431
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
AKIBAT KERJA
Zuljasri Albar
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya, seseorang dapat
saja terkena gangguan atau cedera, Kebanyakan cedera
akibat kerja biasanya mengenai sistem muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal (Musculoskeletal disorders =
MSD) dianggap berkaitan dengan kerja (work-related)
jika lingkungan dan pelaksanaan kerja berperan secara
bbermakna dalam timbulnya gangguan tersebut. Dengan
demikian, jelas bahwa gangguan muskuloskeletal yang
berkaitan dengan kerja dapat dibedakan dari penyakit
akibat kerja (Occupational disease), dimana penyakit
akibat kerja mempunyai hubungen sebab-akibat langsung
antara suatu bahan/bahaya dengan suatu penyakit yang
spesifik (misalnya asbestos dengan asbestosis, silika
dengan silikosis), sedangkan gangguan muskuloskeletal
yang berkaitan dengan kerja tidak. Sebelum mengatakan
bahwa kelainan yang ditemukan benar-benar disebabkan
‘oleh pekerjaan, sangat penting untuk menentukan apakah
pada saat yang sama pasien juga mempunyai kegiatan lain
yang mungkin merupakan predisposisi terhadap keluhan
yang diderita sekarang, Di samping itu, penilaian bentuk
pekerjaen yang dilengkapi dengan kunjungan ketempat
kerja memungkinkan pemeriksa menentukan hubungan
kausal antara pekerjaan dengan cedera muskuloskeletal
dengan lebih tepat.
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, trauma kumulatif (Cumulative trauma
disorders) merupakan penyebab lebih dari 50% penyakit
akibat kerja dengan insidens 21 kasus per 100.000 pekerja
per tahun, Insidens ini sangat meningkat dibandingkan
dengan insiden pada dekade yang lalu. Beberapa hal
yang mungkin menyebabkannya ialah perkembangan
teknologi ditempat kerja, perbaikan ketepatan diagnosis
dan pelaporan Kasus, bertembahnya kesadaran pekerja
akan hakchaknya dan tuntutan terhadap pekerja untuk
melakukan lebih banyak tugas dengan lebih cepat dalam
walktu yang lebih singkat
Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya MSD dapat
dibagi dalam 2 golongan besar
+ Faktorfisik/biomekanike
+ Faktor kimia/biokimiawi
Dati ke dua faktor ini, yang lebih sering berperan alah
faktor isk, Untuk selanjutnya pembicaraan dititikberatkan
pada gangguan muskuloskeletal akibat faktor fisik.
Sebelum membicarakan MSD lebih lanjut, ada
beberapa istlah yang perlu kita pahami lebih dahulu ya
faktor risiko/Odds ratio (OR), ergonomi dan cumulative
trauma dlsorders (CTD).
Faktor Risiko dan Odds Ratio
Epidemiologi adalah pengetahuan tentang distribusi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
pada populasi tertentu serta penerapan pengetahuan
tersebut untuk mengontro! masalah. Dari epidemiologi
kita mengenal antara lain istilah Odds ratio (OR), yaitu rasio
antara kasus dengan bukan-kasus yang terpajan terhadap
suatu faktorrisiko. Sebagai contoh, suatu OR sebesar 3.0
pada suatu penyakit terhadap faktor pajanan tertentu
mempunyai arti bahwa faktor tersebut menyebabkan
peningkatan risiko terkena penyakit tersebut sebesar
tiga kal(GANGGUAN MUSKULOSKELETAL AKIBAT KEUA
3297
Faktorrisiko yang berperan pada MSD:
+ Joni Industri
Angka MSD paling tinggi ditemukan pada industri
pengepakan daging, selanjutnya perusahaan perajutan
pakaian dalam, kendaraan bermotor dan pengolah
‘makanan temak.
+ Jenis Pekerjaan
Tukang batu, tukang kayy, tukang sulam dsb.
Faktor risiko yang lebih spesific ilhat dari segt per-
‘orangan, fisik dan pskesosial
Perorangan
+ Kelainan pada ekstremitas atas:
~ Umut
= Jenis kelamin: banyak penelitian yang menunjuk-
kan bahwa prevalensi MSD pada wanita lel
tinggi daripede pria,
= Berat badan: berat badan, tingai badan, indeks
massa tubuh elan obssitas telah dilaporkan
merupekan fektor risiko potensial terhedap
{timbulnya sincrom terowongan karpal,
+ Nyeri pinggang
= Umar: Nyeripinggeng bukan merupakan masalah
kesehatan yang terbatas pada pekerjausia lanjut
‘aja. Statistik menunjukkan angka tertingai pada
lah pada usa 20-24 tahun, pada wanita
vsia 30-34 tahun, Dilan pinak, osteoporosis yang
merupakan penyebab spesific nyeri pinggang
Jelas berkaitan dengan bertambahnya usia
- _Jenis kelamin: Temyata prevalens’ nyeri pinggang
ada pria soma dengan writs
> Tingkat sosial-ekanomi: Nyert pinggang lebih
sering pada pasien dengan tingeat sosial-
ekonomi yarg rendah, mungkin karena pekeijean
‘yang memerlukan kegiatan fisk yang berat lebih
sering dilakukan oleh pekerja yang tingkat eosial
ekcnominya lebin rendah,
~ Tinggi dan berat badan: Berat badan, indeks
‘massa tubuh dan obetitas merupakan faktorfisiko
techadap timbuinya nyerl pinggang,
= Riwayat Kesehatan: rwayat sakit pinggang atau
ischialgis merupakan salah satu faktor prediktif
‘yang dapat diandalkan untuk terjadinya nyeri
ingoara yang berkaitan dengan kerja
- Merokok: postulasi yang diajukan jalch behwa
‘ikotin mengurang) alin darah kejaringan yang
vulnerable. 0} samping itu batuk akibat merokok
rmengakibatkan strain mekanik.
~ _Kebugaran tubuh danlatinan: masih terdapat pro
dan kontra dalam hal ie.
~ _Kekusten: Sebagian peneliti berpendapat behwa
berkurangnya kekuatan ototflexsordan ekstensor
tubuh meruipakan akibat nyeri pinggang, bukan
smerupakan penyebab,
Fisike
Beberapa keodaan seperti repetisi, bebon dinamis/steti
sikap/posisi tubuh, kurang istirahat dan sebagainya
berperan sebagai faktorrisika timbulrya MSD pada leher,
bahu, siku, peigelengar tangan, sindrom terowongan
karpal, Sindrom fibrasi lengan-tangen, nyeri pinggang
‘sebagairana telah diteliti dalam banyak penelitian
Psikososial
Bagi kebenyakan dokter, istlah faktor psikososiel
sebenamya tidak mempunya) batasan yang elas.
Akibatnya banyak kebingungan dan kesalah-pahaman
Koleu membicarakan faktor ini. Ada 3 mekarisme
yang diduga berperan dalam hubungan antara faktor
psikososial dengan MSD. Salah ratu di antaranya ialah
bbahwe tuniutan psikosesia! mungkin meletihy mekanisme
ppenyesuaian dir pasien, sehinaga menimbukan respons
ses. Respons stres ini akan maningkatkan tegangan otet
atau beban otot dalam keadaan statis.
Ergonomi
Ergonomi ialah studi tentang tingkah laku dan aktivitas
marusia yang bekeija dengan menggunakan mesin atau
perslatan mekarik dan listrik, Dengan petkataan lain
lergo-romilalah studi mengenai hubungen antara manusia
dengan mesin, berdasarkan data yang diperoleh dari
bideng engineering, biomekarika, fisiologi, antropologi
ddan psikatogi. Tugas ahil ergonomn’ialah merencanakan
atau memporbaiki tempat kerja, pelengkapen dan prosedur
kerja para pekeria gunamenjamin kearnanan kesehatan dar
kebertasilan perorangan maupun organisas secaraefisen
‘Curmutative Trauma Disorders (CTD) :
Gangguan muskuloskeletal akibet kerja lebih sering
‘mengenal ekstremitas tas, punggung can leher Biasanya
timbul akibataktivitas yang berslang-ulang dalam jangka
waktu lama. Istilah repetitive stress injury dan cumulative
trauma disorders digunakan untuk melukiskan suatu
speltim Kelainan yang Iuas, banyak di antaranya mitip
dengan chronic overuse syndrome pada atlet, Otot yang
altif melakukan kegiaten berulang-vlang dan ott iain
yang harus tetap berkontraksi dalam jangka waltu lama
Untuk memperiahankan ekstremitas yang tidak dltopang
oleh peralatan kerja sangat rentan terhadap kelelahan
tot dan robekan mikroskopis yang selanjutnya diikuti
Oleh inflamasi, edema dan gangguen fungsi
KELUHAN DAN GEJALA
Contoh bentuk kegiatan atau situasi tempat kejja yang
dapat menyebabkan gangguen muskuloskeletal dapat
dlhat i bawah ink3298
Stres Fisik Akibat Tempat Kerja atau Peralatan
yang Buruk
Untuk mengatasinya diperlukan data antropometri
Tindakan yang dapat dilakukan misalnya
+ Perbaikan disain dan tempat kerja untuk meng-
hindarkan gerakan pinggang yang berlebihan,
‘menghindarkan posisi yang statis baik posisi tubuh
maupun posisi ekstremitas dalam memegang
Kontraksi otot ang berlangsunglama serta pemakaian
yang berulang-ulang sering mencetuskan kelelahan
tot yang berkaitan dengan menurunnya kekuatan,
kordinasidan kemampuan mempertahan-kan aktvitas.
Ini telah terbukti pada situasi kerja dimana lengan
dlipertahankan pada posisi yang jauh deri tubuh tanpa
enopang. Keadaan ini misalnya ditemukan pada
ppekerja pabrik perakitan mobil, montir dan tukang
listrik yang sering mengerjakan sesuatu lebih tinggi
daripada kepala mereka sambil memegang peralatan
yang berat..
Contoh lain, pekerja yang selalu dalam sikap tubuh
yang stats dan harus mempertahankan lengen dalam
Posisi abduksi atau ekstensi dalam jangka waktu
lama atau harus mempertahanken posisileher yang
diulurkedepan akan menderitasindrom neck torsion
Sindrom ini ditandai oleh nyeri sepanjang segmen
Paravertebra tulang serfikal yang memanjang ke otot
trapezius. Pada pemeriksaan didapatkan spasme otot
trapezius bilateral, ryeriraba daerah yang terkena,
berkurangnya gerakan leher dan nyeri pada gerakan
rmaksimum
+ Perbeikan disain perlengkapan, misalnya mesin.
Kelelahan dan Nyeri Akibat Tempat Duduk yang
Kurang Baik.
Dapattimbul keluhan berupa nyeri gluteus, nyeripinggang
ddan nyeri punggung,
‘Trauma Kumulatif (Cumulative trauma disorders):
Merupakan penyebab terpenting, Pada cumulative trauma
disorders (CTD) terdapat faktor rsiko berupa
+ Altivitas yang berulang-ulang, misalnya mengetik
+ Beban yang berat.
+ Posisi sendi yang tidak wajar.
+ Tekanan langsung,
+ Getaran,
+ _Altivitas statis atau possi terpaksa yang lama misalnya
mengelas.
Insiden keluhan dan cedera muskuloskeletal
meningkat secara bermakna jika terdapat 2 atau lebih
faktor risiko,
Cumulative trauma disorders mencakup spektrum
kelainan yang luas. Terdapat perbedaan faktor predisposisi,
{gejalaklinisserta pengobatan dan hasil pengobatan pada
mmasing-masing gangguan, Cedera sarafperifer akibatsikap
‘tubuh yang abnormal pada berbagaisituasi dan lingkungan
kerja sering ditemukan. Mungkin terjadi hipertrofi atau
hipotrofi otot bergantung kepada ada tidaknya beban.
Dapat terjadi penekanan saraf ditempat-tempat tertentu.
Pada ekstremitas atas misalnya penekanan n.medianus
pada pergelangan tangan (sindrom terowongan karpal)
dan n.ulnaris pada siku (sindrom terowongan siku). Cedera
langsung terhadap saraf ini dapat juga terjadi akibat
‘tekanan dari luar yang berulang-ulang,
Beberapa contoh CTD
+ Sindrom Terowongen Karpal
Salah satu cedera muskuloskeletal akibat kerja yang
sering ditemukan ialah Sindrom terowongan karpal.
Pasien mengeluh adanya rasa tingling pada jari 1, 2
dan 3 yang dapat membangunkan mereka maiam har.
Mereka juga merasakan gangguan memegang dan
spasme pada ke tiga jaritersebut. Pada pemeriksaan
didapatkan ujiTinel dan uji Phalen positip, atrofi otot
thenar, parestesi sepanjang daerah yang dipersarafi
numedianus. Jika pemasangan bidai malam hari,
pemberikan obat antiinflamasi nonsteroid dan
suntikan steroid lokal tidak dapat menghilangkan
ryeri dan terdapat pula kelainan elektromiografi,
Perlu dipertimbangkan release terowongan karpal
dengan operasi atau melalui endoskopi. Harus diingat
bahia 25% pasien sindrom terowongan karpal juga
mempunyai keluhan cedera jaringan lunak lain
seperti tendinitis pada berbagai tempat atau malah
penekanan saraf perifer Ia
+ Epikondilts,
+ Ganglioma,
+ Neuritis jari-jar
+ Tenosinovitis ekstensor/fleksor jari tangan (Trigger
finger)
+ Tenosinovitis De Quervain,
Yang khas, tendinitis berkaitan dengan rasa tidak enak
setempat yang bertambah bila dilakukan peregangan
pasif unit tendo-otot yang bersangkutan. Sering
terdapat kelemahan yang pain-induced, krepitasi
sepanjang tendo dan pembengkakan didaerah
subkuten.
+ Di samping itu terdapat kelainan yang batasannya
kurang jlas seperti keluhan punggung atau paraspinal
yang difus, rasa tebal dan letih atau lemah. Sebagian
besar pasien mempunyai beberapa faktor risiko.
Sikap abnormal tubuh yang berlangsung lama
mengakibatkan ketidak seimbangan otot dan
meningginya tekanan pada saraf perifer yang dapat
mencetuskan kompresi saraf multilevel dengan
keluhannya,(GANGGUAN MUSKULOSKELETAL ACIBAT KERJA,
Diperlukan pereriksaan yang lebin luas terhadap
pasien dan tempat kerjanya karena sangat mungkin
banyak fakter yang berperan. Evaluasi sikap dan posi
tubuh pasien dalam bekeria sering memperlihatkan
elurangan dalam hal tempat duduk dan penempatan
perelaian kerja. Disemping ity, dengan mengamati pasien
ditempat kerja dapat diketahul otot mana yeng memegang
peranan utama dalam melaksanakan pekerjean don tot
‘mana yang metupakan penunjang kegiatan.
Cumulative trauma disorders merimbulkan kerugian
‘bessr akbet hilengnya produktiftas dan biaya kompensasi
yang harus cibayarkan perusahaan, Meskioun demikian,
CTD umumnya dapat dicagah melalui penilsian ingkungan
kes yang tepat oleh ahi ergonom.
Akibat Kegiatan Fisik yang Dasarnya adalah
Mengangkat, Mendorong dan Menarik
Reberapa petunjuk untuk mencegah cedera’akibat
‘mengangkat
+ Beban yang diangkat tidak melebihi 50% batas
kekuatan perorangan (Personal strength limit),
+ Menghindarkan gerakan berputar sambll membewa
beban: jika memang perl berputar, putarlah
penggul.
+ Dekatkan beban kearah tubuh ka mengangkat dsb.
Beberapa petunjuk untuk mencegah cedera akibat
mendorong atau menarik:
+ Pastikan daerah dihadapan beban rata dan tidak ada
yang menghalangi
= Beban sebaiknya didorong, bukan ditark. Keuntungan
lain ialah pandangan kearah gerakan dengan
sencirinya lebih baik
+ Gunakan sepatu yang kuat mencekam,
‘Gangguan Akibat Proses atau Bahan Kimia atau
Lain-lain
Bahan kimia dapat mampangaruhi metatolisme twlang
secara langsung, misalnya Cadmium menyebadkan
‘osteoporosis, pseudotrektur. Fluor mengakibatkan
‘timbulrya daerah hipe- dan hipermineralisasi, ekxostosis
‘Bada tulang Vind kirida dapat menyebabkan akroosteoisis.
Pemnbentukan celembung nitrogen dalam jaringan pads
[penyakit Calsson dapat meryebabtan gangguan aliran
Sarah sehingga terjadi kelainan tulang dan sendi. 01
samping itu dapst juga menggenggu koagules! derah
sehingge terjalinferkhipoksik pada send.
PENATALAKSANAAN
‘Secara umum, pengobstan CTD dilakukan dengan meng:
{stirahatkan bagian yang terkena dengan alat bantu
3299
seperti pemasangan bidai-malam, neck braces dan korset
Numbal. Penanganan fase akut dapat berupa kompres
5, obat antinflamasi nonsteroid, suntiken steroid lokal
ddan perujukan ke ahlifisioterapi yang dapat memberi
pPetunjuk latihan peregangan dan penguatan yang tepat
serta membimbing pasien meleksanakan program aerobik
progresif untuk meningkatkan kebugaran tubuih secara
menyeluruh,
Tindakan pembedahan hanya dipertimbanckan jika
‘semua tindakan konservatif gagal setelah dilaksanakan
dengan sebaik-balknya selama paling sedikit 3 bulan,
Pengobatan CTD tidak terbatas pada tindakan medi
tethadap keluhan saja, melainkan juga mencekup seran
perbaikan/perubahan pada tempat kerja untuk meng-
hindarkan atau mengurangi cedera lebih lanjut, balk
terhadap pasien maupun teman sekerjanya, Ergonomi,
suatu cabang ilmu yang merencanakan keryemanan serta
‘produktfitas maksimal dengan cedera minimal ditempet
kerja telah berkembang menjadi bagian sangat penting
dalam penanganan cedera ditempat kerja
Untuk mencegeh berulangnya cedera, penilaian faktor
sisiko ditempat kerja memunckinkan diajukannya seran
perubahan seperti menggunakan alat yang berbeda,
‘mengurangi waktu bekerja ditempat dengan risiko tinggi
dengan melakukan rotasi kerja atau menggunakan alat
pelindung seperti bantelan dan bial,
REFERENS!
Rock MD: Sportsanil occupation injuries Dalan Klippel JH (El)
Primer on the Rheumatic Diseases, Arthritis Foundation, ,
‘Ailanta, CA, 18 ed, 1997, p 1954.
Halos TR, Bernard BP : Epidemiology of work-related
‘musculoskeletal disorders. Dalam Orthopedic Clinics of
Nowih America, 274; €7970%-, Oct 1995,
(Gasset! RS, Hearne PT, Keelan B Ergonomics and body mechanics
in the work place. Dalam Grthopedie Clinics of North,
Aamerica,278:801877-, Oct 1956.
Ratt N, Pilling K: Occupational Medicine & Rheumatic diseases
5 Gack ain inthe workplace, Bait} Rheumatol 36240,