Anda di halaman 1dari 7

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN


BAHASA ANAK

Anika Candrasari, Dista Eka Faulam Putri, Warraihan, Virgi Parisa


Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email: Anika.Candrasari@ums.ac.id

ABSTRACT

Depkes RI in 2006 stated that 16% Indonesia’s childrens experienced a developmental disorder,
both fine and gross motor development, hearing loss, less intelligence and speech delay and
62.02% of preschoolers impaired motor development, language and personal social. To achieve
optimal growth and development needs the interaction of several factors, one of which is
environmental bio-psycho-social. The study aims to analyze which are the environmental
factors associated with the children’s language development. The study was conducted in
posyandu Gonilan, Sukoharjo, Central Java in January 2016. The sample size is 50 children.
Environmental data obtained by questionnaire. Data language development obtained by a
denver developmental screening test. Language development of children affected by mother’s
education (OR=5,095) and parenting patern (OR=0,155).

Keywords: parenting patern, child’s language development, environment

1. PENDAHULUAN bicara. Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes)


Masa anak usia dini merupakan masa 2006 sebesar 62,02% anak usia prasekolah
keemasan atau sering disebut dengan mengalami gangguan perkembangan
golden age period karena pertumbuhan dan motorik, bahasa, dan personal sosial.
perkembangan berlangsung sangat singkat Walaupun kejadian gangguan
dan peka terhadap lingkungan. Dari perkembangan bahasa pada anak cukup
konsepsi hingga anak usia dini merupakan banyak kejadiannya dalam populasi, tetapi
periode dimana resiko dan kesempatan penelitian yang mendalami hal tersebut
untuk tumbuh kembang anak (Martani, masih belum cukup banyak bila
2013, Engle and Huffman, 2010). Masa ini dibandingkan dengan gangguan yang
biasanya ditandai oleh perubahan cepat serupa seperti autis dan disleksia (Botting et
dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial al, 2016).
dan emosional. Masa ini merupakan masa Pada usia dini anak harus mendapat
untuk meletakkan dasar pertama dalam stimulasi, jika stimulasi yang didapat
mengembangkan potensi fisik (motorik), kurang akan mengakibatkan kemampuan
intelektual, emosional, sosial, bahasa, seni sosialisasi, bahasa, motorik halus dan kasar
dan moral spiritual (Widhianawati, 2011). menjadi terlambat (Depkes RI, 2006).
Penelitian yang dilakukan di dua Untuk tercapainya tumbuh kembang yang
tempat penitipan anak di Piracicaba, SP, optimal dari seorang anak tergantung pada
Brazil tahun 2010 mendapatkan 30% anak potensi biologiknya. Tingkat tercapainya
mengalami keterlambatan perkembangan potensi biologik seseorang, merupakan
motorik kasar dan motorik halus pada hasil interaksi berbagai faktor yang saling
subjek berusia 12-17 bulan (Saoza, 2010). berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
(Depkes RI) 2006 menyatakan bahwa 16% Lingkungan yang menunjang akan
balita Indonesia mengalami gangguan mengoptimalkan potensi genetik yang
perkembangan, baik perkembangan motorik dipunyai seorang anak (Soetjiningsih,
halus dan kasar, gangguan pendengaran, 2012).
kecerdasan kurang dan keterlambatan

972
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Faktor lingkungan secara garis besar lingkungan yang diteliti adalah berat badan
dibagi menjadi faktor pranatal dan post lahir anak, proses kelahiran anak, urutan
natal. Lingkungan post natal secara umum kelahiran anak, jenis kelamin anak, usia
dapat digolongkan menjadi lingkungan ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu,
biologis (ras/suku bangsa, jenis kelamin, pendapatan keluarga, pola asuh keluarga,
umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan bentuk keluarga serta lokasi tempat tinggal.
terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi Alat ukur kuisioner dan pendataan dengan
metabolisme, hormon), fisik (cuaca, musim, wawancara, skala kategorik. Kuesioner pola
keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, asuh telah dimodifikasi dari penelitian
keadaan rumah, radiasi), psikososial sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Fitria
(stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau Aziz dengan judul Hubungan Pola Asuh
hukuman, kelompok sebaya, stres, sekolah, Orang Tua terhadap Tingkat Perkembangan
cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi pada Anak Usia Prasekolah di TK Al Islam
anak-orangtua) dan keluarga beserta adat 1 Jamsaren Surakarta. Dengan hasil uji
istiadat (pekerjaan, pendapatan keluarga, validitas yang diperoleh nilai r hitung > r
pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis tabel = 0,361, dan dari uji reabilitasnya
kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah didapatkan nilai alpha = 0,733 atau > 0,6.
tangga, kepribadian ayah/ibu, adat istiadat, hasil pengukuran berupa pola asuh baik dan
agama, urbanisasi, politik) (Soetjiningsih, pola asuh kurang baik. Usia ibu
2012). Menurut Engle and Huffman (2010) dikategorikan menjadi ≤30 tahun dan > 30
intervensi perkembangan anak tidak hanya tahun. Status pekerjaan ibu dikategorikan
tentang intake makanan, tetapi juga menjadi bekerja dan tidak bekerja.
parenting (pola asuh) dan kualitas interaksi Pendidikan ibu dikategorikan menjadi SD,
ibu-anak, dan yang paling besar adalah SMP dan SMA, PT. Pendapatan keluarga
status sosial-ekonomi. dikategorikan menjadi ≤2 juta dan >2 juta.
Gangguan perkembangan bicara, Bentuk keluarga dikategorikan menjadi
bahasa anak dan atau komunikasi nuclear family dan extended family. Lokasi
berdampak pada banyak hal, di antaranya tempat tinggal keluarga dikategorikan
yaitu prestasi akademik sekolah, menjadi lokasi di kampung dan perumahan.
ketrampilan secara umum, hubungan sosial Usia anak dikategorikan menjadi ≤3 tahun
dan pekerjaan. Pencegahan gangguan ini dan >3 tahun. Jenis kelamin anak
akan memberikan outcome masa depan dikategorikan menjadi perempuan dan laki-
bangsa yang lebih baik (Brebner, C. et al, laki. Urutan kelahiran anaka dalam
2016). keluarga dikategorikan menjadi anak yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk lahir pertama dan anak yang lahir kedua
menganalisis beberapa faktor lingkungan ataupun seterusnya. Berat badan lahir anak
tersebut yang mempunyai pengaruh dikategorikan menjadi <3 kg dan ≥3 kg.
terhadap perkembangan bahasa anak. Sementara proses kelahiran anak
dikategorikan menjadi normal ataukah
2. METODE PENELITIAN melalui operasi sectio caesaria. Variabel
Penelitian menggunakan desain terikat pada penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik dengan perkembangan bahasa anak. Alat ukur
rancangan penelitian cross sectional. Denver Developmental Screening Test
Penelitian dilakukan di Posyandu Gonilan (DDST), skala kategorik, hasil pengukuran
pada bulan Januari 2016. Populasi dalam sesuai dan tidak sesuai.
penelitian ini adalah seluruh anak yang Analisis data bivariat dilakukan
terdaftar di Posyandu Gonilan. Jumlah dengan Chi-square dengan alternatif
sampel yang diikutkan dalam penelitian menggunakan uji Fisher. Analisis
sebesar 50 responden. multivariat menggunakan uji regresi
Variabel bebas dalam penelitian ini logistik. Analisis memakai program SPSS
adalah faktor lingkungan. Faktor 22 for windows.

973
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

badan lahirnya terbanyak ≥3 kg, dengan


kelahiran umumnya melalui persalinan
normal.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada analisis bivariat yang mempunyai
Hasil penelitian didapatkan usia ibu nilai p<0,25 adalah status pekerjaan ibu,
paling banyak >30 tahun, kebanyakan pendidikan ibu, pola asuh orang tua, bentuk
bekerja dengan pendidikan baik (SMA, keluarga, lokasi tempat tinggal, dan jenis
PT). Pola asuh orang tua umumnya kelamin anak. Selanjutnya kelima faktor
didapatkan hasil baik. Kondisi ekonomi tersebut dilakukan analisis multivariat
keluarga mayoritas kurang dilihat dari menggunakan regresi logistik.
pendapatan keluarga paling banyak ≤2 juta Hasil regresi logistik faktor lingkungan
rupiah per bulan. Bentuk keluarga paling terhadap perkembangan bahasa anak
banyak nuclear family. Sampel yang didapatkan variabel yang berpengaruh
diambil terbanyak tinggal di terhadap perkembangan bahasa anak adalah
perkampungan. Usia anak peserta posyandu pendidikan ibu dan pola asuh orang tua.
tersebut paling banyak ≤3 tahun dengan Hubungan yang paling kuat adalah
jenis kelamin lebih banyak laki-laki, pendidikan ibu (OR=5,095) diikuti dengan
umumnya mereka juga bukan anak pertama faktor pola asuh orangtua (OR=0,155).
tetapi anak kedua dan seterusnya, berat

Tabel 1. Hasil analisis bivariat variabel faktor lingkungan dengan perkembangan bahasa anak

Variabel Kategori Sesuai Tidak P OR IK95%


sesuai
N % N % Min Maks
Usia ibu ≤30 tahun 14 63,6 8 36,4 0,583 0,172 1,974
0,758
>30 tahun 21 75 7 25 Ref
Status Tidak bekerja 17 68 8 32 0,826 0,246 2,776
0,095
pekerjaan ibu Bekerja 18 72 7 28 Ref
Pendidikan SD, SMP 6 46,2 7 53,8 0,236 0,062 0,905
0,040
ibu SMA, PT 29 78,4 8 21,6 Ref
Pola asuh Baik 29 80,6 7 19,4 5,524 1,443 21,143
0,016
orang tua Kurang baik 6 42,9 8 57,1 Ref
Pendapatan ≤2 juta 27 69,2 12 30,8 0,844 0,190 3,748
1
keluarga >2 juta 8 72,7 3 27,3 Ref
Bentuk Nuclear family 22 68,8 10 31,3 0,846 0,237 3,024
0,066
keluarga Extended family 13 72,2 5 27,8 Ref
Lokasi tempat Kampung 29 67,4 14 32,6 0,345 0,038 3,150
0,659
tinggal Perumahan 6 85,7 1 14,3 Ref
Usia anak ≤3 tahun 19 59,4 13 40,6 0,183 0,036 0,933
4,778
>3 tahun 16 88,9 2 11,1 Ref
Jenis kelamin Perempuan 17 70,8 7 7,2 1,079 0,321 3,626
0,015
anak Laki-laki 18 69,2 8 30,8 Ref
Urutan Anak pertama 15 78,9 4 21,1 2,063 0,548 7,766
kelahiran Anak kedua dan 20 64,5 11 35,5 1,168 Ref
anak seterusnya
Berat badan <3 kg 14 77,8 4 22,2 1,833 0,485 6,927
0,810
lahir anak ≥3 kg 21 65,6 11 34,4 Ref
Proses Normal 28 71,8 11 28,2 1,455 0,354 5,974
kelahiran Sectio caesaria 7 63,6 4 36,4 0,713 Ref
anak

Hasil dari analisis didapatkan adanya pendidikan ibu dengan perkembangan


pengaruh pola asuh orang tua dan bahasa anak di Posyandu Gonilan

974
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Surakarta. Hasil ini sama dengan penelitian interaksi dan stimulasi yang diberikan
yang dilakukan oleh Lasiyati Yuswo Yani orang tua baik maka perkembangan anak
yang menyatakan bahwa ada hubungan pun akan optimal (Aisyah, 2010). Keluarga
antara pola asuh orangtua dengan terutama ayah dan ibu merupakan
perkembangan personal sosial, motorik dan lingkungan sosial pertama dan utama bagi
bahasa anak prasekolah di PAUD Al anak sehingga memberi pengaruh besar
Hidayah. Menurut Pohan dan Shobirin bagi perkembangan anak. Pengalaman
(2012) juga menyatakan bahwa pola asuh interaksi dalam keluarga akan menentukan
ibu mempunyai hubungan sangat signifikan pola dan tingkah anak di lingkungannya
dengan perkembangan bahasa anak usia (Soetjiningsih, 2012). Perkembangan awal
toddler (1-3 tahun) di Desa Kecamatan anak memerlukan pola asuh yang responsif
Gajah Kabupaten Demak. (Black, M. et al, 2016).
Interaksi yang dilakukan orang tua
terhadap anak sangat memegang peranan
penting dalam perkembangan anak, apabila

Tabel 2. Hasil analisis multivariat regresi logistik

Langkah Variabel Koefisien P OR IK95%


Min Maks
Step 1a Pendidikan(1) 1,814 0,030 6,136 1,198 31,434
asuh(1) -2,004 0,011 0,135 0,029 0,628
keluarga(1) 0,544 0,496 1,723 0,360 8,240
gender(1) -0,485 0,526 0,615 0,137 2,757
pekerjaan 0,152 0,843 1,164 0,259 5,231
Constant -0,432 0,760 0,649
Step 2a pendidikan(1) 1,775 0,027 5,902 1,219 28,566
asuh(1) -1,994 0,011 0,136 0,029 0,631
keluarga(1) 0,568 0,470 1,765 0,377 8,251
gender(1) -0,454 0,544 0,635 0,147 2,752
Constant -0,232 0,814 0,793
Step 3a pendidikan(1) 1,808 0,026 6,097 1,246 29,841
asuh(1) -1,889 0,012 0,151 0,035 0,662
keluarga(1) 0,632 0,419 1,882 0,406 8,734
Constant -0,562 0,492 0,570
Step 4a pendidikan(1) 1,628 0,033 5,095 1,143 22,717
asuh(1) -1,866 0,012 0,155 0,036 0,666
Constant -0,112 0,849 0,894

Menurut Fitri Hartanto et al (2011) sedini mungkin dan terus menerus pada
menyatakan bahwa kemahiran dalam setiap kesempatan yang dapat dilakukan
bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh oleh orangtuanya maupun orang-orang
faktor instrinsik (anak) dan faktor ekstrinsik terdekat dalam kehidupan sehari-hari,
(lingkungan). Faktor instrinsik merupakan kurangnya stimulus dapat menyebabkan
kondisi bawaan sejak lahir termasuk gangguan yang menetap. Anak yang
fisiologis dari organ yang terlibat dalam mendapat simulasi yang terarah dan teratur
kemampuan bahasa dan bicara. Faktor akan lebh cepat berkembang dibandingkan
ekstrinsik dapat berupa stimulus yang ada dengan anak yang kurang/tidak mendapat
di sekeliling anak, misalnya perkataan yang stimulasi (Soetjiningsih, 2012).
didengar atau ditunjukan kepada anak. Menurut penelitian yang dilakukan
Setiap anak perlu mendapat stimulus rutin oleh Lilis Maghfuroh (2014) yang berjudul

975
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

“Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan asuh dioptimalkan mulai dari prenatal
Prestasi Belajar Anak SDN 1 Kabalan hingga usia anak 3 tahun (Engle and
Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro”, Huffman, 2010).
faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Urutan kelahiran anak juga dapat
orangtua mencakup usia orangtua, mempengaruhi pola asuh orangtua. Anak
pendidikan orangtua dan urutan kelahiran kedua biasanya selalu berusaha melebihi
anak. Faktor usia orangtua dapat kakaknya, ia cendrung memberontak atau
mempengaruhi pola asuh orangtua. Umur iri hati terhadap hal yang diberikan
merupakan salah satu ciri tingkat orangtua terhadap saudaranya. Sehingga
kedewasaan dimana dapat mempengaruhi orangtua biasanya selalu menuruti apa
perannya terhadap anak.karena dengan kemauan anaknya. Anak kedua akan lebih
bertambahnya umur seseorang maka terjadi dewasa karena akan belajar dari sikap
proses kematangan baik organ maupun kakak dan orangtua terhadapnya.
jalan fikirannya sehingga dapat Jenis kelamin menunjukan bahwa pada
memberikan pola asuh yang tepat pada perempuan, pengaktifan otak berlangsung
anaknya. Usia orang tua merupakan salah pada kedua hemisfer dan pada area yang
satu faktor yang mempengaruhi kesiapan lebih luas. Perempuan mampu mengingat
orang tua dalam menjalankan peran sejumlah gambaran emosi yang jauh lebih
pengasuhan terhadap anaknya. Usia yang tinggi dibandingkan laki-laki dan secara
terlalu muda atau yang terlalu tua dapat emesional perempuan jauh lebih efektif
mengakibatkan orang tua tidak dapat dibandingkan dengan laki-laki dalam dalam
melaksanakan peran pengasuhan secara pemerolehan bahasa secara alamiah
optimal (Syam, 2013). Pendidikan orangtua (Arrifudin 2010 dalam Aprihantara et al
dapat mempengaruhi penerapan pola asuh 2012). Selain itu, Soetjiningsih (2012)
orangtua terhadap anak. Dengan pendidikan mengatakan faktor lingkungan biologis
orangtua akan memberikan dampak bagi mempengaruhi tumbuh kembang bahwa
pola pikir dan pandangan orangtua terhadap anak laki-laki lebih sering mengalami
cara mengasuh dan mendidik anaknya. gangguan dari pada anak perempuan,
Sehubungan dengan tingkat pendidikan namun hal ini belum diketahui
orangtua akan memberikan pengaruh penyebabnya secara pasti, namun hasil dari
terhadap pola berfikir dan orientasi penelitian didapatkan jumlah keterlambatan
pendidikan yang diberikan kepada anaknya. pada anak laki-laki dan anak perempuan
Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seimbang.
oleh orangtua maka akan semakin Anak yang menjalin hubungan dengan
memperluas dan melengkapi pola keluarganya secara sehat (penuh perhatian
berfikirnya dalam mendidik anaknya dan kasih sayang dengan orangtuanya)
(Soetjiningsih, 2012). dapat memfasilitasi perkembangan bahasa
Prenatal hingga usia 3 tahun anak. Sebaliknya jika hubungan anak dan
merupakan usia perkembangan otak orangtuanya tidak sehat, maka
tercepat dan otak paling sensitif terhadap perkembangan bahasa anak cenderung
pengaruh lingkungan luar. Kemiskinan, mengalami kelainan seperti gagap, kata-
status kesehatan yang buruk, nutrisi kurang katanya tidak jelas, berkata kasar dan tidak
dan kurang stimulasi pada anak pada usia sopan serta merasa takut untuk
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap mengungkapkan pendapatnya (Adriana,
perkembangan otak. Pertumbuhan otak 2008). Lingkungan tempat tinggal juga
yang cepat ini akan mempengaruhi mempengaruhi perkembangan bahasa anak,
perkembangan kognitif dan sosioemosional dimana lingkungan kampung dengan
anak. Usia 2-3 tahun merupakan periode kondisi kekeluargaan yang masih erat dan
kritis perkembangan bahasa anak. Maka sosialisasi dengan lingkungan masih baik,
upaya pemberian nutrisi yang baik dan maka kontak anak dengan anak yang
parenting behaviour dalam hal ini pola sebaya masih cukup intensif. Kontak anak

976
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

dengan anak sebaya inilah yang mendorong butuh latihan tambahan untuk penanganan
perkembangan bahasa anak (Soetjiningsih, gangguan bicara, bahasa dan komunikasi
2012). (Brebner, C. et al, 2016).
Status sosial ekonomi keluarga
beberapa studi menyebutkan bahwa anak 4. KESIMPULAN DAN SARAN
yang berasal dari keluarga miskin akan A. Kesimpulan
mengalami keterlambatan perkembangan Berdasarkan hasil penelitian yang
bahasanya dibandingkan anak yang berasal dilakukan didapatkan hasil terdapat
dari keluarga yang lebih baik tingkat pengaruh lingkungan terhadap
ekonominya. Kondisi tersebut disebabkan perkembangan bahasa anak di Posyandu
karena kurangnya kesempatan belajar pada Gonilan Sukoharjo.faktor lingkungan
anak dari keluarga miskin (Yusuf 2008 tersebut adalah pendidikan ibu dan pola
dalam Adityo 2013). Pendapatan keluarga asuh orang tua.
yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orangtua dapat B. Saran
menyediakan semua kebutuhan anak baik 1. Meningkatkan pengetahuan dan
yang primer maupun sekunder wawasan orang tua agar orang tua
(Soetjiningsih, 2012). Kemiskinan mampu memberikan dukungan yang
berhubungan dengan kerusakan struktur sesuai tahapan perkembangan anak
dan fungsi saraf, termasuk smaller white berdasarkan usia, sehingga proses
and cortical gray matter dan hipokampus, tumbuh kembang berlangsung optimal.
amygdala yang berkaitan dengan Apabila terdapat keterlambatan dalam
kemampuan kognitif (Black, M. et al, perkembangan dapat diketahui dengan
2016). Keluarga dengan status sosial cepat dan dapat ditangani dengan
ekonomi rendah memiliki kecenderungan segera.
pengetahuan yang terbatas, waktu dan 2. Penelitian ini dijadikan sebagai
kualitas yang rendah dalam menemani anak pengetahuan orang tua terhadap
bermain dan aktivitas komunikasi yang perkembangan anak, agar dapat
seharusnya diperlukan seorang anak dalam mendeteksi secara dini masalah
tumbuh kembangnya (Black, M. et al , perkembangan pada anak.
2016). 3. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih
Menurut Engle and Huffman (2010) memperhatikan faktor lingkungan lain
dalam meningkatkan perkembangan bahasa dan beberapa kelemahan yang masih
anak dapat dilakukan beberapa cara berikut didapatkan dalam penelitian ini untuk
yaitu pemberian ASI eksklusif, pemberian menganalisis masalah perkembangan
nutrisi anak yang adekuat, dalam pada anak lebih lengkap sehingga
memberikan makanan kepada anak berikan diidentifikasi masalah yang lebih baik
dengan sabar dan penuh cinta, sering dan akurat.
dibacakan buku cerita, sering diajak
aktivitas luar dan bermain, diajak 5. DAFTAR PUSTAKA
bernyanyi, mengajari sesuatu yang
sederhana kepada anak setiap hari, Aisyah, S. 2010. Pengaruh Pola Asuh
misalkan huruf, angka, gambar, sering Orang Tua terhadap Tingkat
mengajak anak berbicara serta doakan anak. Agresivitas Anak. Jurnal MEDTEK. 2
Bercerita merupakan aktivitas yang efektif (1)
dalam meningkatkan perkembangan anak
usia 24 bulan (Black, M. et al, 2016). Guru Black, M., Fernandez-Rao, S., Hurley,
sekolah pendidikan anak usia dini juga K.M., Tilton, N., Balakrishna N.,
perlu dilatih untuk mendeteksi dan Harding, K.B., Reinhart G.,
meingkatkan kualitas pengajaran. Radhakrishna, K.V., and Nair, K.M.
Umumnya mereka memiliki skills tetapi 2016. Growth and Development

977
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Among Infants and Preschoolers in Saoza, C.T., C, Denise., Santos, C.,


Rural India: Economic Inequities and Tolocka, S.R., Baltieri, L., Gibim,
Caregiver Protective/Promotive N.C., and Hebechian, F.A.P., 2010.
Factors. International Journal of Assessment Of Global Motor
Behaviour Development. 40 (6): 26-53. Performance and Gross and Fine
Motor Skill of Infants Attending Day
Botting, N., Gaynor, M., Tucker, K. and Care Centers. Revista Brasileira de
Orchad-Lisle, G. 2016. The Fisioterapia. 14 (4).
Importance of Natural Change in
Planning School-Based Intervention Soetjiningsih., 2012. Tumbuh Kembang
for Children with Developmental Anak. Jakarta: EGC.
Language Impairment. Child
Languange Teaching and Therapy. 32 Syam, S., Hubungan Pola Asuh Orang Tua
(2): 159-177. terhadap Kejadian Temper Tantrum
Anak Usia Toddler Di Paud Dewi
Brebner, C., Jovanovic, J., Lawless, A., and Kunti Surabaya. Jurnal Promkes.1 (2).
Young, J. 2016. Early Childhood
Educator’s Understanding of Ealy Widhianawati, N., 2011. Pengaruh
Communication: Application to Their Pembelajaran Gerak dan Lagu dalam
Work with Young Children. Child Meningkatkan Kecerdasan Musikal
Language Teaching and Therapy. 32 dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia
(3): 277-292. Dini. Jurnal Penelitian Pendidikan.
Edisi khusus (2) Agustus.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Yani, L.Y. dan Wurandiati, E. 2012.
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Anak. Departemen Kesehatan. Jakarta. dengan Perkembangan Personal Sosial,
Motorik dan Bahasa Anak Prasekolah
Engle, P. and Huffman, S. L. 2010. Di Paud Al-Hidayah. Jurnal Penelitian
Growing Children’s Bodies and Kesehatan. http://ejournal.stikes-
Minds: Maximizing Child Nutrition ppni.ac.id/index.php/keperawatan-
and Development. Food and Nutrition bina-sehat/article/view/19/19. Tanggal
Bulletin. 31 (2): 186-197. diakses 20 Januari 2017.

Hartanto, F., Selina, H., Zuhriah and Fitra, Yusuf, S. 2008. Psikologi Perkembangan
S. 2011. Pengaruh Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.
Bahasa terhadap Perkembangan Remaja Rusdakarya. pp. 51.
Kognitif Anak Usia 1-3 Tahun. Sari
Pediatri. 12 (6): 386-390.

Lilis Maghfuroh. 2014. Hubungan Pola


Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar
Anak SDN 1 Kabalan Kecamatan Kanor
Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Surya. 2
(XVIII): 59-68.

Martani, W., 2012. Metode Stimulasi


dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.
Jurnal Psikologi. 39 (1)

978

Anda mungkin juga menyukai