Anda di halaman 1dari 67

BOD Karakteristik Fisik Air

1.1 Latar Belakang A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat


ditimbulkan oleh adanya bahan-
Air merupakan sumber alam
bahan anorganik dan organik yang
yang sangat penting di dunia, karena
terkandung dalam air seperti lumpur
tanpa air kehidupan tidak dapat
dan bahan yang dihasilkan oleh
berlangsung. Air juga banyak
buangan industri.
mendapat pencemaran. Berbagai
B. Temperatur Kenaikan temperatur
jenis pencemar air berasal dari :
air menyebabkan penurunan kadar
a. Sumber domestik (rumah
oksigen terlarut. Kadar oksigen
tangga), perkampungan, kota,
terlarut yang terlalu rendah akan
pasar, jalan, dan sebagainya.
menimbulkan bau yang tidak sedap
b. Sumber non-domestik
akibat degradasi anaerobic ynag
(pabrik, industri, pertanian,
mungkin saja terjadi.
peternakan, perikanan, serta
C. Warna Warna air dapat
sumber-sumber lainnya. Semua
ditimbulkan oleh kehadiran
bahan pencemar diatas secara
organisme, bahan-bahan tersuspensi
langsung ataupun tidak
yang berwarna dan oleh ekstrak
langsung akan mempengaruhi
senyawa-senyawa organik serta
kualitas air. Berbagai usaha
tumbuh-tumbuhan.
telah banyak dilakukan agar
D. Solid (Zat padat) Kandungan zat
kehadiran pencemaran
padat menimbulkan bau busuk, juga
terhadap air dapat dihindari
dapat meyebabkan turunnya kadar
atau setidaknya diminimalkan.
oksigen terlarut. Zat padat dapat
Masalah pencemaran serta
menghalangi penetrasi sinar matahari
efisiensi penggunaan sumber
kedalam air.
air merupakan masalah pokok.
E. Bau dan rasa Bau dan rasa dapat
Hal ini mengingat keadaan
dihasilkan oleh adanya organisme
perairan-alami di banyak
dalam air seperti alga serta oleh
negara yang cenderung
adanya gas seperti H2S yang
menurun, baik kualitas maupun
terbentuk dalam kondisi anaerobik,
kuantitasnya.
dan oleh adanya senyawa-senyawa mengoksidasi bahan-bahan organik
organik tertentu secara kimia.
Karakteristik Kimia Air E. Kesadahan Kesadahan air yang
A. pH Pembatasan pH dilakukan tinggi akan mempengaruhi efektifitas
karena akan mempengaruhi rasa, pemakaian sabun, namun sebaliknya
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. dapat memberikan rasa yang segar.
Beberapa senyawa asam dan basa Di dalam pemakaian untuk industri
lebih toksid dalam bentuk molekuler, (air ketel, air pendingin, atau
dimana disosiasi senyawa-senyawa pemanas) adanya kesadahan dalam
tersebut dipengaruhi oleh pH. air tidaklah dikehendaki. Kesadahan
B. DO (dissolved oxygent) DO yang tinggi bisa disebabkan oleh
adalah jumlah oksigen terlarut dalam adanya kadar residu terlarut yang
air yang berasal dari fotosintesa dan tinggi dalam air.
absorbsi atmosfer/udara. Semakin F. Senyawa-senyawa kimia yang
banyak jumlah DO maka kualitas air beracun Kehadiran unsur arsen (As)
semakin baik. Satuan DO biasanya pada dosis yang rendah sudah
dinyatakan dalam persentase saturasi. merupakan racun terhadap manusia
C. BOD (biological oxygent sehingga perlu pembatasan yang
demand) BOD adalah banyaknya agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran
oksigen yang dibutuhkan oleh besi (Fe) dalam air bersih akan
mikroorgasnisme untuk menguraikan menyebabkan timbulnya rasa dan
bahan-bahan organik (zat pencerna) bau ligam, menimbulkan warna
yang terdapat di dalam air buangan koloid merah (karat) akibat oksidasi
secara biologi. BOD dan COD oleh oksigen terlarut yang dapat
digunakan untuk memonitoring menjadi racun bagi manusia.
kapasitas self purification badan air 2.1 Cara Pemeriksaan BOD
penerima. Pemeriksaan BOD diperlukan
D. COD (chemical oxygent demand) untuk menentukan beban
COD adalah banyaknya oksigen pencemaran akibat air buangan
yang di butuhkan untuk penduduk atau industri, dan untuk
mendesain sistem pengolahan
biologis pada air yang tercemar digunakan untuk mengetahui kadar
tersebut. Pengujian BOD yang dapat BOD dapat dilakukan dengan cara
diterima adalah pengukuran jumlah sebagai berikut:
oksigen yang akan dihabiskan dalam a. Metode titrasi dengan cara
waktu lima hari oleh organisme Winkler
pengurai aerobik dalam suatu volume b. Metode elektrokimia, dengan DO-
limbah pada suhu 20o C.Pengujian meter yang menggunakan sebuah
dilakukan dengan mengencerkan elektroda membran.
suatu contoh air beroksigen banyak Pengambilan sampel secara
dan kemudian ditentukan oksigen baik dan representatif harus
terlarutnya. Sebagian larutan diperhatikan. Sampel air untuk
ditempatkan di ruang gelap pada keperluan analisa oksigen terlarut
suhu 200 C untuk lima hari dan dituangkan dengan hati-hati
kemudian ditentukan oksigen (mencegah masuknya udara) ke
terlarutnya. BOD dihitung dari dalam botol khusus, yaitu botol
selisih antar oksigen terlarut sebelum winkler. Botol tersebut mempunyai
dieramkan selama lima hari dengan volume 250-300 ml, memiliki leher
oksigen terlarut setelah lima hari. sempit dengan tutup dari bahan
Uji coba BOD merupakan salah satu gelas. Botol tersebut harus terisi
dari uji coba yang penting untuk penuh dengan sampel air, dan tidak
mengetahui kekuatan atau daya boleh ada gelembung udara yang
cemar air limbah, sampah industri, terperangkap di dalamnya. Analisa
selokan – selokan, dan air yang telah oksigen terlarut harus dikerjakan
tercemar. BOD secara luas segera setelah pengambilan sampel.
digunakan untuk menentukan daya Apabila analisa terpaksa
pencemaran atau kekuatan air ditangguhkan maka sebagian dari
limbah, prosedur analisa harus dikerjakan
Maksudnya jumlah oksigen lebih dulu, yaitu penambahan
yang akan dibutuhkan apabila MnSO4, KI dan H2SO4 dan langkah
dibuang ke dalam air alamiah atau selanjutnya dapat ditangguhkan
perairan umum. Analisa yang untuk beberapa jam.
Cara Pengambilan dan Mg So4.7 H2Ol, diencerkan lagi
Penempatan Limbah dengan air suling sampai 1,000 liter.
1. Cara memasukan air limbah ke d. Larutan kalsium klorida dilarutkan
botol dalam labu takar 1 liter yang berisi
Air limbah yang akan diukur 500 ml air suling, 27,5 g CaCl2 dan
kadar BOD dan COD dimasukkan diencerkan lagi dengan air suling
ke dalam botol sampel untuk sampai menjadi 1,000 liter.
mempermudah pengukuran. Botol e. Indikator feriklorida dilarutkan
diisi dengan air limbah sampai dalam labu takar dengan air suling
penuh. Air dalam botol diusahakan 0,25
tidak terdapat gelembung udara, g FeCl3.6 H2O dan diencerkan
karena dapat menyebabkan botol dengan air suling lagi.
kemasukan udara. Keadaan tersebut f. Larutan basa NaOH atu KOH dan
dapat menyebabkan gangguan pada asam HCl atau H2SO4 1 N untuk
pengukuran BOD. menetralkan sample air yang bersifat
2. Reagen untuk analisis BOD asam atau basa sampai pH-nya
a. Air suling:tidak boleh berkisar antara 7,0-7,6.
mengandung zat beracun, seperti Cr, g. Bubuk inhibitor nitrifikasi: N-
Cl2, dan sebagainya. surve, allytio-ureum(ATU) (Merk)
b. Larutan bufer fosfat: Larutkan ke atau
dalam labu takar 1 liter yang berisi Nitrification inhibator 2533.
500 ml air suling, 8,5 g KH2 PO4,21 h. Benih (Inoculum,seed).
g K2HPO4 g Na2HPO4.7H2O, dan 3. Pengukuran kadar BOD.
NH4Cl. Diencerkan dengan air Sampel air yang akan diukur
suling sampai menjadi 1,000 kadar BOD paling lama 2 jam setelah
liter,sesuaikan pH-nya sampai pH 7,2 pengambilan sampelnya. Jika hal ini
dengan asam HCl. tidak mungkin, sampel harus
c. Larutan magnesium sulfat disimpan pada suhu ± 4oC selama
dilarutkan kedalam labu takar 1 liter paling lama 24 jam. Adapun tahapan
yang berisi 500 ml air suling, 22,5 g pengukuran BOD dengan metode
titrasi Winkler sebagai berikut;
thiosulfat \ sampai warna biru hilang.
Sampel air diambil Dicatat jumlah mL natrium
sebanyak 100 ml ke dalam botol thiosulfat yang terpakai pada waktu
sebelum dan setelah ditetesi amilum.
sampel ditambahkan 1 mL larutan
Perhitungan: jumlah ml Na-
mangan sulfat kemudian 1 mL
Thiosulfat yang digunakan dalam
larutan iodide katalis (reagen
titrasi sampel kemudian dikali dua
winkler’s), sampel dibiarkan sampai
setara dengan 1 mg Oksi
terbentuk endapan putih kecoklatan.
gen/L.
Setelah terbentuk endapan larutan
Metode Elektrokimia
sampel dicampurkan dengancara
Metode elektrokimia adalah
menjungkirbalikan botol secara hati-
menggunakan peralatan DO Meter.
hati. Larutan tersebut dibiarkan
Untuk menganalisa kadar BOD
sampai terbentuk endapan 1/3 botol
dengan alat ini adalah dengan
sampel. Kemudian ditambahkan 1
menganalisa kadar DO hari 0 dan
mL H2SO4pekat dengan pipet ukur
selanjutnya menganalisa kadar DO
dan harus tercelup ke dalam larutan
hari ke 5. Selanjutnya kadar BOD
dengan endapan tersebut. Larutan
dapat dianalisa dengan
pun dicampurkan lagi sampai
mengurangkan selisih keduanya.
endapan terlarut kembali. Larutan
Cara penentuan oksigen terlarut
yang telah dicampurkan diambil
dengan metode elektrokimia adalah
sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke
cara langsung untuk menentukan
dalam Erlenmeyer yang kemudian
oksigen terlarut dengan alat DO
dititrasi dengan larutan natrium
Meter.
thiosulfat N/80 sampai larutan
Prinsip kerjanya adalah
berubah dari coklat menjadi kuning
menggunakan probe oksigen yang
muda (kuning pucat). Selanjutnya
terdiri dari katoda dan anoda yang
ditambahkan 5 tetes larutan amilum
direndam dalam larutan elektrolit.
atau kanji dan dicampurkan dengan
Pada alat DO meter, probe ini
baik sehingga larutan berwarna biru.
biasanya menggunakan katoda perak
Titrasi dilanjutkan dengan natrium
(Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi
dengan membran plastik yang sampel yang akan diperiksa. Peranan
bersifat semi permeabel terhadap suhu dan salinitas ini sangat vital
oksigen. Reaksi kimia yang akan terhadap akurasi penentuan oksigen
terjadi adalah terlarut dengan cara DO meter.
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e Disamping itu, sebagaimana
 4 HO- lazimnya alat yang digital, peranan
Anoda : Pb + 2 HO-  PbO kalibrasi alat sangat menentukan
+ H2O + 2e akurasinya hasil penentuan.
2.2 Kelebihan dan Berdasarkan pengalaman di

Kekurangan Metode Analisis lapangan, penentuan oksigen terlarut


dengan cara titrasi lebih dianjurkan
BOD
untuk mendapatkan hasil yang lebih
a. Kelebihan dan Kelemahan
akurat.
Metode Winkler
Alat DO meter masih
Kelebihan Metode Winkler
dianjurkan jika sifat penentuannya
dalam menganalisa BOD melalui
hanya bersifat kisaran. Kelemahan
penganalisaan oksigen terlarut (DO)
Metode Winkler dalam menganalisis
terlebih dahulu adalah metoda
oksigen terlarut (DO) adalah dimana
Winkler lebih analitis, teliti dan
dengan cara Winkler penambahan
akurat apabila dibandingkan dengan
indikator amylum harus dilakukan
cara alat DO meter. Hal yang perlu
pada saat mendekati titik akhir titrasi
diperhatikan dala titrasi iodometri
agar amilum tidak membungkus iod
ialah penentuan titik akhir titrasinya,
karena akan menyebabkan amilum
standarisasi larutan tio dan
sukar bereaksi untuk kembali ke
penambahan indikator amilumnya.
senyawa semula. Proses titrasi harus
Dengan mengikuti prosedur yang
dilakukan sesegera mungkin, hal ini
tepat dan standarisasi tio secara
disebabkan karena I2 mudah
analitis, akan diperoleh hasil
menguap. Dan ada yang harus
penentuan oksigen terlarut yang lebih
diperhatikan dari titrasi iodometri
akurat. Sedangkan cara DO meter,
yang biasa dapat menjadi kesalahan
harus diperhatikan suhu dan salinitas
pada titrasi iodometri yaitu
penguapan I2, oksidasi udara dan Apabila kandungan zat-zat
adsorpsi I2 oleh endapan. organik dalam limbah tinggi, maka
b. Metoda Elektrokimia semakin banyak oksigen yang
Cara penentuan oksigen dibutuhkan untuk mendegradasi zat-
terlarut dengan metoda elektrokimia zat organik tersebut, sehingga nilai
tidak lebih akurat dibandingkan BOD dan COD limbah akan tinggi
metode winkler disebabkan alat ini pula. Oleh karena itu untuk
tidak dapat mendeteksi keseluruhan menurunkan nilai BOD dan COD
nilai oksigen terlarut dengan baik. limbah, perlu dilakukan pengurangan
Namun kelebihan metode ini adalah zat-zat organik yang terkandung di
alat ini mudah digunakan dan hasil dalam limbah sebelum dibuang ke
yang diperoleh relatif cepat. perairan. Pengurangan kadar zat-zat
2.3 Penanggulangan organik yang ada pada limbah cair

Kelebihan Kadar BOD sebelum dibuang ke perairan, dapat


dilakukan dengan mengadsorpsi zat-
Penanggulangan kelebihan
zat tersebut menggunakan adsorben.
kadar BOD adalah dengan cara
Salah satu adsorben yang memiliki
sistem lumpur aktif yang efisien
kemampuan adsorpsi yang besar
dapat menghilangkan padatan
adalah zeolit alam. Kemampuan
tersuspensi dan BOD sampai 90%.
adsorpsi zeolit alam akan meningkat
Ada pula cara yang lain yaitu dengan
apabila zeolit terlebih dahulu
Sistem Constructed Wetland
diaktifkan.
merupakan salah satu cara untuk
pengolahan lindi yang memanfaatkan 2.4 Pemeriksaan Kadar BOD
simbiosis mikroorganisme dalam Pada Air Limbah,Sebelum
tanah dan akar tanaman. Sistem ini dan Sesudah Pengolahan di
juga merupakan sistem pengolahan RSUD Nganjuk
limbah yang ekonomis. Penelitian ini
METODE PENELITIAN
bertujuan menganalisis kemampuan
Berdasarkan sifatnya penelitianyang
sistem sub-surface constructed
dilakukan di IPAL RSUD Nganjuk
wetland untuk menurunkan
pada bulan Mei-Agustus 2004
kandungan COD, BOD dan N total.
merupakan penelitian observasional, Prosedur Pemeriksaan Biological
berdasarkan waktu penelitian ini Oxygen Demand (BOD)
merupakan penelitian cross Metode Pemeriksaan : Winkler
sectional. Populasi penelitian adalah Prinsip analisis :
air limbah pada bak inlet dan bak Pemeriksaan parameter BOD
outlet RSUD Nganjuk. Sampel didasarkan pada reaksi oksidasi zat
penelitian adalah air limbah sebelum organik dengan oksigen di dalam
pengolahan dan air limbah sesudah air dan proses tersebut berlangsung
pengolahan di RSUD Nganjuk. karena adanya bakteri aerobik.
Pengambilan sampel dengan cara Untuk menguraikan zat organik
Composite Time, yaitu campuran memerlukan waktu ± 2 hari untuk
contoh sesaat yang diambil dari suatu 50% reaksi, 5 hari untuk 75%
tempat yang sama pada waktu yang reaksi tercapai dan 20 hari untuk
berbeda. 100% reaksi tercapai. Dengan kata
Hasil pemeriksaan contoh lain tes BOD berlaku sebagai
gabungan menunjukkan keadaan simulasi proses biologi secara
rerata dari tempat tersebut di alamiah, mula-mula diukur DO
dalam suatu periode (BKLH Jatim, nol dan setelah mengalami
1990). Pengambilan dilakukan inkubasi selama 5 hari pada suhu
selama 7 hari pada satu titik di 20°C atau 3 hari pada suhu 25°C–
tengah bak inlet dan satu titik di 27°C diukur lagi DO air tersebut.
tengah bak outlet di IPAL RSUD Perbedaan DO air tersebut yang
Nganjuk masing-masing 7 sampel. dianggap sebagai konsumsi
Data primer merupakan hasil oksigen untuk proses biokimia
pemeriksaan laboratorium sampel akan selesai dalam waktu 5 hari
dan observasi kondisi IPAL RSUD dipergunakan dengan anggapan
Nganjuk sedangkan data sekunder segala proses biokimia akan
antara lain berupa dokumen pada selesai dalam waktu 5 hari, walau
instansi RSUD Nganjuk, buku dan sesungguhnya belum selesai.
lain-lain. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan kadar Kadar BOD Sebelum dan Sesudah
BOD pada air limbah sebelum Pengolahan
pengolahan menunjukkan nilai rata- Hasil pengukuran kadar BOD
rata 52,71 mg/l. Sedangkan Sesudah sebelum dan sesudah pengolahan
Pengolahan Hasil pemeriksaan didapatkan bahwa kadar BOD
laboratorium kadar BOD rata- mengalami penurunan 42,00%.
ratanya sebesar 30,71 mg/l. Penurunan kadar BOD disebabkan
Perbedaan Kadar BOD adanya proses aerasi yang
Sebelum dan Sesudah Pengolahan merupakan pengolahan tahap
Hasil pengukuran menunjukkan kedua. Aerasi adalah salah satu
bahwa terdapat variasi kadar BOD usaha dari pengambilan zat
dan perbedaan pada kadar BOD pencemar sehingga konsentrasi zat
sebelum dan sesudah pengolahan. pencemar akan berkurang atau
Perbedaan yang terlihat bahkan akan dapat dihilangkan sama
menunjukkan kecenderungan sekali . Pada unit pengolahan
penurunan antara sebelum dan kedua diperkirakan terjadi
sesudah pengolahan. pengurangan kadar BOD dalam
Besarnya penurunan kadar rentang 35–95% tergantung pada
BOD sebelum dan sesudah kapasitas unit pengolahannya. Hal ini
pengolahan berkisar antara 25 mg/l sesuai dengan penurunan kadar BOD
sampai 54 mg/l dengan nilai rata-rata sebesar 42,00% setelah adanya
42,00 mg/l serta penurunan sebesar pengolahan tahap kedua.
42%. Berdasarkan hasil uji t Namun penurunan tersebut
berpasangan dengan df =6 belum dapat dikatakan sebagai
diperoleh t value=10,978 dan penurunan yang efektif. Pengolahan
signifikansi (p=0,000). Dengan tahap kedua yang menggunakan
α=0,05 didapatkan (JURNAL KESEHATAN
hasil bahwa p < α, hal ini berarti LINGKUNGAN, VOL.2, NO.1,
terdapat perbedaan yang bermakna JULI 2005 : 97 – 110) high-rate
pada kadar BOD sebelum dan treatment mampu menurunkan
sesudah pengolahan.
kadar BOD dengan efektivitas bahkan dapat dihilangkan sama
berkisar 50–85% (Ryadi, 1984). sekali . Dari uraian diatas
Berdasarkan SK Gubernur meskipun terjadi perbedaan antara
Jawa Timur No. 61 tahun 1999 sebelum dan sesudah pengolahan
tentang Baku Mutu Limbah Cair namun nilai BOD rata-rata
Bagi Kegiatan RS di Jatim kadar sesudah pengolahan di RSUD
BOD yang diperkenankan sebesar Nganjuk sebesar 30,57 mg/l belum
30 mg/l. Hal ini berarti bahwa memenuhi baku mutu air limbah
kadar BOD hasil pengolahan di yang ditetapkan. dalam proses
IPAL RSUD Nganjuk belum penanganan sekunder, suatu sistem
memenuhi persyaratan baku mutu lumpur aktif yang efisien dapat
yang telah ditetapkan. menghilangkan padatan tersuspensi
Analisis Perbedaan Kadar BOD dan BOD sampai 90%. Hal ini
Sebelum dan Sesudah menunjukkan bahwa proses
Pengolahan pengolahan limbah di RSUD
Setelah dilakukan analisis statistik Nganjuk masih belum sempurna
pada data sebelum dan sesudah karena penurunan kadar BOD di
pengolahan didapatkan bahwa data RSUD Nganjuk masih sekitar 42%.
tersebut signifikan dengan p<0,05 Berikut ini adalah tabel nilai DO dan
sehingga bisa BOD untuk tingkat
Tingkat Parameter
ditarik kesimpulan Pencemaran DO BOD pencemaran
bahwa ada Rendah >5 0-10 perairan.
Sedang 0-5 10-20
perbedaan antara Tinggi 0 25
kadar BOD sebelum dan sesudah Tabel 1 Tingkat Pencemaran
pengolahan. Perairan DO dan BOD
Hal tersebut disebabkan adanya
proses pada tahap kedua yaitu
aerasi yang merupakan salah satu
usaha dari pengambilan zat
pencemar, sehingga konsentrasi zat
pencemar akan berkurang atau
COD dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
1.1 Latar Belakang zat organik menjadi CO2dan H2O.
Pengelolaan air limbah Pada reaksi ini hampir semua zat
adalah pengelolaan semua limbah yaitu sekitar 85% dapat teroksidasi
yang berasal dari rumah sakit yang menjadi CO2dan H2O dalam suasana
kemungkinan mengandung asam, sedangkan penguraian secara
mikroorganisme, bahan kimia, dan biologi (BOD) tidak semua zat
radioaktif (DepKes, organik dapat diuraikan oleh bakteri.
1990).Pengelolaan air limbah rumah Angka COD merupakan ukuran bagi
sakit merupakan bagian yang sangat pencemaran air oleh zat- zat organik
penting dalam upaya penyehatan yang secara alamiah dapat
lingkungan rumah sakit yang dioksidasikan melalui proses
mempunyai tujuan melindungi mikrobiologis, dan
masyarakat dari bahaya pencemaran mengakibatkan berkurangnya
lingkungan. Air limbah yang tidak oksigen terlarut didalam air .
ditangani secara benar akan Menurut Metcalf and Eddy
mengakibatkan dampak negatif (1991), COD adalah banyaknya
khususnya bagi kesehatan, sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk
perlu pengelolaan yang baik agar bila mengoksidasi senyawa organik
dibuang ke su atu areal tertentu tidak dalam air, sehingga parameter COD
menimbulkan pencemaran yang mencerminkan banyaknya senyawa
didukung dengan Instalasi organik yang dioksidasi secara
Pengolahan Air limbah (IPAL) yang kimia. Tes COD digunakan untuk
dimiliki oleh rumah sakit itu sendiri. menghitung kadar bahan organik
Chemical oxygen yang dapat dioksidasi dengan cara
Demand (COD) atau kebutuhan menggunakan bahan kimia oksidator
oksigen kimia (KOK) kuat dalam media asam.
merupakan jumlah oksigen yang Beberapa bahan organik
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- tertentu yang terdapat pada air
zat organik yang ada dalam sampel limbah, kebal terhadap
air atau banyaknya oksigen yang degradasi biologis dan ada beberapa
diantaranya yang beracun meskipun kenyataan hampir semua bahan
pada konsentrasi yang rendah. Bahan organik dapat dioksidasi menjadi
yang tidak dapat didegradasi secara karbondioksida dan air dengan
biologis tersebut akan didegradasi bantuan oksidator kuat yaitu kalium
secara kimiawi melalui proses dikromat ( K2Cr2O7 ) dalam suasan
oksidasi, jumlah oksigen yang asam. Dengan menggunakan
dibutuhkan untuk mengoksidasi dikromat sebagai oksidator,
tersebut dikenal dengan Chemical diperkirakan sekitar 95 % - 100 %
Oxygen Demand ( COD ) Kadar bahan organik dapat dioksidasi.
COD dalam air limbah berkurang Air yang telah tercemar
seiring dengan berkurangnya limbah organik sebelum reaksi
konsentrasi bahan organik yang berwarna kuning dan setelah reaksi
terdapat dalam air limbah, oksidasi berubah menjadi warna
konsentrasi bahan organik yang hijau. Jumlah oksigen yang
rendah tidak selalu dapat direduksi diperlukan untuk reaksi oksidasi
dengan metode pengolahan yang terhadap limbah organic seimbang
konvensional. dengan jumlahkalium dikromat yang
Angka COD merupakan digunakan pada reaksi oksidasi.
ukuran bagi pencemaran air oleh zat Pada analisa COD dari suatu
organik yang secara alamiah dapat air limbah menghasilkan nilai COD
dioksidasi dan mengakibatkan selalu lebih tinggi dari nilai BOD .
berkurangnya oksigen terlarut dalam Perbedaan antara kedua nilai
air. Maka konsentrasi COD dalam air disebabkan banyak faktor antara lain:
harus memenuhi standar baku mutu a. Bahan kimia yang tahan
yang telah ditetapkan agar tidak terhadap oksidasi biokimia
mencemari lingkungan. tetapi tidak tahan terhadap
Uji COD yaitu suatu uji yang oksidasi kimia seperti
menentukan jumlah oksigen yang lignin.
dibutuhkan oleh bahan- bahan b. Bahan kimia yang dapat
organik yang terdapat didalam air. dioksidasi secara kimia dan
Pengukuran COD didasarkan pada peka terhadap oksidasi
biokimia tetapi tidak dalam dalam kondisi yang
uji BOD seperti selulosa, terkendali.
lemak berantai panjang atau 1. Pengertian COD
BOD tetapi tidak uji COD. COD atau kebutuhan oksigen
c. Angka BOD adalah jumlah kimia adalah jumlah oksigen yang
komponen organik diperlukan agar limbah organik yang
biodegradable dalam air ada di dalam air dapat teroksidasi
buangan, sedangkan tes melalui reaksi kimia. Limbah
COD menentukan total organik akan teroksidasi oleh kalium
organikyang dapat bichromat (K2Cr2O4) sebagai sumber
teroksidasi, tetapi tidak oksigen menjadi gas CO2
dapat membedakan dan H2O serta sejumlah ion Chrom.
komponen biodegradable/ Nilai COD merupakan ukuran bagi
nonbiodegradable. tingkat pencemaran oleh bahan
d. Beberapa substansi organik.Kadar COD dalam limbah
anorganik seperti sulfat dan berkurang seiring dengan
tiosulfat, nitrit dan besi yang berkurangnya konsentrasi bahan
tidak akan terukur dalam tes organik yang terdapat dalam air
BOD akan teroksidasi oleh limbah, konsentrasi bahan organik
kalium dikromat, membuat yang rendah tidak selalu dapat
nilai COD anorganik yang direduksi dengan metode pengolahan
menyebabkan kesalahan yang konversional.
dalam penetapan komposisi COD (Chemical Oxygent
organik dalam laboratorium. Demand) adalah jumlah oksigen (mg
e. Hasil COD tidak tergantung O2) yang dibutuhkan untuk
pada aklimasi bakteri mengoksidasi zat-zat organis yang
sedangkan tes BOD sangat ada dalam 1 liter sampel air, dimana
dipengaruhi aklimasi pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan
seeding bakteri. Aklimasi sebagai sumber oksigen (oxidizing
adalah perubahan adaptif agent) (G. Alerts dan SS Santika,
yang terjadi pada bakteri 1987).
2. Analisis COD telah dilakukan untuk mencari
Prinsipnya pengukuran COD metoda alternatif yang lebih baik dan
adalah penambahan sejumlah ramah lingkungan.
tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) Perkembangan metoda-
sebagai oksidator pada sampel metoda penentuan COD dapat
(dengan volume diketahui) yang diklasifikasikan menjadi dua
telah ditambahkan asam pekat dan kategori. Pertama, metoda yang
katalis perak sulfat, kemudian didasarkan pada prinsip oksidasi
dipanaskan selama beberapa waktu. kimia secara konvensional dan
Selanjutnya, kelebihan kalium sederhana dalam proses analisisnya.
bikromat ditera dengan cara titrasi. Kedua, metoda yang berdasarkan
Dengan demikian kalium bikromat pada oksidasi elektrokatalitik pada
yang terpakai untuk oksidasi bahan bahan organik dan disertai
organik dalam sampel dapat dihitung pengukuran secara elektrokimia.
dan nilai COD dapat ditentukan KOK= Kebutuhan Oksigen
3. Metode Analisa COD Kimiawi (Chemical Oxygen Demand
Metoda standar penentuan = COD) adalah jumlah oksidan
kebutuhan oksigen kimiawi atau Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan
Chemical Oxygen Demand contoh uji dan dinyatakan sebagai
(COD) yang digunakan saat ini mgO2
adalah metoda yang melibatkan untuk tiap 1000 ml contoh uji.
penggunaan oksidator kuat kalium Senyawa organik dan anorganik,
bikromat, asam sulfat pekat, dan terutama organik dalam contoh uji
perak sulfat sebagai katalis. dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam
Kepedulian akan aspek refluks tertutup menghasilkan Cr(3+).
kesehatan lingkungan mendorong Jumlah oksidan yang dibutuhkan
perlunya peninjauan kritis metoda dinyatakan dalam ekuivalen oksigen
standar penentuan COD tersebut, (O2mg /L) diukur secara
karena adanya keterlibatan bahan- spektrofotometri sinar
bahan berbahaya dan beracun dalam tampak.Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi
proses analisisnya. Berbagai usaha pada panjang gelombang 400 nm dan
Cr (3+)kuat mengabsorpsi pada 4. Gangguan zat yang bersifat
panjang gelombang 600 nm. Untuk racun tidak menjadi masalah
nilai KOK 100 mg/L sampai dengan Hal ini disebabkan karena tes
900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) COD merupakan suatu analisa
pada panjang gelombang 600 nm. yang menggunakan suatu
Pada contoh uji dengan nilai KOK oksidasi kimia yang menirukan
yang lebih tinggi, dilakukan oksidasi biologis.
pengenceran terlebih dahulu sebelum Sedangkan kekurangan dari
pengujian. Untuk nilai KOK lebih tes COD adalah tidak dapat
kecil atau sama dengan 90 mg/L membedakan antara zat yang
ditentukan pengurangan konsentrasi sebenarnya yang tidak teroksidasi
Cr2O7(2-) pada panjang gelombang (inert) dan zat-zat yang teroksidasi
420 nm. secara biologis. Untuk tingkat
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode ketelitian pinyimpangan baku antara
Analisis COD laboratorium adalah 13 mg/l.
Adapun kelebihan dari metode Sedangkan penyimpangan
analisi COD adalah sebagai berikut : maksimum dari hasil analisa dalam
1. Memakan waktu ±2 jam, suatu laboratorium sebesar 5% masih
sedangkan BOD5 memakan diperkenankan. Senyawa kompleks
waktu 5 hari. anorganik yang ada di perairan yang
2. Untuk menganalisa COD dapat teroksidasi juga ikut dalam
antara 50 – 800 mg/l, tidak reaksi (De Santo, 1978), sehingga
dibutuhkan pengenceran dalam kasus- kasus tertentu nilai
sampel,sedangkan COD mungkin sedikit ‘over
BOD5 selalu membutuhkan estimate’ untuk gambaran kandungan
pengenceran. bahan organik.
3. Ketelitan dan ketepatan 5. Penanggulangan
(reprodicibilty) tes COD Kelebihan/Kekurangan Kadar
adalah 2 sampai 3 kali lebih COD
tinggi dari tes BOD5 a. Penanggulangan kelebihan
Kadar COD
Pada Trickling filter terjadi terkandung di dalam limbah. Di sisi
penguraian bahan organik yang lain dapat diamati pula bahwa
terkandung dalam limbah. semakin kecil nilai COD awal
Penguraian ini dilakukan oleh (sebelum treatment dilakukan) akan
mikroorganisme yang melekat pada menimbulkan kecenderungan
filter media dalam bentuk lapisan penurunan nilai COD akhir sehingga
biofilm. Pada lapisan ini bahan persentase penurunan CODnya
organik diuraikan oleh meningkat seperti yang ada pada
mikroorganisme aerob, sehingga grafik 4.6. Karena dengan COD awal
nilai COD menjadi turun. Pada yang kecil ini, kandungan bahan
proses pembentukan lapisan biofilm, organik dalam limbah pun sedikit,
agar diperoleh hasil pengolahan sehingga bila dilewatkan trickling
yang optimum maka dalam hal filter akan lebih banyak yang terurai
pendistribusian larutan air kolam akibatnya COD akhir turun. Begitu
retensi Tawang pada permukaan pula bila diamati dari sisi jumlah
media genting harus merata tray (tempat filter media). Semakin
membasahi seluruh permukaan banyak tray, upaya untuk
media. Hal ini penting untuk menurunkan kadar COD akan
diperhatikan agar lapisan biofilm semakin baik. Karena dengan
dapat tumbuh melekat pada seluruh penambahan jumlah tray akan
permukaan genting. memperbanyak jumlah ruang /
Berdasarkan hasil penelitian yang tempat bagi mikroorganisme penurai
telah dilakukan dapat diketahui untuk tumbuh melekat. Sehingga
bahwa semakin lama waktu tinggal, proses penguraian oleh
maka nilai COD akhir semakin turun mikroorganisme akan meningkat dan
(presentase penurunan COD semakin proses penurunan kadar COD
besar). Hal ini disebabkan semakin semakin bertambah. Jadi prosen
lama waktu tinggal akan memberi penurunan COD optimum diperoleh
banyak kesempatan pada pada tray ke 3.
mikroorganisme untuk memecah Permukaan media bertindak
bahan-bahan organik yang sebagai pendukung mikroorganisme
yang memetabolisme bahan organik air limbah karena tersumbat
dalam limbah. Penyaring harus air kolam retensi Tawang.
mempunyai media sekecil mungkin b. Supplay oksigen dan sinar
untuk meningkatkan luas permukaan matahari kurang karena
dalam penyaring dan organisme aktif trickling filter diletakkan
yang akan terdapat dalam volume didalam ruangan sehingga
penyaring akan tetapi media harus pertumbuhan mikroba kurang
cukup besar untuk memberi ruang maksimal.
kososng yang cukup untuk cairan Dalam penumbuahan mikroba
dan udara mengalir dan tetap tidak distibusi air limbah dibuat berupa
tersumbat oleh pertumbuhan tetesan agar air limbah tersebut dapat
mikroba. Media berukuran besar memuat oksigen lebih banyak jika
seperti genting (tanah liat kering) dibanding dengan aliran yang terlalu
berukuran 2-4 in akan berfungsi deras karena oksigen sangat
secara maksimal. Media yang diperlukan mikroba untuk tumbuh
digunakan berupa genting berkembang.
dikarenakan lahan diatas permukaan b. Penanggulangan Kekurangan
genting cenderung berongga Kadar COD
dibanding media lain yang biasa Senyawa organik yang terdiri
mensuplai udara dan sinar matahari dari karbon, hidrogen dan oksigen
lebih banyak daripada media lain dengan elemen aditif nitrogen, sulfur,
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fosfat, dll cenderung untuk menyerap
mikroba pada genting. oksigen-oksigen yang tersedia dalam
Pada penelitian ini, efisiensi limbah air dikonsumsi oleh
Trickling Filter dalam penurunan mikroorganisme untuk mendegredasi
COD tidak dapat menurunkan senyawa organik akhirnya
sampai 60% dikerenakan : oksigen.Konsentrasi dalam air
a. Aliran air yang kurang merata limbah menurun, ditandai dengan
pada seluruh permukaan peningkatan COD, BOD, TSS dan
genting karena nozzle yang air limbah juga menjadi berlumpur
digunakan meyumbat aliran dan bau busuk.Semakin tinggi
konsentrasi COD menunjukkan Pemeriksaan parameter COD ini
bahwa kandungan senyawa organik menggunakan oksidator potassium
tinggi tidak dapat terdegredasi secara dikromat yang berkadar asam tinggi
biologis. EM4 pengobatan 10 hari da n dipertahankan pada temperatur
dalam tangku aerasi harus tertentu. Penambahan oksidator ini
dilanjutkan karena peningkatan menjadikan proses oksidasi bahan
konsentrasi COD. Fenomena ini organik menjadi air dan CO2, setelah
menunjukkkan bahwa EM4 tidak pemanasan maka sisa dikromat
bisa eksis baik di kondisi ini air diukur. Pengukuran ini dengan jalan
limbah, karena populasi yang kuat titrasi, oksigen yang ekuifalen
dan jumlah rendah mikroorganisme dengan dikromat inilah yang
dalam air limbah. menyatakan COD dalam satuan ppm.
Alat dan Bahan
Alat
a. COD Reaktor/peralatan
refluk
6. Penelitiann Kualitas Air
Limbah di RSUD Nganjuk
Tahun 2003
a. Tujuan penelitian :
mempelajari perbedaankadar
COD pada air limbah sebelum
dansesudah pengolahan di RSUD
b. Tabung COD
Nganjuk.
c. Peralatan titrasi dengan buret
asam
b. Prosedur Pemeriksaan
d. Labu Erlenmeyer
COD
e. Gelas ukur,pipet ukur
1) Metode Pemeriksaan
f. Sendok penyu
: Tanpa refluks
Bahan
(Titrasi di a. Larutan K2Cr2O7
Laboratorium) b. Reagen Asam Sulfat : Ag2SO4 +
2) Prinsip Analisis: H2SO4
c. Larutan FAS 5. Memasukkan tabung BL dan SP
d. Larutan Asam Sulfamat, jika ke dalam COD reaktor selama 2 jam
NO2 tinggi pada suhu 150°C.
e. H2SO4 6. Setelah 2 jam, didinginkan sampai
Cara Kerja suhu kamar, lalu memindahkan ke

- Mengambil 2 tabung COD erlenmeyer volume 100 ml yang


dan membilasnya dengan sebelumnya sudah dibilas dengan 10
aquadest. ml aquadest.
- Masing-masing tabung diberi
7. Tabung BL dan SP ditambahkan
label BL dan SP.
- Pembuatan blanko : 1-3 tetes indikator Ferroin, lalu
dititrasi dengan FAS, warna akan
a. Mengisi tabung BL dengan 2 ml
berubah dari kuning menjadi hijau
aquades
dan titrasi dihentikan saat warna
b. Menambahkan sepucuk sendok
berubah lagi menjadi coklat
HgSO4kristal.
kemerahan.
c. Menambahkan 3 ml H2SO4
8. Mencacat ml titrasi untuk blanko
proCOD.
dan untuk sampel.
d. Menambahkan 1 ml K2Cr2O7
5.) Perhitungan
e. Ditutup dan digojog, warna
menjadi kuning.
4. Penanganan sampel
a. Mengisi tabung SP dengan 2 ml
air sampel.
b. Menambahkan sepucuk sendok
HgSO4kristal.
c. Menambahkan 3 ml H2SO4
proCOD.
d. Menambahkan 1 ml K2Cr2O7
e. Ditutup dan digojog, warna
menjadi kuning.
b. Perbedaan Kadar COD mengalami penurunan
Sebelum dan Sesudah 41,01%. Menurut Santika dan
Pengolahan G. Alerts (1987) COD adalah
Hasil pengukuran kadar jumlah oksigen (mg O2) yang
COD diperoleh kadar COD dibutuhkan untuk
yangbervariasi dan terdapat mengoksidasi zat -zat organik
penurunanpada kadar COD yang ada dalam 1 liter sampel
sebelum dan sesudah air, dimana pengoksidasi
pengolahan. Penurunan kadar K2Cr2O7 digunakan sebagai
COD sebelum dan sesudah sumber oksigen (Oxidizing
pengolahan berkisar antara Agent). Proses aerasi adalah
33,33 mg/l sampai 50,08 mg/l proses penambahan oksigen
sehingga didapatkan rata-rata (Sugiharto, 1987). Dengan
penurunan sebesar 41,00%. menambahkan oksigen maka
Berdasarkan hasil uji t kadar COD akan mengalami
berpasangan dengan df = 6 perubahan sehingga proses
diperoleh t value=18,144 dan aerasi dapat menurunkan
signifikansi (p=0,000). kadar COD.Menurut SK
Dengan α=0,05 didapatkan Gubernur Jawa Timur No. 61
hasil bahwa p < α, hal ini tahun 1999 kadarCOD yang
berarti terdapat perbedaan diperkenankan sebesar 80
yang bermakna antara kadar mg/l, sedangkan hasil rata –
COD sebelum dan sesudah rata dari pemeriksaan kadar
pengolahan. Untuk lebih COD sesudah pengolahan di
jelasnya dapat dilihat pada IPAL RSUD Nganjuk sebesar
tabel berikut. 75,00 mg/l. Hal ini berarti
c. Kadar COD Sebelum dan bahwa untuk parameter COD
Sesudah Pengolahan sudah memenuhi parsyaratan
Hasil pengukuran kadar baku mutu yang telah
COD air limbah rumah sakit ditetapkan.
didapatkan bahwa kadar COD
d. Analisis Perbedaan Kadar DO
COD Sebelum dan Sesudah 1.1 Latar Belakang
Pengolahan Limbah merupakan benda
Berdasarkan data yang tidak diperlukan dan
yang sudah dianalisis , dibuang, limbah pada umumnya
didapatkan hasilbahwa ada mengandung bahan pencemar
perbedaan yang signifikan dengan konsentrasi bervariasi.
antara sebelum dan sesudah Bila
pengolahan dengan p<0,05 dikembalikan ke alam dalam jum
selain itu air limbah juga lah besar, limbah ini akan teraku
sudah melalui serangkaian mulasi di alam sehingga
proses pengolahan. Sama mengganggu keseimbangan
halnya dengan BOD, kadar ekosistem alam. Penumpukan
COD mengalami penurunan limbah di alam menyebabkan
disebabkan oleh pengaruh ketidakseimbangan ekosistem
dari IPAL terutama pada tidak dikelola dengan baik. Dan
reaktor aerasi, dimana terjadi sekarang Indonesia sedang giat-
suplai oksigen dari blower, giat nya membangun untuk
sehingga zat organik yang meningkatkan pertumbuhan
sukar dihancurkan secara ekonomi yang mengakibatkan
oksidasi segala sektor sedang dikelola
menjadi turun sehingga kadar secara sistematis dan dari semua
COD rata -rata sesudah aktivitas ini jelas menghasilkan
pengolahan di RSUD limbah buangan karena
Nganjuk sebesar 75,00 mg/l perubahan masyarakat dari
sudah memenuhi baku mutu agraris
yangtelah ditetapkan. (Mengelola) menjadi industrial
(Menghasilkan), industri pun
berkembang karena berbagai
kemudahan mulai dari sarana
transportasi struktur jalan
menjadi lebih baik Oksigen terlarut (dissolved
mengakibatkan pendistribusian oxygen, disingkat DO) atau sering
barang lebih cepat. juga disebut dengan kebutuhan
Dari perkembangan ini oksigen (Oxygen demand)
membuat dua sisi dampak yang merupakan salah satu parameter
dihasilkan yaitu dampak positif penting dalam analisis kualitas air.
dan negative, dampak positif nya Nilai DO yang biasanya diukur
yaitu pertumbuhan ekonomi dalam bentuk konsentrasi
rakyat semakin berkembang ini menunjukan jumlah oksigen
mulai tersedianya lapangan kerja, (O2) yang tersedia dalam suatu
pola hidup yang berubah, segi badan air. Semakin besar nilai DO
,pendapatan dan daya beli. pada air ,mengindikasikan air
Sedangkan dampak negatif nya tersebut memiliki kualitas yang
terjadia penurunan kualitas bagus. Sebaliknya jika nilai DO
lingkungan karena sifat rendah, dapat diketahui bahwa air
masyarakat kita yang menjadi tersebut telah tercemar.
malas disebabkan segala sesuatu Pengukuran DO juga bertujuan
bisa di beli dengan uang, sifat ini melihat sejauh mana badan air
yang sering muncul di mampu menampung biota air
masyarakat kita,ketika pekerjaan seperti ikan dan mikroorganisme.
telah mengatur waktu kehidupan Selain itu kemampuan air untuk
jadi kesadaran mulai berkurang membersihkan pencemaran juga
dengan pola hidup mengikuti ditentukan oleh banyaknya
jaman (Modern) berubah oksigen dalam air.
mengakibatkan banyak limbah Oksigen terlarut
yang dihasilkan dengan merupakan kebutuhan yang vital
pengelolaan yang tidak tepat bagi kelangsungan hidup
tidak bercermin lagi kehidupan organisme suatu
awal. perairan. Oksigen terlarut diambil
2.1 Pengolahan Limbah Dissolved oleh organisme perairan melalui
Oxygen (DO) respirasi untuk pertumbuhan,
reproduksi,dankesuburan. Menuru cukup baik untuk kehidupan ikan
nnya kadar oksigen terlarut dapat (Ismail, 1994).
mengurangi efesien pengambilan Oksigen terlarut dapat dianalisis
oksigen oleh biota laut, sehingga dengan 2 macam cara, yaitu :
dapat menurunkan kemampuan a. Metoda titrasi dengan cara
untuk hidup normal dalam WINKLER
lingkungan hidupnya. Umumnya Prinsipnya dengan menggunakan
oksigen dijumpai di lapisan titrasi iodometri. Reaksi antara
permukaan karena oksigen dari oksidator dengan KI
udara di dekatnya dapat secara menghasilkan I2.I2 yang terbentuk
langsung larut (berdifusi ke dalam dititrasi dengan larutan
air laut). Phytoplankton juga Na2S2O3 standar. Sampel yang
membantu meningkatkan kadar akan dianalisis terlebih
oksigen terlarut pada siang dahulu ditambahkan larutan
hari. Penambahan ini disebabkan MnSO4 dan Alkali Iodida Azida
oleh terlepasnya gas oksigen yang kemudian akan terbentuk
sebagai hasil fotosintesis endapan Mn(OH)2 berwarna putih.
(Hutabarat dan Evans, 1984). Dengan penambahan H2SO4 atan
Kandungan oksigen HCl maka endapan akan larut
terlarut 2 mgr/L adalah kembali dan juga
kandungan minimal yang cukup akan membebaskan molekul
untuk mendukung kehidupan iodium (I2) yang ekivalen dengan
organisme perairan secara oksigen terlarut. Iodium
normal. Agar kehidupan dapat yang dibebaskan ini
layak dan kegiatan perikanan selanjutnya dititrasi
berhasil maka kandungan oksigen dengan larutan standar natrium
terlarut harus tidak boleh kurang tiosulfat (Na2S203) dan
daripada 4 ppm sedangkan menggunakan indikator larutan
perairan mengandung 5 mgr/L amilum.
oksigen pada suhu 20 – 30 oC b. Metoda elektrokimia
masih dipandang sebagi air yang
Cara penentuan oksigen terlarut  Larutan MnSO4
dengan metoda elektrokimia Larutkan 480 MnSO4.4H2O
adalah cara langsung dalam 600 mL air suling,
untuk menentukan oksigen setelah larut encerkan dengan
terlarut dengan alat DO meter. aquadest sampai 1000 mL
Prinsip kerjanya adalah dan disimpan di botol
menggunakan probe oksigen yang berwarna coklat.
terdiri dari katoda dan anoda yang  Larutan Alkali Iodida Azida
direndam dalam larutan Timbang 10 gram
elektrolit. Pada alat DO meter, NaN3 larutkan dalam 500 mL
probe ini biasanya menggunakan aqudest, tambahkan 500 gram
katoda perak (Ag) dan NaOH dan 135 gram NaI
anoda timbal (Pb). Secara aduk sampai larut. Encerkan
keseluruhan, elektroda ini dilapisi larutan ini dengan aquadest
dengan membran plastik yang menjadi tepat 1 liter. (NaOH
bersifat semi permeable terhadap dan NaI bisa diganti dengan
oksigen. 700 gram KOH & 150 gram
1.) Metoda titrasi dengan cara KI). Simpan larutan ini ke
WINKLER dalam botol.
a.) Alat :  Larutan Asam Sulfat pekat
1. Aerator p.a
2. Botol Winkler  Larutan Kanji
3. Buret Mikro 10 mL Timbang 0,5 gram kanji
4. Filler larutkan dalam 100 mL air
5. Erlemeyer 250 mL mendidih, aduk hingga larut
6. Botol Semprot 500 mL dan simpan di tempat
7. Pipet ukur 1 mL dingin (refrigerator).
8. Pipet Tetes  Larutan Thiosulfat 0,025 N
9. Pipet Seukuran 25 mL Timbang 6,205 gram
10. Klem Buret Na2S2O3.5H2O larutkan
b.) Pereaksi : dalam aquadest yang telah
dididihkan terlebih dahulu tambahkan indikator kanji,
(agar bebas CO2). Standarkan lanjutkan titrasi sampai
normalitasnya saat akan terjadi perubahan warna dari
dipakai dengan larutan warna biru menjadi tidak
standar (KIO3 atau K2Cr2O7). berwarna.
c.) Langkah kerja : 8. Ulangi langkah kerja 6-7
1. Air keran diaerasi selama 2 sampai 2 atau 3 kali, catat
jam (optimal) untuk volume V yang keluar.
mendapatkan oksigen jenuh. 9. Perhitungan :
2. Pindahkan air yang telah
diaerasi dengan DO(mg/L) = V tiosulfat x N
menggunakan selang ke tiosulfat x 8 x 1000 / Volume
dalam botol DO blanko dan sampel
yang berisi sampel sampai Keterangan :
leher botol, tutup, buang N Thiosulfat =
kelebihannya. Konsentrasi Na2S2O3
3. Tambahkan 1 mL larutan Kelebihan Metode
MnSO4. Winkler dalam menganalisis
4. kemudian tambahkan 1 mL oksigen terlarut (DO) adalah
larutan Alkali-Iodida-Azida. dimana dengan cara titrasi
5. Simpan di tempat gelap berdasarkan metoda WINKLER
selama ± 20 menit setelah itu lebih analitis, teliti dan
tambahkan 1 mL H2SO4. akurat apabila dibandingkan
6. Larutan tersebut dipipet dengan cara alat DO meter. Hal
sebanyak 25 mL, kemudian yang perlu diperhatikan dalam
dipindahkan ke dalam labu titrasi iodometri ialah penentuan
Erlenmeyer 250 mL. titik akhir titrasinya, standarisasi
7. Kemudian titrasi dengan larutan tio dan penambahan
Natrium Thiosulfat yang telah indikator amilumnya. Dengan
diketahui konsentrasinya mengikuti prosedur yang tepat
sampai warna kuning jerami, dan standarisasi tio secara analitis,
akan diperoleh hasil penentuan mendapatkan oksigen jenuh.
oksigen terlarut yang lebih akurat. Oksigen jenuh adalah oksigen
Sedangkan cara DO meter, harus sebagai zat terlarut sudah tidak
diperhatikan suhu dan salinitas dapat dilarutkan kembali oleh air
sampel yang akan diperiksa. sebagai pelarutnya. Kemudian
Peranan suhu dan salinitas ini sampel ditambahkan larutan
sangat vital terhadap akurasi MnSO4 untuk mengikat oksigen
penentuan oksigen terlarut dengan yang terdapat dalam sampel. Lalu
cara DO meter. Disamping itu, kemudian ditambahkan Alkali
sebagaimana lazimnya alat yang Iodida Azida yang berasal dari
digital, peranan kalibrasi alat campuran KOH atau NaOH untuk
sangat menentukan akurasinya memberi suasana basa dan
hasil penentuan. Berdasarkan mengendapkan oksigen yang
pengalaman di lapangan, terikat oleh MnSO4 menjadi
penentuan oksigen terlarut dengan Mn(OH)2, KI atau NaI sebagai
cara titrasi lebih dianjurkan untuk sumber I2 dan sumber perubahan
mendapatkan hasil yang lebih redoks, serta NaN3 untuk
akurat. Alat DO meter masih mencegah terbentuknya Nitrit.
dianjurkan jika sifat penentuannya
hanya bersifat kisaran. Kemudian sampel disimpan
Sebelum memulai dalam tempat yang gelap
penetapan DO sampel diaerasi ±20menit untuk membiarkan
terlebih dahulu. Aerasi dapat endapannya turun dan sampel
menurunkan kandungan gas-gas terhindar dari cahaya. Setelah itu,
terlarut,seperti CO2 atau H2S, sampel ditambahkan H2SO4 agar
bahkan dapat menghilangkan besi pH menjadi asam dan dapat
dan mangan. Aerasi juga dapat melarutkan endapan. Sampel
dilakukan untuk tujuan dipipet sebanyak 25 mL untuk
memperbaiki rasa dan bau pada dititrasi oleh Na2S2O3 standar
proses penyediaan air minum. dengan bantuam indikator kanji
Aerasi dilakukan ±2jam untuk menjelang titik akhir sampai
terjadi perubahan warna dari biru Phenol diketahui dapat
menjadi biru tepat menghilang. mengganggu kesehatan dan dapat
Penambahan indikator menjelang terabsorbsi tubuh melalui kontak
titik akhir dilakukan agar tidak dengan kulit, pernafasan dan
terbentuk ikatan iod-amylum yang pencernaan. Efek yang
dapat menyebabkan volume ditimbulkan dapat berupa
Thiosulfat keluar lebih banyak chemical burn pada lokasi
dari yang seharusnya. Indikator terjadinya kontak dengan fenol,
kanji ini berfungsi sebagai keracunan sistemik, toksisitas
indikator yang mengikat ion-ion reproduktif, dan dapat memicu
yang ada pada larutan alkali- tumor (Anonim, 2008).
iodida-azida karena warna biru Phenol dianggap sebagai
tua kompleks pati – iod berperan salah satu zat berbahaya, oleh
sebagai uji kepekaan terhadap iod. karena itu pemerintah
Kepekaan itu lebih besar dalam memberikan batasan cukup ketat
larutan sedikit asam dari pada untuk nilai phenol dalam air
dalam larutan netral dan lebih limbah, seperti yang tertulis dalam
besar dengan adanya ion iodida. Peraturan Gubernur Jakarta Tahun
2013 No.69 Tentang Standar
2.2 Pengolahan Limbah Phenol Baku Mutu Limbah Cair Industri.
Phenol atau Phenil Alkohol Maks. Kadar Jenis
adalah termasuk zat organik. Phenol (mg/L) Industri
Seperti zat organik lainnya, 0,5 Farmasi
phenol terdiri dari unsur-unsur Perakita Sepeda
Karbon ( C ), Hidrogen ( H ) dan 0,2 Motor
Oksigen ( O ). Dalam dunia 0,25 Elektronika
industri keberadaan phenol dapat 0,2 Cat
ditemukan dalam beragam bidang 1,0 Kawasan Industri
seperti Industri migas, Farmasi,
Jenis Usaha
Cat, Elektronik bahkan rumah
0,5 Lainnya
sakit.
Tabel 1 Maksimal Kadar kemudian pH ditepatkan
Phenol Pada Beberapa Jenis sampai 7,9 + 0,1 dengan
Industri bufer fosfat.
Sumber : 5. Larutan tersebut dipindahkan
http://pelayanan.jakarta.go.id/ ke dalam corong pisah dan
download/regulasi/peraturan- ditambahkan 0,5 mL larutan
gubernur-nomor-69-tahun- 4-aminoantipirin, dikocok,
2013-tentang-baku-mutu-air- kemudian ditambahkan 0,5
limbah-bagi-kesehatan-dan- mL K3[Fe(CN)6], diaduk rata.
atau-usaha.pdf 6. Larutan didiamkan selama 15
Metode Analisis Phenol menit, agar terbentuk
Penentuan kadar phenol kompleks fenol dengan 4-
dilakukan sesuai dengan prosedur amino antipirin berwarna
Standard Methods for the kuning jernih.
Examination of Water and Waste 7. Selanjutnya ditambahkan
Water [1]. CH2Cl2 sebanyak 10 mL ke
1. Larutan contoh sebanyak 250 dalam corong pisah, dikocok
mL dimasukkan ke dalam selama 2 menit, dan
gelas piala, dihomogenkan didiamkan sampai ke dua fase
dengan pengaduk magnet, terpisah.
dan ditepatkan pHnya sampai 8. Fase diklorometana dialirkan
< 4,0 dengan asam fosfat ke dalam labu takar 25 mL,
8,5%. melalui kertas saring yang
2. Setelah pengukuran pH, berisi natrium sulfat anhidrat.
larutan tersebut didestilasi. Perlakuan ini dilakukan dua
3. Sebanyak 100 mL larutan kali, kemudian tambahkan
contoh yang telah didestilasi CH2Cl2 sampai tanda batas
ditempatkan dalam gelas labu ukur 25 mL.
piala 250 mL. 9. Absorbansi larutan diukur
4. Larutan tersebut ditambahkan dengan menggunakan
0,5 mL NH4OH 0,5 N, spektrofotometer sinar
tampak pada 460 nm. Limit treatmentnya. Ya bayangkan
deteksi analisis fenol saja jika limbah yang
menggunakan metode ini dihasilkan adalah 100 m3/day
telah dilakukan, yaitu 0,0015 maka diperlukan kurang lebih
mg/L bak sebesar 200m3 sehingga
proses ini dapat berlangsung
Teknik Pengolahan Limbah
dengan baik. Terlebih lagi,
Cair Phenol
sifat phenol yang toxic dan
1. Teknik Aerob-Anaerob
lagi seperti desinfektan dapat
mematikan bakteri dan
mikroorganisme pengurai
sehingga Teknik Aerob dan
Anaerob ini hanya disarankan
untuk limbah yang
Gambar 1 Kolam aerasi
mengandung phenol dibawah
Teknik ini berfokus
10 ppm.
pada penguraian fenol
2. Teknik Penambahan
menjadi CO2 dan H2O dan
Chemical Oksidator
zat organik nutrisi bagi
bakteri. Menggunakan Beberapa chemical
lumpur aktif dari kotoran sudah dikenal luas sebagai
ternak maupun manusia yang oksidator yang sanggup
sudah diaktivasi lewat untuk menguraikan zat-
serangkaian proses biologi. zat organik. Chemical
Teknik ini sudah terbukti tersebut adalah Kaporit,
efektif dilapangan dan sudah Klorin ataupun Peroksida
banyak diaplikasikan dalam dsb. Hanya saja
banyak industri, hanya saja penambahan chemical
kekurangannya adalah teknik yang terlalu banyak dapat
ini memerlukan area yang menimbulkan masalah
cukup luas dalam TDS overload yang
nantinya dapat 4. Teknik MOR
menimbulkan efek
kerusakan yang tidak
kalah hebatnya dengan
phenol. Sehingga teknik
ini juga tidak disarankan MOR atau Multiple
untuk limbah phenol Oxidation Reduction
dalam tingkat yang cukup System, bertumpu pada
tinggi. injeksi Oksigen bebas (O-
3. Teknik Ion Exchange Nascent). Sehingga dapat
mengoksidasikan Phenol
dengan efektif. Karena pada
intinya Phenol adalah zat
organik, sehingga cara
Teknik ini menggunakan paling ampuh adalah dengan
Cation dan Anion Resin, oksidasi. Hebatnya teknik
yang jalannya sama dengan MOR ini tidak akan
proses demineralisasi. Teknik menambahkan beban TDS
ini cukup ampuh dalam pada air limbah, ditambah
mereduksi nilai Phenol, lagi teknik MOR ini tidak
hanya saja harga resin yang menghasilkan sludge atau
cukup tinggi mengakibatkan endapan seperti pada teknik
teknik Ion Exchange ini aerob dan anaerob sehingga
dinilai tidak ekonomis. Selain teknik inilah yang paling
itu nantinya akan ada proses tepat untuk menghilangkan
regenerasi yang Phenol dalam air limbah,
menggunakan chemical asam bahkan Nilai efektifitasnya
dan basa yang cukup banyak. bisa mencapai 99%.
Teknik MOR juga
mampu mengolah limbah
Phenol dalam kadar yang
sangat tinggi bahkan hingga membantu pembersihan dan
13.000 mg/L. Beberapa terbuat dari bahan-bahan
Proyek dengan turunan minyak bumi. Produk
Menggunakan MOR ini deterjen saat ini sudah
sudah berhasil dilaksanakan digunakan oleh hampir semua
di seluruh Indonesia, seperti penduduk untuk berbagai
di Tempat Pembuangan keperluan seperti mencuci
sampah, Pabrik Kopi dan pakaian dan perabotan serta
bahkan Kilang Minyak juga sebagai bahan pembersih
beberapa sudah lainnya. Salah satu senyawa
menggunakan teknik ini. utama yang dipakai dalam
Selain karena Investasi awal deterjen adalah senyawa
yang terbilang rendah, Dodesil Benzena Sulfonat
teknik ini juga mudah dalam dalam bentuk Natrium
pengoprasian dan juga tidak Benzena Sulfonat (NaDBS).
menggunakan banyak lahan. Senyawa ini mempunyai
Hebatnya lagi teknik ini kemampuan untuk
dapat dengan mudah menghasilkan buih. Senyawa
diadaptasikan pada utama yang lainnya adalah
persoalan limbah yang Natrium tripolifosfst (STTP)
overload (Biasanya karena yang mempunyai kemampuan
ada expansi). sebagai pembersih kotoran.
2.3 Pengolahan Limbah Deterjen Kedua senyawa ini sangat
a. Deterjen Dan sulit terurai secara alamiah
Kandungannya dalam air. Salah satu dampak
Deterjen merupakan yang terjadi adalah timbulnya
salah satu bahan pencemar buih dipermukaan perairan
yang tidak dapat diuraikan sehingga dapat mengganggu
oleh organisme. Deterjen pelarutan oksigen dalam air.
adalah campuran berbagai Awalnya deterjen
bahan, yang digunakan untuk dikenal sebagai pembersih
pakaian, namun kini meluas Natrium (RSO3- Na+ dan
dalam bentuk produk-produk ROSO3- Na+) yang berasal
seperti: dari derivat minyak nabati
1. Personal cleaning atau minyak bumi (fraksi
product, sebagai produk parafin dan olefin).
pembersih diri seperti Deterjen mengandung
sampo, sabun cuci zat aktif permukaan yang
tangan, dll. serupa dengan sabun,
2. Laundry, sebagai pencuci misalnya natrium
pakaian, merupakan benzensulfonat (Na-ABS).
produk deterjen yang Garam kalsium atau
paling populer di magnesium yang larut dalam
masyarakat. air sadah jika bereaksi dengan
3. Dishwashing product, Na-ABS tetap larut dalam air
sebagai pencuci alat-alat dan tidak mengendap.
rumah tangga baik untuk Pada umumnya,
penggunaan manual deterjen terdiri atas empat
maupun mesin pencuci jenis bahan penyusun. Bahan
piring. penyusun tersebut adalah :
4. Household cleaner, 1.) Surfaktan (surface
sebagai pembersih rumah active agent)
seperti pembersih lantai, Merupakan zat aktif
pembersih bahan-bahan permukaan yang
porselen, plastik, metal, mempunyai ujung
gelas, dll. berbeda yaitu
hydrophile (suka air)
Detergen adalah Surfaktant
dan hydrophobe
anionik dengan gugus alkil
(suka lemak).
(umumnya C9 – C15) atau
Surfaktan merupakan
garam dari sulfonat atau
bahan utama deterjen.
sulfat berantai panjang dari
Bahan aktif ini
berfungsi Phosphate (STPP) ,
menurunkan Asetat (Nitril Tri
tegangan permukaan Acetate (NTA),
air sehingga dapat Ethylene Diamine
melepaskan kotoran Tetra Acetate
yang menempel pada (EDTA), Silikat
permukaan bahan. (Zeolit), dan Sitrat
Surfaktant ini baik (asam sitrat).
berupa anionic (Alkyl 3.) Filler (pengisi)
Benzene Sulfonate Adalah bahan
(ABS), Linier Alkyl tambahan deterjen
Benzene Sulfonate yang tidak
(LAS), Alpha Olein mempunyai
Sulfonate (AOS), kemampuan
Kationik (Garam meningkatkan daya
Ammonium), Non cuci, tetapi
ionic (Nonyl phenol menambah kuantitas
polyethoxyle), atau dapat
Amphoterik (Acyl memadatkan dan
Ethylenediamines). memantapkan
2.) Builder sehingga dapat
(Permbentuk) menurunkan harga.
Berfungsi Contoh : Sodium
meningkatkan sulfate.
efisiensi pencuci dari 4.) Additives
surfaktan dengan cara Adalah bahan
menon-aktifkan suplemen/ tambahan
mineral penyebab untuk membuat
kesadahan air. Baik produk lebih
berupa Phosphates menarik, misalnya
(Sodium Tri Poly pewangi, pelarut,
pemutih, pewarna 1) Deterjen jenis
dan sebagainya yang keras
tidak berhubungan Deterjen jenis ini
langsung dengan sukar dirusak oleh
daya cuci deterjen. organisme
Additives meskipun bahan
ditambahkan lebih tersebut dibuang,
untuk maksud akibatnya zat
komersialisasi tersebut masih
produk. Contoh : aktif. Jenis inilah
Enzyme, Borax, yang
Sodium chloride, menyebabkan
Carboxy Methyl pencemaran air.
Cellulose (CMC) Contoh : Alkil
dipakai agar kotoran Benzena Sulfonat
yang telah dibawa (ABS).
oleh detergent ke
dalam larutan tidak 2) Deterjen jenis
kembali ke bahan lunak
cucian pada waktu Deterjen jenis ini
mencuci (anti bahan penurun
Redeposisi). Wangi – tegangan
wangian atau parfum permukaannya
dipakai agar cucian mudah dirusak
berbau harum, oleh
sedangkan air sebagai mikroorganisme,
bahan pengikat. sehingga tidak
Menurut kandungan aktif lagi setelah
gugus aktifnya, maka dipakai. Contoh :
deterjen diklasifikasikan Lauril Sulfat atau
sebagai berikut :
Lauril Alkil keras dibandingkan gugus
Sulfonat (LAS). fungsi karboksilat.
b. Dampak Deterjen terhadap Deterjen yang keras
Kesehatan Dan Lingkungan dapat menimbulkan masalah
Bahan kimia yang pada kulit.
merupakan bahan deterjen Selain itu, konsumen juga
ada yang termasuk keras dan dapat memilih deterjen lunak,
ada pula yang termasuk seperti deterjen cair. Bahan
lunak. Keras-lunaknya deterjen cair ini kurang
deterjen tergandung pada menimbulkan iritasi karena
kadar pH (tingkat keasaman rantai surfaktan-nya lebih
atau kebasaan) jenis zat-zat pendek dari deterjen bubuk,
kimia di dalam deterjen, tetapi daya pembersih
terutama dari bentuk rantai deterjen cair ini lebih rendah
kimia dan jenis gugus fungsi dari deterjen bubuk.
surfaktan. Deterjen sangat
Dari kadar pH berbahaya bagi lingkungan
deterjen yang sangat basa karena dari beberapa kajian
(9,5-12), diketahui bahwa menyebutkan bahwa detergen
deterjen memang bersifat memiliki kemampuan untuk
korosif. Hal ini dapat melarutkan bahan dan
mengakibatkan iritasi pada bersifat karsinogen, misalnya
kulit. Sementara pada 3,4 Benzonpyrene, selain
susunan rantai kimia gangguan terhadap masalah
surfaktan terdapat formulasi kesehatan, kandungan
bahwa semakin panjang dan detergen dalam air minum
bercabang rantai surfaktan, akan menimbulkan bau dan
akan semakin keras deterjen rasa tidak enak. Deterjen
tersebut. Sedangkan dari jenis kationik memiliki sifat racun
gugus fungsinya, maka gugus jika tertelan dalam tubuh, bila
fungsi sulfonat bersifat lebih
dibanding deterjen jenis lain LAS relatif mudah
(anionik ataupun non-ionik). didegradasi secara biologi
Ada dua ukuran yang dibanding ABS. LAS bisa
digunakan untuk melihat terdegradasi sampai 90%.
sejauh mana produk kimia Akan tetapi prorsesnya sangat
aman di lingkungan yaitu lambat, karena dalam
daya racun (toksisitas) dan memecah bagian ujung rantai
daya urai (biodegradable). kimianya khususnya ikatan o-
ABS dalam lingkungan mega harus diputus dan butuh
mempunyai tingkat proses beta oksidasi. Karena
biodegradable sangat rendah, itu perlu waktu. Menurut
sehingga deterjen ini penelitian, alam
dikategorikan sebagai ‘non- membutuhkan waktu
biodegradable’. sembilan hari untuk mengurai
Dalam pengolahan LAS. Itu pun hanya sampai
limbah konvensional, ABS 50%.
tidak dapat terurai, sekitar Detergen ABS sangat
50% bahan aktif ABS lolos tidak menguntungkan karena
dari pengolahan dan masuk ternyata sangat lambat terurai
dalam sistem pembuangan. oleh bakteri pengurai
Hal ini dapat menimbulkan disebabkan oleh adanya
masalah keracunan pada biota rantai bercabang pada
air dan penurunan kualitas spektrumya. Dengan tidak
air. LAS mempunyai terurainya secara biologi
karakteristik lebih baik, deterjen ABS, lambat laun
meskipun belum dapat perairan yang terkontaminasi
dikatakan ramah lingkungan. oleh ABS akan dipenuhi oleh
LAS mempunyai gugus alkil busa, menurunkan tegangan
lurus/ tidak bercabang yang permukaan dari air,
dengan mudah dapat diurai pemecahan kembali dari
oleh mikroorganisme. gumpalan (flock) koloid,
pengemulsian gemuk dan mikroorganisma pada proses
minyak, pemusnahan bakteri pengolahannya. Cara Kerja
yang berguna, penyumbatan alat ini adalah sebagai berikut
pada pori – pori media :
filtrasi. a. Air limbah setelah
Kerugian lain dari dilakukan
penggunaan deterjen adalah penyaringan dan
terjadinya proses eutrofikasi equalisasi
di perairan. Ini terjadi karena dimasukkan kedalam
penggunaan deterjen dengan bak pengendap awal
kandungan fosfat tinggi. untuk menurunkan
Eutrofikasi menimbulkan suspended solid.
pertumbuahan tak terkendali b. Air limpasan dari bak
bagi eceng gondok dan pengendap awal
menyebabkan pendangkalan dialirkan ke kolam
sungai. Sebaliknya deterjen aerasi melalui satu
dengan rendah fosfat beresiko pipa dan dihembus
menyebabkan iritasi pada dengan udara
tangan dan kaustik. Karena sehingga
diketahui lebih bersifat mikroorganisma
alkalis. Tingkat keasamannya bekerja menguraikan
(pH) antara 10 - 12. bahan organik yang
c. Proses Lumpur Aktif ada di air limbah.
Teknik Pengolahan air c. Dari bak bak aerasi
limbah banyak ragamnya. air limbah dialirkan
Salah satu dari teknik Air ke bak pengendap
limbah adalah proses lumpur akhir, lumpur
aktif dengan aerasi oksigen diendapkan, sebagian
murni. Pengolahan ini lumpur dikembalikan
termasuk pengolahan biologi, ke kolam aerasi.
karena menggunakan bantuan
Keuntungannya adalah Peralatan yang digunakan dalam
sebagai berikut : penelitian dikelompokkan menjadi
1. Daya larut oksigen dalam dua yaitu peralatan pengolahan
air limbah lebih besar limbah deterjen dan peralatan
2. Efisiensi proses lebih analisis kimia. Peralatan pengolahan
tinggi limbah deterjen antara lain bak
3. Cocok untuk pengolahan pengolahan dengan volume 5 liter.
air limbah dengan debit Toples plastik dengan volume 2 liter,
kecil untuk polutan dan aerator. Peralatan analisis kimia
organik yang susah antara lain peralatn gelas seperti
terdegradasi. tabung reaksi, pipet volume, corong
1.) Teknik Lumpur pisah, timbangan analitik dan
Aktif spektofotometer UV-Vis.
a. Bahan Cara Kerja Pengolahan Limbah
Bahan yang Detertjen
digunakan dalam
Pembibitan (seeding)
penelitian ini
antara lain limbah Sebanyak 3 gram lumpur yang
deterjen, sedimen diperoleh dari Sungai Mati, 1 gram
(lumpur), NPK dimasukkan kedalam toples
NaDBS, pupuk plastik yang sudah disii dengan
NPK, Bahan akuades sebanyak 1 liter. Selama
kimia yang pembibitan dilakukan aerasi dengan
digunakan antara aerator yang ujung selangnya
lain reagen ditempatkan pada dasar toples.
Methylene blue, Aerasi dilakukan selain sebagai
klroform, H2SO4, sumber oksigen juga dapat sebagai
NaH2PO4.H2O alat pengadukan dari proses
dan akuades. pembibitan. Pembibitan ini dilakukan
b. Peralatan selama 1 minggu.
Pengolahan Limbah Deterjen bawah diambil dan fase air dicuci
dengan kloroform sampai warna biru
Disiapkan 2 bak percobaan yang
pada fase air berkurang atau
masing-masing diisi dengan 2 liter
menghilang.
air limbah. Bak pertama diisi dengan
Fase kloroform dikumpulkan pada
1 liter cairan pembibitan, dan bak
corong pisah yang lainnya, kemudian
kedua hanya diisi dengan limbah
ditambahkan 50 Ml larutan pencuci
deterjen. Pada sistem pengolahan ini
dan dikocok selama 60 detik,
dilakukan aerasi dan pengamatan
selanjutnya didiamkan sampai
dilakukan pada hari ke 3, 5, 7, 10 dan
terbentuk dua fase lagi. Fase
15.
kloroform ditampung, sedangkan
fase larutan pencuci dilakukan
Pembuatan Larutan Standar DBS
pencucian sebanyak dua kali dengan
Sebelum menentukan kadar DBS,
masing-masing 10 mL klroform.
dilakukan pembuatan standar DBS
Fase klroroform dikumpulkan dan
dari senyawa Na-DBS dengan
dibaca serapannya dengan
konsentrasi DBS 100 ppm.
spekrtofotometer pada panjang
Selanjutnya dibuat larutan standar
gelombang maksimum 644 nm.
1,0; 2; 5; 10 dan 25 ppm.
Perhitungan Efektivitas
Penentuan Kadar DBS pada Sampel
Untuk menentukan nilai efektivitas
Sebanyak 10,0 mL sampel deterjen
penurunan DBS dapat dihitung
dimasukkan ke dalam corong pisah,
dengan
kemudian ditambahkan dengan 25
menggunakan rumus berikut :
mL kloroform dan 25 mL pereaksi
Efektifitas % = DBS awal–DBS selama pengolahan
methylene blue. Campuran dalam DBS awal

corong pisah dikocok selama 10 Pengolahan Limbah Deterjen


detik dan didiamkan sampai metode MBAS (Methylen Blue
terbentuk dua fase yaitu fase Active Surfactant)
kloroform dan fase air. Fase Pengaruh deterjen terhadap
kloroform yang berada di bagian lingkungan dapat diketahui dengan
menganalisis kadar surfaktan anion
atau deterjen pada sampel beberapa
limbah dengan metode MBAS spektrofotometri pada
(Methylen Blue Active Surfactant). panjang gelombang 652 nm.
Methylen Blue (Metilen Biru) Konsentrasi yang terbaca
merupakan pewarna thiazine yang adalah kadar surfaktan anion
kerap digunakan sebagai bakterisida pada sampel limbah yang
dan fungsida pada akuarium yakni berikatan dengan metilen biru.
mereaksikan/ menambahkan zat Batas deteksi surfaktan anion
metilen biru yang akan berikatan menggunakan pereaksi
dengan surfaktan sehingga dihasilkan pengomplek metilen biru sebesar
garam yang berwarna biru. 0,026 mg/L, dengan rata-rata
Inti dari metode MBAS ada 3 persen perolehan kembali
secara berurutan yaitu: 92,3%. Beberapa persenyawaan
1. Ekstraksi metilen biru dengan seperti sulfat, sulfonat,, phosfat,
surfaktan anion dari media fenol, dan zat organic seperti
larutan air ke dalam NaCl
tiosianat, klorida, nitrat
kloroform (CHCl3) dimana membentuk ikatan kompleks
metilen biru dengan surfaktan dengan metilen blue serta
anion tidak larut dalam memberikan kesalahan analisa
kloroform, tetapi larut dalam positif (menaikan kadar
air, sedangkan garamnya LAS).Sedangkan zat organik
yang berwarna biru data amina memberikan kesalahan
diekstraksi dengan kloroform. analisa negatif (menurunkan
Berikut reaksi antara metilen kadar LAS).
blue dengan surfaktan a. Alat dan Bahan
anionik: Alat :Corong pisah
2. Terpisahnya antara fase air - Gelas ukur 100 mL
dan organik - Pipet tetes
3. Pengukuran absorbansi pada - Pipet volume 10 mL, 25
warna biru dalam CHCl3 mL, dan 50 mL
dengan menggunakan alat - Labu ukur 100 mL
Bahan :
- Larutan NaOH 1 N
- Larutan H2SO4 1 N
- Larutan indikator
fenolftalein
- Larutan metilen biru
- Kloroform (CHCl3)
b. Alur Kerja

10 mL sampel

- dimasukkan dalam corong pemisah


- ditambah beberapa tetes indikator
fenolftalein
- ditambah beberapa tetes larutan NaOH 1
N sampai berwarna merah muda

Larutan berwarna
merah muda
- ditambah beberapa tetes larutan H2SO4 1
N sampai larutan tidak berwarna

Larutan tak berwarna

- ditambah 2,5 mL larutan metilene biru


- ditambah 1 mL kloroform
- dikocok sambil membuka dan menutup
kran corong pisah beberapa kali
- biarkan sampai terjadi pemisahan

Fase bawah Fase atas

- Ditampung dalam - dimasukkan dalam corong


gelas ukur pemisah lain
- diekstraksi 3 kali dengan
ditambah 1 mL kloroform

Hasil Hasil
ekstraksi ekstraksi

- baca absorbansi pada


spektrofotometer
dengan panjang
gelombang 652 nm

Absorbansi
ALKALINITAS DAN LOGAM Jenis-jenis bahan kimia yang
1.1 Latar Belakang umum dipakai antara lain bahan
kimia bersifat asam, basa, organik
Kegiatan yang dilakukan di
dan anorganik. Jenis asam-asam kuat
laboratorium akan menghasilkan air
yang digunakan antara lain asam
buangan yang disebut air limbah
klorida (HCl), asam nitrat (HNO.),
laboratorium. Air limbah
asam sulfat (H2SO4)dan lain-lain.
laboratorium ini sangatlah kompleks
Beberapa asam lemah yang
sifatnya, terdiri dari sisa-sisa bahan
digunakan antara lain asam phosphat
kimia yang selesaidigunakan, air
(H3PO4), asam karboksilat
bekas cucian peralatan maupun sisa-
(HCOOH) dan sebagainya.
sisa sampel yang diuji, ada yang
Sedangkan basa kuat yang umum
merupakan senyawa organik maupun
digunakan seperti Natrium
anorganik, ada yang bersifat basa
hidroksika (NaOH) dan Kalium
maupun asam, iritatif, reaktif dan
hidroksida (KOH). Kelompok bahan
logam berat yang bersifat racun.
kimia anorganik meliputi
Berdasarkan Peraturan
berbagaijenis garam seperti Natrium
Pemerintah Republik lndonesia
klorida (NaCl), Magnesium klorida
Nomor 85 Tahun 1999 tentang
(MgClr), Kalium klorida (KCl),
pengolahan limbah 83, maka air
Merkurisulfat (HgSOo), Kalium
limbah laboratorium termasuk
kromat lKCrOo), Kalium bikromat
golongan limbah 83. Sebagian besar
(K2CrO?), Ferro amonium sulfat
unsur-unsur yang berbahaya yang
(Fe(NH.SO4),) dan berbagaijenis
terdapat dalam air limbah
garam lainnya.
laboratorium adalah logam berat
Bahan-bahan kimia organik
seperti besi (Fe), Mangan (Mn),
yang sering digunakan seperti
Krom (Cr) dan Merkuri (Hg). Selain
alkohol, aldehida, aseton, senyawa
itu juga terdapat zat padat terlarut
amina, amida dan sebagainya. Jenis
(TDS), amoniak (NH.) dan Nitrit
bahan kimia pendukung yang
(NOr) dan tentu saja derajat
digunakan seperti deterjen sebagai
keasaman (pH).
bahan pembersih. Bahan-bahan
kimia tersebut di atas pada umumnya ini,yang paling utama adalah kalsium
dibuat sebagai pereaksi/reagenf dan magnesium nikarbonat. Pada
dengan berbagai konsentrasi yang umumnya air limbah adalah basa
selanjutnya digunakan oleh yang diterima dari penyediaan air, air
mahasiswa untuk melakukan analisa tanah, dan bahan tambahan selama
terhadap sejumlah contoh. Setelah dipergunakan.
mahasiswa melakukan praktikum, B. Cara Pemeriksaan
biasanya bahan-bahan kimia tersebut  Metode Titrasi Volumetri
langsung dibuang ke saluran Indikator Warna
pembuangan tanpa dilakukan Alkalinitas dapat
pengolahan terlebih dahulu. diukur dengan titrasi volumetri
2.1 Alkalinitas dengan H2SO4 di dalam satuan

A. Pengertian Alkalinitas CaCO3 dengan menggunakan

Alkalinitas adalah indikator warna. Dimana untuk

pengukuran kapasitas air untuk sampel dengan pH diatas 8,3 titrasi

menetralkan asam-asam lemah, dilakukan dalam dua tahap. Pada

meskipun asam lemah atau basa tahap pertama titrasi sampai pH 8,2

lemah juga dapat sebagai dengan phenolpthalein sebagai

penyebabnya. Penyusun alkalinitas indikator yang ditunjukkan dari

perairan adalah anion bikarbonat perubahan warna merah menjadi

(HCO3-), karbonat (CO3-), dan tidak berwarna. Setelah itu titrasi

hidroksida (OH-). dilanjutkan dengan menambahkan

Alkalinitas atau kebasaan air indikator metil orange sampai pH 4,5

limbah disebabkan oleh adanya (larutan jadi tidak berwarna).Untuk

hidroksida, karbonat dan bikarbonat sampel yang pHnya kurang dari 8,3

seperti kalsium, magnesium, dan hanya dilakukan titrasi satu tahap

natrium atau kalium. Kebasaan dengan metil orange sebagai

adalah hasil dari adanya hidroksi indikator sampai pH 4,5 (warna

karbonat dan bikarbonat yang berupa berubah dari kuning jadi merah).

kalsium, magnesium,sodium, Pemilihan pH 8,3 sebagai titik akhir

potasium atau amoniak. Dalam hal pada titrasi tahap pertama ialah
berdasarkan pada titrasi alkalimetri.
Nilai pH 8,3 ini untuk titrasi 2. Ditambahkan 3 tetes
karbonat menjadi bikarbonat : indikator
CO32- + H+ HCO3- Phenolphtalein
Penggunaan pH 4,5 untuk
titik akhir titrasi pada tahap kedua
dari titrasi sesuai dengan perkiraan
untuk titik kesetimbangan untuk
konversi dari ion bikarbonat menjadi
asam karbonat :
HCO3- + H+ H2CO3 3. Jika sampel menjadi
 Alat dan Bahan merah jambu, dititrasi
 Alat dengan 0,1N H2SO4
 Erlenmeyer dari buret sampai
 Buret warna hilang, dicatat
 Pipet
 Gelas ukur kebutuhan asam yang
 Corong digunakan.
 Beaker glass (digunakan dasar
 Statip/penyangga
putih sehingga titik
 Bahan
perubahan tampak
 Asam sulfat 0,02 N
jelas)
 Indikator MO
 Indikator PP
 Aquadest
 Sampel air Limbah
 Cara kerja
1. Sampel dimasukkan
ke dalam erlenmeyer
4. Ditambahkan 3 tetes
sebanyak 50 ml dan
indikator Metil
diukur pH awalnya
Orange ke dalam
dengan pH meter
contoh yang telah
ditentukan alkalinitas BE :Berat
PP-nya molekul/2 dari CaCO3
(50)
Perhitungan :
 Sample I
Tanggal 23 Januari 2008

5. dititrasi dengan 0,01


N H2SO4 dari buret
sampai warna
 Sample II
berubah dari kuning Tanggal 23 Januari 2008
Mg/l CaCO3 = 7,83 x 0,1 N
menjadi jingga pucat.
x 50 x 1000
 Menentukan Nilai 50 Ml
= 420 Mg/l
Alkalinitas dikutip dari
C. Baku Mutu
Karya Ilmiah “Alkalinitas: Standar baku konsentrasi
Analisa dan alkalinitas pada air baku menurut
Permasalahannya untuk Air PP no 82 tahun 2001 yaitu 500
Industri ” disusun oleh mg/lt. Nilai alkalinitas berkisar
Aquarina Limbong.
antara 30-500 mg/l. Nilai
Hasil Pengamatan : alkalinitas di
No Sample Tanggal pH Asam Total perairan
Pengambilan Awal Penitrasi Alkalinitas
1 I 23 Jan 2008 7,75 7,05 705 berkisar antara
2 25 Jan 2008 8,12 7,2 720 5 hingga
II 23-Jan-2008 7,83 4,2 420
Analisa Data : ratusan mg/l.
Vx N x BE CaCO3 x 1000 Nilai alkalinitas yang alami pada
𝑚𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 perairan adalah 400 mg/l.
Keterangan : Perairan dengan nilai >40 mg/l
V : ml H2SO4 Yang disebut sadah, sedangkan
terpakai perairan dengan nilai <40 mg/l
N: Normalitas H2SO4 disebut lunak.
Alkalinitas Kondisi perairan digunakan untuk mengonversi
(mg/l) karbonat menjadi bikarbonat
0 – 10 Tidak dapat dan bikarbonat menjadi asam
dimanfaatkan
karbonat. Hal ini dapat
10 – 50 Alkalinitas rendah,
kematian mungkin menjadikan perairan dengan
terjadi, CO2 rendah, nilai alkalinitas total tinggi
ph bervariasi, dan tidak mengalami perubahan pH
perairan kurang
secara drastis (Cole,1988).
produktif
50 – 200 Alkalinitas sedang, ph 2. Koagulasi Bahan Kimia
bervariasi, CO2 Bahan kimia yang
sedang, produktivitas digunakan dalam proses
sedang
koagulasi air atau limbah
>500 Stabil, produktivitas
rendah, ikan terancam bereaksi dengan air
membentuk endapan
D. Peranan Alkalinitas hidroksida yang tidak larut. Ion
Alkalinitas berperan dalam hal-hal hidrogen yang dilepaskan
sebagai berikut : bereaksi dengan ion-ion
1. Sistem Penyangga penyusun alkalinitas, sehingga
Bikarbonat yang terdapat alkalinitas berperan sebagai
pada perairan dengan nilai penyangga untuk mengetahui
alkalinitas total tinggi berperan kisaran pH yang optimum bagi
sebagai penyangga perairan penggunaan koagulan. Dalam
terhadap perubahan pH yang hal ini nilai alkalinitas
drastis. Jika basa kuat sebaiknya berada pada kisaran
ditambahkan kedalam perairan optimum untuk mengikat ion
maka basa tersebut akan hidrogen yang dilepaskan pada
bereaksi dengan asam karbonat proses koagulasi.
membentuk garam bikarbonat 3. Pelunakan air
dan akhirnya menjadi Alkalinitas adalah
karbonat. Jika asam parameter kualitas air yang
ditambahkan kedalam perairan harus dipertimbangkan dalam
maka asam tersebut akan menentukan jumlah soda abu
dan kapur yang diperlukan Pemberian kapur (lime= kalsium
dalam proses pelunakan
hidroksida) ditujukan untuk
dengan metode pengendapan.
Pelunakan air bertujuan untuk meningkatkan pH. Kapur juga
menurunkan kesadahan. berperan sebagai desinfektan.
4. Pengendalian Korosi
Pemberian kapur yang berlebihan
Alkalinitas merupakan
parameter yang sangat penting atau aliran air yang kurang baik
termasuk didalam
dapat berakibat alkalinitas air
pengendalian korosi. Hal itu
harus diketahui disamping itu tinggi dan dapat berakibat fatal

untuk pengelompokkan dalam bagi ikan (Irianto, 2005).


Lengelier Saturasi indeks.
Alkanitas yang rendah
a. Dampak Dan
Penanggulangan diperairan dapat diatas dengan
Alkalinitas Dalam pengapuran dengan doses 5 ppm.
Perairan
Jenis kapur yang digunakan
Air dengan alkalinitas tinggi
disesuaikan kondisi PH air
(pH tinggi) jarang dijumpai.
sehingga pengaruh pengapuran
Dalam akuakultur, penggunaan
tidak membuat pH tinggi. Jenis
kolam semen baru memang akan
kapur yang baik digunakan
menyebabkan pH meningkat,
adalah Ca (OH)2 diaplikasikan
sehingga untuk pengoperasian
untuk menaikkan alkanitas
kolam semen diperlukan tindakan
sekaligus menaikkan PH air.
pengisian air dan pengurasan
Kandungan alkalinitas
berulang-ulang sebelum kolam
yang rendah, akan berdampak
semen siap digunakan untuk
negatif pada produktifitas suatu
budidaya.
organisme seperti akan menurunkan konsentrasi total

mempengaruhi kesehatan dan alkalinitas (Gurina, 2008).

pertumbuhan untuk kelangsungan Logam

hidupnya serta akan A. Definisi Logam

memepengaruhi kuantitas kadar Logam adalah unsur kimia

parameter lainya diantaranya yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat,

CO2, pH dan parameter lainya. keras, penghantar listrik dan panas,

penyebab yang mempengaruhi serta mempunyai titik cair tinggi.

terjadinya penurunan pH salah Bijih logamditemukan dengan cara

satunya yaitu terhadap bahan penambangan yang terdapat dalam

organik dimana akibat pH yang keadaan murni atau bercampur.

kurang stabil maka konsentrasi B. Logam dalam Limbah cair

total alkalinitas juga akan Limbah cair laboratorium

terpengaruh. Hal ini disebabkan (misalnya sisa analisis parameter

karena pada keadaan asam chemical oxygen demand / COD)

banyak tersedia ion hidrogen mengandung logam berat terlarut

bebas yang kemudian hidrogen (merkuri (Hg), perak (Ag), dan krom

bebas tersebut akan membentuk (Cr)) dalam konsentrasi tinggi dan

senyawa asam dengan mengikat berpotensi mencemari lingkungan,

basa-basa bebas seperti karbonat untuk mencegah timbulnya masalah

maupun bikarbonat yang akibat limbah tersebut diperlukan

merupakan unsur pembentuk metode pengolahan yang sesuai

total alkalinitas air, akibatnya dengan karakteristik limbah tersebut.


C. Cara Kerja Pemeriksaan - Filler
Bahan :
Logam pada Air
- Air Sampel ( Air
Dikutip dari laporan
Asrama)
praktikum yang dilakukan - HCL 0.1 N
- Ditizon
oleh Dewi Anisa pada Air

Sumur asrama Kesehatan Langkah Kerja


1. Menyiapkan 5 tabung reaksi dan
Lingkungan Surabaya.
di letakkan di rak tabung reaksi
Tujuan : Untuk 2. Mengambil Air sampel ( air
Memeriksa asrama) dengan menggunakan Botol
Keberadaan Sampel
Logam Berat ( 3. Mengambil 5 ml Air sampel
Cu,Cd,Hg,Pb,Zn dengan Menggunakan pipet volume
) Dalam Air 5 ml dan memasukkannya ke dalam
Sampel tabung reaksi. Masing- masing
Alat Dan Bahan tabung reaksi berisi 5 ml air sampel
Alat : 4. Menambahkan 1 ml HCL ke
o Tabung dalam masing-masing tabung reaksi
Reaksi dengan menggunakan pipet volume 1
(5) ml kemudian di kocok agar
o Rak homogen.
Tabung 5. Menambahkan 2 ml Ditizon ke
Reaksi dalam masing- masing tabung reaksi
o Pipet dengan menggunakan pipet Volume
Volum kemusian di campur / di kocok agar
e3(1 homogen.
Ml, 5 6. Melihat perubahan warna yang
Ml,10 terbentuk
Ml) Data Pengamatan
- Botol Sampel
kandungan logam berat Cu, Cd, Pb

dan Hg.

D. Baku Mutu Logam Berat

dalam Air Limbah


Analisa data

Pada data di atas dapat di lihat bahwa


setelah di tambahkan HCL dan
Ditizon pada air sampel tidak terjadi
perubahan/ pembentukan warna
sedangkan pada dasar teori diketahui
bahwa jika terdapat logam berat
maka air akan berubah warna sesuai
dengan kandungan logam berat nya.
Zn berwarna Metal berkilauan, Cu
berwarna hijau kebiruan, Kristal
kemerahan, Pb berwarna coklat
kehitaman, Hg berwarna kelabu
perak.
Tetapi hal tersebut tidak di temukan
pada percobaan.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan kandungan logam

berat Cu, Cd, Pb dan Hg dalam

sampel keran di asrama Kesling

Surabaya yang dilakukan secara

kualitatif dengan tes warna,

diperoleh hasil negatif yaitu dalam

sampel air sumur gali tidak terdapat


TSS, PH, SUHU Karakteristik fisika ini terdiri
1.1 Latar Belakang dari beberapa parameter, diantaranya
Limbah merupakan suatu :
barang (benda) sisa dari sebuah a) Total Solid (TS)
kegiatan produksi yang tidak Merupakan padatan di
bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. dalam air yang terdiri dari
Limbah sendiri dari tempat asalnya bahan organik maupun
bisa beraneka ragam, ada yang anorganik yang larut,
limbah dari rumah tangga, limbah mengendap, atau tersuspensi
dari pabrik-pabrik besar dan ada juga dalam air.
limbah dari suatu kegiatan tertentu. b) Total Suspended Solid (TSS)
Dalam dunia masyarakat yang Merupakan jumlah
semakin maju dan modern, berat dalam mg/l kering
peningkatan akan jumlah limbah lumpur yang ada di dalam air
semakin meningkat. Logika yang limbah setelah mengalami
mudah seperti ini; dahulunya penyaringan dengan
manusia hanya menggunakan jeruk membran berukuran 0,45
nipis untuk mencuci piring, namun mikron (Sugiharto, 1987).
sekarang manusia sudah Total Suspended Solid atau
menggunakan sabun untuk mencuci Padatan tersuspensi adalah
piring sehingga peningkatan akan padatan yang menyebabkan
limbah tak bisa di elakkan lagi. kekeruhan air, tidak terlarut
Karakteristik air limbah cair dan tidak dapat langsung
dapat diketahui menurut sifat-sifat mengendap, terdiri dari
dan karaktersitik fisika, kimia dan partikel-partikel yang ukuran
biologis.Dalam menentukan maupun beratnya lebih kecil
karakteristik limbah cair, ada tiga (3) dari sedimen.
sifat yang harus diketahui, yaitu : c) Temperatur
1. Karakteristik Fisika Merupakan parameter
yang sangat penting
dikarenakan efeknya terhadap
reaksi kimia, laju reaksi, digunakan untuk pengukuran kualitas
kehidupan organisme air dan air. Pengukuran TSS berdasarkan
penggunaan air untuk pada berat kering partikel yang
berbagai aktivitas sehari – terperangkap oleh filter, biasanya
hari. Naiknya suhu atau dengan ukuran pori tertentu.
temperatur air akan Umumnya, filter yang digunakan
menimbulkan akibat berikut : memiliki ukuran pori 0.45 μm
- Menurunnya (Clescerl, 1905).
jumlah oksigen Kandungan TSS memiliki
terlarut dalam air. hubungan yang erat dengan
- Meningkatkan kecerahan perairan. Keberadaan
kecepatan reaksi padatan tersuspensi tersebut akan
kimia. menghalangi penetrasi cahaya yang
- Mengganggu masuk ke perairan sehingga
kehidupan hubungan antara TSS dan kecerahan
organisme air. akan menunjukkan hubungan yang
2. Karateristik Kimia berbanding terbalik (Blom, 1994).
a. Derajat keasaman (pH) B. Cara Uji Padatan Tersuspensi
Keasaman air diukur dengan Total (Total Suspended
pH meter.Keasaman ditetapkan Solid/TSS) Secara Gravimetri
berdasarkan tinggi- rendahnya Dalam rangka menyeragamkan
konsentrasi ion hidrogen dalam air. teknik pengujian kualitas air
pH dapat mempengaruhi kehidupan dan air limbah sebagaimana
biologi dalam air. Bila terlalu rendah telah ditetapkan dalam
atau terlalu tinggi dapat mematikan Peraturan Pemerintah Nomor
kehidupan mikroorganisme. Ph 82 Tahun 2001 tentang
normal untuk kehidupan air 6 – 8. Pengelolaan Kualitas Air,
2.1 TSS Keputusan Menteri Negara
A. Pengertian TSS Lingkungan Hidup Nomor 02
Total Suspended Solid (TSS) Tahun 1988 tentang Baku Mutu
adalah salah satu parameter yang Air dan Nomor 37 Tahun 2003
tentang Metode Analisis Metode ini digunakan untuk
Pengujian Kualitas air menentukan residu tersuspensi yang
Permukaan dan Pengambilan terdapat dalam contoh uji air dan air
Contoh Air Permukaan, maka limbah secara gravimetri. Metode ini
dibuatlah Standar Nasional tidak termasuk penentuan bahan
Indonesia SNI 06-6989.3-2004, yang mengapung, padatan yang
Air dan air limbah – Bagian 3: mudah menguap dan dekomposisi
Cara uji padatan tersuspensi garam mineral. Padatan tersuspensi
total (Total Suspended Solid, total (TSS), adalah residu dari
TSS) secara gravimetri. SNI ini padatan total yang tertahan oleh
diterapkan untuk pengujian saringan dengan ukuran partikel
parameter-parameter kualitas maksimal 2µm atau lebih besar dari
air dan air limbah sebagaimana ukuran partikel koloid.
yang tercantum didalam
Cara uji dan Prinsip : Contoh uji
Keputusan Menteri tersebut.
yang telah homogen disaring dengan
Metode ini merupakan hasil
kertas saring yang telah ditimbang.
revisi dari butir 3.6 pada SNI
Residu yang tertahan pada saringan
06-2413-1991, Metode
dikeringkan sampai mencapai berat
pengujian kualitas fisika air.
konstan pada suhu 103°C sampai
SNI ini menggunakan referensi
dengan 105°C. Kenaikan berat
dari metode standar
saringan mewakili padatan
internasional yaitu Standard
tersuspensi total (TSS). Jika padatan
Methods for the Examination of
tersuspensi
Water and Waste Water.

 Bahan
a. Kertas saring (glass-fiber
filter) dengan beberapa
jenis:

 Uji Kualitas Air  Whatman Grade 934 AH,


dengan ukuran pori (Particle
Retention) 1,5 ìm ( Standar 7. cawan aluminium;
for TSS in water analysis). 8. cawan porselen/cawan
 Gelman type A/E, dengan Gooch;
ukuran pori (Particle 9. penjepit;
Retention) 1,0 ìm ( Standar 10. kaca arloji; dan
filter for TSS/TDS testing in 11. pompa vacum.
sanitary water analysis
c. Prosedur Kerja
procedures).
 E-D Scientific Specialities
1. Sebanyak 100 mL akuades
grade 161 (VWR brand grade
disaring dengan kertas
161) dengan ukuran pori
Whatman nomor 40,
(Particle Retention)1 , 1 ìm (
2. kemudian kertas saring
Recommended for use in
tersebut dipanaskan di dalam
TSS/TDS testing in water and
oven dengan suhu 105 oC
wastewater).
selama 1 jam dan didinginkan
 Saringan dengan ukuran pori
dalam desikator selama 15
0,45 ìm.
menit, lalu ditimbang berat
awalnya (misal: a gram).
b. Air suling.
3. Diambil 100 mL sampel
 Peralatan limbah vinasse dengan
menggunakan kertas saring
1. desikator yang berisi silika
yang telah diketahui beratnya,
gel;
kemudian dikeringkan dalam
2. oven, untuk pengoperasian
oven dengan suhu 105 oC
pada suhu 103°C sampai
selama 1 jam.
dengan 105°C;
4. Selanjutnya didinginkan
3. timbangan anal itik dengan
dalam desikator selama
ketelitian 0,1 mg;
kurang lebih 15 menit, lalu
4. pengaduk magnetik;
ditimbang berat akhirnya
5. pipet volum;
(misalnya: b gram).
6. gelas ukur;
Kandungan total padatan
tersuspensi dihitung dengan (preatmeant) untuk mencegah
menggunakan rumus : terjadinya gangguan pada proses
TSS(mg L-1 ) = (b - a) x pengolahan limbah cair secara
1000 konvensional. Secara umum,
100 dapat dikatakan bahwa pH limbah
C. Baku Mutu TSS cair domestik adalah mendekati

TSS yang ditetapkan netral.

pemerintah Indonesia untuk air B. Cara Pemeriksaan pH

buangan limbah rumah sakit adalah Keasaman air dapat

30 mg/L. Pada TSS inlet mingguan diukur dengan sederhana yaitu

diperoleh nilai yakni 88 mg/L, 56 dengan mencelupkan kertas

mg/L, 73 mg/L, 67 mg/L dan 184 lakmus kedalam air untuk

mg/L. Seluruh TSS di bagian inlet dilihat perubahan warnanya.

memiliki nilai di atas baku matu Selanjutnya warna kertas

yang ditetapkan oleh dicocokkan dengan warna

Pemerintah.Nilai tertinggi TSS standar yang tersedia, namun

adalah pada minggu kelima yakni dapat juga pengukuran pH

sebesar 184 mg/L. Hal tersebut menggunakan alat pH meter.

kemungkinan berasal dari debit Penggunaan pH meter sebagai

aliran limbah yang masuk, terutama alat pengukuran diharapkan

yang dihasilkan pada kegiatan rumah dapat menghindari kesalahan

sakit yang berasal dari instalasi gizi peneliti dalam membaca nilai

dan laundry. pH, disamping itu juga alat pH

2.2 pH meter lebih efisien dalam

A. Pengertian pH membaca nilai hasil analisis

pH (konsentrasi ion asam atau basa dari sampel

hydrogen) adalah ukuran yang akan diteliti.

keasaman (acidity) atau kebasaan - Alat : pH Universal

(alkalinity) limbah cair. pH


menunjukkan perlu atau tidaknya
pengolahan pendahuluan
pengukuran pH berdasarkan
pengukuran aktifitas ion
hidrogen secara
potensiometri/elektrometri
Gambar 1 : Alat pH Universal dengan menggunakan pH meter.
Sumber : Bahan :
https://www.amazon.co.uk/John Larutan penyangga (buffer) :
son-Test-Papers-Universal- Larutan penyangga 4, 7 dan 10
Indicator/dp/B00FVYBLD0 yang siap pakai atau dapat juga
Cara Kerja : dibuat
Peralatan :
1. Diambil air sampel.  pH meter dengan
2. Dicelupkan pH universal perlengkapannya
kedalamnya.  pengaduk gelas atau magnetik
3. Warna yang terjadi  gelas piala 250 mL
dibandingkan pada standard  kertas tissue
warna.  timbangan analitik, dan
- Alat : pH Meter  termometer.
Cara Kerja :

1) Bilas elektroda dengan air


suling dan keringkan
dengan kertas tissue.
2) Tuangkan sampel kedalam
gelas piala
Gambar 2 : Alat Ph Meter
3) Celupkan elektroda ke
Sumber :
dalam contoh uji
https://www.hunker.com/121569
4) Aduk secara perlahan
46/how-to-use-a-ph-meter
dengan kecepatan konstan
Prinsip cara uji derajat keasaman
supaya homogen sampai pH
(pH) dengan menggunakan alat
pH meter adalah sebuah metode
meter menunjukkan tidak cocok untuk kehidupan
pembacaan yang tetap. banyak organisme (Afhra,
5) Catat hasil pembacaan skala 2011).
atau angka pada tampilan Air sungai dalam kondisi
dari pH meter alami yang belum tercemar
memiliki pH 6,5 –8,5 karena
C. Baku Mutu Ph
pencemaran pH air dapat
menjadi lebih rendah dari 6,5
Berdasarkan Keputusan
atau lebih tinggi dari 8,5. Jika air
Menteri Negara Lingkungan
limbah yang bersifat asam
Hidup Nomor : KEP-
dibuang terus menerus kesungai
58/MENLH/12/1995 Tentang
maka akan memicu
Baku Mutu Limbah Cair
pertumbuhan jamur semakin
Kegiatan Rumah Sakit bahwa
tinggi di dalam air sungai, sebab
untuk nilai parameter pH adalah
jamur dapat tumbuh pada daerah
6 – 9.
lembab dengan pH rendah ,
Tinggi atau rendahnya suatu kondisi dimana bakteri
nilai suatu pH kemungkinan tidak bisa hidup.
disebabkan oleh bahan-bahan 2.3 Suhu
yang terlarut atau terbawa pada A. Pengertian Suhu
aliran limbah yang masuk ke
Temperatur merupakan salah
dalam sumur penampung. Air
satu sifat fisika utama yang
limbah dengan konsentarasi air
mempengaruhi kehidupan aquatic.
limbah yang tidak netral akan
Proses biologis akan berlangsung
menyulitkan proses biologis,
lambat pada suhu yang rendah dan
sehingga mengganggu proses
suhu yang tinggi dalam air bersifat
penjernihannya. Perubahan nilai
fatal pada organisme. Perbedaan
pH mempunyai arti penting bagi
beberapa derajat dapat menyebabkan
kehidupan air. Nilai pH yang
perbedaan yang besar dalam jenis
rendah (sangat asam) atau sangat
tinggi (sangat alkalis) menjadi
organisme yang ada, maka suhu dimasukkan ke dalam
harus dikontrol. masing-masing wadah
sampel.
Suhu air limbah biasanya ±3⁰C
2. Termometer dimasukan ke
dari suhu udara. Pengukuran suhu
dalam masing-masing bak
limbah harus dilakukan
dengan posisi membelakangi
membelakangi sinar matahari,
sinar matahari.
sehingga panas yang diukur tidak
3. Ditunggu sampai skala
terpengaruh oleh sinar matahari.
thermometer stabil, nilai suhu
Temperatur air limbah
dibaca pada termometer
mempengaruhi badan penerima bila
terdapat perbedaan suhu yang cukup C. Baku Mutu Suhu
besar. Temperatur air limbah akan
Baku mutu suhu yang
mempengaruhi kecepatan reaksi
ditetapkan Pemerintah Indonesia atau
kimia serta tata kehidupan dalam air,
Peraturan Daerah setempat untuk air
sehingga perlu dilakukan pengukuran
buangan limbah rumah sakit adalah
suhu di unit pengolahan limbah.
30 C. Pada suhu inlet mingguan
Pengukuran suhu dilakukan insitu di
diperoleh nilai yakni 34,3C, 34,5C,
bak equalisasi, bak aerasi, dan outlet.
34,8C, 35,1C, dan 35,4C. Seluruh
Pengukuran suhu menggunakan
suhu di bagian inlet memiliki nilai di
thermometer berdasarkan prinsip
atas baku mutu yang ditetapkan dan
pemuaian. Praktikum ini dilakukan
hampir setara. Nilai tertinggi pada
pada pagi hari, yaitu pukul 13.00
minggu kelima yakni 35,4C yang
sehingga nilai suhu yang diperoleh
kemungkinan berasal dari debit
sedang.
aliran limbah yang masuk, serta
B. Cara Pemeriksaan Suhu adanya kontak suhu lingkungan
dengan sumur penampung. Jadi,
Pengukuran suhu dengan termometer
dimungkinkan adanya transfer panas
dari suhu lingkungan ke air limbah
1. Sampel limbah diambil dari
yang berada di titik sampling,
masing-masing bak dan
ditambah lagi design rumah IPAL
terlalu sempit, dan sedikit ventilasi, keputusan Menteri Negara
sehingga minimnya transfer udara Kependudukan dan Lingkungan
dan panas. Hidup tahun 1991 bagi kegiatan
yang sudah beroperasi yaitu
2.4EFEKTIVITAS sebesar 0,01 sampai 2,00 mg/L
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
DALAM MENURUNKAN (Fardiaz, 1992). Sedangkan untuk
KADAR FENOL DI RUMAH mengukur bahan pencemar dalam
SAKIT UMUM DAERAH dr.
limbah cair rumah sakit digunakan
ZAINOEL ABIDIN (RSUDZA)
BANDA ACEH parameter pH, BOD, COD dan
TSS yang didasarkan pada
Fenol merupakan asam
Keputusan Menteri Negara
karbolat yang sering digunakan
Lingkungan Hidup no. 58 tahun
sebagai desinfektan. Banyak
1995 tanggal 21 Desember 1995
senyawa fenol dan turunannya
(Anonimus, 1995).
yang digunakan sebagai
Melihat dampak yang
desinfektan, seperti kresol,
ditimbulkan oleh senyawa fenol
fenilfenol dan hesaklorofen
maka, penelitian ini perlu dilakukan
(Pelczar dan Chan, 2005). Jika
untuk mengetahui kesesuaian sistem
kandungan fenol dalam limbah
pengolahan limbah cair di RSUDZA
cair konsentrasinya tinggi dapat
Banda Aceh dalam mengurangi
menyebabkan gangguan pada
senyawa-senyawa fenol. Penelitian
badan air dan menjadi toksik bagi
ini dilakukan sebelum adanya
mikroorganisme yang berfungsi
relokasi ke bangunan rumah sakit
mengolah limbah. Fenol bersifat
yang baru.
karsinogen dan korosif pada tubuh
A. METODE
manusia (Kusumastuti, 2006).
Bahan dan Alat
Untuk menentukan keefektifan
Sampel penelitian adalah
sistem pengolahan limbah cair
limbah cair RSUDZA sebelum
sebelum dibuang dari bak
diolah (inlet), limbah cair sesudah
pengolahan, konsentrasi standar
diolah (outlet), akuades,
maksimum fenol berdasarkan
nitrifications hemmistof, tablet
natrium hidroksida, larutan digesti Parameter yang diukur
(campuran K2Cr2O7, dan HgSO4), Parameter yang diukur
larutan feroin, larutan Ferro adalah kadar fenol (mg/L) pada
Amonium Sulfat (FAS), larutan limbah cair rumah sakit.
campuran H2SO4 dan Ag2SO4, Sedangkan parameter tambahan
fenol reagent powder pillows, fenol adalah pH, BOD (mg/L), COD
reagent powder pillows, hardness (mg/L) dan TSS (mg/L).
buffer, kloroform dan metanol. Alat B. Prosedur Penelitian
yang digunakan yaitu, botol bekas Pengambilan Sampel
(aqua), botol winkler, pH meter merk Sampel penelitian adalah
Hach 230 At, gelas beaker 250 mL, limbah cair sebelum pengolahan
kuvet, fotolap S12, labu ukur 164 (Inlet) dan sesudah pengolahan
mL, oxytop (botol sampel, penutup (Outlet). Pengambilan sampel Inlet
oxytop, kapsul karet dan Inductive dilakukan pada bak sebelum
Stirring System), magnetik stirer, pengolahan (bak pengumpul utama),
inkubator, termoreaktor, tabung sedangkan pengambilan sampel
COD, pipet tetes, buret, corong, Outlet dilakukan pada bak sesudah
gelas ukur 1000 mL labu pisah 300 pengolahan (bak uji biologis) IPAL
mL, labu Erlenmeyer (50 mL), RSDUZA Banda Aceh. Untuk
tabung spekrofotometer, kertas pemeriksaan fenol sampel diambil
saring 1 Phase Separators (PS) yang sebanyak 600 mL dan dimasukkan
berukuran 125 mm dan ke dalam botol bekas (aqua),
spektrofotometer merk DR 2800. sedangkan untuk melakukan
Metode Penelitian pemeriksaan pH, BOD, COD dan
Penelitian ini TSS sampel diambil dan dimasukkan
menggunakan metode eksperimen ke dalam 4 botol winkler yang sudah
dengan 2 perlakuan yaitu pada bak dibilas dengan air. Sampel diambil
sebelum pengolahan (inlet) dan setiap hari sebanyak 2 kali yaitu pada
bak sesudah pengolahan (outlet). pukul 10.00 WIB pada bak sebelum
Data diambil selama10 hari pengolahan dan pada pukul 14.00
berturut-turut. WIB pada bak sesudah pengolahan
(Interval waktu didasarkan pada mengandung fenol, kemudian
proses pengendapan di RSUDZA dimasukkan ke dalam labu
selama 4 jam) selama 10 hari. Erlenmeyer dengan cara
Pemeriksaan kadar fenol menyaringnya dengan menggunakan
Pengukuran kadar fenol kertas saring 1 Phase Separotors
dengan menggunakan metode (PS) 125 mm, lalu filtrat yang
spektrofotometri. Sebelum berwarna kuning muda jernih
digunakan semua alat-alat yang tersebut dimasukkan ke tabung
digunakan dibilas dengan akuades, spektrofotometer sebanyak 10 mL,
metanol dan kloroform. Sampel lalu dibersihkan bagian luar dari
sebanyak 300 mL dimasukkan ke tabung tersebut. Diulangi untuk
dalam labu pisah, lalu diteteskan blanko (menggunakan akuades)
sebanyak 5 mL hardness buffer dengan cara yang sama. Maka nilai
(untuk mengatur pH 10,1), kemudian layar tersebut menunjukkan kadar
ditutup dan dikocok. Setelah sampel dari fenol.
homogen, dimasukkan fenol reagent Derajat Keasaman (pH)
powder pillow sebanyak 50 mg dan Pengukuran pH limbah cair
ditambahkan fenol 2 reagent powder dilakukan dengan metode
pillow sebanyak 50 mg, lalu elektrometri menggunakan pH meter.
dihomogenkan kembali. Dimasukan Sebelum digunakan pH meter
kloroform sebanyak 30 mL ke dalam dikalibrasi terlebih dahulu, setelah
labu pisah, kemudian dikocok selama kalibrasi dimasukkan elektroda ke
30 detik. Kloroform digunakan dalam limbah cair untuk diukur.
sebagai penangkap fenol. Setelah Setelah angka pada pH meter
dikocok akan terbentuk 2 lapisan. tersebut stabil, maka nilai pH
Lapisan atas berupa larutan langsung terbaca dan angka tersebut
campuran dari reagent dan lapisan menunjukkan nilai pH yang diukur
bawah adalah larutan campuran (Anonimus, 2004).
kloroform dan fenol. Dibuka kran Pemeriksaan Total Suspended Solid
yang terdapat pada labu pisah, lalu (TSS)
diambil lapisan bawahnya yang
Pemeriksaan parameter pada pengukuran pH, BOD, COD,
TSS menggunakan metode dan TSS). Hasil pengukuran kadar
fotometri dengan prinsip kerja, fenol ditunjukkan pada Tabel 4.1
sinar dilewatkan ke sampel. berikut:
Sampel dimasukkan ke dalam Tabel 4.1. Hasil pengukuran kadar
kuvet. Kemudian dimasukkan ke fenol pada limbah cair di RSUDZA.
dalam fotolab S12. Nilai akan
terbaca pada layar. N Outl Penuruna
n(
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
o Tanggal Inlet et %)
Kadar fenol Pada Limbah 17 Juli 0.00
Cair di RSUDZA Banda 1 2009 0.05 6 88

Aceh 18 Juli 0.00


2 2009 0.013 5 61.5
Hasil analisis kadar fenol
20 Juli 0.03
pada limbah cair yang diperoleh dari 3 2009 0.145 2 77.9
IPAL di RSUDZA menunjukkan 21 Juli

perbedaan yang nyata (P<0,05) 4 2009 0.059 0.04 32.2


23 Juli 0.01
antara sebelum dan sesudah
5 2009 0.165 5 90.9
pengolahan. Dari 20 sampel yang 24 Juli 0.00
diambil hanya 14 sampel yang 6 2009 0.056 2 96.4

digunakan yaitu, 7 sampel pada bak 25 Juli 0.04


7 2009 0.283 3 84.8
pengumpul utama (inlet) dan 7
Rata- rata 0.11 b 75.95
0.02
sampel pada bak uji biologis (outlet), a

hal ini karena pada saat pengambilan


sampel pada tanggal 16, 19, 22 Hasil pengukuran
turunya hujan. Hujan berpengaruh memperlihatkan kadar fenol yang
terhadap kepekatan limbah cair, bervariasi dan terdapat penurunan
semakin banyak air hujan bercampur kadar fenol dari sebelum
dengan limbah cair maka kepekatan pengolahan. Besarnya penurunan
limbah cair semakin berkurang. Jadi kadar fenol dari sebelum
data tersebut tidak digunakan karena pengolahan berkisar antara 32%
tidak valid (hal ini juga dilakukan sampai 96,4%. Penurunan tertinggi
pada tanggal 24 Juli 2009 dan pengolahan didapatkan bahwa kadar
penurunan terendah pada tanggal 21 fenol mengalami penurunan sebesar
Juli 2009. Terjadinya penurunan 75,95%. Penurunan kadar fenol
yang tinggi pada tanggal 24 Juli pada sistem pengolahan limbah cair
2009 karena pada saat pengambilan diduga akibat adanya tahap aerasi
sampel, pihak IPAL RSUDZA dan klorinasi. Menurut Sugiharto
sedang melakukan penambahan (1987) pada tahap aerasi senyawa
kaporit untuk disalurkan pada bak fenol akan diuraikan oleh
klorinasi. Meningkatnya penurunan mikroorganisme pada bak aerasi
kadar fenol ini diduga karena dan pada tahap klorinasi klor akan
adanya penambahan kaporit dalam bereaksi dengan fenol dan akan
bak klorinasi sehingga dapat hilang karena pengaruh oksidasi.
menurunkan kadar fenol. Menurut Berdasarkan Keputusan Menteri
Soemarwoeto (1987) pada tahap Negara Kependudukan dan
klorinasi penurunan kadar fenol Lingkungan Hidup tahun 1991
dilakukan dengan bantuan klor yang tentang Baku Mutu Air Limbah bagi
berasal dari kaporit. Klor akan kegiatan yang sudah beroperasi
bereaksi dengan fenol dan akan digunakan kadar fenol golongan II
hilang karena pengaruh oksidasi. (0,5 mg/L), karena limbah cair yang
Pada tanggal 21 Juli 2009 dihasilkan harus dilakukan
ditemukan penurunan kadar fenol pengolahan. Sedangkan kadar fenol
yang paling sedikit, ini disebabkan di RSUDZA yang didapatkan
pada saatpengambilan sampel outlet sesudah pengolahan sebesar 0,020
sedang tidak beroperasinya pompa mg/L. Hal ini berarti bahwa kadar
pengolahan sehingga tidak fenol hasil pengolahan di IPAL
dilakukan pengolahan, diduga RSUDZA Banda Aceh memenuhi
sedikit kadar fenol yang didapatkan persyaratan baku mutu.
sesudah pengolahan akibat tidak
beroperasinya pompa.
Rata-rata penurunan kadar
fenol antara sebelum dan sesudah
Kadar pH, TSS Pada adalah 5,66 dan terjadi
Limbah Cair di RSUDZA peningkatan sebesar 15,3%.
Banda Aceh Sedangkan pada tanggal 24 Juli
Hasil analisis kadar pH pada 2009 hasil pengukuran nilai pH
limbah cair di RSUDZA diperoleh sesudah pengolahan
menunjukkan perbedaan yang yaitu 5,11 dan peningkatan nilai
nyata antara sebelum dan pH sebesar 20,1%. Hal ini diduga
sesudah pengolahan. Hasil karena sedikitnya zat-zat organik
pengukuran pH ditunjukkan yang diuraikan oleh
pada Tabel 4.2 berikut: mikroorganisme. Sesuai dengan
pernyataan Sastrawijaya (2000)
Tabel 4.2. Hasil pengukuran semakin sedikit zat-zat organik
pH (Derajat Keasaman) diuraikan oleh mikroorganisme
maka pH yang dihasilkan
No Tanggal Inlet Outlet Penurunan(%) semakin basa dan jika semakin
1 17 Juli 2009 6.11 6.22 1.8
banyak zat-zat organik yang
2 18 Juli 2009 6.07 6.11 0.6
3 20 Juli 2009 6.08 6.2 1.9 diuraikan maka semakin asam pH
4 21 Juli 2009 5.29 6.01 11.9 yang dihasilkan. Pada tahap
5 23 Juli 2009 4.79 5.66 15.3
aerasi mikroorganisme
6 24 Juli 2009 4.08 5.11 20.1
7 25 Juli 2009 6.13 6.41 4.3 menguraikan zat-zat organik yang

Rata- rata 5.5


a
5.96
a
7.98 ada pada limbah cair. Jadi
sedikitnya zat-zat organik yang
Pada Tabel 4.2 terjadinya diuraikan pada bak aerasi maka
peningkatan nilai pH antara menyebabkan terjadinya
sebelum dan sesudah pengolahan peningkatan nilai pH. Dilihat dari
berkisar antara 0,6% sampai penurunan kadar fenol didapatkan
20,1%. Terjadi peningkatan yang peningkatan nilai pH antara
tinggi pada tanggal 23 dan 24 Juli sebelum dan sesudah pengolahan.
2009. Pada tanggal 23 Juli 2009 Ini menandakan bahwa sedikitnya
hasil pengukuran nilai pH yang aktifitas mikroorganisme dalam
didapatkan sesudah pengolahan
menguraikan senyawa-senyawa 3 2009 47 26 44.6
21 Juli
fenol pada bak aerasi.
4 2009 165 33 80
Menurut Menteri Negara 23 Juli

Lingkungan Hidup no. 58 tahun 5 2009 136 84 38.2


24 Juli
1995 tanggal 21 Desember 1995
6 2009 821 168 79.5
nilai pH maksimum yang 25 Juli

diperkenankan yaitu 6-9. 7 2009 70 42 40


a a
Sedangkan pH yang diperoleh di Rata- rata 194.5 59.42 53.85

RSUDZA adalah 5,96. Hal ini Pada tabel 4.5 terjadinya

berarti bahwa untuk kadar pH di penurunan kadar TSS antara sebelum

IPAL RSUDZA tidak memenuhi dan sesudah pengolahan berkisar

persyaratan baku mutu yang telah antara 32,1% sampai 80%. Rata-rata

ditetapkan. penurunan kadar TSS diperoleh

Hasil analisis kadar sebesar 53,85%. Penurunan kadar

TSS tidak ditemukan TSS diduga akibat adanya proses

perbedaan yang nyata pengendapan yang dilakukan pada

antara sebelum dan sesudah saat pengambila sampel dari sebelum

pengolahan. Hasil pengukuran ke sesudah pengolahan dengan

TSS ditunjukkan pada Tabel 4.5 interval waktu 4 jam. Menurut

sebagai berikut. mukono (2000) waktu pengendapan


yang baik sedimentasi minimum

Tabel 4.5. Hasil adalah selama 2 jam. Seiring

pengukuran TSS (Total penurunan TSS maka didapatkan

Suspended Solid) penurunan kadar fenol antara


sebelum dan sesudah pengolahan.
Penurunan TSS akibat proses
No Tanggal Inlet Outlet Penurunan(%) pengendapan lumpur yang baik pada
17 Juli bak sedimentasi. Menurut
1 2009 67 25 62.6
sastrawijaya (2000) padatan
18 Juli
2 2009 56 38 32.1 tersuspensi dapat berkurang melalui
20 Juli proses pengendapan yang baik pada
proses pengolahan limbah cair.
Menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup no. 58 tahun 1995
tanggal 21 desember 1995 kadar TSS
maksimum yang diperkenankan
sebesar 30 mg/L sedangkan kadar
TSS yang diperoleh di RSUDZA
sesudah pengolahan sebesar 59,42
mg/L. Hal ini berarti untuk kadar
TSS tidak memenuhi persayaratan
baku mutu yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai