Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya alam yang ada di dunia terbagi menjadi sumber daya yang
dapat diperbaharui dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Mineral dan
bahan galian berharga yang ada di bumi termasuk kedalam sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui. Hal tersebut dikarenakan pembentukan dari keduanya
memerlukan waktu yang sangat panjang dan melalui proses yang alami.
Batubara merupakan salah satu bahan galian yang memerlukan waktu
pembentukan yang sangat panjang, selain itu juga terdapat tahapan-tahapan
sebelum akhirnya menjadi batubara. Proses dari pembentukan batubara tersebut
mempengaruhi klasifikasi dan kualitasnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pembahasan untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai seluk beluk
batubara baik secara definisi, klasifikasi maupun penentuan kualitasnya.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari laporan ini adalah agar dapat mengetahui lebih
dalam mengenai bahan galian batubara baik itu pengertian, proses
keterbentukan, klasifikasi dan juga kualitasnya.
1.2.2 Tujuan
 Mengetahui pengertian dari batubara itu sendiri.
 Mengetahui mengenai proses keterbentukan dari batubara.
 Mengetahui pengklasifikasian dari batubara.
 Mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhi nilai kualitas
batubara.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batubara


Secara umum, batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa-
sisa tumbuhan yang mengalami pelapukan dan beberapa tahapan lainnya
hingga mengalami proses coalification (pembatubaraan), oleh sebab itu batubara
disebut sebagai bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui. Batubara terdiri
dari unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) dan memiliki sifat
fisika dan kimia tertentu.
Untuk mempelajari genesa dari batubara, terdapat dua tahapan penting
yaitu gambut dan batubara. Kedua tahap tersebut merupakan hasil dari proses
berurutan yang berbahan dasar sama (tumbuhan). Wolf (1984) menyatakan
bahwa definisi dari keduanya adalah:
 Gambut
Batuan sedimen organik yang mudah terbakar, berasal dari tumpukan
hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam
kondisi tertutup udara (di bawah air), tidak padat, kandungan air > 75%
(berat) dan kandungan mineral < 50% dalam kondisi kering.
 Batubara
Batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan,
berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena
proses fisika dan kimia, yang mana mengakibatkan pengkayaan
kandungan karbonnya.
Proses pembentukan gambut dan batubara yang berasal dari tumbuhan
akan selalu mengalami dua tahap, yaitu tahap pembentukan gambut yang sering
disebut dengan proses peatification dan tahap pembentukan batubara yang
sering disebut dengan proses coalification. Dalam pembentukan gambut proses
yang berlangsung adalah proses biokimia, sedangkan untuk batubara proses
yang berlangsung adalah proses termodinamika.

2
3

Teori pembentukan batubara berdasarkan tempat keterbentukan dapat


dibagi menjadi 2, yaitu:
 In situ, lapisan batubara yang terbentuk pada tempat tumbuhan tersebut
terlapukan dan batubara yang terbentuk disebut autochtone.
 Drift, lapisan batubara yang terbentuk berasal dari bagian tumbuhan yang
terbawa oleh aliran sungai (air) yang terendapkan di hilir (delta) dan
batubara yang terbentuk disebut allotochtone.
Proses geologi juga dapat mempengaruhi pembentukan dari batubara.
Berikut ini adalah contoh dari proses-proses geologi yang dapat mempengaruhi
pembentukan batubara, antara lain:
 Batubara yang mengalami metamorfosa kontak akibat dari adanya intrusi,
sehingga menyebabkan derajat kualitas batubara tersebut meningkat,
seperti di Tambang Air Laya dan Balong Hijau.
 Terjadinya perlipatan pada zona perlipatan yang kuat juga akan
menyebabkan derajat kualitas batubara tersebut meningkat.
 Batubara mengalami metamorfosis akibat adanya dislokasi yang
merupakan efek dari terjadinya patahan, seperti di Ombilin, Sumatera
Barat..

2.2 Klasifikasi Batubara


Batubara dapat diklasifikasikan berdasarkan pada derajat dan
kualitasnya, yaitu:
a. Gambut (peat)
Golongan ini belum termasuk jenis dari batubara, namun merupakan
bahan bakar. Hal tersebut terjadi karena gambut merupakan fase awal
pembentukan batubara. Endapan ini masih memiliki sifat dasar dari
tumbuhan.
b. Lignite
Golongan ini telah memasuki proses selanjutnya berupa struktur kekar
dan gejala perlapisan. Endapan ini dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan sederhana namun terbatas, karena energi panas yang
dihasilkan sangat rendah.

c. Sub-Bituminous
Golongan ini sudah menampakan ciri-ciri proses selanjutnya yaitu dengan
warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Batubara jenis
4

ini dapat dimanfaatkan untuk pembakaran yang cukup namun dengan


temperatur yang tidak terlalu tinggi.
d. Bituminous
Golongan ini memiliki sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan
membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan sudah tidak
mengeluarkan gas beserta air bila dikeringkan. Batubara ini dapat
digunakan untuk kepentingan transportasi dan industri.
e. Antracite
Golongan ini memiliki ciri berwarna hitam, keras, kilap tinggi dan
pecahnya memperlihatkan pecahan konkoidal. Batubara ini akan
menghasilkan warna biru dari hasil pembakarannya dengan temperatur
yang tinggi. Biasanya digunakan untuk keperluan industri yang
membutuhkan pengasil panas yang sangat tinggi.

2.3 Kualitas Batubara


Secara umum, kuaitas batubara adalah sifat dari batubara baik itu secara
fisik maupun kimia yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas dari
batubara ditentukan oleh maseral, mineral matter penyusunnya dan tentunya
derajat coalification (kebatubaraan).
Pada umumnya, untuk dapat menentukan kualitas dari batubara itu
sendiri perlu dilakukan analisis terhadap batubara itu sendiri. Ada 2 macam
analisis yang harus dilakukan untuk menentukan kualitas batubara, yaitu:
 Analisis proksimat (proximate analysis) adalah analisis yang dilakukan
untuk menentukan kadar air (moisture), karbon padat (fixed carbon), zat
terbang (volatile matter) dan kadar abu (ash).
 Analisis ultimat (ultimate analysis) adalah analisis yang dilakukan untuk
menentukan unsur kimia pada batubara tersebut, seperti karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan unsur jarang.
Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan mengenai kedua analisis
yang digunakan untuk menentukan kualitas batubara, ada beberapa parameter
yang sering digunakan, antara lain adalah:
a. Kadar Air (Moisture)
Hasil analisis untuk kadar air (kelembaban) ini dibagi menjadi free
moisture (FM) dan inherent moisture (IM). Jumlah dari keduanya disebut
dengan Total Moisture (TM). Kadar air ini nantinya akan mempengaruhi
jumlah pemakaian udara primer yang digunakan untuk mengeringkan
batubara tersebut.
5

b. Zat Terbang (Volatile Matter)


Kandungan zat terbang pada batubara akan mempengaruhi
kesempurnaan pembakaran dan intensitas api yang dihasilkan. Hal
tersebut didasarkan pada perbandingan antara kandungan karbon
dengan kandungan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar
(fuel ratio). Semakin tinggi nilai rasio bahan bakarnya, maka jumlah
karbon di dalam batubara yang tidak terbakar akan semakin banyak. Jika
hasil dari perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1,2 maka pengapian
yang dihasilkan kurang bagus dan mengakibatkan kecepatan
pembakaran menurun.
c. Kadar Abu (Ash)
Nilai dari kadar abu ini akan mempengaruhi tingkat pengotoran, keausan
dan juga menyebabkan korosi pada peralatan yang dilaluinya.
d. Kadar Karbon (Fixed Carbon)
Kualitas dari batubara sebanding dengan nilai kadar karbonnya.
e. Kalori (Calorivic Value)
Nilai kalori mengindikasikan nilai energi yang terdapat pada batubara
tersebut serta merepresentasikan kombinasi pembakaran dari unsur-
unsur yang ada didalamnya.
f. Kadar Sulfur (Sulfur Content)
Kandungan sulfur pada batubara berpengaruh pada tingkat korosi dari
sisi dingin yang terdapat pada pemanas udara, terutama jika suhu
kerjanya lebih rendah daripada titik embun sulfur.
g. Ukuran (Coal Size)
Ukuran batubara biasanya dibatasi pada rentang butir halus dan kasar.
Untuk butir paling halus ukuran maksimumnya adalah 3 mm dan butir
paling kasar ukurannya hingga 50 mm.

h. Tingkat Ketergerusan (Hardgrove Grindability Index)


Nilai dari tingkat ketergerusan akan menentukan kinerja dari alat
pulverizer atau mill yang digunakan agar menghasilkan tingkat kehalusan
yang sama.
BAB III
KESIMPULAN

Dapat ditarik kesimpulan bahwa batubara termasuk kedalam sumberdaya


yang tidak dapat diperbaharui dan dapat digunakan sebagai bahan bakar baik
untuk kepentingan rumahan, industri maupun penghasil energi. Batubara
terbentuk dari hasil lapukan sisa-sisa tumbuhan yang mengendap di suatu
tempat dan mengalami proses fisika serta kimia tertentu sehingga akhirnya
terdekomposisi menjadi suatu batuan sedimen.
Batubara diklasifikasikan kedalam beberapa jenis berdasarkan
kualitasnya, yaitu:
 Gambut
 Lignite
 Sub-Bituminous
 Bituminous
 Antracite
Penentuan dari kualitas suatu batubara dapat diperoleh melalui kegiatan
analisis. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan kadar air, kadar abu,
karbon padat dan zat terbang pada batubara, sedangkan analisis ultimat
dilakukan untuk menentukan unsur kimia yang dikandung didalamnya.
Terdapat beberapa parameter yang dijadikan acuan dalam analisis
kualitas batubara, yaitu:
 Kadar air,
 Kadar abu,
 Zat terbang,
 Karbon padat,
 Kadar sulfur,
 Kalori,
 Ukuran batubara, dan
 Tingkat ketergerusan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Akrom, Hanifa, 2009, “Pengetahuan Umum Tentang Batubara”,


https://eyesbeam.wordpress.com/tag/klasifikasi-batubara/ (blog, diakses
pada tanggal 11 Oktober 2015)
NN, 2012, “PENGERTIAN BATUBARA DAN TINGKATAN KUALITAS
BATUBARA”, http://idefa.blogspot.sg/2012/10/pengertian-batubara-dan-
tingkatan.html (blog, diakses pada tanggal 11 Oktober 2015)
Hadi Prabowo, Syamsun, 2014, “Jenis Dan Kualitas Batubara”,
http://kitadanenergi.blogspot.sg/2014/07/jenis-dan-kualitas-batubara.html
(blog, diakses pada tanggal 11 Oktober 2015)

Anda mungkin juga menyukai