Anda di halaman 1dari 11

A.

Penyakit
A. 1. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme
di dalam urin dalam jumlah tertentu yang disebabkan dengan kontaminasi
(Menurut Dipiro 9th : 490).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) keadaan ditemukannya mikrorganisme di
dalam urin dalam jumlah tertentu. (Menurut Coyle dan Prince, 2005).
Infeksi saluran kemih adalah adanya mikro organisme patogenik dalam
traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala (Brunner &
Suddarth, 2001).
A. 2. Klasifikasi
Infeksi saluran bawah meliputi sistitis (kandung kemih), uretritis
(uretra), prostatitis (Kelenjar prostat), dan epididimitis. Infeksi saluran atas
melibatkan ginjal dan ginjal disebut sebagai pielonefritis. (Menurut Dipiro 9th :
490).
Menurut Coyle dan Prince, 2005
1. Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2
macam yaitu:
 infeksi saluran kemih bagian atas
Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari pielonefritis yaitu infeksi yang
melibatkan ginjal
 infeksi saluran kemih bagian bawah. Infeksi saluran kemih bagian bawah
terdiri dari sistitis (kandung kemih), uretritis (uretra), serta prostatitis
(kelenjar prostat).
2. Infeksi saluran kemih (ISK) dari segi klinik dibagi menjadi:
 Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (simple/ uncomplicated urinary
tract infection), yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit dan
tidak didapatkan gangguan struktur maupun fungsi saluran kemih.
 Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection),
yaitu bila terdapat hal – hal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan
kelainan struktur maupun fungsional yang merubah aliran urin seperti
obstruksi aliran urin ; batu saluran kemih, kista ginjal, tumor ginjal, abses
ginjal, residu urin dalam kandungan kemih.

A. 3. Etiologi dan Patofisiologi


A.3.1 Etiologi
Menurut Dipiro 9th : 490
Penyebab paling umum ISK yang tidak rumit adalah E. coli, terhitung lebih
dari 80% sampai 90% infeksi yang didapat oleh masyarakat. Organisme
penyebab tambahan adalah Staphylococcus saprophyticus
(staphylococcus koagulase-negatif), Klebsiella pneumoniae, Proteus spp.,
Pseudomonas aeruginosa, dan Enterococcus spp.
Patogen urin dalam infeksi yang rumit atau nosokomial meliputi E. coli,
yang menyumbang kurang dari 50% infeksi ini, Proteus spp., K.
pneumoniae, Enterobacter spp., P. aeruginosa, stafilokokus, dan
enterococci. Enterococci mewakili organisme terisolasi kedua yang
paling sering diisolasi pada pasien rawat inap.
Sebagian besar ISK disebabkan oleh satu organisme; Namun, pada pasien
dengan batu, berdiam kateter urin, atau abses ginjal kronis, beberapa
organisme dapat diisolasi.
Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran
kemih sejauh ini adalah E. coli yang diperkirakan bertanggung jawab
terhadap 80% kasus infeksi, 20% sisanya disebabkan oleh bakteri Gram
negatif lain seperti Klebsiella dan spesies Proteus, dan bakteri Gram positif
seperti Cocci, Enterococci dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme
terakhir dapat ditemui pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda
yang aktif kegiatan seksualnya. Infeksi saluran kemih yang berhubungan
dengan abnormalitas struktural saluran kemih sering disebabkan oleh
bakteri yang lebih resisten seperti Pseudomonas aeruginosa , Enterobacter
dan spesies Serratia. Bakteri-bakteri ini juga sering ditemui pada kasus
infeksi nosokomial, terutama pada pasien yang mendapatkan kateterisasi
urin (Bint dan Berrington, 2003).
Selain karena bakteri, faktor la in yang dapat meningkatkaN
resikoterjadinya infeksi saluran kemih antara lain, kehamilan, menopause,
batu ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas seksual, penggunaan
diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada
prostat, kela inan pada urethra, immobilitas, kurang masukan cairan dan
kateterisasi (Knowles, 2005).
A.3.2 Patofisiologi
Menurut Dipiro 7th: 544-545
Bakteri yang menyebabkan ISK biasanya berasal dari flora usus induk.
ISK dapat diperoleh melalui tiga jalur yang mungkin: jalur naik,
hematogen, atau limfatik.
Pada wanita, uretra pendek dan dekat dengan area perirectal membuat
kolonisasi uretra mungkin terjadi. Bakteri kemudian diyakini masuk
kandung kemih dari uretra. Begitu berada di kandung kemih, organisme
berkembang biak dengan cepat dan bisa naik ureter ke ginjal.
Tiga faktor menentukan perkembangan ISK: ukuran inokulum, virulensi
mikroorganisme, dan kompetensi mekanisme pertahanan inang alami.
Pasien yang tidak dapat mengosongkan urin sama sekali berisiko lebih
tinggi terkena ISK dan sering mengalami infeksi berulang.
Faktor virulensi bakteri yang penting adalah kemampuan mereka untuk
mematuhi sel epitel urin oleh fimbriae, yang mengakibatkan kolonisasi
saluran kemih, infeksi kandung kemih, dan pielonefritis. Faktor virulensi
lainnya meliputi hemolysin, protein sitotoksik yang dihasilkan oleh
bakteri yang melilitkan berbagai sel termasuk eritrosit, leukosit
polimorfonuklear, dan monosit; Dan aerobaktin, yang memudahkan
pengikatan dan pengambilan besi oleh Escherichia coli.
Secara umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih
dengan tiga cara yaitu:
1. Asenden yaitu jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretra dan
cara inilah yang paling sering terjadi.
2. Hematogen (desenden), disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi
pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih
melalui peredaran darah.
3. Jalur limfatik, jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir
ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2005).
Pengunaan kateter seringkali menyebabkan mikroorganisme masuk
ke dalam kandungan kemih. Hal ini biasanya disebabkan kurang higienisnya
alat ataupun tenaga kasehatan yang memasukkan kateter. Orang lanjut usia
yang sukar buang air kecil umumnya menggunakan kateter untuk
memudahkan pengeluaran urin, itulah sebabnya mengapa penderita infeksi
saluran kemih cenderung meningkat pada rentang usia ini
(Romac, 1992).
A. 4. Faktor Risiko
Litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar,
DM pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit Sikle – cell,
senggama, kehamilan dan peserta KB dengan tablet, progesteron, kateterisasi
(Menurut PDF ISK: 3).
Menurut PDF Infeksi Saluran Kemih :3
Faktor risiko adalah hal-hal yang secara jelas mempermudah terjadinya
suatu kejadian. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya ISK:
1. Usia
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula.
2. Diabetes Mellitus
Insidensi pyelonefritis akut empat sampai lima kali lebih tinggi pada individu
yang diabetes daripada yang tidak.
3. Kateter
Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau instrumentasi
urin lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter, bakteri dapat memasuki
vesica urinaria melalui 4 tempat : the meatus-cathether junction, the
cathether-drainage tubing junction, the drainage tubing-bag junction, dan
pintu drainase pada kantung urin.
4. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional dapat
menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada pasien yang mendapat
terapi antibiotik dalam 90 hari sebelumnya. Penggunaan antibiotik yang tidak
rasional mengurangi jumlah bakteri lactobacillus yang melindungi. Hal ini
menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli yang tinggi di vagina.
5. Keganasan hematologi
Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut dan neutropenia
mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi.
6. Pasien hemodialisa
Pasien yang menjalani hemodialisa akan lebih rentan terpapar MDRO, maka
meningkatkan risiko terjadinya ISK oleh MDRO (multidrug-resistent organism).
A. 5. Gejala
Menurut Dipiro 9th : 491
Tanda dan gejala:
 ISK bawah: disuria, urgensi, frekuensi, nokturia, berat suprapubik, hematuria
kotor
 ISK bagian atas: nyeri panggul, demam, mual, muntah, malaise
Gejala klinis infeksi saluran kemih tidak khas dan bahkan pada sebagian
pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, dan
terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah
pelvis. Polakisuria terjadi akibat kandungan kemih tidak dapat menampung urin
lebih dari 500 mL karena mukosa yang meradang sehingga sering kecing.
Stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang yang
sering ditemukan pada sistitis akut. Tenesmus ialah rasa nyeri dengan keinginan
mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong. Nokturia ialah cenderung
sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih menurun.
Ditemukan juga enuresis nokturnal sekunder yaitu mengompol pada orang
dewasa, prostatimus yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras arus
kencing. Nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal (Tessy dkk, 2001).
Gejala pada anak-anak terjadi malaise umum, demam, sakit perut,
ngompol malam hari dan hambatan pertumbuhan sedangkan pada orang lansia
juga malaise, demam, inkontinensi, serta kadang-kadang perasaan kacau yang
timbul mendadak (Tjay dan Rahardja, 2007).
Gejala klinis infeksi saluran kemih sesuai dengan bagian saluran kemih
yang terinfeksi sebagai berikut: (Tessy dkk, 2004).
1. Pasien infeksi saluran kemih bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa
rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit
sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
2. Pasien infeksi saluran kemih bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala,
malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di
pinggang.
A. 6. Nonfarmakologi dan Farmakologi Rhinitis Alergi
1. Terapi Nonfarmakologi
Menurut PDF Infeksi Saluran Kemih : 17
 Perbanyak minum air putih
 Membersihkan area urigenital dengan cara dari depan ke belakang untuk
mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina
 Jangan menahan kemih bila ingin buang air kecil
 Tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk membersihkan saluran kemih
dari kuman
2. Terapi Farmakologi
Menurut Dipiro 7th : 547 dan Menurut PDF Pemilihan Antibiotik yang
Rasional: 3-4
a. Sufonamide
Antibiotik yang menghambat enzim yang berperan dalam metabolisme
folat. Agen ini umumnya telah digantikan oleh lebih banyak agen karena
resistansi. Contoh Trimethoprim–sulfamethoxazole (kotrimokzasol)
b. Penicillin
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Contoh :
ampicillin dan amoxicillin-asam klavulanat. Ampisilin adalah penicillin
standar yang memiliki aktivitas spektrum luas. Meningkatkan resistensi
Escherichia coli memiliki penggunaan amoksisilin terbatas pada sistitis
akut. Obat pilihan untuk enterococci sensitif terhadap penisilin.
Amoksisilin-klavulanat lebih disukai untuk masalah resistensi.
c. Cefalosporin
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Contoh :
Cephalexin, Cefaclor, Cefadroxil, Cefuroxime, Cefixime, Cefzil,
Cefpodoxime. Tidak ada keuntungan besar dari agen ini terhadap agen lain
dalam pengobatan ISK, dan harganya lebih mahal. Mereka mungkin berguna
dalam kasus resistensi terhadap amoksisilin dan trimetoprim-
sulfametoksazol. Agen ini tidak aktif melawan enterococci.
d. Tetrasiklin
Antibiotik yang menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan
mempengaruhi subunit ribosom 30S dan 50S. Antibiotik ini menyebabkan
terjadinya hambatan dalam sintesis protein secara reversibel. Contoh :
Tetracycline, Doxycycline, Minocycline. Agen ini telah efektif untuk terapi
awal ISK; Namun, resistensi berkembang dengan cepat, dan penggunaannya
terbatas. Agen ini juga menyebabkan pertumbuhan candidal yang
berlebihan. Mereka berguna terutama untuk infeksi klamidia.
e. Fluoroquinolones
Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Contohnya
adalah rifampicin yang menghambat sintesis RNA polimerase dan kuinolon
yang menghambat topoisomerase. Keduanya bersifat bakterisidal.Contoh :
Ciprofloxacin, Norfloxacin, Levofloxacin. Kuinolon yang lebih baru memiliki
spektrum aktivitas yang lebih besar, termasuk P. aeruginosa. Agen ini
efektif untuk pielonefritis dan prostatitis. Hindari pada kehamilan dan
anak-anak. Moksifloksasin tidak boleh digunakan karena konsentrasi urin
yang tidak cukup.
f. Nitrofurantoin
Agen ini efektif baik sebagai agen terapeutik dan profilaksis pada pasien ISK
rekuren. Keuntungan utama adalah kurangnya resistensi meski setelah lama
menjalani terapi. Efek samping dapat membatasi penggunaan (Intoleransi
intravena, neuropati, reaksi pulmonal).
g. Azithromycin
Antibiotik yang menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan
mempengaruhi subunit ribosom 30S dan 50S. Antibiotik ini menyebabkan
terjadinya hambatan dalam sintesis protein secara reversibel. Terapi dosis
tunggal untuk infeksi klamidia
A. 7. Algoritma Infeksi Saluran Kemih
Menurut Dipiro 9th : 498
 Epidemi ISK berulang (reinfections and relapses) mencakup sebagian besar
ISK. Pasien ini paling sering wanita dan dapat dibagi menjadi dua kelompok:
mereka yang memiliki kurang dari dua atau tiga episode per tahun dan
mereka yang mengalami infeksi lebih sering.
 Pada pasien dengan infeksi yang jarang terjadi (yaitu kurang dari tiga infeksi
per tahun), setiap episode harus diperlakukan sebagai infeksi yang terjadi
secara terpisah. Terapi short-course harus digunakan pada pasien wanita
simtomatik dengan infeksi saluran bawah.
 Pada pasien yang memiliki infeksi simtomatik sering, terapi antimikroba
profilaksis jangka panjang dapat dilakukan. Terapi umumnya diberikan selama
6 bulan, dengan kultur urine diikuti secara berkala.
 Pada wanita yang mengalami infeksi simtomatik sehubungan dengan aktivitas
seksual, pembatalan setelah hubungan intim dapat membantu mencegah
infeksi. Juga, dikelola sendiri, Terapi profilaksis dosis tunggal dengan
trimetoprim-sulfametoksazol yang diambil setelah hubungan intim secara
signifikan mengurangi kejadian infeksi berulang pada pasien ini.
 Wanita yang kambuh setelah terapi short course harus menerima terapi 2
minggu. Pada pasien yang kambuh setelah 2 minggu, terapi harus dilanjutkan
selama 2 sampai 4 minggu lagi. Jika kambuh terjadi setelah 6 minggu
pengobatan, pemeriksaan urologi harus dilakukan, dan terapi selama 6 bulan
atau bahkan lebih lama dapat dipertimbangkan.
Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan
 Terapi harus terdiri dari agen dengan potensi efek samping yang relatif rendah
(cephalexin, amoxicillin, atau amoxicillin / clavulanate) yang diberikan
selama 7 hari.
 Tetrasiklin harus dihindari karena efek teratogenik dan sulfonamida tidak
boleh diberikan selama trimester ketiga kemungkinan perkembangan
kernikterus dan hiperbilirubinemia. Juga, fluoroquinolones menghambat
pertumbuhan tulang rawan dan tulang pada bayi baru lahir.

B. Deskripsi Obat
B. 1 Amoxicillin (IONI: 360-361 )
B.1.1 Golongan Obat :
Penicillin (Menurut OOP: 66).
B.1.2 Mekanisme Kerja Obat :
Menghambat sintesis dinding sel bakteri (Menurut PDF Pemilihan
Antibiotik yang Rasional: 4).
B.1.3 Efek Samping
Gangguan lambung usus dan radang kulit lebih jarang terjadi.
B.1.4 Indikasi Obat :
Infeksi Saluran Kemih, sinusitis,infeksi pada mulut, bronkitis.
B.1.5 Interaksi Obat :
Allopurinol, neomicyn, antikoagulan, probenesid.
B.1.6 Dosis :
Infeksi saluran kemih: 3 g, diulangi setelah 10-12 jam; 3-4 dd 250-
500 mg a.c (Menurut OOP: 911).
B.1.7 Farmakokinetik :
Absorpsi di saluran cerna, distribusi luas di dalam tubuh dan diikat
oleh protein plasma hanya 20%, dieksresi dalam bentuk aktif dalam
urin (Menurut F & T: 667).
B.1.8 Farmakodinamik :
Menghambat biosintesis dinding sel mukopeptida selama tahap
penggandaan bakteri.
B.1.9 Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap penicillin.

B. 2. Parasetamol (Menurut IONI: 301)


B.2.1 Golongan Obat :
Analgetika Perifer (Menurut OOP: 318).
B.2.2 Mekanisme Kerja Obat :
Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu (Menurut F & T: 238).
B.2.3 Efek Samping :
Tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan
darah.
B.2.4 Indikasi Obat :
Nyeri ringan sampai sedang.
B.2.5 Interaksi Obat :
Antikoagulan, hipolipidemik, metoklopramid, sitotoksik.
B.2.6 Dosis :
Oral 0,5-1 g setiap 4-6 jam hingga maksimum 4 g/hari
B.2.7 Farmakokinetik :
Reabsorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, dalam hati zat ini
diuraikan menjadi metabolit, toksik dieksresikan dengan keruh
melalui urin, t1/2 kira-kira 2 jam (Menurut OOP: 318).
B.2.8 Farmakodinamik :
Menghambat isoenzim COX-3 suatu variant dari COX-1 (Menurut F &
T: 232 ).
B.2.9 Kontra Indikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita
hipersensitif terhadap obat ini.

B. 2. Domperidone (Menurut IONI: 287)


B.2.1 Golongan Obat :
Prokinetika (Menurut OOP: 271)
B.2.2 Mekanisme Kerja Obat :
Melawan mual berdasarkan perintangan neurotransmisi dari CTZ ke
pusat muntah dengan jalan blokade reseptor dopamin (Menurut
OOP: 280).
B.2.3 Efek Samping :
Jarang terjadi dan berupa kejang usus sementara dan reaksi kulit
alergis.
B.2.4 Indikasi Obat :
Mual dan muntah.
B.2.5 Interaksi Obat :
Analgesik, antijamur, antimuskarinik, dopaminergik.
B.2.6 Dosis :
Oral mual dan muntah termasuk karena levedova dan bromokriptin
10-20 mg tiap 4-8 jam, maksimal periode pengobatan 12 minggu.
B.2.7 Farmakokinetik :
Reabsorpsi di usus baik, PP-nya 92%, plasma t 1/2-nya kira-kira kurang
lebih 7 jam, dieksresikan melalui empedu (Menurut OOP: 272).
B.2.8 Farmakodinamik :
Memperlama kontraksi antro-duodenal, mempercepat pengosongan
lambung, meningkatkan tekanan springter esofagus bagian bawah.
B.2.9 Kontra Indikasi
Hipersensitif pada domperidone, penderita dengan prolaktinoma
tumor hipofise.

A. Pembahasan dan Kesimpulan


Kasus :
Seorang pasien wanita hamil 8 bln, berusia 26 tahun bernma Ny. T datang ke
RSUD K. Dia mengeluh nyeri di perut, dysuria, hematuria, nokturia dan urgensi
pada saat berkemih. Tekanan darahnya meningkat menjadi 140/80 mmHg,
frekuensi respirasi 20 kali per menit, suhu tubuhnya meningkat menjadi 38 0 C.
Pasien juga mengalami mual dan muntah akibat kehamilannya. Dari hasil uji lab,
ditemukan infeksi pada saluran kemihnya akibat bakteri Escherichia coli.
Mendengar keluhan pasiennya, dokter menuliskan resep:

R/
Amoxicillin 1000 mg
4 dd 1
Pct 0,5 mg
2 dd 1
Domperidone (jika muntah)

C.1 Pembahasan Kasus


Berdasarkan kasus diatas pasien mengalami penyakit infeksi saluran kemih
dengan gejala Dia mengeluh nyeri di perut, dysuria, hematuria, nokturia dan
urgensi pada saat berkemih.
Menurut Dipiro 9th : 491 Tanda dan gejala ISK:
 ISK bawah: disuria, urgensi, frekuensi, nokturia, berat suprapubik, hematuria
kotor
 ISK bagian atas: nyeri panggul, demam, mual, muntah, malaise
Berdasarkan kasus di atas, infeksi saluran kemih yang dialami pasien termasuk
dalam infeksi saluran kemih bawah, dimana pasien mengalamai dysuria,
hematuria, nokturia dan urgensi
Menurut (Dipiro 9th : 815) algoritma yang tepat untuk pengobatan infeksi
saluran kemih pada kehamilan adalah pada pasien dengan bakteriuria signifikan,
perawatan simtomatik atau asimtomatik direkomendasikan untuk menghindari
kemungkinan komplikasi selama kehamilan. Terapi harus terdiri dari agen
dengan potensi efek samping yang relatif rendah (cephalexin, amoxicillin, atau
amoxicillin / clavulanate) yang diberikan selama 7 hari. Menurut (F & T: 690-
691) bila dikombinasikan dengan antibiotik betalaktam, penghambat ini akan
mengikat enzim betalaktamase, sehingga antibiotik pasangannya bebas dari
pengrusakan oleh enzim tersebut dan dapat menghambat sinstesis dinding sel
bakteri yang dituju. Kombinasi amoxicillin /klavulanate tidak meningkatkan
aktivitas in vitro terhadap kuman yang sensitif tersebut, tetapi memperluas
spektrum aktivitasnya terhadap kuman penghasil betalaktamase yang intrinsik
termasuk strain yang sensitif. Sehingga antibiotik yang digunakan dalam resep
dikombinasikan dengan asam klavulanate dan dosis yang digunakan untuk infeksi
menurut (F & T: 691) adalah 500 mg/125 mg tiap 8 jam.
Menurut (OOP: 318) dosis untuk parasetamol adalah 2-3 dd 0,5 g-1 g,
maksimum 4g/hari, sedangkan pemakaian pada resep 2 dd 1 0,5 g, sehingga
untuk pemakaian paracetamol dinaikkan menjadi 3 dd 1 0,5 g.
Menurut (IONI: 284 dan 1116), domperidone digunakan untuk
menghilangkan mual dan muntah, terutama yang disebabkan terapi sitotoksik,
selain itu digunakan untuk mengobati muntah akibat kontrasepsi hormonal
darurat. Domperidone disarankan untuk dihindari pada kehamilan, sehingga
domperidone pada resep sebaiknya dihilangkan dan diganti dengan piridoksin
(vitamin B6) yang mana penggunaannya menurut OOP: 853 untuk menurunkan
kadar homosistein yang meningkat, yang merupakan faktor resiko untuk PJP,
khususnya pada wanita dan telah dibuktikan efektivitasnya sebagai obat tunggal.
Dosis untuk mual dan muntah pada waktu hamil 50 mg.

C. 2. Kesimpulan
Jadi, obat yang digunakan dalam resep untuk antibiotik amoxicillin
dikombinasikan dengan asam klavulanat dengan dosis 500 mg/125 mg tiap 8 jam
(3 dd 1), untuk obat parasetamol pemakaiannya dinaikkan menjadi 3 dd 1 0,5 g
dan obat domperidone dihilangkan dari resep dan digantikan dengan obat
pyridoksin (Vitamin B6) dengan dosis untuk mual dan muntah pada waktu hamil
yaitu 50 mg.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Direktorat Jendral


Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.

Bint, B. 2003. Penyakit Infeksi Saluran Kencing: Sistitis dan Pielonefritis in Dasar
Biologi Klinis Penyakit Infeksi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Voume 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

7th
Coyle, E. A. & Prince, R. A., 2005. Urinary Tract Infection and Prostatitis, in
edition. The McGraw Hill Comparies, Inc: USA.

Dipiro. Joseph T. 2015. Pharmacotherapy Handbook 7th


ed. MC Graw Hill: New York.

9th
Dipiro. Joseph T. 2015. Pharmacotherapy Handbook ed. MC Graw Hill: New York.

Knowles, M. 2005. The Definitive Classic in Adult Education and Human Resource
Development 6th edition: Amsterdam.

Nafrialdi, Setiabudi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen


Farmakologi dan Terapeutik Fakultas kedokteran UI: Jakarta.

Rissa, Fellecia. PDF ISK (diakses pada yanggal 29 Mei 2017).


Tessy, A. & Suwanto, A. 2001. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Jilid II
E. Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya,edisi 7. PT Elex Media
Komputindo: Jakarta.,

Zulkifli, Lukman. 2014. Pemilihan Antibiotik yang Rasional. Univrsitas Indonesia:


Jakarta. PDF (diakses pada tanggal 29 Mei 2017).

Anda mungkin juga menyukai