Pelayanan Kesehatan Haji
Pelayanan Kesehatan Haji
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Pembinaan kesehatan
3. Pengendalian faktor resiko kesehatan
Standar Pelayanan Kesehatan Haji
Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi kesehatan yang memadai,
niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah
haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum
keberangkatannya ke Arab Saudi. Agar mencapai tujuan, maka pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada jemaah haji sebelum keberangkatan harus dapat memprediksi risiko kesakitan
dan kematian saat melakukan perjalanan ibadah haji. Risiko kesakitan dan kematian ini
selanjutnya dikelola dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian jemaah haji
selama perjalanan ibadah haji.
Secara umum, tujuan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan ke Arab
Saudi adalah terselenggaranya pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah
haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan profesionalisme
dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan
kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi.
Sedangkan tujuan secara khusus adalah :
1. Tercapainya pengobatan, pemeliharaan kesehatan serta bimbingan dan penyuluhan kesehatan kepada
jemaah haji.
2. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko jemaah haji secara benar dan lengkap
dalam Buku Kesehatan Cemaah Haji (BKCH) Indonesia.
3. Terwujudnya fungsi BKCH sebagai media informasi kondisi kesehatan jemaah haji untuk kepentingan
pelayanan kesehatan di Indonesia dan Arab Saudi
4. Terwujudnya persyaratan kesehatan (istitho’ah) jemaah haji yang diberangkatkan.
5. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit menular berpotensi Kejadian Luar
Biasa (KLB) pada masyarakat Internasional/Indonesia.
Berikut beberapa pengertian yang harus kita pahami bersama terkait pemeriksaan kesehatabn
jamaah haji ini.
1. Jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia beragama Islam yang telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah melunasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).
2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaaan penunjang medis dan penetapan diagnosis jemaah haji, dilanjutkan dengan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sesuai indikasi.
3. Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi
berisiko mengalami peningkatan kesakitan dan kematian selama perjalanan ibadah haji, yaitu : a.
jemaah haji lanjut usia; b. jemaah haji penderita penyakit menular yang tidak boleh terbawa keluar
dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku; c. jemaah haji wanita hamil; d.
jemaah haji dengan risiko kesehatan penyakit kronis dan penyakit tertentu lainnya.
4. Peraturan kesehatan yang berlaku adalah ketentuan perundangan dalam bidang kesehatan yang
berlaku dalam penyelenggaraan kesehatan di tingkat nasional maupun internasional.
5. Jemaah Haji Mandiri adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji
tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.
6. Jemaah Haji Observasi adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah
haji dengan bantuan alat dan/obat.
7. Jemaah Haji Pengawasan adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah
haji dengan bantuan alat dan/obat dan orang lain.
8. Jemaah Haji Tunda adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk
mengikuti perjalanan ibadah haji.
Pemeriksaan Kesehatan Pertama adalah upaya penilaian status kesehatan tahap pertama pada
seluruh jemaah haji yang akan diberangkatkan pada musim haji tahun berjalan, menggunakan
metode pemeriksaan dasar yang sensitif. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai protokol
standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar, yaitu: 1).Anamnesis; 2).
Pemeriksaan fisik; 3). Pemeriksaan penunjang : laboratorium klinik ; 4).Penilaian kemandirian;
4). Tes kebugaran
Hasil pemeriksaan dan kesimpulan hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan
disimpan di tempat pemeriksaan. Catatan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan
Jemaah Haji (BKJH) setelah buku tersebut tersedia. Hasil pemeriksaan kesehatan menjadi dasar
penerbitan Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Pertama oleh dokter pemeriksa.
Selanjutnya surat ini diserahkan oleh jemaah ke Kantor Departemen Agama setempat
bersamaan dengan penyerahan bukti setor pelunasan BPIH sebagai kelengkapan pengurusan
dokumen perjalanan ibadah haji (paspor) di Kantor Departemen Agama. Jemaah haji yang
memenuhi syarat dapat diberikan imunisasi Meningitis meningokokus (MM).
Pemeriksaan kesehatan jemaah haji dilakukan oleh dokter dan didampingi seorang perawat.
Pemeriksaan jemaah haji pria sedapat mungkin oleh dokter pria, atau oleh dokter wanita dengan
didampingi perawat pria. Pemeriksaan jemaah haji wanita sedapat mungkin oleh dokter wanita,
atau oleh dokter pria dengan didampingi perawat wanita. Pemeriksaan kesehatan dilakukan
dengan pemeriksaan medis dasar yang meliputi antara lain Identitas, Riwayat Kesehatan,
Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat Penyakit Keluarga, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan jiwa,
Laboratorium darah dan urin seperti tes kehamilan, juga Tes kebugaran
Sedangkan Pemeriksaan Kesehatan Kedua adalah upaya penilaian status kesehatan rujukan
terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang secara epidemiologi berisiko tinggi
mendapatkan penyakit dan kematian dalam perjalanan ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi
(risti).
Bagi jemaah haji dengan diagnosis penyakit menular, pada akhir masa Pemeriksaan Kesehatan
Kedua diharuskan telah dinyatakan sembuh atau tidak menular, dengan menunjukkan Surat
Keterangan Pengobatan dari dokter Pemeriksa Kesehatan Kedua.
Bagi jemaah haji penderita tuberkulosis paru aktif (BTA positip) harus telah mendapatkan pengobatan
dan dinyatakan tidak menular (BTA negatip).
Bagi jemaah haji penderita kusta tipe multibasiler, harus telah mendapatkan pengobatan dan
dinyatakan tidak menular.
Bagi jemaah haji dengan diagnosis penyakit tidak menular diharapkan telah mendapatkan pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan yang adekuat pada akhir masa Pemeriksaan Kesehatan Kedua, dan
dinyatakan laik untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji.
Selain itu terdapat beberapa penyakit dimana Peraturan Kesehatan Internasional menyebutkan
jenis-jenis penyakit menular tertentu sebagai alasan pelarangan kepada seseorang untuk keluar-
masuk antar negara, antara lain :
1. Penyakit Karantina: Pes (plague), Kolera (cholera), Demam kuning (yellow fever), Cacar (small pox),
Tifus bercak wabahi (typhus xanthomaticus infectiosa/louse borne typhus), Demam balik-balik (louse
borne relapsing fever).
2. Penyakit menular, yang menjadi perhatian WHO, seperti Tuberkulosis paru dengan BTA positif,
Kusta tipe multi basiler, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Avian Influenza (AI),
Influenza baru H1N1
3. Ketentuan Keselamatan Penerbangan, antara lain Penyakit tertentu yang berisiko kematian
dikarenakan ketinggian, Usia kehamilan
Sementara terkait calon jamaah haji yang hamil, ketentuan yang ada mensyaratkan bahwa calon
haji wanita hamil yang diijinkan untuk menunaikan ibadah haji harus memenuhi persyaratan :
1. Telah mendapat suntikan vaksinasi meningitis paling lama 2 (dua) tahun sebelum keberangkatan haji
dengan bukti International Certivicate of Vaccination (ICV) yang sah.
2. Pada saat berangkat dari embarkasi usia kehamilan mencapai sekurang¬kurangnya 14 (empat belas)
minggu dan sebanyak-banyaknya 26 (dua puluh enam) minggu.
3. Tidak tergolong dalam kehamilan risiko tinggi, baik untuk ibu serta janinnya, yang dinyatakan dengan
keterangan dari dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang memiliki surat ijin praktik.
4. Menyerahkan surat pernyataan tertulis di atas kertas bermeterai yang ditandatangani oleh yang
bersangkutan dan diketahui oleh suaminya atau pihak keluarganya yang lain sebagaimana contoh
formulir terlampir.
Refference, antara lain: