Anda di halaman 1dari 33

Laporan Lengkap

Praktikum Lapangan
SEISMIK REFRAKSI

Disusun oleh :

Kelompok 3

Nur Yaumil Akhir (H22115004) Dewi Fadillah (H22115028)

Diky Prayudi Anggara (H22115011) Farida Hidayati (H22115501)

Riatna (H22115013) Husnul Khatimah (H22115505)

Rahayu Nindah (H22115024) Muh. Aqsa setiadi Harun (H22115506)

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM LAPANGAN SEISMIK REFRAKSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Mata Kuliah


Seismi Refraksi pada program Studi Geofisika-Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin

Penyusun,

Kelompok III

NUR YAUMIL AKHIR


DIKY PRAYUDI
RIATNA
RAHAYU NINDAH
DEWI FADILLAH
FARIDA HIDAYATI
HUSNUL KHATIMAH
MUH. AQSA SETIADI HARUN

Mengetahui,
Asisten Praktikum Seismik Refraksi 2017
No. Nama Tanda Tangan
1. Alifka Cendana Putri
2.
3.

Menyetujui,
Dosen
Mata kuliah Seismik Refraksi

Sabrianto Aswad, S.Si., MT


NIP. 197805242005011002

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur kehadirat Tuhan yang


Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan lengkap praktikum Seismik Refraksi dan dapat disusun sebaik
mungkin.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada asisten kami serta teman-teman praktikan lainnya yang senantiasa mendampingi
kami sejak awal praktikum sampai kepada pembuatan laporan lengkap Seismik Refraksi
ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Meskipun laporan ini telah disusun dengan sebaik mungkin, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa pada laporan ini masih terdapat kesalahan. Maka dari itu, kami
kelompok 3 memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalah dan
menerima kritikan dan saran sebagai penyempurnaan laporan ini. Terima kasih.

Makassar, November 2017

Penyusun

Kelompok 3

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... 2

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 3

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 4

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 7

I.1 Latar Belakang ................................................................................................. 7

I.2 Tujuan ............................................................................................................... 8

I.3 Ruang Lingkup ................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 9

II.1 Geologi Regional .......................................................................................... 9

II.2 Gelombang seismic ....................................................................................... 10

II.3 Hukum Fisika Gelombang Seismik .............................................................. 11

II.4Konsep Dasar Metode Seismik Refraksi ............................................. 12

II.5 Akuisisi Pada Metode Seismik Refraksi ........................................................ 13

II.6 Penentuan Ketebalan Batuan ......................................................................... 18

II.7 Refraction Tomography ................................................................................. 20

II.8 Metode Hagiwara ........................................................................................... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 24

III.1 Waktu dan tempat praktikum..................................................................................

III.2 Alat dan bahan praktikum .............................................................................

4
III.3 Prosedur penelitian/praktikum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

BAB V PENUTUP ........................................................................................................

V.1 Kesimpulan ....................................................................................................

V.2 Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Pembiasan dengan sudut kritis…………...…………………………….12

Gambar II.2. Metode seismik refraksi………………………………………………..16

Gambar II.3. Kurva travel time pada banyak lapis…………………………………...20

Gambar II.4. Lintasan penjalaran gelombang seismik refraksi………………………20

Gambar II.5. Pengukuran dengan menggunakan metode delay time………………...21

Gambar II.6. Perhitungan waktu tempuh gelombang dengan raytracing…………….22

Gambar II.7. Lintasan gelombang bias untuk struktur dua lapis…………………….23

Gambar II.8. Kurva waktu rambat dan waktu rambat kecepatan……………………25

6
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bumi sebagai tempat tinggal manusia secara alami menyediakan sumber daya alam
yang berlimpah. Sebagai generasi penerus bangsa harus berupaya untuk dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraan bangsa. Keterbatasan ilmu
untuk mengelola sumber daya alam tersebut menjadi kendala untuk melangkah lebih
lanjut. Sehingga perlu pemahaman dalam menentukan metode untuk mengungkap
suatu informasi yang terdapat di bawah permukaan bumi. Struktur bawah permukaan
bumi dapat dikaji baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengkajian secara
langsung dapat ditempuh dengan melakukan pengkajian ke pusat bumi, dan mengambil
material penyusun bumi pada berbagai kedalaman untuk dianalisis. Tetapi cara ini tidak
praktis karena untuk mengetahui seluruh struktur bumi harus melakukan penggalian
sedalam ± 6400 km. Pengkajian secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan metode-metode geofisika.

Dengan menggunakan metode-metode geofisika, maka akan diperoleh data-data yang


akan menampilkan permukaan bawah bumi sesuai dengan parameter-parameter lainnya
seperti, mekanika, magnetik, daya hantar listrik, densitas, dan lain sebagainya. Dengan
semakin berkembangnya metode dan teknologi untuk kepentingan eksplorasi geofisika,
maka semakin banyak pilihan yang diambil ketika akan melakukan suatu eksplorasi.
Masalah efisiensi dan ke efektifan suatu metode menjadi salah satu pertimbangan
utama.

Metode seismik refraksi menjadi salah satu metode yang cukup efektif dan tidak
membutuhkan biaya yang terlalu besar. Pada dasarnya dalam metode ini adalah
pemberian suatu gangguan berupa gelombang seismik pada suatu sistem dan kemudian
gejala fisisnya diamati dengan menangkap gejala tersebt melalui geophone. Waktu

7
tempuh gelombang antara sumber getaran dengan penerima akan memberikan
gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan (Telford,2004).

I.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode seismik refraksi yang di
lakukan di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Metode yang digunakan
adalah seismik refraksi.

I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari praktikum ini adalah:

1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib yaitu metode seismik refraksi.
2. Untuk mengaplikasikan teori geofisika yang diperoleh di dalam kelas.

I.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:

1. Mampu mengoperasikan alat refraksi


2. Mampu mengolah data seismik refraksi dengan menggunakan aplikasi Seisimager
dan plotrefa
3. Mampu mengetahui struktur bawah permukaan melalui penjalaran gelombang
seismik refraksi pada medium elastisitas suatu batuan.
4. Untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan di lokasi pengukuran

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional

Secara regional, geologi pulau Sulawesi dan sekitarnya termasuk kompleks, yang
disebabkan proses divergensi dari tiga lempeng Litosfer, yaitu : Lempeng Australia
yang bergerak ke Utara, Lempeng Pasifik yang bergerak ke Barat, dan Lempeng
Eurasia yang bergerak ke Selatan-Tenggara.

Selat Makassar yang memisahkan platform Sunda (bagian Lempeng Eurasia) dari
Lengan Selatan dan Tengah, terbentuk dari proses pemekaran lantai samudera pada
Miosen (Hamilton, 1979, 1989; Katili, 1978, 1989). Bagian utara Pulau Sulawesi adalah
Palung Sulawesi utara yang terbentuk akibat proses subduksi kerak samudera laut
Sulawesi. Di Lengan Tenggara dengan bagian utara Laut Banda sepanjang Tunjaman
Tolo (Silver et al., 1983a,b). kedua struktur mayor tersebut (Palung Sulawesi Utara dan
Tunjaman Tolo) dihubungkan oleh Sistem Sesar Palu-Koro-Matano.

Berdasarkan Asosiasi Litilogi dan perkembangan tektoniknya, Sulawesi dan pulau-


pulau di sekitarnya dibagi ke dalam Lima Propinsi tektonik, yaitu Busur Volaknik
Tersier Sulawesi Barat, Busur Volaknik Kuarter Minahasa-Sangihe, Sabuk Metamorfik
Kapur-Paleogen Sulawesi Tengah, Sabuk Ofiolit Kapur Sulawesi Timur dan asosiasi
sedimen pelagisnya, serta fragmen Mikro-Kontinen Paleozoikum Banda yang berasal
dari Kontinen Australia. Kontak antara ke lima propinsi tersebut berupa kontak sesar
(Hamilton, 1978, 1979; Sukamto & Simandjuntak, 1983; Metcalfe, 1988, 1990;
Audley-Charles & Harry, 1990; Audley-Charles, 1991; Davidson, 1991).

9
II.2 Gelombang Seismik

Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.


Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik
ada yang merambat melalui interior bumi yang disebut Gelombang Badan dan ada juga
yang merambat melalui permukaan bumi yang disebut Gelombang Permukaan .
Gelombang Badan dibedakan menjadi dua berdasarkan arah getarnya yaitu gelombang
P (Longitudinal) dan gelombang S (transversal). Sedangkan Gelombang Permukaan
terdiri atas Raleigh wave (ground roll) dan Love wave (Telford, 1976).

Dalam menentukan litologi batuan dan struktur geologi, metode seismik aktif
dikategorikan menjadi dua bagian yaitu metode seismik refleksi dan seismik refraksi.
Metode seismik refleksi biasanya digunakan untuk menentukan litologi batuan dan
struktur geologi pada kedalaman yang dalam sedangkan metode seismik refraksi
digunakan untuk menentukan litologi dan struktur geologi yang relatif dangkal (Telford,
1976).

Suatu sumber energi dapat menimbulkan bermacam–macam gelombang,


masing–masing merambat dengan cara yang berbeda. Gelombang seismik dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu:

1. Gelombang badan (body waves) yang terdiri dari gelombang longitudinal


(gelombang P) dan gelombang transversal (gelombang S). Gelombang ini
merambat ke seluruh lapisan bumi.
2. Gelombang permukaan (surface waves) yang terdiri dari gelombang Love,
gelombang Raleygh dan gelombang Stoneley. Gelombang ini hanya merambat
pada beberapa lapisan bumi, sehingga pada survei seismik refleksi (survei
seismik dalam) gelombang ini tidak digunakan (Sismanto, 1999).

Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan V1


menuju bidang batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis
sepanjang interface dengan kecepatan V2 (Gambar II.1). Dengan menggunakan prinsip

10
Huygens pada interface, gelombang ini kembali ke permukaan sehingga dapat diterima
oleh penerima yang ada di permukaan (Telford, 1976).

Gambar II.1 Pembiasan dengan sudut kritis (Sumber Telford)

Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau melakukan
interpretasi hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang akurat. Data-data
waktu dan jarak dari kurva travel time diterjemahkan menjadi suatu penampang
seismik, dan akhirnya dijadikan menjadi penampang geologi (Telford, 1976).

a. Penjalaran gelombang seismik adalah sebagai berikut (Susilawati, 2004):


Panjang gelombang seismik lebih panjang dari ketebalan lapisan bumi. Hal ini
memungkinkan setiap lapisan bumi akan terdeteksi.
b. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar seismik yang memenuhi hukum
Snellius dan prinsip Huygens.
c. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan di bawahnya. Kecepatan gelombang bertambah dengan
bertambahnya kedalaman.

II.3 Hukum Fisika Gelombang Seismik

Prinsip dasar metode seismik refraksi mengikuti prinsip fisika tentang perambatan
gelombang antara lain (Susilawati, 2004) :

1. Prinsip Fermat yaitu penjalaran gelombang dari suatu titik ke titik lainnya akan
melewati lintasan dengan waktu minimum.
2. Prinsip Huygen setiap titik yang dilalui muka gelombang akan menjadi sumber
gelombang baru.

11
3. Prinsip Snellius Gelombang yang merambat dan melalui medium yang berbeda
akan mengalami pembiasan maupun pemantulan. Adapun dalam pembiasan
maupun pemantulannya akan mengikuti persamaan berikut :

sin 𝜃1 𝑉
= 𝑉1 (2.1)
sin 𝜃2 2

dimana:

θ1 = Sudut datang

θ2 = Sudut bias

V1 = Kecepatan gelombang pada medium 1

V2 = Kecepatan gelombang pada medium 2

4. Sudut Kritis ,sudut datang yang menghasilkan gelombang bias sejajar bidang
batas (r = 90)atau (q2 = 900) maka persamaannya akan berubah menjadi :

𝑉
sin 𝜃1 = 𝑉1 (2.2)
2

dikarenakan sin 90ᵒ = 1

Dalam penjalaran gelombang seismic gelombang yang datang pertama kali adalah
gelombang langsung (jaraknya paling kecil) setelah itu adalah gelombang bias dan yang
paling terakhir ditangkap adalah gelombang pantul (refleksi).

II. 4 Konsep Dasar Metode Seismik Refraksi

Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang


untuk menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik (seismic source) menuju
penerima (receiver) pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang
terjadi setelah usikan pertama (first break) diabaikan, sehingga sinyal yang datang
setelah first break diabaikan karena gelombang refraksi merambat paling cepat
dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak offset yang relatif dekat
sehingga yang dibutuhkan adalah sinyal first break yang diterima oleh setiap

12
geophone. Parameter jarak (offset) dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan
dengan cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat
gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material
yang dikenal sebagai parameter elastisitas (Telford, 1976).

Metode seismik refraksi adalah metode geofisika yang digunakan untuk


mengidentifikasi kondisi bawah permukaan bumi berdasarkan waktu tiba penjalaran
gelombang seismik dari sumber menuju ke geophone. Gelombang seismik yang
diamati adalah gelombang seismik yang terbiaskan pada batas perlapisan litologi.
Kurva waktu tiba terhadap jarak (offset) digunakan untuk menafsirkan kondisi bawah
permukaan(Telford, 1976).

Menurut Sismanto (2006), asumsi dasar yang dipakai untuk penelitian dengat
target dangkal adalah:

a. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan


gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda- beda.
b. Semakin bertambah kedalamannya, densitas batuan semakin tinggi,
c. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan batuan,
d. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
memenuhi hukum-hukum dasar lintasan sinar,
e. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan dibawahnya

II.5 Akuisisi pada Metode Seismik Refraksi

Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel
time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada
jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu
sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan
transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat,
singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan
untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun. Sumber energi vibrator merupakan
sumber energi dengan durasi beberapa detik. Panjang sinyal input dapat bervariasi.

13
Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi
menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.

Perekaman data seismik melibatkan detektor dan amplifier yang sangat sensistif
serta magnetic tape recorder. Alat untuk menerima gelombang-gelombang refleksi
untuk survei seismik di laut adalah hidropon. Hidropon merespon perubahan tekanan.
Hidropon terdiri atas kristal piezoelektrik yang terdeformasi oleh perubahan tekanan air.
Hal ini akan menghasilkan beda potensial output. Elemen piezoelektrik ditempatkan
dalam suatu kabel streamer yang terisi oleh kerosin untuk mengapungkan dan insulasi.

Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari hidropon
sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu yang sangat singkat, maka
sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan filter untuk meredam
frekuensi yang tidak diinginkan.

Dalam survei seismik refraksi dilakukan desain survei konfigurasi peralatan yang
disusun seperti pada Gambar II.2. Geophone dan sumber gelombang ditempatkan pada
suatu garis lurus (line seismik). Near offset, far offset, dan jarak antar geophone
ditentukan berdasarkan kondisi lapangan tempat melakukan survei. Pengambilan data
dilakukan dengan memberikan sumber getar yang dalam penelitian ini menggunakan
weightdrop seberat 50 kg untuk jarak 10 meter dari geophone yang pertama. Sistem
perekaman dilakukan oleh 12 geophone dalam satu garis lurus dengan sumber getar.
Pasangan geophone ditempatkan dengan masing-masing spasi geophone yang telah
ditentukan yaitu 2 meter.

Pengukuran dilakukan dengan memberikan impuls vertikal pada permukaan tanah


dan merekam sinyal yang terjadi, sensor diletakkan sepanjang garis lurus dari sumber
impuls. Sensor yang digunakan adalah seismometer darat yaitu geophone. Akuisisi
dalam pengambilan data seismik menggunakan cara end-on (Common Shot). Dari
akusisi data ini akan didapatkan data mentah seismik, berupa trace-trace seismik dari
geophone yang merekam waktu tempuh gelombang seismik.

Peralatan yang digunakan dalam survei seismik refraksi antara lain geophone,
seismograph, baterai, kabel, radio dan portabel drill. Sumber energi yang biasa

14
digunakan dalam survei ini antara lain Buffalo gun (Energi lebih banyak), Sledge
hammer (mudah digunakan dan murah), bahan peledak (lebih banyak energi yang
dihasilkan), drop weight (membutuhkan daerah yang datar), serta air gun yang biasanya
digunakan untuk survei di danau atau laut. Dinamit yang digunakan bermerk Power
Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan
berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan
detenator atau ‘cap’ sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang pula anchor agar
dinamit tertancap kuat di dalam tanah. Pemasangan dinamit (Preloading) dilakukan
langsung setelah pemboran selesai, dengan tujuan untuk menghindari efek
pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu
loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah mempunyai pengetahuan
keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis
dari migas.

Gambar II.2 Metode seismik refraksi

Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang
harus diperhatikan. Trace adalah point untuk data seismic yang terekam oleh satu
perekam (geophone), sedangkan trace interval sendiri adalah jarak antar trace. Station
unit adalah alat yang di gunakan sebagai pengubah sinyal yang di terima yaitu sinyal
analog ke dalam sinyal digital. Far Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan
trace terjauh terjauh. Near Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan trace
terdekat. Jumlah shot point adalah banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan.
Jumlah Trace banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP. Record length adalah
lamanya merekam gelombang seismic. Fold coverage adalah Jumlah atau seringnya
suatu titik di subsurfece terekam oleh geophone di permukaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuisisi yaitu:

15
1. Mencari informasi literatur mengenai daerah tersebut, diantaranya apakah
pernah dilakukan penelitian dengan metode geofisika tertentu. Agar diperoleh
point survey.
2. Mencari informasi mengenai kondisi/struktur geologi area, misalnya peta
geologi.
3. Tentukan tujuan/main goal dari akuisisi
4. Dibuat design survey dengan menyesuaikan kondisi lapangan. Design survey
dibuat serapat/seideal mungkin agar didapat data yang diinginkan.

Ditentukan konfigurasi yang akan diterapkan di lapangan, serta Source yang akan
digunakan

Mengecek kelengkapan sebagai berikut :

1. Kalibrasi alat
2. Akomodasi transportasi
3. Job description masing-masing peserta survei
4. Form data akuisisi

Dalam survey seismik refraksi pada umumnya dilakukan prosedur sebagai


berikut:

1. Menyusun konfigurasi peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada umumnya


geophone dan sumber gelombang dipasang dalam satu garis lurus (line seismic).
Jarak pisah antara geophone adalah jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi
lapangan.
2. Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan sumber
imformasi struktur bawah permukaan bumi secara detail. Sumber gelombang
yang berada di tengah spread (satu rangkaian geophone) diharapkan dapat
mendeteksi lapisan paling atas, dan sumber gelombang yang berada di luar
spread diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling bawah yang dapat dicapai
(lapisan bed rock).
3. Data yang diperoleh dari survey seismik refraksi adalah waktu tempuh jalar
gelombang dari sumber ke tiap geophone yang disebut travel time.

16
4. Untuk survei yang efisien, minimal harus ada 2 offset shots, 2 end shots, dan 2
center shot (Priyantari, 2009).

Dapat digunakan seperti metode berikut ini

1. Membuat bentangan berupa garis lurus


2. Menentukan jarak antar geophone dan menentukan titik tembak dengan
memperhatikan kondisi lingkungan
3. Memasang geophone dengan interval 3 meter
4. Menentukan arah bentangan dengan menggunakan kompas dan mengukur posisi
tiap geophone
5. Menghubungkan semua geophone dengan utama (seismograf) unit
menggunakan kabel konektor
6. Mengoperasikan alat Pasi
7. Memberi gangguan pada shoot point pada enset 1 dan enset 2. Dimana ensed 1
berada pada 1,5 meter sebelum geophone pertama dan ensed 2 berada 1,5 meter
setelah geophone 24
8. Merekam data berupa respon yang diperoleh berupa penjalaran gelombang di
bawah permukaan yang akan terekam otomatis pada alat pasif.
9. Selanjutnya lintasan pengukuran dipindahkan lagi ke lintasan berikutnya dan
mengikuti urutan kerja seperti pada point 1 – 8 (Adnyawati, 2012).

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah nois yang
sifatnya mengganggu. Ada beberapa hal penyebab noise antara lain adalah angin,
pohon, aliran sungai (parit), benda-benda lain yang bergerak dekat dengan geophone
(orang berjalan, sepeda motor, dan sebagainya). Untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, nois ini harus ditekan sekecil mungkin. Ada dua macam nois yang dapat
dibedakan,

1. Nois yang timbul sesaat kemudian lenyap. Noise ini diakibatkan oleh orang
berjalan, motor/mobil, dan sebagainya. Untuk menghindari noise semacam ini,
pada saat sumber gelombang (source) ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada
sesuatu yang bergerak di sekitar geophone.

17
2. Nois yang timbul terus menerus. Nois ini biasanya ditimbulkan oleh angin,
pohon (bergoyang), aliran air sungai, dan sebagainya. Untuk menghindari
keadaan semacam ini sebaiknya setiap kali mengadakan pengukuran seismik,
diadakan terlebih dahulu “noise tes”. Jika nois yang timbul cukup kecil
dibanding dengan sinyal yang dihasilkan maka pengukuran dapat dilaksanakan.
Tetapi jika nois cukup besar dibanding sinyal, pengukuran perlu ditunda
beberapa saat sampai nois menjadi kecil.

Untuk menghindari noise, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-stack) beberapa
kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan jelas. Dilakukan demikian karena
dengan stacking, sinyal dijumlahkan sedang noise ditiadakan (noise bersifat random dan
acak). Sebelum melakukan pengukuran ditentukan terlebih dahulu garis lintasan
pengukuran, lintasan pengukuran diusahakan datar dan mewakili daerah seismik
penelitian atau dengan kata lain penempatan lintasan penelitian didasarkan pada
pertimbangan teknis dan kaitannya dengan usaha untuk mendapatkan gambaran
keadaan bawah permukaan yang memadai (Adnyawati, 2012).

II.6 Penentuan Ketebalan Lapisan Batuan

Perhitungan yang digunakan dalam metode seismik refraksi adalah dengan


menghitung waktu pertama kali gelombang yang berasal dari sumber seismik diterima
oleh setiap penerima (travel time). Dengan mengetahui jarak setiap geophone dengan
sumber seismik dan waktu penjalaran gelombang kemudian dibuat grafik hubungan
antara jarak dengan waktu. Dengan mengetahui gradien/slope dari grafik tersebut maka
akan didapatkan nilai kecepatan. Kedalaman lapisan batuan dapat ditentukan dengan
menggunakan dua cara yaitu berdasarkan intercept time (Ti) dan berdasarkan jarak
kritis (Xc) (Gambar II.3).

18
Gambar II.3. Kurva travel time pada banyak lapis (Sumber Anonim)

Gambar II.4. Lintasan penjalaran gelombang refraksi (Sumber Telford)

Jika dibawah permukaan bumi terdapat dua lapisan batuan yang dibatasi oleh
interface datar maka waktu tempuh gelombang refraksi (t) untuk merambat dari sumber
seismik menuju penerima akan melalui lintasan A-B-C-D (Gambar II.4).

Dengan menggunakan intercept time dan jarak kritis (X0) dapat diketahui
kedalaman interface untuk sejumlah n refraktor data yaitu:

𝑥 2ℎ𝑖 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑖
𝑡𝑛 = 𝑣 + ∑𝑛−1
𝑖 (2.3)
𝑣

𝑣 2ℎ𝑖 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑖
𝑛
ℎ𝑠 = 2𝑐𝑜𝑠𝜃 (𝑡𝑠 − ∑𝑛−1
𝑖 (2.4)
𝑛 𝑣𝑛

Kondisi lapisan bawah permukaan tidak selamanya datar, namun ada lapisan
permukaan berupa lapisan miring (Gambar II.5). Pengukuran pada lapisan miring
dilakukan dengan metode bolak-balik yaitu forward shot atau downdip (pengukuran
kearah perlapisan turun) atau reverse shot atau updip (pengukuran kearah lapisan naik).

19
Untuk mengetahui ketebalan lapisan yang tidak diketahui kondisi interface-nya
biasanya menggunakan metode waktu tunda. Pada perlapisan miring, sudut kemiringan
diperoleh dari:

1 𝑉1 𝑉1
𝑦 = 2 | sin−1(𝑉23) − sin−1(𝑉23) | (2.5)

Nilai kecepatan lapisan kedua (V2) bukan nilai rata-rata aritmatika dari V2U dan
V2D, tetapi rata-rata harmonik dikalikan cosinus dari sudut kemiringan:

2𝑉2𝑈 𝑉2𝐷
𝑣2 = 𝑐𝑜𝑠𝛾 (2.6)
𝑉2𝑈 𝑉2𝐷

Gambar II.5. Pengukuran dengan menggunakan metode delay time bolak-balik


(Sumber Telford)

II.7 Refraction Tomography

Proses Refraction tomography ini menggunakan model berupa blok-blok area yang
dapat diperhalus menjadi sebuah citra, sedangkan pemakaian model berupa lapisan akan
memberikan nilai kesalahan yang lebih besar karena perbedaan nilai Vp secara lateral
terutama pada lapisan dekat permukaan.

Metode refraksi tomografi ini diawali pembuatan model kecepatan awal, dan
kemudian dilakukan iterasi pelacakan sinar (forward refraction raytracing) melalui
model, membandingkan waktu tempuh perhitungan dengan waktu tempuh pengukuran,
memodifikasi model, dan mengulangi proses sampai perbedaan antara waktu
perhitungan dan pengukuran mencapai minimal.

20
Tujuan utamanya adalah untuk menemukan waktu tempuh minimum antara sumber
dan penerima untuk setiap pasangan sumber-penerima. Hal ini dicapai dengan
pemecahan untuk l (raypath) dan S (kecepatan invers atau slowness). Iterasi yang
digunakan adalah pendekatan non linear least-squares.

𝑙
𝑆=𝑣 (2.7)

Dengan

S = slowness

l = raypath

v = kecepatan gelombang P

dalam bentuk diskrit, dihasilkan waktu tempuhnya adalah:

𝑡𝑖 = ∑𝑁
𝑗=1 𝑆𝑗 𝑙𝑖𝑗 (2.8)

Sehingga waktu tempuh dalam bentuk matrik adalah:

𝑙11 𝑙12 𝑙1𝑁 𝑠1 𝑡1


𝐿𝑆 = ( 𝑙21 𝑙22 𝑙2𝑛 ) (𝑠2 ) = (𝑡2 )=T (2.9)
𝑙𝑚2 𝑙𝑚2 𝑙𝑚𝑛 𝑠3 𝑡3

Gambar II.6. Perhitungan waktu tempuh gelombang dengan raytracing.

21
II.8 Metode Hagiwara

Salah satu metode menghitung waktu tiba gelombang seismik untuk mencerminkan
lapisan bawah permukaan adalah Metode Hagiwara. Metode ini merupakan metode
delay time yang berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu
besar. Kelebihan dari metode Hagiwara adalah lapisan bawah permukaan dapat
ditampilkan mengikuti kontur bawah permukaan. Berbeda dengan metode interceptime
yang menganggap lapisan bawah permukaan adalah flat (bidang). Terutama untuk
lapisan bawah permukaan yang harus detail, maka metode Hagiwara adalah metode
perhitungan yang menjadi pilihan utama.

1. Perhitungan dengan metode Hagiwara dikembangkan untuk struktur bawah


permukaan yang terdiri dari dua lapisan. Bidang batas lapisan yang
diperlihatkan oleh oleh hasil perhitungan merupakan rata-rata kedalaman yang
memiliki kerapatan yang berbeda. Bila kerapatan berbeda maka kecepatan
gelombang seismiknya juga berbeda, sehingga arah penjalaran gelombang
seismik akan mengalami pembiasan, seperti gambar berikut(Priyantari, 2009):

Gambar II.7. Lintasan gelombang bias untuk struktur dua lapis


( Sumber Priyantari)

Bila dinotasikan waktu perambatan gelombang bias dari titik tembak A ke titik
penerima P dengan Tap, waktu perambatan dari B ke P dengan Tab, Tap ditunjukkan
oleh persamaan:

(𝑇𝐴𝑃 +𝑇𝐵𝑃 −𝑇𝐴𝐵 )


𝑇′𝐴𝑃 = 𝑇𝐴𝑃 − (2.10)
2

ℎ𝐴 cos 𝑖 𝑋
𝑇′𝐴𝑃 = +𝑉 (2.11)
𝑉1 2

(𝑇𝐴𝑃 +𝑇𝐵𝑃 −𝑇𝐴𝐵 )


𝑇′𝐵𝑃 = 𝑇𝐵𝑃 − (2.12)
2

22
Bila jarak ke titik penerima adalah x, dengan mengambil titik B sebagai titik asal maka
sebagai berikut

ℎ𝐵 cos 𝑖 𝑋
𝑇′𝐵𝑃 = +𝑉 (2.13)
𝑉1 2

Kedalaman hp dan titik penerima P dapat diperoleh dari:

𝑉
1
ℎ𝑝 = 2cos (𝑇 + 𝑇𝐴𝑃− 𝑇𝐴𝐵 ) (2.14)
𝑖 𝐴𝑃

Jadi harga kedalaman hp dapat dihitung dari persamaan berikut:

𝑉
ℎ𝑝 = cos1 𝑖 (𝑇𝐴𝑃 − 𝑇′𝐴𝑃 ) (2.15)

Atau

𝑉
ℎ𝑝 = cos1 𝑖 (𝑇𝐵𝑃 − 𝑇′𝐵𝑃 ) (2.16)

Gambar II.8. Kurva waktu rambat dan waktu rambat kecepatan


(Sumber Anonim)

23
III.1. Prosedur Penelitian
III.3.1 Akuisisi Data Seismik Refraksi
III.3.2 Pengolahan Data Seimik Refraksi
Praktikum ini menggunakan software Seismager untuk mengelolah data praktikum.
Prosedur kerjanya sebagai berikut :
a) Tahap ixseg2 menggunakan software Interpex Seismic Utility
1. Membuka software Interpex Seismic Utility / ixseg2
2. Klik file lalu open > import

Gambar III.1 Tampilan intro software Interpex Seismic Utility

3. Pilih file yang akan di import (forward shot) > OK

Gambar III.2 kotak dialog yang muncul

4. Selanjutnya klik file lalu mengklik export file to SEG2

Gambar III.3 Tampilan setelah diimport dan ingin menexport SEG2

24
5. Membuat nama file baru kemudian klik save

Gambar III.4 Tampilan hasil export dan ingin mensave hasil

6. Akan muncul SEG-2 Output Parameter lalu klik OK

Gambar III.5 Tampilan kotak dialog SEG-2 Output Parameter

7. Ulangi langkah 2-6 untuk import (reverse shot).


b) Tahap Pickkking menggunakan software Pickkkwin
1. Membuka Software Pickkkwin
2. Klik file lalu open > mencari file SEG2file

Gambar III.6 Tampilan layar kerja software pickkkwin & ketika memilih menu file

25
3. Mencari data seg klik open

Gambar III.7 Kotak dialog open data


4. Klik edit/display (E) kemudian memilih edit source / receiver location
.Etc untuk mengatur geometrynya.

Gambar III.8 Tampilan data yang siap di pickkk beserta menu edit/display (E)

5. Mengatur shot coordinate (koordinat awal penembakan), group interval


(interval antar geophone) dan units (satuan) sesuai penempatan di
lapangan lalu klik set maka akan terlihat perubahan pada channel dan
geophone coordinat kemudian Ok.

Gambar III.9 Tampilan kotak dialog geometry

26
6. Sebelum melakukan pengpickkkan, aturlah terlebih dahulu gelombang
yang terbentuk agar jelas bukit serta lembahnya dengan mengaturnya
pada tool yeng tersedia di Pickkkwin seperti pada Gambar III.10

Gambar III.10 Tampilan menu pengatur pada software pickkkwin

Gambar III.11 Tampilan Gelombang yang telah diatur untuk


memperjelas gelombangnya
7. Mempickkk gelombang dengan mengklik tanda yang seperti huruf P
pada tabel menu.

Gambar III.13 Tampilan menu untuk melakukan pickkk


8. Kemudian akan muncul garis berwarna merah, atur garis pickkk tersebut
sehingga membentuk seperti diagonal kemudian klik tanda bintang yang
berwarna merah pada menu.

27
Gambar III.14 Tampilan data yang telah di pickk

9. Setelah di pickk menekan bentuk bintang yang ada di menu Pickkwin

Gambar III.15 Tampilan menu bintang setelah melakukan proses


pempickkkan
10. Kemudian akan menghasilkan gambar seperti berikut :

Gambar III.16 Tampilan setelah mengklik tanda bintang

11. Save file hasil forward shot dengan mengklik menu file > save first
break pickkk file.
12. Ulangi langkah 2-11 untuk membuat reverse shot.
13. Namun pada setting geometrynya shot coordinat terhitung untuk jarak
akhir dari geophone yaitu 27 selebihnya sama dengan langkah
sebelumnya.

28
Gambar III.17 Tampilan setelah mempickkk forward & reverse shot

14. Save kedua hasil pickk di pindah ke software plotrefa.


c) Tahap Plot menggunakan software Plotrefa
1. Membuka software Plotrefa

Gambar III.18 Tampilan software Plotrefa


2. Klik untuk membuka file (hasil pempickkan terakhir pada
software pickkkwin

Gambar III.18 Tampilan layar kerja software plotrefa & membuka


menu file

29
3. Kemudian akan muncul gambar seperti berikut :

Gambar III.19 Tampilan lembar kerja hasil pickking pada software


pickkkwin
4. Klik menu time term inversion > assign layer 2 arrival .

Gambar III.20 Tampilan menu time term inversion

Gambar III.21 Tampilan setelah mengklik menu assign layer 2 arrival

30
5. Klik pertemuan antara dua diagonal (tengah-tengahnya) hingga berubah
menjadi berwarna hijau.

Gambar III.22 Tampilan hasil pickking pada software plotrefa

6. Setelah muncul warna pada garis diagonalnya klik menu time-term


inversion > do time term inversion > topography > flat surface ( jika
data yang dipunya tidak memiliki topografi) jika iya klik open elevation
data file . Atur cell sizenya dengan ground surface elevator bernilai 0
lalu OK.

Gambar III.23 Kotak dialog Cell size

7. Selanjutnya mencatat nilai RMS Eror matrix inversion yang muncul


setelah mengklik tombol ok lalu OK

Gambar III.24 Nilai RMS Error

31
8. Selanjutnya akan muncul dua lapisan yang berwarna merah mudah dan
biru, dimana lapisan pertama mewakili V1 dan lapisan ke dua mewakili
V2.

Gambar III.25 Tampilan Hasil ploting dari pickkking data sebelumnya

9. Selanjutnya klik file > save plotrefa file untuk menyimpan yang telah
dikerja.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2017.https://www.researchgate.net/figure/209804073_fig2_Figure-2-Seismic-
refraction-survey-for-interface-inclined-to-surface-a-Ray-paths-b. Diakses
pada 18 November 2017.
N. K. Adnyawati, et. Al. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Universitas Tadulako.
Priyantari, Nurul. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode Seismik
Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal
Ilmu Alam.
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara :
USU Digital Library
Sismanto. (2006). Dasar-Dasar Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik.
Yogyakarta: Laboratorium Geofisika FMIPA UGM.
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. 1976. Applied geophysics,
New York: Cambridge University Press.

33

Anda mungkin juga menyukai