BIDANG KONVERSI
Oleh :
MUHAMAD SAUKI
0810017211005
PENDAHULUAN
daerah aliran sungai (DAS) yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit energi
listrik, untuk mengganti energi alternatif PLTN yang sudah mengalami defisit
dalam beberapa tahun terakhir karena adanya permintaan akan energi listrik yang
terus meningkat.
teknologi sederhana.
Selain itu beberapa PLTMH (pembangkit listrik mini hidro) juga telah
dibangun, namun demikian sekitar 80% PLTMH yang ada sudah tidak beroperasi
lagi karena sudah masuknya jaringan PLN dan teknologi secara sederhana.
Untuk bahan pertimbangan ada beberapa potensi energi listrik tenaga air
1
Tabel 1.1. Potensi Energi Listrik Air Yang Tersebar Di Sumatera Barat
2 50 Kota 8 3-10 51
Dalam hal ini kita akan memakai istilah Pembangkit Listrik Tenaga Air
air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)
penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu dan
instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggian dari instalasi maka
semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian
yang memadai. Istilah kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air
persatuan waktu (flow capacity), sedangkan beda ketinggian daerah aliran sampai
2
Ada beberapa daerah yang memiliki sungai dan dapat dimanfaatkan untuk
Tabel 1.2. Lokasi, Nama Sungai, Luas dan Besar Kapasitas Energi Listrik Yang
Nama Luas
No Lokasi Tipe (MW) M (M/Sec) Koordinat Kecamatan/Desa
Sungai (Km2)
Bt. 0o19,3’ Pasaman,
1 Pasaman 414.40 ROR 21,17 100 29
Pasaman LU, 99o BT Talamau
Bt. 0o25’ LS, Tanah Datar,
2 Sinamar-2 1,840.30 ROR 13,07 89 20
Sinamar 100o45 BT Lintau Buo
Bt. 0o9’ LS,
3 Masang-2 - ROR 14,48 100 20 Agam, Palupuh
Masang 100o14’ BT
1o25,2’ LS, Pesisir Selatan,
4 Tuik Bt. Tuik 103.80 ROR 3,88 80 7
100o43’ BT Koto Gunung
Bt. 01o33’ LS, Pesisir Selatan,
5 Lanajan-2 94.00 ROR 3,06 80 5
Lengayang 100o51’ BT Koto Pulai
0o40’ LU, Pasaman, Batang
6 Lubuk-2 Bt. Rokan 159.00 ROR 4,63 100 6
99o52’ BT Samo
0o41’ LU, Pasaman, Kota
7 Asik Bt. Asik 186.90 RSV 1,68 29 8
100o0’ BT Raja
0o50,2’
Pasaman, Batang
8 Lubuk-4U Bt. Lubuk 310.00 ROR 4,77 59 11 LU, 99o57’
Samo
BT
0o33’ LS,
Bt. Pasaman,
9 Sumpur-1U 1,510.00 RSV 2,72 29 13 100o9,5’
Sumpur Curanting
BT
Bt.
Kampar 0o20’ LU,
10 Kampar 546.00 RSV 29,39 86 47 50 Koto, Galugur
KN-1 100o20’ BT
Kanan
Bt.
Kampar 0o24’ LU,
11 Kampar 645.00 RSV 8,57 53 22 50 Kota, Galugur
KN-2 100o26’ BT
Kanan
0o14,5’
50 Kota,
LU,
12 Kapur-1 Bt. Kapur 187.50 RSV 10,62 85 17 Kampung
100o24,5’
Harapan
BT
01o14,5’
LU, 50 Kota, Batu
13 Mahat-10 Bt. Mahat 401.90 RSV 12,58 62 28
100o24,5’ Belah
BT
0o8’ LU,
50 Kota, Pasar
14 Mahat-2U Bt. Mahat 943.00 RSV 2,19 14 21 100o46,2’
Buyuh
BT
Bt. 0o35’ LS, S. Sijunjung,
15 Sumpur-K1 240.00 RSV 8,10 65 17
Sumpur 100o55’ BT Curantiang
Bt. 0o55,3’ LS, S. Sijunjung,
16 Palangki-1 446.30 RSV 11,84 129 13
Palangki 100o54’ BT Kabun
Bt. 0o47’ LS, S. Sijunjung,
17 Palangki-2 120.60 RSV 17,90 93 26
Palangki 100o54’ BT Kabun
Bt. 0o47’ LS, S. Sijunjung,
18 Sikabur 386.30 RSV 5,47 48 16
Sikabur 100o5’ BT Taratak Baru
0o44’ LS, S. Sijunjung,
19 Sukam Bt. Sukam 4,918.00 RSV 19,37 49 54
100o1’ BT Curantiang
0o37,5’ LS,
S. Sijunjung,
20 Kuantan-1 Batanghari 5,908.00 ROR 3,42 11 44 100o59,5’
Muaro
BT
21 Batanghari- Batanghari 3,865.00 ROR 6,74 10 89 1o11’ LS, Solok Selatan,
3
Nama Luas
No Lokasi Tipe (MW) M (M/Sec) Koordinat Kecamatan/Desa
Sungai (Km2)
o
5 101 20’ BT Dusun Tengah
Batanghari- 1o4’ LS, Solok Selatan,
22 Batanghari 4,295.00 ROR 10,07 14 100
6 101o25’ BT Sungai Kambah
Batanghari- 0o57’ LS, Dharmasraya,
23 Batanghari 5,500.00 ROR 6,88 9 100
7 101o36’ BT Koto Tua
0o0’50”
LS, Pasaman Barat,
24 Fatimah Fatimah 142.00 ROR 0,76 35 3
100o04’12” Ladang Panjang
BT
0o24’06”
LS, Pasaman Barat,
25 Sikarbau Sikarbau 115.00 ROR 0,68 31 3
100o34’32” Ujung Gading
BT
1o35’55”
LS, Solok Selatan,
26 Balangir Balangir 142.00 ROR 0,44 30 2
101o13’46” Muaro Labuh
BT
1o43,3’ LS, Pesisir Selatan,
27 Landai-1 Bt. Langir 141.00 ROR 6,81 94 10
101o1’ BT Silarendang
00o09’00”
Bt. LS,
28 Guntung 147.00 ROR 0,58 26 3 Agam, Palupuh
Guntung 100o04’22”
BT
1o20’ LS, Pesisir Selatan,
29 Sungai Puih Bt. Lumpo 52.00 ROR 1,69 51 5
100o30’ BT Lumpo
1o6’32”
Pesisir Selatan,
Bt. Bayang LS,
30 Kerambil - ROR 1,55 80 3 Bayang Koto
Janiah 100o36’9”
Tanah
BT
1o07’02”
Bt. Muaro LS,
31 Muaro Sako 102.00 ROR 2,40 60 5 Pesisir Selatan
Sako 100o14’34”
BT
01o25’38”
Bt. LS,
32 Induring 45.00 ROR 2,22 67 5 Pesisir Selatan
Jalamu 00o13’48”
BT
01o42’03”
Bt. LS, Pesisir Selatan,
33 Palangai-3 300.60 ROR 4,12 80 7
Palangai 00o54’5” Balai Selasa
BT
Bt. 01o31’ LS, Pesisir Selatan,
34 Kambang-1 136.9 ROR 5,47 80 9
Kambang 100o48’ BT Balai Selasa
Bt. 01o17’ LS, Pesisir Selatan,
35 Kapas-1 117.00 ROR 8,11 80 14
Tumpatih 100o43’ BT Taratak Tumpah
01o50’02”
Bt. Air LS, Pesisir Selatan,
36 Landai-2 383.00 ROR 7,06 80 12
Haji 100o02’15” Bukik Kacik
BT
Bt. 0o31’ LS, Tanah Datar,
37 Sumpur-K2 142.00 ROR 4,23 72 8
Sumpur 100o28’ BT Curantiang
0o45’ LS,
S. Sijunjung,
38 Lawas-1D Bt. Lawas 160.00 RSV 11,18 84 18 100o49,3’
Lubuk Sipayang
BT
Sumber : Data Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat, 2012
Dilihat dari tabel diatas, akan dilakukan study pemanfaatan sumber energi
yang menjadi energi alternatif nantinya yaitu pembangkit listrik tenaga air. Dari
data yang ada daerah yang dipilih adalah Kabupaten Sijunjung dengan alasan
4
Feseability study ini nantinya akan digunakan untuk rencana pembangunan
pembangkit listrik tenaga air, dimana kapasitas debit air yang dihasilkan akan
membedakan apa yang akan dibangun nantinya seperti dibawah ini, antara lain :
Dilihat dari klasifikasi diatas yang akan diusulkan untuk dilakukan dalam
Feseability Study adalah dalam Kategori Mini Hydro dengan kapasitas listrik
313.080 Hektar. Kabupaten Sijunjung terbentang pada posisi geografis 0o 18’ 43”
LS – 1o 41’ 46” LS & 101o 30’ 52” BT – 100o 37’ 40” BT.
5
Singingi, Propinsi Riau dan di sebelah barat dengan Kabupaten Solok. Kabupaten
Sijunjung berada pada ketinggian sekitar 118 meter sampai 1.335 meter dari
permukaan laut.
dan kecil. Dari pantauan alat pengukur pada sejumlah daerah, curah hujan pada
tahun 2008 rata-rata sebesar 231,81 mm. Curah hujan paling tinggi terjadi pada
bulan Januari, sebesar 431,00 mm. Berdasarkan hasil dari stasiun pemantauan,
Sungai Lansek merupakan daerah dengan rata-rata curah hujan tertinggi mencapai
Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka beberapa
Kabupaten Sijunjung.
6
Kabupaten, bagaimana agar kecamatan tersebut dapat disuplai energi
listrik.
1.3. TUJUAN
seperti krisis energi listrik, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang
ada di daerah tersebut, dalam hal ini di perlukan suatu konsep yang akan di
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
d. Perencanaan Turbin
7
e. Perencanaan generator
pusat listrik tenaga air pekerjaannya sangat kompleks. Pada tulisan ini hanya akan
suatu bangunan pusat listrik tenaga air dan turbin air. Pembahasan tersebut
meliputi :
b. Bangunan pengendap
d. Bak penenang
6. Perencanaan turbin
9. Perencanaan generator
8
1.5. LOKASI PERENCANAAN
Bangunan pusat pembangkit listrik tenaga air ini terletak pada Daerah
Kecamatan : Sijunjung
Kabupaten : Sijunjung
LOKASI PLTMH
Tugas Akhir ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang mencakup bagian
9
daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran. Sedangkan bagian
Sementara bagian penutup terdiri dari kesimpulan, saran serta daftar pustaka.
tenaga air. Bab ini menjelaskan peralatan yang digunakan dalam dan variabel-
dasar teori teori yang mendukung dan menuangkan dalam bentuk sebuah gambar
10
menyajikan saran yang membangun dalam dalam perencanaan sebuah sistim
11
BAB II
TEORI DASAR
Pembangkitan listrik tenaga air adalah suatu bentuk perubahan energi dari
air dengan ketinggian dan debit tertentu (energi potensial menjadi energi
mekanik) dengan bantuan turbin. Dengan bantuan turbin air dan generator daya
yang di hasilkan adalah suatu persentase hasil perkalian tinggi terjun air dan debit
air. Oleh karena itu keberhasilan dalam perencanaan sistim pembangkitan listrik
tenaga air tergantung dengan debit dan tinggi jatuh nya potensi air sebagai
sebuah sungai pada umumnya kemiringan di hulu sungai lebih curam dan
memiliki tinggi terjun yang besar, sedangkan di hilir sungai tinggi terjun rendah
dan memiliki debid yang besar. Adapun faktor yang menentukan ukuran, dimensi
dan peralatan mesin adalah debit air. Sedangkan untuk tinggi terjun air tinggi dan
debit kecil memerlukan peralatan, permesinan dan dimensi yang kecil pula, dan
untuk tinggi terjun air yang rendah dan debit besar memerlukan peralatan,
permesinan dan dimensi yang besar. Maka dari itu bagian hulu sungai sebagai
membangkitkan tenaga listrik juga sebagai penyedia aliran air yang cukup dan
12
konstan untuk waktu tertentu. Oleh karena itu perlu adanya sebuah waduk sebagi
termasuk PLTA).
besar kecilnya daya yang di bangkitkan oleh potensi yang ada, oleh karan itu perlu
dilakukanya survei untuk mendapatkan data – data yang dapat di olah dalam
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber tenaga air bergantung
pada besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air maka
head adalah beda tinggi antara muka air pada reservoir dengan muka air keluar
pada turbin. Total daya yang terbangkitkan dari suatu turbin air adalah merupakan
reaksi antara head dan debit air seperti di tunjukan pada persamaan berikut:
13
P=Q x g x h x ηturbin x ηgenerator ................................................ (2.1)
Dengan:
P = daya (watt)
Q = Debit (m3/s)
g = gaya gravitasi
η = efisiensi (%)
berapa banyak debid air yang dapat diandalakan untuk membangkitkan sistem
pembangkit listrik tenaga air. Debit andalan adalah debit minimum (terkecil) yang
masih dimungkinkan untuk keamanan operasional suatu bangunan air, dalam hal
pembangkit listrik tenaga air untuk mendapatkan debid, kecepatan aliran, yang di
14
2.3. Bangunan Sipil
bangunan yang berhubungan dengan ilmu sipil, peran bangunan itu sendiri sangat
berpengaruh bagi PLTM dan tidak dapat dipisahkan keduanya, bangunan yang
4. Saluran Pembawa
5. Bangunan Pelimpah
8. Power House
bertujuan untuk menaikkan dan mengontrol tinggi air dalam sungai secara
signifikan sehingga elevasi muka air cukup untuk dialihakan kedalam Intake
15
Konstruksi bendungan di lengkapi dengan bangunan pengambil
(intake) yang berfungsi mengarahkan air dari sungai masuk kedalam saluran
Sumber : Jurnal Ari Wibisono1, Pitojo Tri Juwono2, Prima Hadi Wicaksono2
air sungai atau kolam untuk di alirkan ke saluran, bak penampungan dan pipa
pesat. Masalah utama dari bangunan intake adalah ketersediaan debid air, baik
dari kondisi debid rendah maupun banjir dan seringkali adanya lumpur, pasir dan
kerikil atu dahan/ranting pohon tumbang dari sekitar sungai yang terbawa aliran.
Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi (buku 2B) bangunan Intake
tersedia. Untuk keperluan pembilasan di bak Pengendap debit air yang masuk ke
masuk pada intake. Dalam keperluan praktis nilai diambil 0.8. Untuk
masuk kesaluran pengarah maka dasar intake direncanakan sesuai dengan kondisi
lapangan atau kontur sungai tersebut. Pada bukaan dilengkapi dengan saringan
kasar yang terbuat dari batang baja seperti pada (Gambar 2.2) dibawah ini.
Sumber : Jurnal Ari Wibisono1, Pitojo Tri Juwono2, Prima Hadi Wicaksono2
saluran pembawa. Konstruksi Intake umumnya di buat pintu air untuk melakukan
pembilasan sedimen.
17
Sumber :Pedoman Study Kelayakan Sipil Dirjen ESDM 2009
saluran pembawa, masih ada banyak partikel – partikel halus yang masuk pada
system saluran. Untuk mencegah agar sedimen ini tidak mengendap diseluruh
saluran pembawa maka perlu sebuah bak pengendap. Bak pengenap berfungsi
untuk mengendapkan sedimen-sedimen yang terbawa oleh aliran air dari intake.
18
Sumber :Kriteria Perencanaan Bangunan utama (KP-02)
Gambar 2.4 Bentuk Saluran Pengendap
Untuk ukuran sedimen minimum yang harus diendapkan pada bak sangat
berfariasi seperti, pasir, tanah, dan partikel – partikel lainya, untuk ukuran ukuran
sedimen yang di endapkan pastinya memiliki ukuran dan yang berbeda beda,
dalam menentukan ukuran sedimen tersebut di tentukan pada grafik di bawah ini.
berikut ;
Dimana Q adalah debit rencana dan Ah = panjang bak (L) x Lebar rata-
rata bak (B).Untuk mencegah terjadinya aliran meander pada bak, maka
diisyaratkan L=8B Kecepatan aliran air dibak pengendap saat eksplorasi normal
(Vn) diambil sebesar 0.3 m/s. Jika kecepatan terlalu lambat maka akan dapat
tumbuh vegetasi, Sebaliknya jika terlalu cepat maka sedimen akan melayang
dalam bak. Arah vektor kecepatan air dibak adalah kehilir sehingga luas basah
Dimana Q adalah debit rencana dan Av adalah air di Bak (h) x Lebar rata-
Untuk keperluan pembilasan maka debit air yang masuk ke bak harus
ditambah 20 % agar kebutuhan air di turbin tetap terjaga .Kantong Bak didisain
rencanakan. Kecepatan pembilasan yang efektif ini harus dibawah kecepatan kritis
yaitu sebesar 3 m/s, sehingga tidak terjadi aliran yang sangat deras
sekali.Kemiringan dasar bak (Sn) dan kemiringan kantong lumpur (Ss) masing-
20
.................................................................................... (2.5)
mengunakan saluran terbuka yang terbuat dari pasangan batu, untuk dimensi
kondisi lapangan,
terbuat dari pasangan batu. Lebar dan tinggi air disaluran diperoleh dengan
21
Untuk mencegah tumbuhnya vegertasi dan aliran yang terlalu deras di Bak
penenang maka kecepatan air disaluran harus rendah dan dijaga berkisar antara
0.3 – 2 m/s.
(m/s) (m/s)
3 Concrete 3 0.3
................................................................................................... (2.7)
Dimana:
akan menghasilkan aturan, ” panjang sisi miring = ½ kali lebar atas trapesium dari
penampang saluran.
22
2.3.5. Bak Penenang
masuk kedalam pipa pesat (penstock). Kolam penenang juga berfungsi sebagai
saringan akhir sebelum air masuk kedalam penstock dan akhirnya masuk turbin.
perhitungan jarak sisi atas pipa pesat ke muka air normal (y). Perhitungan
jarak (y) ini diperlukan untuk mengantisipasi positif dan negative surge
23
Untuk pipa pesat yang tegak lurus aliran air
................................................ (2.10)
.................................................. (2.8)
Diamana :
berikut ini ;
....................................................................................... (2.9)
Konstanta 0.6 berasal dari perkiraan 2 x lebar penstock + jarak sisi bawah
pembawa. Lebar bak harus sama dengan saringan halus yang dipasang
didepan lubang masuk pipa pesat. Bak penenang direncanakan terbuat dari
24
5. Kecepatan partikel sedimen di Bak Penenang ditetapkan 0.03 m/s
8. Kontruksi kolam penenang dan sand trap berupa pasanangan batu diplester
Pipa pesat adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air dari kolam
diameter pipa, tebal dan jenis sambungan. Pemilihan material didasarkan pada
mungkin. Ketebalan pipa dipilih untuk menahan tekanan hidrolik dan surge
pipa pesat, adapun jenis material dan nilai kekasaran pipa pesat di tunjukan pada
25
Tabel 2.2 Material & Nilai Kekasaran Pipa
kondisi topografi karna hal tersebut akan mempengaruhi tipe pipa yang akan di
rencanakan, adapun contoh instalasi pipa penstock di tunjukan pada gambar di bawah .
.................................................................. (2.11)
26
Dimana :
.......................................................................................... (2.12)
Dimana :
27
Lp= panjang pipa penstock
Ketebalan pipa perlu ditambah dengan faktor korosi (fk). Ketebalan korosi
yang diizinkan untuk pipa pesat 1-3 mm, sehingga tebal pipa adalah ;
mengunakan hubungan 2.5 kali diameter pipa ditambah 1.2 mm: tmin =2.5D+1.2.
persamaan
Q2 L
Hlf = 10,249 .............................................................. (2.17)
k D 5,33
2
Dimana :
Hlf = Head losses mayor (m)
Q = Debit air (m3/s)
k = Angka gesek Strickler
D = Diameter dalam pipa (m)
28
(Suryono, 1991:34)
Beton
Baja bersambungan keling
Plastik
Secara empiris head losses mayor ini dapat dicari dengan persamaan 2.18
Hazen – Williams :
10,666 Q1,85
Hlf = L ...................................................................... (2.18)
C1,85 D 4,85
Dimana :
Q = Debit air (m3/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien kekasaran
(Sularso,1987 :31)
29
Tabel 2.4 Angka koefisien (C) Hazen – Wiliams
No Bahan Pipa C
1 Beton (tidak terpengaruh oleh umur) 130
2 Besi Tuang
Baru 130
Umur 5 Tahun 120
Umur 20 Tahun 100
3 Baja Las, Baru, Papan Kayu (tidak terpengaruh oleh 120
4 umur) 110
5 Lempung, Baja Keling, baru 100
6 Gorong – gorong Beton 140
Semen asbes
Sumber : Ray K. Linsley,1985: 270
V2
Hlm = f 2g
.............................................................................. (2.19)
Dimana :
Hlm = Head losses minor (m)
V = Kecepatan air dalam pipa (m/s)
30
(i) f = 0.5
(ii) f = 0.25
(iii) f = 0.06 (untuk r kecil) sampai 0.005 (untuk r besar)
(iv) f = 0.56
(v) f = 3.0 (untuk sudut tajam) sampai 1.3 (untuk sudut 450)
(vi) f = f1 + 0.3 cos θ+ 0.2 cos2 θ
15 0 22,5 0 30 0 45 0 60 0 90 0
Sambungan
Jumlah
1 1 2 2 3 3
sambungan
Jenis turbin yang digunakan sangat tergantung dari besarnya debit air (Q)
dan tinggi jatuh air yang tersedia, besarnya harga dari debit dan tinggi jatuh air ini
pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kecepatan spesifik (ns) dan tinggi
kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap
tinggi jatuh 1 meter atau dengan rumus dapat ditulis.(Lal, Jagdish, 1975).
31
............................................................................................ (2.20)
Dimana
Untuk setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik, tabel 2.5 Pada
32
Tabel : 2.5 Batas Kecepatan Spesifik Pada Turbin
di sekitar, seperti debit air, dan head hal tersebut bertujuan agar turbin berfungsi
secara maksimal dan sesuai dengan hal yang di inginkan. Adpun klasifikasi turbin
Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar,
maka Turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti
ini.
33
Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup,
maka untuk kondisi seperti ini gunakanlah Turbin Francis atau Cross-
Flow.
Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka
persamaan
Dimana :
antara lain poros turbin, dimana putaran yang dihasilkan oleh roda turbin
diteruskan ke poros turbin, untuk memindahkan daya dari poros turbin ke poros
untuk memindahkan daya dari putaran turbin. Beban yang diterima oleh poros
turbin antara lain beban puntir dan beban lentur, sehingga dengan adanya beban
ini maka akan terjadi tegangan puntir dan tegangan lentur sebagai akibat dari
adanya momen puntir dan momen lentur (Sularso, 1994 17). Momen puntir pada
P
Mp = .............................................................................................. (2.22)
w
Dimana :
Mp = Momen puntir (N.mm)
w = 2.π.n............................................................................................ (2.23)
35
2.6.2. Pemilihan Bahan Poros Penggerak
menghitung momen puntir (momen torsi rencana) yang dialami poros. Setelah di
ketahui harga dar momen puntir, untuk material dapat di tentukan dengan teabel
dibawah :
Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan beberapa hal seperti pada tabel
Tabel 2.6 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Kekuatan Kekerasan
Perlakuan Diameter
Lambang Tarik H RC
Panas (mm) HB
(N/mm2) (HRB)
20 atau -
58 – 79 (84) – 23
Dilunakkan kurang 144 –
53 – 69 (73) – 17
21 – 80 216
S35C-D
20 atau -
Tanpa 63 – 82 (87) – 25
kurang 160 –
Dilunakkan 58 – 72 (84) – 19
21 – 80 225
36
Tidak 20 atau 80 – 101 19 – 34 -
Dilunakk kurang 75 – 91 16 – 30 213 – 285
an 21- 80
(Sularso, “Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya
1/ 3
5,1
dp = . K t . Cb . M p ................... .................................... (2.24)
a
Dimana :
beban lentur, dalam perencanaan ini diambil 1,2-2,2 karena diperkirakan tidak
bagi peralatan elektrikal dan mekanikal yang akan dipasang.Turbin beserta sistim
37
transmisi mekanik, generator, panel control dan ballas load terpasang didalam
race.
c. Lokasi yang relatif rata, kering dan relatif luas sehingga dapat di
d. Elevasi lantai harus berada diatas elevasi muka air saat banjir yang
paling besar.
pembangkit.
38
f. Ruangan yang di bangun harus menyediakan ruangan yang di
2.8. Generator
hubungan daripada frekuwensi dengan jumlah pasang kutub dari generator itu
Dimana :
F = Frequensi (hz)
39
P = Pole
Kecepatan putar generator untuk beberapa kondisi dapat dilihat pada table
.3. berikut;
Jumlah Kutub 50 ( Hz ) 60 ( Hz )
Putaran (rpm) Putaran (rpm)
6 1.000 1.200
8 750 900
10 600 720
12 500 600
14 429 514
16 375 450
18 333 400
20 300 360
24 250 300
28 214 257
32 188 225
36 167 200
40 150 180
48 125 150
56 107 129
64 94 113
72 83 100
80 75 90
88 68 82
Dari table di atas terlihat bahwa makin banyak jumlah kutub makin rendah
putaran generator, sebaiknya jumlah kutub sedikit putaran generator makin tinggi.
40
o Jika turbin dan generator kecil maka, pembuatannya akan
lebih kuat.
tidak ekonomis.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
aspek.
1. Mulai
2. Studi literatur
3. Peralatan
5. Pengolahan data
6. Perencanaan
(generator)
7. Penyusunan Laporan
8. Selesai
42
sistim pembangkit di rencanakan, pada studi literatur ini sebuah penelitian akan di
tentukan pokok – pokok pengumpulan data yang menjadi sumber pengolahan data
seperti, Penentuan tinggi jatuh efektif /head (H), Debid (Q) Kecepatan aliran (V)
3.3. Peralatan
1. Curent Meter
2. Teodolit
43
Gambar 3.3 Theodolit
3. Stopwat
4. Mistar Gulung
44
area tertentu, dalam penelitian ini meteran di gunakan untuk menentukan luas
sungai dan jarak saat pengambilan nilai tinggi jatuh efektif menggunakan
teodolit.
harus dilakukan survei dimana lokasi tersebut berpotensi untuk di bangun sebuah
sosial, ekonomi, dan yang terpenting kebutuhan energi listrik di suatu daerah itu
sendiri.
Adapun pengumpulan data yang harus di lakukan saat survei lokasi yang
45
3.4.1. Data Sungai
Debid Sungai
Luas Sungai
Kedalaman Sungai
selanjutnya data – data yang di peroleh tersebut, baik itu data Sungai maupun
data topografi, utuk dilakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data tersebut
46
iii. Saluran Pembawa & Pembuang
a) Perencanaan Turbin
i. Daya Turbin
PLTM baik itu, studi literatur, survei lokasi, peralatan yang digunakan,
tulisan.
47
3.6. Flowchart Prosedur Perencanaan
Mulai
Studi Literatur
Peralatan
Input Data :
Memenuhi
Persyaratan
Penyusunan Laporan
Selesai
48
BAB IV
ANALISA PERENCANAAN
Seperti kita ketahui sunagai batang kuantan yang terletak di desa Kuantan
Dari hasil perhitungan di atas debid sungai yang sudah di dapatkan tidak
perencanaan sistim pembangkit ini debid yang ada di manfaatkan sebesar 30%
masyarakat lainya.
49
Tabel 4.2 Tabel Perencanaan Debid
Head diukur sebagai tinggi jatuh air dari bak penenang sampai keposisi
rumah turbin. Pada bagian sebelumnya tinggi jatuh head diukur dengan
menggunakan GPS dan koreksi data sekunder, namun pengkuran tinggi jatuh
(head) dilakukan kembali guna mendapatkan hasil yang lebih akurat. Pengukuran
tinggi jatuh tersebut dilakukan dengan mengunakan theodolit, dan diperoleh head
aktual sebesar 15 meter. Panjang saluran penghantar terukur lebih kurang 100 m
Data Perencanaan
Data Formula Nilai
Debid H menggunakan Teodolit 15 m3/s
Panjang Saluran L Rencana 100 m
50
Dimana Q adalah debit rencana diambil 8,1 m 3/s. Untuk keperluan pembilasan di
bak Pengendap debit air yang masuk ke intake ditambah sebesar 20% dari debit
praktis nilai diambil 0.8. Untuk menghalangi sedimen dan benda-benda yang
direncanakan setinggi 2.5 m dari dasar sungai (lihat gambar dibawah ini). Pada
bukaan dilengkapi dengan saringan kasar yang terbuat dari batang baja.
51
Tabel 4.4 Tabel Perencanaan (Intake)
saluran pembawa, masih ada banyak partikel – partikel halus yang masuk pada
system saluran. Untuk mencegah agar sedimen ini tidak mengendap diseluruh
saluran pembawa maka perlu sebuah bak pengendap. Bak pengenap berfungsi
untuk mengendapkan sedimen-sedimen yang terbawa oleh aliran air dari intake.
sedimen minimum yang harus diendapkan pada bak adalah 0.2 mm. Kecepatan
52
endap (w) untuk sedimen ukuran ini diambil sebesar 0.03 m/s.data diambil berasal
berikut ;
dan
Dimana Q adalah debit rencana dan Ah = panjang bak (L) x Lebar rata-
rata bak (B).Untuk mencegah terjadinya aliran meander pada bak, maka
diisyaratkan L=8B Kecepatan aliran air dibak pengendap saat eksplorasi normal
(Vn) diambil sebesar 0.3 m/s. Jika kecepatan terlalu lambat maka akan dapat
53
tumbuh vegetasi, Sebaliknya jika terlalu cepat maka sedimen akan melayang
dalam bak. Arah vektor kecepatan air dibak adalah kehilir sehingga luas basah
Proses dan hasil perhitungan bak pengendap diberikan pada tabel berikut
ini :
54
Resume Hasil Perhitungan
Lebar rata-rata bak pengendap 6 m
Panjang bak pengendap 48 m
Tinggi air di bak 4.61 m
Tinggi Pelimpah 0.3 m
Tinggi bak 4.91 m
Lebar kantong bak 3.69 m
Tinggi kantong bak 2.70 m
Untuk keperluan pembilasan maka debit air yang masuk ke bak harus
ditambah 20 % agar kebutuhan air di turbin tetap terjaga .Kantong Bak didisain
ini dibawah kecepatan kritis yaitu sebesar 3 m/s, sehingga tidak terjadi aliran yang
sangat deras sekali.Kemiringan dasar bak (Sn) dan kemiringan kantong lumpur
pasangan batu. Kondisi Topografi daerah sepanjang saluran berupa bukit. Panjang
terbuat dari pasangan batu. Lebar dan tinggi air disaluran diperoleh dengan
55
dan Q = A . V
Untuk mencegah tumbuhnya vegertasi dan aliran yang terlalu deras di Bak
penenang maka kecepatan air disaluran harus rendah dan dijaga berkisar antara
0.3 – 2 m/s.
Dimana “h” adalah tinggi air disaluran. Untuk saluran berbentuk trapesium
56
Lebar atas saluran m
3.35
Slop horizontal dinding saluran m
masuk kedalam pipa pesat (penstock). Kolam penenang juga berfungsi sebagai
saringan akhir sebelum air masuk kedalam penstock dan akhirnya masuk turbin.
57
Lebar bak 12 m
Panjang Bak 36 m
Tinggi Bak 6.20 m
Tinngi pelimpah 0.3 m
tinggi air di bak 5.90 m
Jarak sisi atas penstock muka air 0.3 m
Ketebalan pipa perlu ditambah dengan faktor korosi (fk). Ketebalan korosi
yang diizinkan untuk pipa pesat 1-3 mm, sehingga tebal pipa adalah ;
tmin= t + fk
mengunakan hubungan 2.5 kali diameter pipa ditambah 1.2 mm: tmin =2.5D+1.2.
58
Tabel 4.10 Tabel Perencanaan Pipa Pesat
Pada pipa pipa yang tersedia secara komersial kekasaran tidak begitu
seragam dan terdefinisi dengan baik seperti pada pipa pipa dengan kekasaran
relative efektif dari pipa pipa tersebut tetap mungkin didapatkan dengan demikian
dapat diperoleh factor gesekan. Nilai nilai kekasaran yang khas untuk berbagai
59
Dengan diketahui variable dalam perencanaan dapat di tentukan penurunan
tekanan dalam pipa sepanjang 40 m dan menentukan jenis aliran apakah laminar dan
turbulen.
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energy potensial, tekanan
dan energy kinetic) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros turbin.
Putaran poros tadi akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Ada banyak
pilihan turbin yang digunakan untuk kondisi tertentu nya. Secara umum biasanya
ada dua jenis turbin yaitu turbin impulse dan turbin reaksi. Untuk mendapatkan
pilihan yang tepat dari jenis turbin yang akan digunakan perlu ditetapkan kriteria
60
o Head
o Kecepatan Spesifik
o Kavitasi
o Biaya
8.1 m3/s. Berdasarkan data tersebut pilihan turbin yang mungkin dapat dilihat
turbin-turbin atas dasar unjuk kerja dan ukuran perimbangnya. Rumus kecepatan
tinggi jatuh air (m). Putaran adalah variable lain yang perlu dipertimbangkan
dbuat sama dengan putaran generator, namun hal ini seringkali tidak dapat
dilakukan karena memaksa turbin bekerja tidak pada putaran yang menghasilkan
efisiensi maksimal. Sehingga perlu perubah putaran seperti sabuk atau sistim roda
gigi. Turbin Francis lebih menguntungkan karena turbin tersebut beroperasi pada
putaran yang relatif lebih smooth sehingga lebih dekat dengan putaran generator.
62
Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan data dan litelatur yang di pakai
Data turbin
Kecepatan Spesifik Ns 112.02 rpm
Kecepatan aliran dalam penstock V 2.80 m/s
Kecepatan Tangensial Roda turbin sisi masuk U1 3.14 m/s
Kecepatan Tangensial Roda turbin sisi keluar U2a 3.28 m/s
Diameter Turbin D1 0.20 mΦ
Kecepatan aliran masuk roda turbin Cu1 39.86 m/s
Aksial Komponen Cm1 0.76 m/s
kecepatan masuk C1 39.86 m/s
sudut kecepatan masuk Sinα 0.02 m/s
sudut α α 1.09
sudut b ᵝ 67.38
63
b1 6.56 m
w1 W1 18.95 m
jumlah Sudu z
berdasarkan kecepatan spesifik. Untuk tipe turbin yang digunakan yaitu “Turbin
Francis” berdasarkan data perencanaan debid (Q), head/tingi jatuh air (h),
untuk memindahkan daya dari putaran turbin. Beban yang diterima oleh poros
turbin antara lain beban puntir dan beban lentur, sehingga dengan adanya beban
ini maka akan terjadi tegangan puntir dan tegangan lentur sebagai akibat dari
64
Berdasarkan data perencanaan pada Tabel 4.14 dengan di tetapkanya
debid (Q) serta putaran (n) sehingga perencanaan poros untuk sebuah turbin dapat
dilakukan :
Diketahui :
Maka untuk meneruskan daya dan putaran ini, terlebih dahulu dihitung
Pd =fcP
dimana :
fc = faktor koreksi
Daya mesin (P) merupakan daya nominal output dari motor penggerak,
Tabel 4.14. Jenis-jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Daya yang akan Ditransmisikan
“)
rencana dengan faktor koreksi sebesar fc = 1,2 Harga ini diambil dengan
65
pertimbangan bahwa daya yang direncanakan akan lebih besar dari daya
Pd = 1,2 x 1000 kW
= 1,200 kW
= 1,200,000 W
menghitung momen puntir (momen torsi rencana) yang dialami poros. Momen
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari
Pd 60 Pd
Mp
2 n
30 Pd
Mp
n
dimana:
n = putaran (rpm).
66
30 Pd 30 1,090,000
Mp =
n 3.14 300
M p 32126.475 Nm
Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan beberapa hal seperti pada tabel
Tabel 4.15. Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Kekuatan Kekerasan
Perlakuan Diameter
Lambang Tarik H RC
Panas (mm) HB
(N/mm2) (HRB)
(84) –
20 atau -
58 – 79 23
Dilunakkan kurang 144 –
53 – 69 (73) –
21 – 80 216
17
S35C-D
(87) –
20 atau -
Tanpa 63 – 82 25
kurang 160 –
Dilunakkan 58 – 72 (84) –
21 – 80 225
19
67
Dalam pemilihan bahan perlu diketahui tegangan izinnya, yang dapat
b
τa
Sf1 Sf2
Untuk Sf2 diambil sebesar 1.4 maka tegangan geser izin bahan S55C-D
101
a 12.02 N / mm 2
6 x 1.4
1/ 3
5,1
dp = . K t . Cb . M p
a
68
Cb = faktor koreksi untuk terjadinya kemungkinan terjadinya beban
Dalam hal ini faktor koreksi tumbukan pada range 1,5 – 3,0 diambil Kt =
1,5. Dan dalam mekanisme ini beban lentur yang terjadi kemungkinan adalah
kecil karena poros adalah relatif pendek, sehingga faktor koreksi untuk beban
akibat tegangan puntir yang dialami poros. Jika tegangan geser lebih besar dari
tegangan geser izin dari bahan tersebut, maka perancangan akan dikatakan gagal.
69
Besar tegangan geser yang timbul pada poros adalah :
16.Mp
τg =
.d 3
16 32126.475
τg = = 0.00731 N/mm2
3.14 283.79 3
Menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas, terlihat bahwa tegangan
geser yang terjadi adalah lebih kecil daripada tegangan geser yang diizinkan τg < τa
( a 12.02 / mm 2 ). Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa poros ini aman
untuk digunakan pada sproket yang dirancang untuk memindahkan daya dan putaran
Mp
F=
d S
p f2
dimana:
70
Sf2 = Faktor keamanan yang tergantung pada bentuk poros dimana berkisar
antara 1,3-3,0.
32126.47
F=
283.79 / 1,4
= 122.29 N
oleh turbin melalui transmisi mekanik menjadi energi listrik. Ada dua jenis
generator yang dapat digunakan untuk PLTM, yaitu Generator Sinkron dan
dihitung ;
71
Tabel 4.18 Tabel Penentuan Jumlah Kutub (pole) dan Frequenzi
Jumlah Kutub 50 ( Hz ) 60 ( Hz )
Putaran (rpm) Putaran (rpm)
6 1.000 1.200
8 750 900
10 600 720
12 500 600
14 429 514
16 375 450
18 333 400
20 300 360
24 250 300
28 214 257
32 188 225
36 167 200
40 150 180
48 125 150
56 107 129
64 94 113
72 83 100
80 75 90
88 68 82
Daya listrik yang dhasilkan dari generator dihitung berdasarkan daya turbin
(1.008 kW) dikalikan dengan faktor efisiensi transmisi dan efisiensi generator
Direncanakan efisensi transmisi dan efisiensi generator 95% dan 90% sehingga
72
=1008.771*0,9*095= 862.49 kW =0.862MW
Asumsikan faktor daya =0.8 , maka kVA generator dapat ditentukan
Perencanaan Generaort
Data Perencanaan Parameter Nilai Satnu
Daya Turbin Pt data turbin 1.008,77 kW
Putaran Generator ng ng =120.f/P 300 rpm
Efisiensi Daya yg di hasilkan generator Ef gen Pg=Pt*eft*efg 862,50 kW
Ef Transmisi Eft 95% 0,95
Ef Generator Efg 90% 0,9
Asumsi vaktor daya asumsi 0,8
kVA generator kVA kVA=Pg/0,8 1078,1243 kVA
biasanya sudah sepaket dengan generator. Selain itu pada unit generator tersebut
pembangkit. Panel dilengkapi dengan CB, lampu indicator, NFB dan Fuse untuk
ukur seperti : 3 buah ampermeter yang dilengkapi dengan CT, Volmeter yang
sistim dan pentanahan penangkal petir. Tahanan pentanahan untuk sistim tidak
73
boleh lebih dari 3 ohm, sedangkan tahanan pentanahan untuk penangkal petir
tidak boleh lebih 1 ohm. Sementara komponen utamanya turbin dan generator
74
Linsley, K. Ray dan Joseph B. Franzini, Teknik Sumber Daya Air (terjemahan Ir.
Linsley, K. Ray dan Joseph B. Franzini, Teknik Sumber Daya Air (terjemahan Ir.
Patty, O.F, Tenaga Air, halaman 80, Jakarta, 1994. (tabel Lampiran)
Dandekar, M.M dan K.N Sharma, Pembangkit Listrik Tenaga Air (Terjemahan D.
http://gihonmp.blogspot.com/
Rifqi Alhdila, makalah plta program studi teknik listrik Jurusan teknik elektro
Dani Aditiya, Perencanaan Turbin Cross Flow dengan Head 10 m dan Diameter Pipa