Bahan Kimia Untuk Meningkatkan Mutu Beton
Bahan Kimia Untuk Meningkatkan Mutu Beton
BETON
Posted by rhara remetwa on 20.56
Beton berasal dari bahasa latin yaitu “concretus” yang berarti tumbuh bersama yang
berupa kelebihan dan kekurangan (Mindess, Young, 1981). Adapun kelebihannya adalah mudah
dicetak, ekonomis, tahan lama, effisien, dapat diproduksi ditempat, mempunyai estetika dan
mempunyai kuat desak yang tinggi. Sedangkan kekurangannya adalah kekuatan regang rendah,
keliatan rendah, volumenya tidak stabil, kekuatan rendah dibanding beratnya dan mempunyai
tarik desak yang rendah.
Secara umum material beton yang digunakan pada konstruksi terdiri atas semen, air, pasir
(agregat halus) dan kerikil (agregat kasar) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan
untuk menghasilkan kekuatan tertentu pula. Kekuatan yang diukur pun biasanya hanya kuat
tekannya saja yang diuji pada standar umur 28 hari. Beton yang dibuat secara konvensional
umumnya mempunyai kuat tekan antara 18 - 32 MPa. (N/mm2) dan berat 2,4 ton/m3, biasanya
disebut sebagai beton norma/konvensional, sedangkan beton yang mempunyai kuat tekan di atas
35 MPa biasanya disebut dengan beton mutu tinggi.
Selain kualitas dan gradasi agregat halus dan kasar, kualitas beton yang dibuat
juga bergantung pada nilai perbandangan berat penggunaan air dengan semen, yang
disebut sebagai faktor air semen (fas). Nilai fas ini juga akan mempengaruhi tingkat
kemudahan pengerjaan (workability) dari beton yang dibuat.
Disamping itu, untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut
masih ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive)
dan mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk
atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton.
Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik
tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat
merubah performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan
yang diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti sebagian dari material
utama penyusun beton. Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun sudah
diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton.
Material tambahan yang digunakan disamping sebagai bahan tambah,
terkadang sebagai pengganti sebaian atau seluruh agregat. Agar diperoleh beton
ringan biasanya digunakan agregat ringan seperti batu apung, alwa ( artificial light
weigth aggregate), serbuk/potongan kayu, serbuk stereofoam, dan sebagainya. Untuk
memperoleh beton dengan performa tarik yang meningkat ditambahkan serat-serat,
seperti serat baja,serat aluminium, serat ban atau beberapa serat alami. Dan beton
berat diperoleh dengan menambahkan agregat dengan berat jenis yang lebih besar
dari agregat kerikil dan pasir
Beton mutu tinggi umumnya ditambahkan bahan tambahan atau additive danadmixture,
yaitu bahan selain semen, agregat, dan air yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau
selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan perencana.
Penambahan additive atau admixture tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah terbukti
meningkatkan kinerja beton hampur di semua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan,
keawetan, dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern.
Bahan additive dan admixture dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Air Entraining Agent (ASTM C260), yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara,
agar beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian, terutama untuk daerah salju.
2. Chemical Admixture (ASTM C49 dan BS 5075), yaitu bahan kimia yang ditambahkan untuk
mengendalikan waktu pengerasan (mempercepat atau memperlambat), mereduksi kebutuhan air,
dan memudahkan pengerjaan beton.
3. Mineral Admixture, yaitu bahan mineral yang dihaluskan dan ditambahkan untuk memperbaiki
sifat beton agar mudah dikerjakan dan meningkatkan kekuatan dan keawetan beton.
Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat,
sedang sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta
dan juga pada beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada
permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian
partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua
partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air
mampu untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton. Interaksi pada
permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan dapat pula
terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.
Yang termasuk kategori bahan tambahan ini ialah semua bahan tambahan yang tidak
termasuk kategori di atas, misalnya, bahan tambahan jenis polimer, fiber mash, bahan pencegah
karatan, bahan tambahan yang dapat mengembang, bahan tambahan untuk perekat/ bonding
admixture.
Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:
1. Material cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat.
Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
2. Material pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi
oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri
Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu,
silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya
didominasi oleh unsur amorphous silica.
3. Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C,
yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.
4. Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan buangan
pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain (AD).(sumber GOOGLE)
Reaksi:
0 Comments
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Yang termasuk kategori bahan tambahan ini ialah semua bahan tambahan yang tidak
termasuk kategori di atas, misalnya, bahan tambahan jenis polimer, fiber mash, bahan pencegah
karatan, bahan tambahan yang dapat mengembang, bahan tambahan untuk perekat/ bonding
admixture.
Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:
1. Material cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat.
Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
2. Material pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi
oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri
Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu,
silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya
didominasi oleh unsur amorphous silica.
3. Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C,
yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.
4. Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan buangan
pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain (AD).(sumber GOOGLE)