah topografi dan masalah morfologi. Dari segi topografi
maka kondisi topografi pada daerah rencana penambangan emas Desa Poto,
Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, terletak pada ketinggian antara
600 hingga 1000 m diatas permukaan laut. Wilayah penambangan Emas PT.
Kalimas Resources merupakan daerah perbukitan ganda yang mempunyai
kemiringan antara berombak hingga berbukit. Morfologi satuan fisiografi
wilayah desa Poto cukup bervariasi mulai dari datar sampai dengan
bergunung. Kondisi area datar sampai dengan landai hanya beberapa tempat.
Sedangkan wilayah yang bergelombang dan bergunung terdapat di semua
desa yang tercakup dalam wilayah perencanaan. Wilayah dengan ketinggian
kurang dari 1000 mdpl.
d. Kondisi tanah
Berdasarkan peta Tanah Bagan oleh Lembaga Penelitian Tanah (LPT)
Bogor (1967) maka daerah penelitian dan sekitarnya didominasi oleh jenis
tanah Grumosol / vertisol, dan jenis tanah Litosol.
Tanah Grumosol/vertisol mempunyai ciri : tekstur lempung, tanpa horizon
eluvial dan iluvial, struktur lapisan atas granuler (sering berbentuk seperti
bunga kubis dan bagian bawah gumpal atau pejal), mengandung kapur,
koefisien expansi (pemurnian) dan kontraksi (pengkerutan) tinggi jika dirubah
kadar airnya, seringkali mikroreliefnya gilgai (peninggian – peninggian
setempat yang teratur), konsistensi luar biasa liat (extreamly plastic), bahan
induk berkapur dan berlempung sehingga kedap air (impermeable),
kedalaman solum rata-rata 75 cm,dan warna kelam atau chroma kecil. Karena
sifat-sifat tanah grumosol/vertisol yang sangat berat, menyebabkan jenis tanah
ini sangat peka terhadap erosi dan bahaya longsoran (soilcreep).
Jenis tanah litosol dianggap tanah yang paling muda, sehingga bahan
induknya seringkali dangkal (kurang dari 45 cm) atau tampak tanah sebagai
batuan padat yang padu ( consolidated). Karena kondisi tersebut maka
profilnya belum memperlihatkan horison-horison dengan sifat-sifat dan ciri-
ciri morfologi yang masih menyerupai sifat-sifat dan ciri-ciri batuan
induknya.
e. Hidrologi
Jumlah ketersediaan sumber mata air sebanyak 1.704, dan 635 sumber
mata air dapat mengeluarkan air sepanjang tahun dan tidak dipengeruhi
oleh curah hujan (perenial springs) dengan kondisi ketersediaan air cukup
baik; sebanyak 826 sumber mata air bersifat musiman karena mengeluarkan
air hanya pada musim tertentu dan tergantung pada curah hujan (intermitent
springs), dengan kondisi ketersediaan air sedikit serta 243 sumber mata
air yang kering di musim kemarau serta dapat mengeluarkan air pada
periode tertentu saja (periodic springs).
2. Komponen Biotik
Secara umum kondisi biotik lokasi studi terdiri atas Fauna dan Flora.
Ada jenis Fauna yang hidupnya alami dan adapula yang
dibudidayakan,demikian pula dengan jenis-jenis Flora. Jenis-jenis Fauna
alami yang sementara ini diketahui antara lain ular,tokek,ayam hutan,babi
hutan,beberapa jenis burung seperti gagak, tekukur,serta jenis-jenis biota kecil
lainya;sedangkan fauna budidaya yang ada dalam wilayah studi ini
antara lain berupa babi, kambing, anjing, kucing, sapi, kuda.
Jenis – jenis flora alami yang ada antara laain Lamtoro,kabesak,
kusambi,asam,bambu dan lain-lainnya;sedangkan flora budidaya yang
dibudidayakan masyarakat antara lain berupa nangka, kelapa, mangga, pisang,
pepaya, ubi kayu, sayuran,dan lain sebagainya.
Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih terinci bahwa dampak
negatif dan positif yang akan timbul dari suatu usaha atau kegiatan tersebut,
sehingga sejak dini telah dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya. Sesuai Undang-
undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana salah satu
pasalnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk pengelolaan
lingkungan hidup, sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam pembinaan,
pengawasan dan penertibannya.
Zain (2006) menjelaskan kebijakan penerapan AMDAL, yaitu;
a) AMDAL merupakan instrumen efektif untuk pengendalian
terutama pencegahan dampak lingkungan hidup;
b) AMDAL merupakan kajian dari studi kelayakan suatu rencana
usaha/kegiatan (Ayat 1 Pasal 2 PP No 27 Tahun 1999). Implikasi
dari ketentuan ini adalah AMDAL harus dapat digunakan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan atas kelayakan altenatif rencana
usaha/kegiatan proyek dari sudut lingkungan;
Manfaat studi AMDAL pada saat studi kelayakan:
Ruang pengambilan keputusan untuk menolak/menyetujui suatu
altenatif rencana usaha/kegiatan dari segi lingkungan masih fleksibel.
Pencegahan dampak lingkungan dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Untuk meningkatkan mutu penerapan AMDAL melalui proses
penilaian AMDAL, maka Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
hal ini Bapedalda Provinsi Nusa Tenggara Timur melaksanakan
beberapa kebijakan yang menyangkut proses AMDAL yaitu:
Bapeda sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam pengendalian
lingkungan hidup di daerah telah mengembangkan berbagai kebijakan
dan program guna mengatasi berbagai permasalahan lingkungan hidup
yang dirasakan semakin besar yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan
pembangunan yang berpotensi mengurangi kualitas dan kuantitas
lingkungan hidup di daerah.
4. Sistem manejemen K3
Keselamatan operasi pertambangan dilaksanakan dengan tujuan
menciptakan kegiatan operasi pertambangan yang aman dan selamat.