Myrtha, S. (2003). Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia . Jakarta: Ghalia Indonesia.
KONSEP DARI AJARAN/KEPERCAYAAN BATAK TOBA TERHADAP RUMA BOLON
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen Pemikiran akan adanya dunia mistis dan pembagian dunia tersebut
ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan sangat berpengaruh pada konsep kosmologinya. Secara kosmologi,
istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah suku Batak Toba membagi dunia menjadi 3 layer: dunia atas, dunia
kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda- tengah dan dunia bawah. Dunia atas merupakan tempat bertahtanya
benda mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) Mulajadi Nabolon, dewa tertinggi. Dunia tengah menjadi tempat hidup
misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat manusia sedangkan dunia bawah menjadi tempat hidup bagi orang
dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan). yang sudah mati, hantu dan roh-roh jahat. Konsep kosmologi yang
membagi dunia menjadi 3 lapis dianggap berpengaruh pada
Konsepsi tentang pencipta,Orang batak toba mempunyai konsepsi
pembagian tingkatan dalam rumah tradisional
bahwa alam ini dan seluruh isinya,diciptakan
oleh Debata(ompung)mulajadi na bolon yang bertempat tinggal di
atas langit dan mempunyai nama-nama lain sesuai dengan tugas dan
tempat kedudukannya.
Nama Debata Mulajadi na Bolon, antara lain sebagai berikut.
Debata Mulajadi na Bolon, sebagai maha pencipta bertempat
tinggal di langit.
Silaon na Bolon (untuk Batak Toba) atau Tuan Padukah ni Aji
(untuk Batak Karo), sebagai penguasa langit bagian tengah,
bertempat tinggal di dunia ini.
Pane na Bolon (untuk Batak Toba) atau Tuan Banua Koling (untuk
Batak Karo), sebagai penguasa dunia makhluk halus, dan pengatur
setiap penjuru mata angin.
Selain itu masyarakat adat Batak juga mengenal dewa-dewa yang lain,
yaitu:
Sinimataniari sebagai dewa matahari yang menguasai matahari
saat terbit dan terbenam;
Beru Dayang sebagai penguasa pelangi.
Asih,Esti. (2011). Studi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Batak Toba, Minangkabau
dan Toraja. Journal of Archutecture, 8-9.
AYUNING NABILAH H (41216010020)
1 3
Jabu Soding diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah tapi belum
BENTUK MAKNA mempunyai rumah sendiri.Letaknya berada di belakang sebelah kiri berhadapan dengan
jabu bong.
Penggunaan pondasi batu alam menunjukkan Tiang-tiang Tiang pondasi yang besar
bahwa masyarakat Batak Toba telah berusaha berdiameter 42 - mengandung arti kebersamaan dan
melindungi tiang dari air dan lunak tanah serta 50 yang terlihat kekokohan
Penggunaan pondasi umpak dari batu alam dan mencegah pergeseran tiang akibat gempa bumi besar
tiang vertical diikat dengsn kayu horizontal
dengan system pasak