Anda di halaman 1dari 6

Pelayanan Kesehatan Jemaah

Haji dalam Penyelenggaraan


Kesehatan Haji
Pengertian penyelenggaraan kesehatan haji, merupakan rangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji,
pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, sitem kewaspadaan dini dan respon KLB,
penanngulangan KLB musibah massal, kesling dan manajemen penyelenggaran kesehatan Haji

Sedangkan tujuan Pemeriksaan Haji, antara lain:

1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum berangkat


2. Menjaga agar jamah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai ke tanah air
3. Mencegah tejadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah
haji
Berdasarkan tujuan diatas, beberapa poin penting penyelenggaraan Kesehatan Haji, meliputi
antara lain:

1. Pemeriksaan kesehatan
2. Pembinaan kesehatan
3. Pengendalian faktor resiko kesehatan
Standar Pelayanan Kesehatan Haji
Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi kesehatan yang memadai,
niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah
haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum
keberangkatannya ke Arab Saudi. Agar mencapai tujuan, maka pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada jemaah haji sebelum keberangkatan harus dapat memprediksi risiko kesakitan
dan kematian saat melakukan perjalanan ibadah haji. Risiko kesakitan dan kematian ini
selanjutnya dikelola dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian jemaah haji
selama perjalanan ibadah haji.

Data penyelenggaraan kesehatan haji


menunjukkan bahwa karakteristik jemaah haji Indonesia tidak banyak mengalami perubahan
dalam lima belas tahun terakhir, terdapat kecenderungan semakin tinggi pendidikan dan
semakin tua usia saat menunaikan ibadah haji. Proporsi jemaah haji risiko tinggi berkisar 10-
30%, sebagian besar karena usia lanjut. Hipertensi merupakan risiko tinggi terbanyak (25-37%),
sementara penyakit saluran pernapasan dan saluran pencernaan semakin meningkat. Risiko
wafat pada usia lanjut sangat tinggi. Jemaah pada kelompok usia 60 tahun ke atas berkisar
antara 20-25% dari keseluruhan jemaah, tetapi sekitar 70% jemaah wafat terjadi pada kelompok
usia ini.
Mengingat dan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, penetapan baku mutu pemeriksaan
kesehatan jemaah haji berbasis risiko penyakit dan kematian sebelum keberangkatan ke Arab
Saudi menjadi strategis dan penting. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum
keberangkatan diprioritaskan pada jemaah haji yang secara epidemiologi memiliki karakteristik
berisiko tinggi mendapatkan kematian sepanjang perjalanan ibadah haji dengan tidak melupakan
tujuan penyelenggaraan kesehatan haji. Tujuan penyelenggaraan kesehatan haji, antara lain
untuk meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum berangkat, menjaga agar jamah haji
dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai ke tanah air, serta mencegah tejadinya
transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji.

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan adalah pemeriksaan kesehatan


pada jemaah haji yang telah mendapatkan nomor porsi dan telah melunasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) pada tahun berjalan, dilaksanakan di daerah sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, yaitu pasca operasional haji yang baru lalu sampai satu bulan
sebelum dimulainya operasional embarkasi haji tahun berjalan.

Pemeriksaan kesehatan bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses


pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah haji sesuai standar
agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Pemeriksaan
kesehatan sebelum keberangkatan haji berfungsi sebagai alat prediksi risiko kesakitan dan
kematian, meliputi Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua.

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama merupakan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh


jemaah haji di Puskesmas untuk mendapatkan data kesehatan bagi upaya-upaya perawatan dan
pemeliharaan, serta pembinaan dan perlindungan. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh data status kesehatan terkini bagi
pemantauan dan evaluasi upaya perawatan, pemeliharaan, pembinaan dan perlindungan, serta
rekomendasi penetapan status kelaikan pemberangkatan haji. Bagi jemaah haji Non-RISTI, data
kesehatan dapat diperoleh dari pemeriksaan dalam rangka perawatan dan pemeliharaan
kesehatan yang dilakukan oleh Dokter. Bagi jemaah RISTI, data kesehatan diperoleh dari
pemeriksaan rujukan ke Rumah Sakit.

Secara umum, tujuan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan ke Arab
Saudi adalah terselenggaranya pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah
haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan profesionalisme
dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan
kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi.
Sedangkan tujuan secara khusus adalah :

1. Tercapainya pengobatan, pemeliharaan kesehatan serta bimbingan dan penyuluhan kesehatan kepada
jemaah haji.
2. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko jemaah haji secara benar dan lengkap
dalam Buku Kesehatan Cemaah Haji (BKCH) Indonesia.
3. Terwujudnya fungsi BKCH sebagai media informasi kondisi kesehatan jemaah haji untuk kepentingan
pelayanan kesehatan di Indonesia dan Arab Saudi
4. Terwujudnya persyaratan kesehatan (istitho’ah) jemaah haji yang diberangkatkan.
5. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit menular berpotensi Kejadian Luar
Biasa (KLB) pada masyarakat Internasional/Indonesia.
Berikut beberapa pengertian yang harus kita pahami bersama terkait pemeriksaan kesehatabn
jamaah haji ini.
1. Jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia beragama Islam yang telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah melunasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).
2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaaan penunjang medis dan penetapan diagnosis jemaah haji, dilanjutkan dengan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sesuai indikasi.
3. Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi
berisiko mengalami peningkatan kesakitan dan kematian selama perjalanan ibadah haji, yaitu : a.
jemaah haji lanjut usia; b. jemaah haji penderita penyakit menular yang tidak boleh terbawa keluar
dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku; c. jemaah haji wanita hamil; d.
jemaah haji dengan risiko kesehatan penyakit kronis dan penyakit tertentu lainnya.
4. Peraturan kesehatan yang berlaku adalah ketentuan perundangan dalam bidang kesehatan yang
berlaku dalam penyelenggaraan kesehatan di tingkat nasional maupun internasional.
5. Jemaah Haji Mandiri adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji
tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.
6. Jemaah Haji Observasi adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah
haji dengan bantuan alat dan/obat.
7. Jemaah Haji Pengawasan adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah
haji dengan bantuan alat dan/obat dan orang lain.
8. Jemaah Haji Tunda adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk
mengikuti perjalanan ibadah haji.
Pemeriksaan Kesehatan Pertama adalah upaya penilaian status kesehatan tahap pertama pada
seluruh jemaah haji yang akan diberangkatkan pada musim haji tahun berjalan, menggunakan
metode pemeriksaan dasar yang sensitif. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai protokol
standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar, yaitu: 1).Anamnesis; 2).
Pemeriksaan fisik; 3). Pemeriksaan penunjang : laboratorium klinik ; 4).Penilaian kemandirian;
4). Tes kebugaran

Hasil pemeriksaan dan kesimpulan hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan
disimpan di tempat pemeriksaan. Catatan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan
Jemaah Haji (BKJH) setelah buku tersebut tersedia. Hasil pemeriksaan kesehatan menjadi dasar
penerbitan Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Pertama oleh dokter pemeriksa.
Selanjutnya surat ini diserahkan oleh jemaah ke Kantor Departemen Agama setempat
bersamaan dengan penyerahan bukti setor pelunasan BPIH sebagai kelengkapan pengurusan
dokumen perjalanan ibadah haji (paspor) di Kantor Departemen Agama. Jemaah haji yang
memenuhi syarat dapat diberikan imunisasi Meningitis meningokokus (MM).

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji dilakukan oleh dokter dan didampingi seorang perawat.
Pemeriksaan jemaah haji pria sedapat mungkin oleh dokter pria, atau oleh dokter wanita dengan
didampingi perawat pria. Pemeriksaan jemaah haji wanita sedapat mungkin oleh dokter wanita,
atau oleh dokter pria dengan didampingi perawat wanita. Pemeriksaan kesehatan dilakukan
dengan pemeriksaan medis dasar yang meliputi antara lain Identitas, Riwayat Kesehatan,
Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat Penyakit Keluarga, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan jiwa,
Laboratorium darah dan urin seperti tes kehamilan, juga Tes kebugaran

Sedangkan Pemeriksaan Kesehatan Kedua adalah upaya penilaian status kesehatan rujukan
terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang secara epidemiologi berisiko tinggi
mendapatkan penyakit dan kematian dalam perjalanan ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi
(risti).

Bagi jemaah haji dengan diagnosis penyakit menular, pada akhir masa Pemeriksaan Kesehatan
Kedua diharuskan telah dinyatakan sembuh atau tidak menular, dengan menunjukkan Surat
Keterangan Pengobatan dari dokter Pemeriksa Kesehatan Kedua.
 Bagi jemaah haji penderita tuberkulosis paru aktif (BTA positip) harus telah mendapatkan pengobatan
dan dinyatakan tidak menular (BTA negatip).
 Bagi jemaah haji penderita kusta tipe multibasiler, harus telah mendapatkan pengobatan dan
dinyatakan tidak menular.
 Bagi jemaah haji dengan diagnosis penyakit tidak menular diharapkan telah mendapatkan pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan yang adekuat pada akhir masa Pemeriksaan Kesehatan Kedua, dan
dinyatakan laik untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji.
Selain itu terdapat beberapa penyakit dimana Peraturan Kesehatan Internasional menyebutkan
jenis-jenis penyakit menular tertentu sebagai alasan pelarangan kepada seseorang untuk keluar-
masuk antar negara, antara lain :

1. Penyakit Karantina: Pes (plague), Kolera (cholera), Demam kuning (yellow fever), Cacar (small pox),
Tifus bercak wabahi (typhus xanthomaticus infectiosa/louse borne typhus), Demam balik-balik (louse
borne relapsing fever).
2. Penyakit menular, yang menjadi perhatian WHO, seperti Tuberkulosis paru dengan BTA positif,
Kusta tipe multi basiler, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Avian Influenza (AI),
Influenza baru H1N1
3. Ketentuan Keselamatan Penerbangan, antara lain Penyakit tertentu yang berisiko kematian
dikarenakan ketinggian, Usia kehamilan
Sementara terkait calon jamaah haji yang hamil, ketentuan yang ada mensyaratkan bahwa calon
haji wanita hamil yang diijinkan untuk menunaikan ibadah haji harus memenuhi persyaratan :

1. Telah mendapat suntikan vaksinasi meningitis paling lama 2 (dua) tahun sebelum keberangkatan haji
dengan bukti International Certivicate of Vaccination (ICV) yang sah.
2. Pada saat berangkat dari embarkasi usia kehamilan mencapai sekurang¬kurangnya 14 (empat belas)
minggu dan sebanyak-banyaknya 26 (dua puluh enam) minggu.
3. Tidak tergolong dalam kehamilan risiko tinggi, baik untuk ibu serta janinnya, yang dinyatakan dengan
keterangan dari dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang memiliki surat ijin praktik.
4. Menyerahkan surat pernyataan tertulis di atas kertas bermeterai yang ditandatangani oleh yang
bersangkutan dan diketahui oleh suaminya atau pihak keluarganya yang lain sebagaimana contoh
formulir terlampir.
Refference, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji


2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 442/MENKES/SK/VI/2009 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji
3. Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Republik Indonesia Nomor : 458 Tahun 2000 dan Nomor: 1652.A/MENKES-
KESOS/SKB/XI/2000 Tentang Calon Haji Wanita Hamil Untuk Melaksanakan Ibadah Haji
4. Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji, Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan
RI, 2010
5. PP. No 79. Tahun 2012 Tentang pelaksanaan UU 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji.
6. Keputusan Bupati Lumajang Nomor: 180/56/427.12/2014 Tentang Panitia Penyelenggara, Tim
Operasional Pemeriksaan Kesehatan Dan Biaya Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji
Kabupaten Lumajang Tahun 1435H/2014M
Pada sesi kedua seminar Kedokteran Haji FKIK UIN Malang ini diisi oleh
dr. M. Zainul Mukhorobin, MMRS (Kabid UKLW ) Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Surabaya, dan dr. H. Abdurachman, M.Kes, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
Penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana diamanahkan dalam
Undang-undang Nomor 13 tahun 2008 bertujuan memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi
jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai
dengan ketentuan ajaran Islam. Penyelenggaraan ibadah haji
menyangkut persiapan di Tanah Air hingga pelaksanaan di Tanah Suci,
sehingga akan selalu berhadapan dengan berbagai persoalan yang
kompleks. Penanganan atas kompleksitas persoalan yang dihadapi
menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan
penyelenggaraan haji.
“…Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup (istitha’ah) mengadakan perjalanan ke
Baitullah.”(QS. Ali Imran [3]: 97). Ayat ini menyatakan bahwa ibadah haji
hanya diwajibkan kepada orang yang telah sanggup mengadakan
perjalanan untuk haji, yang lazim disebut dengan istitha’ah. Agar upaya
persiapan kesehatan sebelum keberangkatan terkoordinasi dengan baik
dan terarah, perlu ditetapkan batasan/kriteria klinis sebagai dasar
penetapan seorang jemaah dinilai mampu (Istitha’ah) dalam aspek
kesehatan.
Menurut dr. Abdurachman Pemeriksaan kesehatan bersifat kontinum
dan komprehensif dengan melaksanakan proses pemeriksaan
kesehatan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah haji
sesuai standar agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji
dengan sebaik-baiknya. Pemeriksaan kesehatan sebelum
keberangkatan haji berfungsi sebagai alat prediksi risiko kesakitan dan
kematian, meliputi Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua.
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama merupakan pemeriksaan
kesehatan bagi seluruh jemaah haji di Puskesmas untuk mendapatkan
data kesehatan bagi upaya-upaya perawatan dan pemeliharaan, serta
pembinaan dan perlindungan. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh data status
kesehatan terkini bagi pemantauan dan evaluasi upaya perawatan,
pemeliharaan, pembinaan dan perlindungan, serta rekomendasi
penetapan status kelaikan pemberangkatan haji. Bagi jemaah haji Non-
RISTI, data kesehatan dapat diperoleh dari pemeriksaan dalam rangka
perawatan dan pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh Tim
Pemeriksa Kesehatan Puskesmas, Tim Pemeriksa Kesehatan Rumah
Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Provinsi
selambat-lambatnya dua minggu sebelum operasional embarkasi haji
dimulai, Ujar dr. Abdurachman.
Berdasarkan dua tahap pemeriksaan kesehatan haji diatas kemudian
digunakan sebagai alat untuk penetapan kelaikankan kesehatan jamaah
haji. Penetapan Kelaikan Kesehatan merupakan upaya penentuan
kelaikan jemaah haji untuk mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi
kesehatan, dengan mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Pertama dan Kedua. Selanjutnya hasil pemeriksaan akhir
disesuaikan dengan ketentuan persyaratan kelayakan kesehatan untuk
menunaikan haji termasuk layak terbang. Penentuan kelaikan jamaah
haji berangkat menunaikan ibadah haji menjadi otoritas dokter
pelabuhan di embarkasi.
Menurut dr. M. Zainul Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) mempunyai
tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit,
penyakit potensial wabah, surveilance epidemiologi, kekarantinaan,
pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,
pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan
penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan
pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara.
Disaat ada jemaah haji yang dicurigai mengalami gejala yang mirip
dengan penyakit menular berbahaya, maka Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) akan mengadakan karantina untuk melakukan
tindakan perawatan lanjut. Dalam hal ini Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) berperan penting dalam memberikan informasi terkini terkait
jemaah haji.
Disamping itu syarat seseorang untuk dikatakan layak berangkat ke Arab
Saudi adalah telah melakukan vaksinasi meningitis dan influenza. Para
jemaah haji yang akan berangkat biasanya akan melakukan vaksinasi di
dokter praktek atau di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Saat
melakukan vaksinasi, para jemaah haji akan memberikan alamat
lengkapnya, sehingga di KKP akan tersedia data dan informasi seputar
jemaah haji yang dibutuhkan oleh Puskesmas dalam melakukan
pemantauan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Spo Injeksi Iv
    Spo Injeksi Iv
    Dokumen2 halaman
    Spo Injeksi Iv
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis
    Sinusitis
    Dokumen13 halaman
    Sinusitis
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • TONSILITIS
    TONSILITIS
    Dokumen6 halaman
    TONSILITIS
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • Bronkhitis
    Bronkhitis
    Dokumen12 halaman
    Bronkhitis
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • Pertusis
    Pertusis
    Dokumen9 halaman
    Pertusis
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • Influenza
    Influenza
    Dokumen14 halaman
    Influenza
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • Makalah Flu Burung
    Makalah Flu Burung
    Dokumen14 halaman
    Makalah Flu Burung
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • Tor Napza
    Tor Napza
    Dokumen2 halaman
    Tor Napza
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • TOR Pengolahan Sampah
    TOR Pengolahan Sampah
    Dokumen2 halaman
    TOR Pengolahan Sampah
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat
  • SAP Pengolahan Sampah 3R
    SAP Pengolahan Sampah 3R
    Dokumen6 halaman
    SAP Pengolahan Sampah 3R
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Belum ada peringkat