(Soepaman, 1998).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa
3. ETIOLOGI
a. Gastritis Akut
Merupakan inflamasi akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada mukosanya saja.
i. Gastritis eksogen akut, disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari beberapa bagian:
~ Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempah-rempah,
alcohol dan sebagainya.
~ Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat seperti, soda, kaustik,
(non-hydroxide) korosif sublimat.
ii. Gastritis endogen akut, disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam
beberapa bagian :
1. Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang beredar
dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.
2. Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen pada dinding
lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.
b. Gastritis Kronis
Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa lambung,
penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :
1.Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis.
2.Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis.
4. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung
menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung).
Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan
penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel dinding lambung
oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa
panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus sehingga
terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan
lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan
hematemesis maupun melena.
PATHWAY GASTRITIS
5. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
a. Gastritis Akut
~ Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas serta tachicardi.
~ Vumitus.
~ Hematemisis
2. Gastritis Kronis
a. Gastritis Superfisialis
~ Penurunan BB.
~ Nousea.
~ Terasa pusing.
~ Vomitus.
b. Gastritis Atropikan
~ Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
6. KOMPLIKASI
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan menelan, dapat berakhir
sebagai syak hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.
Gambaran klinis yang diperhatikan hamper sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya
adalah infeksi Helicobakter pytori, sebesar 100% pada hikak duodenum dan 60-90% pada tikak
lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi.
a. Gastritis Akute
- Perforasi lambung.
b. Gastritis Kronis
- Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi anemia pernisiosa.
- Kanker lambung.
7. PROGNOSIS
Infeksi lambung pada umumnya mempunyai prognosis ysng baik, gastritis akut dan Kronik tidak ada
yang mati, kematian di jumpai pada waktu perdarahan yang berat shock yang tidak teratasi, efus,
lambung yang berat dan infeksi, Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan
lingkungan rumah sakit yang kurang baik dan bersih, kematian terjadi pada kasus berat yaitu muncul
pada komplikasi sistem saraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah dan organ lain.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap. f. Faeces
e. Semin-gastrin
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Gastritis Akut
~ Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan teh
hangat dan air minum.
~ Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah.
~ Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian cairan.
~ Pengaturan diet.
~ Kolaborasi medik :
~ Pengaturan diet.
b. Gastritis Kronis
i. Gastritis Superfisialis.
~ Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit.
~ Kolaborasi medik :
~ Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan vumitus.
~ Kolaborasi medik :
~ Hindari merokok.
~ Kolaborasi medik :
1. Anti spasmodik.
PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan / kelelahan.
2. Sirkulasi
Gejala : Hipotensi.
· Takhikardi. Disritmia.
3. Integritas Ego
· Perhatian menyempit.
4. Eliminasi
5. Makanan / Cairan
6. Neorosensori
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
· Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan & hilang setelah minum
obat antasida.
· Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah
makan ( ulkus peptik ).
· Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi antasida ( ulkus
doudenum ).
· Stress psikologis.
8. Keamanan
2. Test dignostik
o Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya
tersebar.
o Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
o Pemeriksaan radiology.
o Pemeriksaan laboratorium.
Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun
pada klien dengan gastritis kronik.
Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin
B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area
perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsy
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL PADA PASIEN GASTRITIS
¨ Rencana Tindakan.
2. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.
4. Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ), serta perubahan
karakteristik nyeri.
¨ Rasionalisasi.
2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat etelah periode puasa.
¨ Rencana Tindakan
5. Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan, dengan situasi
yang tidak terburu-buru.
¨ Rasionalisasi
2. Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.
3. Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk mengontrol tingkat
pembakaran kalori.
5. Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
Tujuan jangka panjang: Pasien dapat memecahkan masalah dengan menggunakan sumber yang
efektif.
¨ Rencana Tindakan
¨ Rasionalisasi
3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan dan menurunkan
ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat meningkatkan
ketrampilan koping.
6. Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas, meningkatkan rasa
pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.
12. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara
nyata untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam,
2001 ; 63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan inter personal,
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping”. (Nursalam, 2001 ; 63).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan, perencanaan dan
dokumentasi.
b. Fase intervensi:
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau
tim kesehatan lain.
2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain (gizi,
dokter, laboratorium dll).
3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis
dilaksanakan.
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan yang terdiri
dari tiga tipe yaitu:
1) Sources Oriented Records (SOR)
1. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6 jam pertama.
4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari pemberian obat -
obatan .
10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan komunikasi yang terafiutik.
13. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Ignatavicius & Bayne, 1994).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status
kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan
dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan).
a. Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan perawatan klien.
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4, Alih Bahasa Peter
Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta :
EGC.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta : EGC
http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125
Label: Askep
Google+ Followers
Blog Archive
▼ 2013 (213)
o April (1)
o Mei (45)
o Juni (22)
o Juli (65)
o Agustus (36)
o September (32)
o Oktober (1)
o November (11)
► 2014 (50)
KESEHATAN
Magic Mirror
353079
Popular Posts
1. ANATOMI FISIOLOGI LAMBUNG (GASTER) Lambung Merupakan organ otot berongga yang
besar dan berbentuk seperti kandang...
A. PENGERTIAN 1. Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang
meliputi kelenjar dan stroma jaringan ika...
Pathway Pneumonia
Makalah Imunologi
IMUNOLOGI Disusun Oleh: ⦁ David Rio Wijaya ⦁ Dian Erlita Sari ⦁ Enik Faridatus S. ⦁ Ika
Ratnasari ⦁ Lukman Ari...
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis ) adalah
penyakit kerusakan tulang rawan sen...
Pathway Hiperbilirubinemia
Dokumentasi SESI 1 : TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi Kemampuan Mengenal Halusinasi No Nama
Klien Menye...
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
KMB I Dosen Pembimbing: Norma...
Blog Archive
► 2014 (50)
▼ 2013 (213)
o ▼ November (11)
Pathway Asma
Bell's Palsy
o ► Oktober (1)
o ► September (32)
o ► Agustus (36)
o ► Juli (65)
o ► Juni (22)
o ► Mei (45)
o ► April (1)
About Me
david word
My Facebook
Labels
Aplikasi
Askep
Driver
Fakta
Film
Format Pengkajian
Higiene
Islamic
Jepang
Kesehatan
Komik
Leaflet
Lirik Lagu
Makalah
Mitos
Musik
Pathway
Photo
Proposal
SAP
TAK
Template
Tips
Windows