OLEH:
B11515859
TAHUN 2017/2018
I. KONSEP TEORI PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)
Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. (Suyono, 1990)
B. ETIOLOGI
1.Faktor penyebab :
a) Aterosklerosis
b) Spasme
c) Arteritis
2 ) Factor sirkulasi :
a) Hipotensi
b) Stenosos aorta
c) Infisiensi
3) Factor darah :
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) Polisitemia
1) Aktivitas berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) Hypertioidisme
1) Kerusakan miocard
2) Hypertropimiocard
3) Hypertensi diatolic
2.Factor predisposisi :
3) Hereditas
1) Mayor :
a) Hiperlipidemia
b) Hipertensi
c) Merokok
d) Diabetes
e) Obesitas
2) Minor :
a) Inaktivitas fisik
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak mereda,
biasanya diatas region sterna bawah dan abdomen bagian atas, ini merupkan gejala
utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan
istirahat atau nitrogliserin (NGT).
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes militus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan
pengalaman nyeri).
2. Laborat
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memucat
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 38-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
c. AST/SGOT
Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam,
kembali normal dalam 3-4 hari.
3. EKG
Perubahan EKG pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini
terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang
Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
D. PATOFISIOLOGI
Infark miokard akut merupakan suatu proses nekrosis miokard yang dicetuskan oleh
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan ini paling banyak disebabkan karena trombus yang
terbentuk akibat proses disrupsi atau erosi plak aterosklerosis. Apabila plak aterosklerosis tidak
stabil maka akan mengalami erosi. Erosi plak ini kemudian akan menimbulkan aktivasi dan
agregasi trombosit, pepengaktivasian jalur koagulasi dan vasokonstriksi endotel. Hal ini akan
memicu terbentuknya trombus dan oklusi arteri koroner. Penyebab lain selain aterosklerosis yang
dapat menyebabkan sumbatan atau hambatan aliran darah koroner berupa spasme pembuluh
darah, emboli koroner, dll.
Sumbatan koroner yang terjadi kemudian akan diikuti dengan penurunan suplai oksigen
ke otot jantung. Penurunan suplai yang diikuti dengan peningkatan kebutuhan oksigen miokard
akan menimbulkan iskemia. Iskemia yang timbul pada otot jantung kemudian akan memicu
metabolisme anaerob. Apabila terjadi metabolisme anaerob, maka sejumlah ATP akan
terdegradasi menjadi adenosin monophosphat (AMP) dan akumulasi asam laktat. Terbentuknya
AMP ini akan menimbulkan stimulasi pada reseptor alpha-1 pada ujung saraf jantung yang
kemudian menimbulkan perasaan nyeri. Sedangkan asam laktat yang terbentuk akan terdisosiasi
menjadi laktat dan asam (H+). Peningkatan jumlah asam seiring dengan peningkatan asam laktat
akan menimbulkan kebocoran saluran kalsium (Ca – channel) yang dapat memicu kelelahan
(musle fatigue).
Apabila proses iskemia berlangsung lebih lama, maka otot jantung akan mengalami
nekrosis sehingga terjadilah infark miokard akut. Infark pada miokard ini akan menyebabkan
kontraksi miokard akan menurun dan tidak efektif untuk memompa darah. Hal ini akan
menimbulkan penurunan stroke volume dan akhirnya terjadi penurunan curah jantung.
Penurunan kontraktilitas miokard pada ventrikel kiri (apabila terjadi infark di daerah
ventrikel kiri) akan menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena
penurnan kontraktilitas miokard disertai dengan peningkatan venous return (aliran balik vena).
Hal ini tentunya akan meningkatkan bendungan darah di paru – paru. Bendungan ini akan
menimbulkan transudasi cairan ke jaringan dan alveolus paru sehingga terjadilah oedema paru.
Oedema ini tentunya akan menimbulkan gangguan pertukaran gas di paru – paru.
Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka secara fisiologis tubuh akan melakukan
kompensasi melalui perangsangan sistem adrenergik dan RAA untuk mempertahankan curah
jantung ke arah normal. Sedangkan apabila tubuh tidak mampu lagi melakukan kompensasi,
maka penurunan curah jantung akan memicu penurunan aliran darah ke jaringan berlanjut.
Apabila terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, akan memicu retensi garam dan air oleh sistem
renin angiotensin aldosteron. Retensi ini akan menjadi lebih progresif karena tidak diimbangi
dengan peningkatan tekanan atrium kanan akibat proses dekompensasi, sehingga terjadi
kelebihan volume cairan yang berujung pada oedema perifer. Selain itu, penurunan aliran darah
ke otak juga dapat terjadi. Hal ini akan menyebabkan hipoksia serebral yang berujung pada
penurunan kesadaran. Jadi, patofisiologi infark miokard beserta komplikasinya sangat tergantung
pada luas serta tempat infark terjadi pada otot jantung.
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
2. Enzim jantung
c Peningkatan kadar LDH dalam 12-24 jam, memuncak dalam 12-48 jam, dan
memakan waktu yang lama untuk kembali normal.
3. Elektrolit
Leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan
dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA, menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergangtung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis.
7. GDA
Dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menetukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler
dan konfigurasi atau fungsi katup.
a.Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal
lokasi tau luasnya IMA
G. PENATALAKSANAAN
3. Monitor EKG
4. Infuse D5 10% 10-12 tetes/menit
A. PENGKAJIAN
1. PRIMER
a Airways
b Breathing
3) Ronchi, krekles
c Circulation
2) Takikardi
3) TD meningkat/menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
2. SEKUNDER
a. Aktifitas
Gejala:
1) Kelemahan
2) Kelelahan
Tanda :
1) Takikardi
b. Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
1) Tekanan darah
a) Dapat normal/naik/turun
Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
3) Bunyi jantung
4) Murmur
c) Edema
5) Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membrane mukosa atau bibir
c. Integritas ego
Gejala :
Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi akut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja,
keluarga
Tanda :
d Eliminasi
Tanda :
Tanda :
penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
f Hygiene
g Neurosensori
Gejala :
pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
Tanda :
Gejala :
5) Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus, hipertensi, lansia.
I Pernafasan :
Gejala :
1) Dispnea tanpa atau dengan kerja
2) Dispnea nocturnal
Tanda :
3) Pucat, sianosis
J Interaksi social
Gejala :
1) Stress
Tanda
3) Menarik diri
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
b Wajah meringis
c Gelisah
d Delirium
Kriteria Hasil :
c Tidak gelisah
d Nadi 60-100x/menit
e TD 120/80 mmHg
Tujuan :
Kriteria Hasil :
e. Nyeri dada
f. Gambaran foto torak terdapat pembesaran jantung dan kongestif paru (tidak
selalu)
g. HR lebih daru 100x/menit, TD > 120/80 AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa
CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
Tujuan :
Kriteria Hasil :
b Tidak sianosis
d RR 16-24 x/menit
g Nadi 60-100x/menit
h TD 120-80 mmHg
Tujuan :
Kriteria Hasil :
c Paru bersih
a Dispnea berat
b Gelisah
c Sianosis
d Perubahan GDA
e Hipoksmia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg
dan Saturasi < 80 mmHg) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kreteria hasi :
b Tidak gelisah
c GDA dalam batas normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi
< 80 mmHg)
Tujuan ;
Kreteria hasil :
c TD120-80 mmHg
Kriteria Hasil :
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi :
a. Pantau/catat karakteristik nyeri, laporan verbal, petunjuk non verbal, dan respon
hemodinamik ( meringis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, nafas cepat, TD/
frekuensi jantung berubah)
Rasional : Variasi penampilan dan prilaku papasien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian. Kebanyakan pasien dengan IMA tampak sakit, distraksi, dan
berfokus pada nyeri. Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan
berhubungan dengan cemas.
b. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi, intensitas
(0-10), lamanya, kualitas (dangkal/menyebar dan penyebaran
Rasional : Nyeri sebagai pengalaman subyektif dan harus digambarkan oleh pasien.
Bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman
yang lain.
c. Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau nyeri
IM. Diskusikan riwayat keluarga.
Rasional :Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya,sesuai dengan
identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau perikarditis.
Rasional : Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta
keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
Rasional: Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokard dan juga
mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
Rasional : Pemberian obat – obatan nantinya akan dapat membantu mengurangi nyeri
dan memberikan rasa nyaman kepada pasien. Obat – obat golongan vasodilator dapat
membantu meningkatkan suplai oksigen ke daerah yang iskemik, sedangkan golongan
beta bloker dan analgetik dapat membantu mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
a. Auskultasi TD. Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk, dan
berdiri bila bisa.
Rasional : Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktivitas sesuai
dengan terjadinya kompilkasi/disritmia (khususnya kontraksi ventrikel prematur atau
blok jantung berlanjut, yang mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatkan
kerusakan iskemik. Denyutan/fibrasi akut atau kronis mungkin terlihat pada arteri
koroner atau keteribatan katup dan mungkin atau tidak mungkin merupakan kondisi
patologi
Intervensi :
a) Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinou contoh cemas ,bingung,
letargi, pingsan.
Rasional : Perfusi selebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga
dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam-basa, hipoksia, atau emboli sistemik.
b) Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
c) Kaji tanda homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritmea, edema.
Rasional : Pompa jantung gagal dapat mencetuskan stres pernapasan. Namun dipsnea
tiba-tiba / berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru
e) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluaran urine, catat berat jenis sesuai
indikasi
Intervensi :
Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan kelebihan
volume/gagal jantung
e) Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tapi memerlukan pembatasan
pada adanya dekompensasi jantung.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau
kegagalan utama paru, perubahan membrane alveolar kapier (atelektasis, kopals jalan nafas/
alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan perdarahan aktif )
Intervensi :
Rasional : Kehilangan bunyi nafas aktif pada area ventilasi sebelum dapat menunjukkan
kolaps segmen paru
d. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga
mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan iskemia jantung
Intervensi :
b) Tingkatkan istirahat ( tempat tidur/kursi). Batasi aktivitas pada dasar nyeri/ respons
hemodinamik. Berikan aktivitas senggang yang tidak berat
Rasional : Aktivitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk (manuver Valsava)
dpaat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung, dan takikardi dengan
peningkatan TD.
d) Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas atau
memerlukan pelaporan pada perawat/dokter
Rasional : Palpitasi, nadi tak teratur, adanya nyeri dada, atau dispnea dapat
mengindikasikan kebutuhan perubahan program olahraga atau obat.
Intervensi :
b) Catat adanya kegelisahan, menolak , dan/atau menyangkal (afek tak tepat atau
menolak mengikuti program medis )
Rasional : Penelitian terhadap frekuensi hidup individu tipe A/tipe B dan dampak
penolakan telah berarti dua. Namun, penelitian menunjukkan beberapa hubungan antara
derajat/ekspresi marah atau gelisah dan peningkatan risiko IM.
c) Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan dan tinggal dengan pasien. Lakukan
tindakan bila pasien menunjukkan perilaku merusak
Rasional : Pasien mungkin tidak menunjukkan masalah secara langsung, tetapi kata-
kata / tindakan dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah. Intervensi dapat
membantu meningkatkan kontrol terhadap perilakunya sendiri.
e) Berikan periode istirahat/ waktu tidur yang tidak terputus, lingkungan tenang,
dengan tipe kontrol pasien, jumlah rangsang eksternal
Smeltzer,S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th
edition. Alih bahasa : Waluyo,A. Jakarta : EGC; 2000 (buku asli diterbitka 1996)