Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Pada tahun 1995, sebuah pencapaian ilmiah besar diumumkan. Untuk pertama kali,
para peneliti telah menyeksuekensing seluruh genom dari salah satu spesies organisme yang
hidup bebas, bakteri Haemophilus influenza. Berita ini membuat komunitas sains terperanjat
hanya sedikit di antara mereka yang berani bermimpi bahwa hanya 12 tahun sesudah itu,
sekensing genom untuk lebih dari 2.000 spesies tengah dilakukan. Pada 2007, para peneliti
telah selesai menyekuensing ratusan genom prokariota dan lusinan genom eukariota,
termasuk sekitar 3 miliar pasang basa genom manusia.
Pada dasarnya pencapaian ini dimungkinkan oleh kemajuan teknologi DNA, metode
untuk mengolah dan memanipulasi DNA yang mulai berkembang pada 1970-an. Salah satu
keberhasilan penting adalah penemuan teknik untuk membuat DNA rekombinan
(Recombinant DNA). Pada makalah ini mempelajari mengenai analisis teknologi DNA
rekombinan yang digunakan untuk menganalisis DNA hasil rekombinasi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari perumusan dan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui
analisis apa yang diterapkan pada teknologi DNA Rekombinan.
2.1. Pengertian
DNA rekombinan adalah Teknologi DNA Rekombinan merupakan kumpulan teknik
atau metode yang digunakan untuk mengkombinasikan gen-gen secara buatan.. Teknik-
teknik tersebut meliputi :
1. Teknik untuk mengisolasi DNA.
2. Teknik untuk memotong DNA.
3. Teknik untuk menggabungkan atau menyambung DNA.
4. Teknik untuk memasukkan DNA ke dalam sel hidup.
c. Plasmid
Plasmid digunakan sebagai vektor untuk mengklonkan gen atau
mengklonkan fragmen DNA atau mengubah sifat bakteri. Pada umunya bakteri
mempunyai satu kromosom. Kromosom bakteri berupa DNA sirkular atau DNA
yang berbentuk lingkaran. Di samping memiliki satu kromosom, berbagai jenis
bakteri juga memiliki DNA sirkular lainnya yang ukurannya jauh lebih kecil dari
pada DNA kromosomnya. DNA sirkular selain kromosom yang terdapat pada
bakteri dinamakan plasmid. Jadi, plamid merupakan DNA bakteri yang terpisah
dari kromosom bakteri. Plasmid dapat bereplikasi sendiri. Plasmid juga
mengandung berbagai gen. Jenis, jumlah jenis, dan Jumlah tiap jenis (copy)
plasmid bervariasi antar sel. Bahkan antar sel dalam satu spesies bakteri.
Salah satu contoh plasmid yang telah lama digunakan sebagai vector untuk
mangklon gen adalah plasmid pBR322. Plasmid pBR322 ini mengandung gen
penyandi resistensi terhadap ampisilin dan tetrasiklin.
Karakteristik Plasmid meliputi:
1) DNA untai ganda
2) Berbentuk Lingkaran
3) Bersalinan Tinggi
4) Berukuran Kecil (Mudah di manipulasi)
5) Dapat Bereplikasi sendiri di dalam sel
6) Dapat disisipi DNA asing (DNA sisipan)
7) Ada dua gen marker yaitu: untuk mendeteksi adanya vector dan untuk
mendeteksi adanya DNA sisipan.
d. Transposon
Transposon digunakan sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk
menyisipkan penanda. Keberhasilan para ahli dalam melakukan rekayasa
genetika terhadap berbagai organisme tidak lepas dari peranan transposon.
Transposon atau elemen loncat mula-mula ditemukan oleh Barbara McClintock.
Untuk sampai pada penemuan tentang adanya transposon.
Barbara McClintock mempelajari mengapa ada biji jagung yang warnanya
tidak seragam sehingga nampak kuning dengan bercak-bercak coklat. Pola
bercaknya tidak teratur. Biji yang satu dengan biji lainnya juga berbeda pola
bercaknya. Dengan melakukan persilangan-persilangan antar tanaman jagung
yang berbeda warna bijinya, akhirnya Barbara McClintock menemukan bahwa
ketidak-seragaman atau variasi warna biji jagung disebabkan oleh adanya bagian
dari kromosom yang berpindah-pindah. Bagian dari kromosom tersebut pindah
dari satu tempat ketempat lain pada kromosom yang sama atau pindah dari satu
kromosom ke kromosom lainnya. Bagian dari kromosom yang dapat berpindah
tersebut dinamakan transposon.
2. Bakteri Klon
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga cara
konjugasi, transformasi, dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri
selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga
terbentuk kromosom rekombinan.
a) Konjugasi
Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel
bakteri lainnya sel (resipien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor
(sel jantan) memasukkan sebagian DNA–nya kedalam sel resipien (sel betina).
Transfer DNA ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel jantan. Sel betina
tidak memiliki pili seks. DNA dari sel jantan berpindah ke dalam sel betina
secara replikatif. Oleh karena itu, setelah proses konjugasi selesai, sel jantan
tidak kehilangan DNA. Setelah konjugasi selesai kedua sel berpisah kembali
dan jumlah sel tidak bertambah (setelah konjugasi tidak dihasilkan anak sel).
Oleh karena itu, proses konjugasi ini disebut juga sebagai proses atau
mekanisme seksual yang tidak reproduktif.
b) Transformasi
Transformasi, merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di
sekelilingnya. DNA yang berada disekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa
potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel bekteri lainnya atau dari
organisme lainnya. Masuknya DNA dari lingkungan kedalam sel bakteri ini dapat
terjadi secara alami. Fenomena transformasi ini telah diamati oleh Griffith (1928)
dan kelompok Avery (1944).Griffith (1928) telah menemukan bahwa starin
bakteri yang tidak virulen (starin yang penampilan koloninya kasar) dapat
berubah sifatnya menjadi strain yang virulen (penampilan koloninya halus).
Perubahan sifat ini disebabkan sel-sel bakteri strain virulen (strain halus) yang
telah dimatikan.
Very, McCleod, dan McCarty (1944) menemukan bahwa perubahan sifat atau
transformasi dari bakteri kasar menjadi bakteri halus atau perubahan dari tidak
virulen menjadi virulen tersebut disebabkan oleh adanya DNA dari sel bakteri
halus yang masuk ke dalam sel bakteri kasar.
Berdasarkan pada mekanisme transformasi alami ini, kita dapat melakukan
transformasi bakteri secara buatan. Dengan perlakuan tertentu, kita dapat
memasukkan potongan DNA ke dalam sel bakteri. Prinsipnya sederhana yaitu
mencampurkan sel-sel bakteri hidup dengan potongan DNA tertentu di dalam
tabung reaksi. Beberapa waktu kemudian kita dapat menyeleksi sel-sel bakteri
yang sudah mengandung potongan DNA tertentu tersebut.
c) Transduksi
Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya
melalui perantaraan fage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel
bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri seringkali di sebut bakteriofage
atau fage. Pada waktu fage menginfeksi bakteri, fage memasukkan DNA-nya ke
dalam bakteri. DNA fage ini kemudian bereplikasi di dalam sel bakteri atau
berintegrasi dengan kromosom bakteri (ingat siklus hidup fage:siklus litik dan
siklus lisogenik). Pada waktu DNA fage dikemas di dalam pembungkusnya untuk
membentuk partikel fage-fage baru. DNA fage tersebut dapat membawa sebagian
dari DNA bakteri lainnya, maka fage akan memasukkan DNA-nya yang
mengandung sebagian dari DNA bakteri inangnya yang sebelumya. Dengan
demikian, fage tidak hanya juga memasukkan DNA dari sel bakteri lainnya yang
ikut terbawa pada DNA fage. Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari
satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya.
2.3. Tahapan DNA Rekombinan
Tahapan dalam mengklonkan gen meliputi: Isolasi DNA, pemotongan plasmid,
menyisipkan gen atau fragmen DNA, memasukkan DNA kedalam sel bakteri (transformasi),
seleksi klon bakteri yang benar yaitu bakteri yang mengandung plasmid rekombinan.
1. Isolasi DNA
Isolasi DNA diawali dengan melakukan perusakan serta penghilangan dinding
sel. Dalam proses ini dapat dilakukan secara mekanis ataupun dengan cara enzimatis.
Setelah perusakan sel telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah pelisisan sel hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan buffer nonosmotik, serta deterjen yang kuat
seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Remukan sel yang
diakibatkan oleh lisisnya sel dibuang dengan melakukan sentrifugasi sehingga bisa
dibedakan antara bagian yang rusak serta organel target.
Yang pada akhirnya didapatkan DNA yang nantinya dilakukan pemurnian dengan
penambahan amonium asetat dan alkohol. Teknik isolasi DNA ini dapat diaplikasikan
untuk DNA genomiK maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Plasmid pada
umumnya berada dalam struktur tersier yang sangat kuat atau dikatakan mempunyai
bentuk covalently closed circular sedangkan DNA kromosom ikatan antara kedua
untaiannya lebih longgar.
Hal ini akan menyebabkan DNA plasmid lebih rentan terhadap terjadinya
denaturasi protein apabila dibandingkan dengan DNA kromosom. Tahap kedua dalam
kloning gen adalah pemotongan molekul DNA, baik genomik maupun plasmid.
Perkembangan teknik pemotongan DNA berawal dari saat ditemukannya sistem
restriksi dan modifikasi DNA pada bakteri E. coli, yang berkaitan dengan infeksi virus
atau bakteriofag lambda. Virus l digunakan untuk menginfeksi dua strain E. coli, yakni
strain K dan C. Jika l yang telah menginfeksi strain C diisolasi dari strain tersebut dan
kemudian digunakan untuk mereinfeksi strain C, maka akan diperoleh l progeni
(keturunan) yang lebih kurang sama banyaknya dengan jumlah yang diperoleh dari
infeksi pertama.
3. Pemotongan Plasmid
Selanjutnya adalah pemotongan DNA dengan menggunakan enzim restriksi
endonuklease. Pemutusan ini dilakukan di dalam strain tertentu yang bertujuan untuk
mencegah agar tidak merusak DNA. Selain itu strain tersebut juga mempunyai suatu
sistem modifikasi yang menyebabkan pemutusan basa pada urutan tertentu yang
merupakan recognition sites bagi enzim restriksi tersebut. Pemotongan DNA genomik
dan DNA vektor dengan menggunakan enzim restriksi ini harus menghasilkan ujung-
ujung potongan yang kompatibel dalam arti setiap fragmen DNAnya harus dapat
disambungkan dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier.
Pada tahap pemotongan plasmid biasanya jenis plasmid yang digunakan yaitu.
Plasmid pBR322. Pertama Plasmid di potong di dalam tabung reaksi menggunakan
enzim restriksi PstI maka pBR322 akan terpotong atau terbuka pada bagian gen ampR.
Kedua menyisipkan gen atau fragmen DNA. Bila pBR322 yang sudah terbuka
lingkarannya di campur dengan potongan DNA asing dan kemudian ditambahkan
enzim DNA ligase, maka kemungkinan hasilnya adalah berupa campuran yang berisi:
a) Plasmid pBR322 yang tersambung kembali atau membentuk lingkaran lagi
seperti semula.
b) Plasmid rekombinan yaitu pBR322 yang telah disisipi oleh DNA asing.
4. Memasukkan DNA
Tahap penyambungan DNA terdapat beberapa cara, yaitu penyambungan dengan
menggunakan enzim DNA ligase dari bakteri, penyambungan dengan menggunakan
DNA ligase dari sel E. coli yang telah diinfeksi dengan bakteriofag T4 atau sering
disebut dengan enzim T4 ligase. Serta dengan pemberian enzim deoksinukleotidil
transferase untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’. Dengan untai tunggal
semacam ini akan diperoleh ujung lengket buatan, yang selanjutnya dapat diligasi
menggunakan DNA ligase. Aktivitas enzim ini berada pada suhu 37 °C. Namun, proses
penyambungan biasa dilakukan pada suhu 4 dan 15°C.
Pada bakteri memasukkan DNA kedalam sel, kedua bentuk plasmid kemudian
dicampurkan dengan kumpulan sel-sel bakteri hidup yang tidak mempunyai plasmid.
Kemungkinan hasilnya berupa campuran yang berisi:
a) Sel bakteri yang mendapatkan plasmid pBR322 tanpa sisipan
b) Sel yang mendapatkan plasmid rekombinan (pBR322 yang telah disisipi DNA
asing
c) Sel bakteri yang tidak mengandung (tidak dimasuki) plasmid.
e) Elektroforesis gel
Banyak pendekatan yang digunakan untuk mempelajari molekul-molekul
DNA melibatkan elektroforesis gel (gel electrophoresis). Teknik ini
menggunakan gel dari polimer, misalnya polisakarida. Gel bekerja sebagai
penapis molekular untuk memisahkan asam nukleat atau protein berdasarkan
ukuran,muatan listrik, dan sifat-sifat fisik lain. Karena mengandung muatan
negatif dalam gugus-gugus fosfatnya, molekul asam nukleat bergerak ke arah
kutub positif dalam medan listrik. Saat bergerak, kisi-kisi serat polimer
menjadikan molekul panjang lebih sulit bergerak daripada molekul pendek,
sehingga molekul-molekul terpisah berdasarkan panjang.
Dengan demikian, elektroforesis gel memisahkan pita-pita, yang masing-masing
terdiri atas molekul-molekul DNA yang panjangnya sama.
f) DNA sequencing
Untuk lebih memastikan keberadaan DNA asing di dalam vektor rekombinan
adalah dengan melakukan penentuan urutan nukleotida fragmen DNA asing
tersebut. Dengan teknik ini maka sekaligus akan diketahui secara rinci urutan
nukleotida gen asing yang diklon sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
Teknik ini biasanya hanya dilakukan setelah digunakan teknik analisis DNA
rekombinan yang lebih sederhana. Oleh karena itu teknik hanya digunakan untuk
karakterisasi secara rinci gen yang diklon
Kini, sekuensing berlangsung secara otomatis, dilaksanakan oleh mesin
sekuensing. Prosedur yang otomatis itu didasarkan pada teknik yang disebut
metode terminasi rantai dideuksiribonukleatida (atau disingkat dideuksi). Metode
ini dikembangkan oleh ahli biokimia Inggris, Fredrick Sanger, yang menerima
Hadiah Nobel tahun 1980 larena pencapaiannya. (Sanger adalah satu dari empat
orang yang memenangkan dua hadiah Nobel. Ia juga menerima hadiah ini pada
1975 atas keberhasilannya menentukan sekuens asam insulin.
Dengan mengetahui sekuens dari sebuah gen, para peneliti dapat
membandingkan gen itu secara langsung dengan gen-gen dalam spesies lain,
dengan fungsi produk gen yang mungkin telah diketahui. Jika dua gen dari
spesies yang berbeda memiliki sekuens yang cukup mirip, masuk akal untuk
menanggap bahwa produk-produk gennya melaksanakan fungsi yang serupa.
Dengan cara ini, perbandingan sekuens memberikan petunjuk tentang fungsi gen,
topik yang akan segera dibahas. Seperangkat petunjuk lain diperoleh dari
pendekatan percobaan yang menganalisis kapan dan dimana gen diekspresikan.
DAFTAR PUSTAKA