Refisi
Refisi
Praktikum Lapangan
SEISMIK REFRAKSI
Disusun oleh :
Kelompok 3
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM LAPANGAN SEISMIK REFRAKSI
Penyusun,
Kelompok III
Mengetahui,
Asisten Praktikum Seismik Refraksi 2017
No. Nama Tanda Tangan
1. Alifka Cendana Putri
2.
3.
Menyetujui,
Dosen
Mata kuliah Seismik Refraksi
2
KATA PENGANTAR
Meskipun laporan ini telah disusun dengan sebaik mungkin, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa pada laporan ini masih terdapat kesalahan. Maka dari itu, kami
kelompok 3 memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalah dan
menerima kritikan dan saran sebagai penyempurnaan laporan ini. Terima kasih.
Penyusun
Kelompok 3
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
4
III.3 Prosedur penelitian/praktikum
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi sebagai tempat tinggal manusia secara alami menyediakan sumber daya alam
yang berlimpah. Sebagai generasi penerus bangsa harus berupaya untuk dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraan bangsa. Keterbatasan ilmu
untuk mengelola sumber daya alam tersebut menjadi kendala untuk melangkah lebih
lanjut. Sehingga perlu pemahaman dalam menentukan metode untuk mengungkap
suatu informasi yang terdapat di bawah permukaan bumi. Struktur bawah permukaan
bumi dapat dikaji baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengkajian secara
langsung dapat ditempuh dengan melakukan pengkajian ke pusat bumi, dan mengambil
material penyusun bumi pada berbagai kedalaman untuk dianalisis. Tetapi cara ini tidak
praktis karena untuk mengetahui seluruh struktur bumi harus melakukan penggalian
sedalam ± 6400 km. Pengkajian secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan metode-metode geofisika.
Metode seismik refraksi menjadi salah satu metode yang cukup efektif dan tidak
membutuhkan biaya yang terlalu besar. Pada dasarnya dalam metode ini adalah
pemberian suatu gangguan berupa gelombang seismik pada suatu sistem dan kemudian
gejala fisisnya diamati dengan menangkap gejala tersebt melalui geophone. Waktu
7
tempuh gelombang antara sumber getaran dengan penerima akan memberikan
gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan (Telford,2004).
Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode seismik refraksi yang di
lakukan di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Metode yang digunakan
adalah seismik refraksi.
I.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib yaitu metode seismik refraksi.
2. Untuk mengaplikasikan teori geofisika yang diperoleh di dalam kelas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara regional, geologi pulau Sulawesi dan sekitarnya termasuk kompleks, yang
disebabkan proses divergensi dari tiga lempeng Litosfer, yaitu : Lempeng Australia
yang bergerak ke Utara, Lempeng Pasifik yang bergerak ke Barat, dan Lempeng
Eurasia yang bergerak ke Selatan-Tenggara.
Selat Makassar yang memisahkan platform Sunda (bagian Lempeng Eurasia) dari
Lengan Selatan dan Tengah, terbentuk dari proses pemekaran lantai samudera pada
Miosen (Hamilton, 1979, 1989; Katili, 1978, 1989). Bagian utara Pulau Sulawesi adalah
Palung Sulawesi utara yang terbentuk akibat proses subduksi kerak samudera laut
Sulawesi. Di Lengan Tenggara dengan bagian utara Laut Banda sepanjang Tunjaman
Tolo (Silver et al., 1983a,b). kedua struktur mayor tersebut (Palung Sulawesi Utara dan
Tunjaman Tolo) dihubungkan oleh Sistem Sesar Palu-Koro-Matano.
9
II.2 Gelombang Seismik
Dalam menentukan litologi batuan dan struktur geologi, metode seismik aktif
dikategorikan menjadi dua bagian yaitu metode seismik refleksi dan seismik refraksi.
Metode seismik refleksi biasanya digunakan untuk menentukan litologi batuan dan
struktur geologi pada kedalaman yang dalam sedangkan metode seismik refraksi
digunakan untuk menentukan litologi dan struktur geologi yang relatif dangkal (Telford,
1976).
10
Huygens pada interface, gelombang ini kembali ke permukaan sehingga dapat diterima
oleh penerima yang ada di permukaan (Telford, 1976).
Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau melakukan
interpretasi hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang akurat. Data-data
waktu dan jarak dari kurva travel time diterjemahkan menjadi suatu penampang
seismik, dan akhirnya dijadikan menjadi penampang geologi (Telford, 1976).
Prinsip dasar metode seismik refraksi mengikuti prinsip fisika tentang perambatan
gelombang antara lain (Susilawati, 2004) :
1. Prinsip Fermat yaitu penjalaran gelombang dari suatu titik ke titik lainnya akan
melewati lintasan dengan waktu minimum.
2. Prinsip Huygen setiap titik yang dilalui muka gelombang akan menjadi sumber
gelombang baru.
11
3. Prinsip Snellius Gelombang yang merambat dan melalui medium yang berbeda
akan mengalami pembiasan maupun pemantulan. Adapun dalam pembiasan
maupun pemantulannya akan mengikuti persamaan berikut :
sin 𝜃1 𝑉
= 𝑉1 (2.1)
sin 𝜃2 2
dimana:
θ1 = Sudut datang
θ2 = Sudut bias
4. Sudut Kritis ,sudut datang yang menghasilkan gelombang bias sejajar bidang
batas (r = 90)atau (q2 = 900) maka persamaannya akan berubah menjadi :
𝑉
sin 𝜃1 = 𝑉1 (2.2)
2
Dalam penjalaran gelombang seismic gelombang yang datang pertama kali adalah
gelombang langsung (jaraknya paling kecil) setelah itu adalah gelombang bias dan yang
paling terakhir ditangkap adalah gelombang pantul (refleksi).
12
geophone. Parameter jarak (offset) dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan
dengan cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat
gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material
yang dikenal sebagai parameter elastisitas (Telford, 1976).
Menurut Sismanto (2006), asumsi dasar yang dipakai untuk penelitian dengat
target dangkal adalah:
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel
time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada
jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu
sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan
transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat,
singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan
untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun. Sumber energi vibrator merupakan
sumber energi dengan durasi beberapa detik. Panjang sinyal input dapat bervariasi.
13
Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi
menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.
Perekaman data seismik melibatkan detektor dan amplifier yang sangat sensistif
serta magnetic tape recorder. Alat untuk menerima gelombang-gelombang refleksi
untuk survei seismik di laut adalah hidropon. Hidropon merespon perubahan tekanan.
Hidropon terdiri atas kristal piezoelektrik yang terdeformasi oleh perubahan tekanan air.
Hal ini akan menghasilkan beda potensial output. Elemen piezoelektrik ditempatkan
dalam suatu kabel streamer yang terisi oleh kerosin untuk mengapungkan dan insulasi.
Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari hidropon
sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu yang sangat singkat, maka
sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan filter untuk meredam
frekuensi yang tidak diinginkan.
Dalam survei seismik refraksi dilakukan desain survei konfigurasi peralatan yang
disusun seperti pada Gambar II.2. Geophone dan sumber gelombang ditempatkan pada
suatu garis lurus (line seismik). Near offset, far offset, dan jarak antar geophone
ditentukan berdasarkan kondisi lapangan tempat melakukan survei. Pengambilan data
dilakukan dengan memberikan sumber getar yang dalam penelitian ini menggunakan
weightdrop seberat 50 kg untuk jarak 10 meter dari geophone yang pertama. Sistem
perekaman dilakukan oleh 12 geophone dalam satu garis lurus dengan sumber getar.
Pasangan geophone ditempatkan dengan masing-masing spasi geophone yang telah
ditentukan yaitu 2 meter.
Peralatan yang digunakan dalam survei seismik refraksi antara lain geophone,
seismograph, baterai, kabel, radio dan portabel drill. Sumber energi yang biasa
14
digunakan dalam survei ini antara lain Buffalo gun (Energi lebih banyak), Sledge
hammer (mudah digunakan dan murah), bahan peledak (lebih banyak energi yang
dihasilkan), drop weight (membutuhkan daerah yang datar), serta air gun yang biasanya
digunakan untuk survei di danau atau laut. Dinamit yang digunakan bermerk Power
Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan
berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan
detenator atau ‘cap’ sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang pula anchor agar
dinamit tertancap kuat di dalam tanah. Pemasangan dinamit (Preloading) dilakukan
langsung setelah pemboran selesai, dengan tujuan untuk menghindari efek
pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu
loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah mempunyai pengetahuan
keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis
dari migas.
Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang
harus diperhatikan. Trace adalah point untuk data seismic yang terekam oleh satu
perekam (geophone), sedangkan trace interval sendiri adalah jarak antar trace. Station
unit adalah alat yang di gunakan sebagai pengubah sinyal yang di terima yaitu sinyal
analog ke dalam sinyal digital. Far Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan
trace terjauh terjauh. Near Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan trace
terdekat. Jumlah shot point adalah banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan.
Jumlah Trace banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP. Record length adalah
lamanya merekam gelombang seismic. Fold coverage adalah Jumlah atau seringnya
suatu titik di subsurfece terekam oleh geophone di permukaan.
15
1. Mencari informasi literatur mengenai daerah tersebut, diantaranya apakah
pernah dilakukan penelitian dengan metode geofisika tertentu. Agar diperoleh
point survey.
2. Mencari informasi mengenai kondisi/struktur geologi area, misalnya peta
geologi.
3. Tentukan tujuan/main goal dari akuisisi
4. Dibuat design survey dengan menyesuaikan kondisi lapangan. Design survey
dibuat serapat/seideal mungkin agar didapat data yang diinginkan.
Ditentukan konfigurasi yang akan diterapkan di lapangan, serta Source yang akan
digunakan
1. Kalibrasi alat
2. Akomodasi transportasi
3. Job description masing-masing peserta survei
4. Form data akuisisi
16
4. Untuk survei yang efisien, minimal harus ada 2 offset shots, 2 end shots, dan 2
center shot (Priyantari, 2009).
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah nois yang
sifatnya mengganggu. Ada beberapa hal penyebab noise antara lain adalah angin,
pohon, aliran sungai (parit), benda-benda lain yang bergerak dekat dengan geophone
(orang berjalan, sepeda motor, dan sebagainya). Untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, nois ini harus ditekan sekecil mungkin. Ada dua macam nois yang dapat
dibedakan,
1. Nois yang timbul sesaat kemudian lenyap. Noise ini diakibatkan oleh orang
berjalan, motor/mobil, dan sebagainya. Untuk menghindari noise semacam ini,
pada saat sumber gelombang (source) ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada
sesuatu yang bergerak di sekitar geophone.
17
2. Nois yang timbul terus menerus. Nois ini biasanya ditimbulkan oleh angin,
pohon (bergoyang), aliran air sungai, dan sebagainya. Untuk menghindari
keadaan semacam ini sebaiknya setiap kali mengadakan pengukuran seismik,
diadakan terlebih dahulu “noise tes”. Jika nois yang timbul cukup kecil
dibanding dengan sinyal yang dihasilkan maka pengukuran dapat dilaksanakan.
Tetapi jika nois cukup besar dibanding sinyal, pengukuran perlu ditunda
beberapa saat sampai nois menjadi kecil.
Untuk menghindari noise, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-stack) beberapa
kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan jelas. Dilakukan demikian karena
dengan stacking, sinyal dijumlahkan sedang noise ditiadakan (noise bersifat random dan
acak). Sebelum melakukan pengukuran ditentukan terlebih dahulu garis lintasan
pengukuran, lintasan pengukuran diusahakan datar dan mewakili daerah seismik
penelitian atau dengan kata lain penempatan lintasan penelitian didasarkan pada
pertimbangan teknis dan kaitannya dengan usaha untuk mendapatkan gambaran
keadaan bawah permukaan yang memadai (Adnyawati, 2012).
18
Gambar II.3. Kurva travel time pada banyak lapis (Sumber Anonim)
Jika dibawah permukaan bumi terdapat dua lapisan batuan yang dibatasi oleh
interface datar maka waktu tempuh gelombang refraksi (t) untuk merambat dari sumber
seismik menuju penerima akan melalui lintasan A-B-C-D (Gambar II.4).
Dengan menggunakan intercept time dan jarak kritis (X0) dapat diketahui
kedalaman interface untuk sejumlah n refraktor data yaitu:
𝑥 2ℎ𝑖 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑖
𝑡𝑛 = 𝑣 + ∑𝑛−1
𝑖 (2.3)
𝑣
𝑣 2ℎ𝑖 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑖
𝑛
ℎ𝑠 = 2𝑐𝑜𝑠𝜃 (𝑡𝑠 − ∑𝑛−1
𝑖 (2.4)
𝑛 𝑣𝑛
Kondisi lapisan bawah permukaan tidak selamanya datar, namun ada lapisan
permukaan berupa lapisan miring (Gambar II.5). Pengukuran pada lapisan miring
dilakukan dengan metode bolak-balik yaitu forward shot atau downdip (pengukuran
kearah perlapisan turun) atau reverse shot atau updip (pengukuran kearah lapisan naik).
19
Untuk mengetahui ketebalan lapisan yang tidak diketahui kondisi interface-nya
biasanya menggunakan metode waktu tunda. Pada perlapisan miring, sudut kemiringan
diperoleh dari:
1 𝑉1 𝑉1
𝑦 = 2 | sin−1(𝑉23) − sin−1(𝑉23) | (2.5)
Nilai kecepatan lapisan kedua (V2) bukan nilai rata-rata aritmatika dari V2U dan
V2D, tetapi rata-rata harmonik dikalikan cosinus dari sudut kemiringan:
2𝑉2𝑈 𝑉2𝐷
𝑣2 = 𝑐𝑜𝑠𝛾 (2.6)
𝑉2𝑈 𝑉2𝐷
Proses Refraction tomography ini menggunakan model berupa blok-blok area yang
dapat diperhalus menjadi sebuah citra, sedangkan pemakaian model berupa lapisan akan
memberikan nilai kesalahan yang lebih besar karena perbedaan nilai Vp secara lateral
terutama pada lapisan dekat permukaan.
Metode refraksi tomografi ini diawali pembuatan model kecepatan awal, dan
kemudian dilakukan iterasi pelacakan sinar (forward refraction raytracing) melalui
model, membandingkan waktu tempuh perhitungan dengan waktu tempuh pengukuran,
memodifikasi model, dan mengulangi proses sampai perbedaan antara waktu
perhitungan dan pengukuran mencapai minimal.
20
Tujuan utamanya adalah untuk menemukan waktu tempuh minimum antara sumber
dan penerima untuk setiap pasangan sumber-penerima. Hal ini dicapai dengan
pemecahan untuk l (raypath) dan S (kecepatan invers atau slowness). Iterasi yang
digunakan adalah pendekatan non linear least-squares.
𝑙
𝑆=𝑣 (2.7)
Dengan
S = slowness
l = raypath
v = kecepatan gelombang P
𝑡𝑖 = ∑𝑁
𝑗=1 𝑆𝑗 𝑙𝑖𝑗 (2.8)
21
II.8 Metode Hagiwara
Salah satu metode menghitung waktu tiba gelombang seismik untuk mencerminkan
lapisan bawah permukaan adalah Metode Hagiwara. Metode ini merupakan metode
delay time yang berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu
besar. Kelebihan dari metode Hagiwara adalah lapisan bawah permukaan dapat
ditampilkan mengikuti kontur bawah permukaan. Berbeda dengan metode interceptime
yang menganggap lapisan bawah permukaan adalah flat (bidang). Terutama untuk
lapisan bawah permukaan yang harus detail, maka metode Hagiwara adalah metode
perhitungan yang menjadi pilihan utama.
Bila dinotasikan waktu perambatan gelombang bias dari titik tembak A ke titik
penerima P dengan Tap, waktu perambatan dari B ke P dengan Tab, Tap ditunjukkan
oleh persamaan:
ℎ𝐴 cos 𝑖 𝑋
𝑇′𝐴𝑃 = +𝑉 (2.11)
𝑉1 2
22
Bila jarak ke titik penerima adalah x, dengan mengambil titik B sebagai titik asal maka
sebagai berikut
ℎ𝐵 cos 𝑖 𝑋
𝑇′𝐵𝑃 = +𝑉 (2.13)
𝑉1 2
𝑉
1
ℎ𝑝 = 2cos (𝑇 + 𝑇𝐴𝑃− 𝑇𝐴𝐵 ) (2.14)
𝑖 𝐴𝑃
𝑉
ℎ𝑝 = cos1 𝑖 (𝑇𝐴𝑃 − 𝑇′𝐴𝑃 ) (2.15)
Atau
𝑉
ℎ𝑝 = cos1 𝑖 (𝑇𝐵𝑃 − 𝑇′𝐵𝑃 ) (2.16)
23
III.1. Prosedur Penelitian
III.3.1 Akuisisi Data Seismik Refraksi
III.3.2 Pengolahan Data Seimik Refraksi
Praktikum ini menggunakan software Seismager untuk mengelolah data praktikum.
Prosedur kerjanya sebagai berikut :
a) Tahap ixseg2 menggunakan software Interpex Seismic Utility
1. Membuka software Interpex Seismic Utility / ixseg2
2. Klik file lalu open > import
24
5. Membuat nama file baru kemudian klik save
Gambar III.6 Tampilan layar kerja software pickkkwin & ketika memilih menu file
25
3. Mencari data seg klik open
Gambar III.8 Tampilan data yang siap di pickkk beserta menu edit/display (E)
26
6. Sebelum melakukan pengpickkkan, aturlah terlebih dahulu gelombang
yang terbentuk agar jelas bukit serta lembahnya dengan mengaturnya
pada tool yeng tersedia di Pickkkwin seperti pada Gambar III.10
27
Gambar III.14 Tampilan data yang telah di pickk
11. Save file hasil forward shot dengan mengklik menu file > save first
break pickkk file.
12. Ulangi langkah 2-11 untuk membuat reverse shot.
13. Namun pada setting geometrynya shot coordinat terhitung untuk jarak
akhir dari geophone yaitu 27 selebihnya sama dengan langkah
sebelumnya.
28
Gambar III.17 Tampilan setelah mempickkk forward & reverse shot
29
3. Kemudian akan muncul gambar seperti berikut :
30
5. Klik pertemuan antara dua diagonal (tengah-tengahnya) hingga berubah
menjadi berwarna hijau.
31
8. Selanjutnya akan muncul dua lapisan yang berwarna merah mudah dan
biru, dimana lapisan pertama mewakili V1 dan lapisan ke dua mewakili
V2.
9. Selanjutnya klik file > save plotrefa file untuk menyimpan yang telah
dikerja.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2017.https://www.researchgate.net/figure/209804073_fig2_Figure-2-Seismic-
refraction-survey-for-interface-inclined-to-surface-a-Ray-paths-b. Diakses
pada 18 November 2017.
N. K. Adnyawati, et. Al. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Universitas Tadulako.
Priyantari, Nurul. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode Seismik
Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal
Ilmu Alam.
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara :
USU Digital Library
Sismanto. (2006). Dasar-Dasar Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik.
Yogyakarta: Laboratorium Geofisika FMIPA UGM.
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. 1976. Applied geophysics,
New York: Cambridge University Press.
33