Anda di halaman 1dari 4

Patogenesis

celah bibir terjadi karena ada gangguan pada organogenesis antara minggu keempat sampai minggu
kedelapan masa embrio. Gangguan pertumbuhan ini tidak saja menyulitkan penderita, tetapi juga
menimbulkan kesulitan pada orangtua, terutama ibu. Tidak saja dalam hal pemberian makan, tetapi
juga efek psikologis karena mempunyai anak yang “tidak sempurna”.

Teori Fusi

 Disebut juga teori kalsik. Pada akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa
kehamilan, processus maxillaries berkembang kea rah depan menuju garis median, mendekati
processus nasomedialis dan kemudian bersatu. Bila terjadi kegagalan fusi antara processus
maxillaries dengan processus nasomedialis maka celah bibir akan terjadi.

Teori Penyusupan Mesodermal

 Disebut juga teori hambatan perkembangan. Mesoderm mengadakan penyusunan


menyebrangi celah sehingga bibir atas berkembang normal. Bila terjadi kegagalan migrasi
mesodermal menyebrangi celah bibir akan terbentuk.

Teori Mesodermal sebagai Kerangka Membran Brankhial

 Pada minggu kedua kehamilan, membran brankhial memrlukan jaringan mesodermal yang
bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke arah muka. Bila mesodermal tidak ada
maka dalam pertumbuhan embrio membran brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk
celah bibir.

Gabungan Teori Fusi dan Penyusupan Mesodermal

 Patten, 1971, pertama kali menggabungkan kemungkinan terjadinya celah bibir, yaitu adanya
fusi processus maxillaris dan penggabungan kedua processus nasomedialis yang kelak akan
membentuk bibir bagian tengah.

Perawatan
Biasanya anak dengan cleft lip and palate akan dirawat oleh tim dokter khusus yang mencakup dokter gigi
spesialis bedah mulut, dokter spesialis bedah plastik, ahli terapi bicara, audiologist (ahli pendengaran), dokter
spesialis anak, dokter gigi spesialis gigi anak, dokter gigi spesialis orthodonsi, psikolog, dan ahli genetik.
Perawatan dapat dilakukan sejak bayi lahir. Waktu yang tepat untuk melakukan operasi sangat bervariasi,
tergantung dari keadaan kasus itu sendiri. Tapi biasanya operasi untuk menutup celah di bibir sudah dapat
dilakukan pada saat bayi berusia tiga bulan dan memiliki berat badan yang cukup. Sedangkan operasi untuk
menutup celah pada langit-langit rongga mulut dapat dilakukan pada usia kira-kira enam bulan. Kedua operasi
tersebut dilakukan dengan bius total.
Saat anak bertambah dewasa, operasi-operasi lain mungkin diperlukan untuk memperbaiki penampilan dari bibir
dan hidung serta fungsi dari langit-langit rongga mulut. Jika ada celah pada gusi, biasanya dapat dilakukan bone
graft (implant tulang). Untuk memperbaiki kesulitan dalam berbicara, anak dapat menjalani terapi bicara dengan
ahli terapi bicara. Dokter gigi spesialis anak dan orthodontis dapat memberikan perawatan yang berkaitan
dengan perawatan gigi-geligi anak dan melakukan tindakan-tindakan pencegahan agar tidak timbul kelainan-
kelainan lain pada rongga mulut.

Pencegahan
Jika anda memiliki anak dengan cleft lip atau cleft palate, anda dapat melakukan konsultasi dengan ahli genetik
untuk melihat adanya kemungkinan terjadinya kelainan yang sama pada anak berikutnya. Bagaimanapun, usaha
pencegahan yang terbaik adalah dengan menjaga kesehatan saat kehamilan. Hindari konsumsi minuman
beralkohol dan merokok pada masa kehamilan. Konsumsi asam folat sebanyak 400 mikrogram setiap harinya
selama bulan sebelum konsepsi dan selama dua bulan pertama kehamilan dapat mengurangi resiko cleft lip dan
cleft palate.
Anda juga perlu memperhatikan konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kelainan ini,
yaitu obat anti epilepsi seperti phenytoin dan sodium valproate. Tablet steroid dan obat methotrexate (biasanya
digunakan dalam pengobatan kanker dan penyakit peradangan tertentu) juga dapat meningkatkan resiko. Bila
anda sedang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter anda sebelum
masa kehamilan.

PENGGUNAAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE


BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI BIBIR SUMBING

Kelainan cacat fisik berupa bibir sumbing masih banyak dijumpai di Indonesia, khususnya
didaerah Timor. Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan ada hubungan antara terjadinya
bibir sumbing dengan dermatoglifi. Dari hasil penelitian, ternyata terdapat perbedaan antara
dermatoglifi orang tua anak normal dengan orang tua anak sumbing. Perbedaan tersebut terletak
pada lukisan sidik jari, ridge count, dan sudut a-t-d. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak bisa
dibuat suatu model matematis atau suatu klasifikasi yang jelas, atau melibatkan pola dan angka
tertentu.
Untuk mengatasinya, dibuat suatu sistem kecerdasan buatan, dalam hal ini menggunakan
Jaringan Saraf Tiruan metode Backpropagation, yang dapat mengelompokkan pola-pola
dermatoglifi tersebut. Dengan data pelatihan yang cukup, diharapkan sistem dapat melakukan
prediksi terhadap pola dermatoglifi orang tua, yaitu apakah dengan pola dermatoglifi tersebut
(input sistem), mereka mempunyai kemungkinan memiliki anak dengan kelainan bibir sumbing
(output sistem).
Setelah melalui proses pelatihan, sistem dapat membedakan antara pola dermatoglifi
orang tua anak normal dengan orang tua anak sumbing dengan tingkat akurasi sebesar sembilan
puluh persen. Sehingga sistem bisa membantu untuk memprediksi kejadian bibir sumbing sedini
mungkin, bahkan sebelum lahir, sehingga dapat dilakukan pencegahan dengan pengobatan lebih
awal.

Pada embrio berumur 4-6 minggu, terbentuk daerah bibir atas. Mula-mula bibir dan gusi
menjadi satu tetapi pada pertumbuhan selanjutnya terbentuk sulcus (cekungan) yang memisahkan
bibir dan gusi. Selanjutnya barulah terbentuk daerah palatum (langit-langit). Apabila proses
pembentukan bibir atau palatum tadi tidak sempurna, maka terjadi kegagalan penyatuan bibir dan
palatum. Akibatnya timbul celah pada bibir atau palatum (sumbing). Selanjutnya, yang dimaksud
bibir sumbing adalah celah pada bibir, palatum atau keduanya.
Pembentukan dermatoglifi dimulai pada awal bulan kedua perkembangan embrio dan telah
terbentuk sempurna pada minggu ke-17. Sedangkan pembentukan bibir-palatum dimulai pada embrio
berumur 4-6 minggi dan telah terbentuk sempurna pada minggu ke-11. Karena
pembentukan kulit (dermatoglifi) dan pembentukan bibir-palatum terjadi pada waktu yang relatif
sama, mungkin keduanya dipengaruhi oleh faktor internal (genetik) dan eksternal (lingkungan)
yang sama. Bermula dari pemikiran di atas, dilakukan penelitian tentang hubungan bibir sumbing
seorang anak dengan dermatoglifi orang tuanya.

Backpropagation merupakan salah satu dari metode pelatihan pada jaringan saraf, dimana
ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan.
Pendekatan tahap umum untuk rekonstruksi celah bibir dan palatum dari masa bayi sampai remaja
ditampilkan pada tabel 44-1. Manajemen kontemporer mencakup beberapa fase bedah selama masa
bayi (penutupan celah bibir dan palatum) dan anak-anak (rekonstruksi bone graft dari celah maksilla
dan alveolus) yang dipertimbangkan memerlukan operasi dalam semua kasus komplit unilateral dan
bilateral celah bibir dan palatum. Sebagai tambahan, untuk perbaikan tahap awal, beberapa anak akan
membutuhkan prosedur tambahan untuk mengoreksi masalah sekunder. Rekonstruksi sekunder pada
celah bibir dan palatum mencakup bedah perawatan disfungsi velopharyngeal, rekonstruksi bone graft
pada celah tulang rahang atas, koreksi disproporsi skeletal dengan maloklusi, penutupan fistula
palatal, normalisasi bentuk bibir dan hidung, dan rehabilitasi prostetik pada celah dental. Walaupun
indikasi dari setiap pembedahan primer dan sekunder berbeda dan proses memutuskan yang variatif,
kita tidak bisa melihat prosedur ini sebagai hal yang terpisah. Bab ini memperlihatkan perbedaan
tahap rekonstruksi sekunder celah bibir dan palatum yang dibutuhkan setelah perbaikan primer celah
bibir dan palatum dengan tujuan penyediaan deskripsi terorganisir pada filosofi kontemporer dan
rasional dari intervensi bedah dan spesifikasi waktu.

Celah orofasial merupakan malformasi kompleks yang mempengaruhi anatomi tiga dimensi pada
jaringan keras dan lunak maksilofasial dan memperngaruhi fungsi serta estetik. Keberhasilan
rekonstruksi cacat ini melibatkan sejumlah tahap interfensi bedah. Bedah primer dipusatkan pada
penutupan awal dari cacat bibir dan palatum. Prosedur bedah sekunder kemudian dilakukan untuk
menutup hubungan oronasal residual, penanganan VPI, rekonstruksi celah tulang maksila, normalisasi
posisi skeletal maksila dan oklusi, meningkatkan estetik dan fungsi bibir dan nasal dan memberikan
rehabilitasi prostetik dental pada pasien. Karena bersifat multiple, interfensi bedah untuk pemisahan
dilakukan ketika proses pertumbuhan aktif, menentukan waktu yang tepat untuk setiap tahap
rekonstruksi penting dilakukan untuk memaksimalkan manfaat yang dirasakan pasien dan mengurangi
potensi terjadinya dampak negatif biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan. Ahli bedah harus
memiliki pemahaman tentang anatomi, seluk beluk malformasi celah, pola dasar pertumbuhan dan
perkembangan pada regio craniomaxillofacial.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara garis besar
faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar
(eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor
tersebut. Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin,
kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras
Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat
dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-
laki, kemudian setelah melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya
suatu kelainan genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak,
seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindroma Down.
Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi. Gizi merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada
zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan
makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia
(Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18
bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang
salah, dan penyakit infeksi.
Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis. Rangsangan/stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu
dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dlam mencapai perkembangan yang optimal.
Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan. Faktor lain yang tidak dapat
dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan
selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya
pengetahuan.

Celah langit-langit dapat merupakan defek kongenital karena tidak bersatunya prosessus
palatinus, penyambungan antara prosessus palatinus berjalan dari anterior ke posterior dimana
proses ini dapat berhenti tiba-tiba.
Menurut macamnya celah langit-langit dibagi dua:
1. Congenital cleft palate, yaitu celah langit-langit bawaan.
2. Acquired cleft palate, yaitu celah langit-langit yang didapat misalnya karena trauma,
penyakit atau kanker.
Menurut derajatnya celah langit-langit dibagi dua:
3. Complete cleft palate, yaitu celah langit-langit lengkap dimana kelainan yang terdapat
pada langit-langit juga linggir alveolar dan bibir terkena baik unilateral maupun bilateral.
4. Incomplete cleft palate, yaitu celah langit-langit tidak lengkap. Kelainan bentuk hanya
terjadi pada palatum durum maupun palatum mole.

Pengertian Prosthetic Feeding Aids Merupakan salah satu jenis obturator yang mempunyai
arti sebagai alat penutup lubang. Obturator dibagi menjadi:
0 1. Treatment obturator, yaitu obturator yang dibuat terlebih dahulu dan segera dipasang
setelah tindakan operasi.
1 2. Definitif obturator, yaitu obturator yang berbentuk gigi tiruan sebagian lepasan dibuat
setelah proses penyembuhan.

Plat ini merupakan sebuah alat prostodontik yang dibentuk sesuai anatomi rahang denga
celah langit-langitnya sehingga menutup celah. Dengan mengembalikan kondisi rongga mulut dan
hidung yang terpisah akan membantu dalam pemberian makan. 3
Kogo dan rekan menemukan bahwa rancangan plat ini ditentukan oleh dapat tidaknya
tekanan intra oral diciptakan. Dirancang dengan menambahkan ketinggian 2-3 mm ke arah
permukaan mekanis belakang palatum durum sehingga lidah dapat berkontak dengan plat saat
penghisapan.
Secara fungsional perawatan plat ini berusaha untuk menormalisir pemberian susu, posisi
lidah dan menelan dengan menutup celah. Macam-macam prosthetic feeding aids ditinjau dari segi
ortopedik yaitu:
1.Tipe aktif, yaitu secara aktif mereposisi letak segmen alveolus dengan mempergunakan plat yang
memakai per dan sekrup.
2.Tipe pasif yaitu menuntun pertumbuhan alveolar ke arah yang lebih baik. Pemakaian extra
moulding berguna untuk menuntun pertumbuhan alveolaris mereposisi tulang.

Keuntungan Prosthetic Feeding Aids


Alat ini dibuat untuk menutupi celah pada langit-langit dengan tujuan:
0 1. Agar bayi dapat memperoleh nutrisi yang baik sehingga kesehatan dan
pertumbuhan/perkembangan bayi dapat berjalan baik.
1 2. Sebagai alat bantu minum sehingga bayi tidak tersedak.
2 3. Membuat kondisi optimal dari segmen rahang atas untuk berkembang dan tumbuh.

0 4. Posisi lidah lebih terkontrol sehingga proses penelanan menjadi lebih baik.
1 5. Memberi efek psikologis yang posistif karena pembuatan alat ini merupakan perawatan
awal yang akan memberikan perasaan tenang bagi orang tua.

Anda mungkin juga menyukai