Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu.
(Marmi dan Rahardjo, 2012). Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500
gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap
kematian perinatal dan neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan
dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari
37 minggu) atau BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu
bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. (Dep Kes RI, 2010).
Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab kematian bayi
adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), persoalan pokok pada BBLR adalah
angka kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding angka kematian
perinatal pada bayi normal. Menurut WHO, BBLR merupakan penyebab
dasar kematian dari dua pertiga kematian neonatus. Sekitar 16% dari
kelahiran hidup atau 20 juta bayi pertahun dilahirkan dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram dan 90% berasal dari Negara berkembang. Indikator
kesehatan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak adalah Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat dan menilai keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan. Angka kejadian BBLR di Indonesia
sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara
9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan
rentan 2,1%-17,2%.
Data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa
AKB selama sepuluh tahun terakhir ini relatif menunjukkan angka yang
menurun. AKB pada tahun 2011 adalah 29.24 per 1000 kelahiran hidup,
menunjukkan angka yang menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 29.99
per 1.000 kelahiran hidup, namun tersebut masih jauh dari target MDGs tahun
2015, yaitu sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup. Medical Record RSUD
Gambiran Kota Kediri BBLR pada tahun 2010 mencapai 337 kasus dengan

1
berat badan lahir (<2.500) gram, tahun 2011 mencapai 363 kasus dengan
berat badan lahir (<2.500) gram, dan pada tahun 2012, angka kejadian BBLR
berjumlah 336 dari 1.888 kelahiran hidup, dan 46 bayi yang tercatat
meninggal dunia dengan berat badan lahir (<2.500) gram.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR antara
lain kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan kondisi
kurang gizi pada kaum perempuan. Beban pekerjaan yang berat pada
perempuan desa menambah buruknya gizi dan kesehatan kaum perempuan.
Kelahiran yang terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak dan terlalu tua
menambah buruknya kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya BBLR (Mitayani, 2009).
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan
lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika
dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Hal ini
dikarenakan organ tubuhnya belum berfungsi sempurna seperti bayi normal.
Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan
hidup resiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil
yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal
kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih
lagi apabila mendapat ASI ekslusif yang kurang dan makanan pendamping
ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi
balita dengan status gizi yang rendah. (Herry, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
2. Apa saja klasifikasi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
3. Apa saja Etiologi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
5. Bagaimana patofisiologi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
6. Bagaimana WOC dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
7. Apa saja Komplikasi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
8. Bagaimana Pemeriksaan Diaknostik dari Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR)?
9. Bagaimana Penatalaksanaan dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
3. Untuk mengetahui Etiologi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR)
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
6. Untuk mengetahui WOC dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
7. Untuk mengetahui Komplikasi dari Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diaknostik dari Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR)
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR)
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO,
1961).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).

3
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,
2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah
prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.

2.2 Klasifikasi
Ada dua golongan BBLR, yaitu:
a. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan.
b. Bayi small for gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga
jenis:
 simetris ( intrauterus for gestatational age ) yaitu terjadi gangguan
nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama
 Asimetris ( intrauterus growth retardation ) yaitu terjadi defisit
nutrisi pada fase akhir kehamilan
 Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilan. (Mitayani, 2009)
2.3 Etiologi
a. Penyebab kelahiran prematur
 Faktor ibu
 Taksemia gravidarum, yaitu preeklamsia dan eklamsia
 Kelainan bentuk uterus (mis: uterus bikornis, inkompeten serviks)
 Tumor (mis: mioma uteri, sistoma)
 Ibu yang menderita penyakit antara lain:
- Akut dengan gejala panas tinggi (mis: tifus abdominalis, malaria)

4
- Kronis (mis: TBC, penyakit jantung.
 Trauma pada masa kehamilan antara lain:
- Fisik
- Psikologis
 Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Plasenta antara lain plasenta praevia, solusio plasenta
 Faktor janin
 Kehamilan ganda
 Hidramnion
 Ketuban pecah dini
 Cacat bawaan
 Infeksi
 Insufisien plasenta
 Inkompatibilitas darah ibu dan janin
 Faktor plasenta
 Plasenta previa
 Solusio plasenta.
(Asrining Surasmi, 2003; 31 – 32)

b. Penyebab kelahiran dismatur


 Faktor janin
 Kelainan kromosom
 Infeksi janin kronik
 Disotonomia familial
 Retardasi
 Kehamilan ganda
 Aplasia pankreas
 Faktor plasenta
 Berat plasenta kurang
 Plasenta berongga atau keduanya
 Luas permukaan berkurang

5
 Plasentitis vilus
 Infark tumor (kario angiona) plasenta yang lepas
 Sindrom transfusi bayi kembar
 Faktor ibu
 Taksemia
 Hipertensia
 Penyakit ginjal
 Hipoksemi (penyakit jantung sionatik, penyakit paru) malnutrisi
 Anemia sel sabit.
(Asrining Surasmi, 2003; 53)

2.4 Manifestasi Klinis


Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai
berikut:
1. Berat badan lahir< 2500 gram, panjang badan≤ 45 Cm, lingkar dada< 30
Cm, lingkar kepala< 33 Cm.
2. Masa gestasi< 37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi;
kepala relatif lebih besardari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo,
lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu
lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkaiabduksi,
sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk
belum sempurna.
Manifestasi klinis yang lain yaitu :
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar
3. Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga
kurang
4. Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
5. Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.

6
6. Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah
7. Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial
8. Nafas belum teratur
9. Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
10. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan
baik.

2.5 Patofisiologi

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan
lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang
kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil
dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun
ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.

BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil


ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari
45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah

pernapasan tak teratur dapat terjadi apnebiasanya terjadi pada umur


kehamilan kurang dari 37 minggu.Kemungkinan yang terjadi pada bayi
dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm
terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia,
patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia,
hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia,
dan malformasi kongineta.

7
8
2.6 Komplikasi
1. Sindrom distest pernafasan, disebut juga penyakit membran hialin
yang melapisi alveolus perut.
2. Aspirasi pnemunia, keadaan ini disebabkan karena repleks menelan
dan batuk pada bayi prematur belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler, adalah perdarahan spontan pada ventrikel
atau lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan
membran hialin di paru – paru.
4. Fibroplasia retrolintal, keadaan ini disebabkan oleh gangguan oksigen
yang berlebihan.
5. Hiperbillirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi
prematur belum matang.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

2.8 Penatalaksanaan
1. Penangganan Bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50o C s/d 37,0o C.

9
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai
300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat
dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator
maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi
dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan
dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol
hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di
dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali
sedini mungkin.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2 yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

10
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai
masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh
masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya
tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur
pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
 Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
 Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi.
 Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang
berhubungan dengan bayi.
 Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
 Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat
bayi.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit
demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan
dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko
hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya
baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya

11
bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama
dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan
menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 %
yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml
untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi
dengan berat lebih dari 1500 Gr.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami
kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48
jam.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS TEORI

3.1 Pengkajian
A. Pengkajian Umum
1. Identitas Pasien
Nama : No.Reg :
Umur : Tgl MRS :
Jenis Kelamin : Dx Medis :
Pendidikan : Tgl Pengkajian :
Agama :

12
Suku / Bangsa :
Alamat :

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Bayi dengan berat badan < 2.500 gram
b. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah ibu klien pernah mengkonsumsi obat-obatan,
peminum alkohol, perokok, dan bekerja berat.
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit kronis
d. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya bayi mengalami turgor kulit jelek, badan kebiruan, pola
nafas cepat, berat badan < 2.500 gram.

3. Apgar skore
System penilaian ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan
persarafan bayi. Penilaian dilakukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian
7-10 (baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat)
dan diulang setiap 5 meint hingga bayi dalam keadaan stabil.

Tanda 0 1 2
Frekwensi Tidak ada < 100 > 100
jantung
Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksiGerakan katif


sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

Warna kulit Seluruh tubuh biruTubuh kemeraha,Seluruh tubuh


atau pucat ekstremitas biru kemerahan

5. Pemeriksaan cairan amnion


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada
cairan amnion tentang jumlah volumenya, apabila volumenya > 2000 ml

13
bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion sedangkan
apabila jumlahnya < 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion
6. Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta seperti
adanya pengapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini
penting dalam menentukan kembar identik atau tidak.
7. Pemeriksaan tali pusat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali
pusat seperti adanya vena dan arteri, adanya tali simpul atau tidak.

patway
Faktor

Faktor ibu Faktor janin Faktor lingkungan


1. Faktor penyakit 1. Hydroamnion 1. Tempat tinggal
(toksemia 2. Kehamilan di dataran
gravidarum, trauma multiple/ ganda tinggi
fisik, dl) 3. Kelainan 2. Radiasi
2. Faktor usia kromosom 3. Zat-zat beracun

i BBLR

Kulit tipis dan Imaturitas system Reflek mnelan dan

lemak subcutan pernafasan menghisap belum

14
Tidak dapat Pernafasan belum
menyimpan panas
kedinginan sempurna
Hipotermi O2 dalam darah co2
Intake nutrisi tidak
adekuat

Asupan gizi
kurang
Sel-sel kekurangan

O2 dalam sel darah nutrisi

rendah co2 tinggi


Kerusakan sel
Asidosis

Penurunan
Gangguan
BB/kematian
pertukaran

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
4.Pemeriksaan fisik head to toe
a. keadaan umum
- TTV
P : < dari 120x/menit
S : 36,4 C
R : < dari 40x/menit
BB : < dari 2500 gram
PB : < dari 48cm
LD : < dari 30cm
LK : < dari 33cm
- Bayi menangis
- Bayi lahir tidak segera menangis
b. Sistem integumen
Warna kulit kemerahan / pink.
c. Kepala
Bentuk kepala simetris, ubun-ubun teraba rata, caput (-)
d. Leher

15
Leher bayi normal, tidak ada pembesaran kelenjar
e. Mata
Bentuk kedua mata simetris, Pada pupil terjadi miosis saat diberikan
cahaya
f. Telinga
Bentuk daun telinga simetris
g. Hidung
Bentuk hidung simetris,tidak didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung, hidung sebelah kiri terpasang NGT no. 5
h. Mulut
Bentuk mulut simetris
i. Muka
Bentuk muka bayi ovale
j. Dada
Pada dada ditemukan pernafasan yang regular dan frekwensi
pernafasan yang teratur 34 x/menit
k. Abdomen
Tidak terdapat massa, atau benjolan.
l. Genetalia
Bentuk genetalia normal
m. Punggung
bentuk punggung simetris

n. Reflek
- Blinking (+)
Bayi akan menutup kedua matanya ketika terkena Kilatan cahaya atau
hembusan udara
- Darwinian (+)
Jari-jari mengatup, membentuk genggaman saat telapak tangan
disentuh
- Rooting (+)

16
Mulut akan langsung membuka dan melakukan gerakan seperti orang
mengisap (mengenyot) ketika disentuh pipi atau ujung mulutnya
- Sucking (+)
Bayi langsung melakukan gerakan seperti mengisapbila ada objek
disentuhkan atau dimasukkan ke mulut
- Reflek Morrow (+)
Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan kemungkinan yang ada pada data
subyektif, data obyektif dan gejala yang terjadi pada pasien yang terkait
masalah sistem pernafasan. Diagnosa yang muncul pada BBLR yaitu :
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan,
dan ketidakseimbangan metabolik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal
lemah, dan refleks lemah.
3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
tidak efektif
4. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan
berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan
lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
5. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau
hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen)
yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis
imatur.
6. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
7. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan
dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan
dengan orang tua.
8. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,
kelembaban kulit.

17
9. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi
bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.

3.3 Intervensi Keperawatan


Rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, baik
mandiri maupun kolaboratif. Rencana yang dilakukan menyesuaikan pada
diagnosa keperawatan.

3.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan intervensi keperawatan
yang telah disusun, baik secara mandiri maupun kolaboratif. Implementasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa yang mengganggu pasien
mengenai gangguan sistem pernafasan.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus-menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.

18
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus
Pada tanggal 19 April 2017 jam 09.00 WIB Ny. D umur 29 tahun diantar
suaminya Tn. F ke RSUD Jombang dengan keluhan sakit perut mau melahirkan,
By. S lahir secara SC, BBL 2 hari, jenis kelamin Laki-laki BB 1300 gr, panjang
badan 36 cm, lingkar dada 24 cm, lingkar kepala 26 cm. Dx: BBLR. TTV: TD:
138 x/mnt, S: 36 C, RR: 34x/mnt, bayi berada di Inkubator dengan suhu 34,8C,
turgor kulit jelek, terpasang NGT hidung kiri, bayi tidak nangis spontan, terpasang
infus sebelah tangan kanan. Pengobatan Rycef 2x85 mg, Gentamycin 8 mg/36 jm,
Aminophylline 2x2 mg, dan Propesa 3x1,5 ml.
4.1 Pengkajian
A. Identitas Klien

Nama : By. A No.Reg : 123321


Umur : 2 hari Tgl MRS : 19 April 2017 (09.00 WIB)
Jenis Kelamin : Laki-laki Dx Medis : BBLR
Pendidikan :- Tgl Pengkajian: 21 April 2017 (10.00 WIB)
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Jalan Pahlawan Jombang No.6 RT/RW : 03/04
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Jalan Pahlawan Jombang No.6 RT/RW : 03/04
C. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
bayi tidak nangis spontan,
Riwayat Penyakit Sekarang
Berat badan bayi <2500 gram
Upaya yang telah dilakukan :

19
Beristirahat di tempat tidur.
Terapi atau operasi yang pernah dilakukan :
Memeriksakan gejala dan keluhan ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit berat yang pernah diderita :-
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Obat jenis kortkosteroid
Kebiasaan berobat :-
Alergi :-
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan memiliki penyakit keturunan hipertensi dan
diabetes melitus

Keterangan :
: tinggal satu rumah
: laki-laki (meninggal)
: perempuan (meninggal)
: pasien
4. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan sekitar pasien terhindar dari segala bentuk polusi dan
pencemaran.
D. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum

20
- TTV
P : 138x/menit
S : 36, C
R : 34x/menit
BB : 1300 gr
PB : 36 cm
LD : 24 cm
LK : 26 cm
b. Sistem integumen
Warna kulit kemerahan / pink.
c. Kepala
Bentuk kepala simetris, ubun-ubun teraba rata, caput (-)
d. Leher
Leher bayi normal, tidak ada pembesaran kelenjar
e. Mata
Bentuk kedua mata simetris, Pada pupil terjadi miosis saat
diberikancahaya
f. Telinga
Bentuk daun telinga simetris
g. Hidung
Bentuk hidung simetris,tidak didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung, hidung sebelah kiri terpasang NGT no. 5
h. Mulut
Bentuk mulut simetris
i. Muka
Bentuk muka bayi ovale
j. Dada
Pada dada ditemukan pernafasan yang regular dan frekwensi pernafasan
yang teratur 34 x/menit
k. Abdomen
Tidak terdapat massa, atau benjolan.
l. Genetalia

21
Bentuk genetalia normal
m. Punggung
bentuk punggung simetris
n. Reflek
- Blinking (+)
Bayi akan menutup kedua matanya ketika terkena Kilatan cahaya atau
hembusan udara
- Darwinian (+)
Jari-jari mengatup, membentuk genggaman saat telapak tangan disentuh
- Rooting (+)
Mulut akan langsung membuka dan melakukan gerakan seperti orang
mengisap (mengenyot) ketika disentuh pipi atau ujung mulutnya
- Sucking (+)
Bayi langsung melakukan gerakan seperti mengisapbila ada objek
disentuhkan atau dimasukkan ke mulut
- Reflek Morrow (+)
Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

22
4.2 Diagnosa Keperawatan

NS. Gangguan Pertukaran Gas (00030)

DIAGNOSIS : Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran


(NANDA-I) Kelas 4 : Fungsi Respirasi
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida
DEFINITION:
pada membrane alveolar-kapiler
 Dispnea
 Diaforesis
 Hipoksemia
 Napas cuping hidung
 Konfusi
DEFINING  Hipoksia
 Sianosis
CHARACTER
 Warna kulit abnormal(missal pucat ,kehitaman)
ISTICS  Penurunan karbondioksida
 Iritabilitas
 Gas darah arteri abnormal
 Hiperkapnia
 Ph arteri abnormal
 Gelisah
 Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
RELATED
 Perubahan membrane alveolar-kapiler
FACTORS:

23
ASSESSMENT
Subjective data entry Objective data entry
Bayi tidak bisa menangis spontan, - TTV
turgor kulit jelek, terpasang NGT P : 138x/menit
hidung kiri,terpasang infus sebelah S : 36, C
tangan kanan. R : 34x/menit
BB : 1300 gr
PB : 36 cm
LD : 24 cm
LK : 26 cm
DIAGNOSIS SESSMENT

Ns. Diagnosis (Specify):


Ggngguan Pertukaran Gas
Client
Diagnostic
Related to:
Statement:
Perubahan membrane alveolar-kapiler

24
4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Inisial : Ny. D
Dx.Kep : Gngguan Pertukaran Gas
Definisi : Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-kapiler
NIC NOC
Intervensi Aktivitas Outcome Indikator
Resusitasi neonatus (6974) Observation : Status pernapasan (0415). 1. Keseimbangan
Definisi : 1. Monitor pernafasan Definisi : ventilasi dan
2. Monitor denyut jantung
Pemberian tindakan darurat Pertukaran karbondioksida perfusi (4)
Action : 2. Dyspnea saat
untuk mendukung adaptasi dan oksigen di aveoli untuk
3. tempatkan bayi baru lahir dibawah pemancar istirahat (4)
diluar uterus bayi baru lahir memeprtahankan
3. Ispnea dengan
panas yang hangat
konsentrasi darah arteri
aktivitas ringan
4. gunakan oksingen 100% dengan tekanan 5-8
(4)
liter untuk mengisi kantong resusitasi
5.Memantau TTV bayi
Education :
6.menjelaskan kepada keluarga bayi dengan baik

25
4.4 Implementasi
Inisial : Bayi Ny.D 19 April 2017 (09.00 WIB)
Dx.Kep : Gangguan Pertukaran Gas.
Definisi : Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan eliminasi
karbondioksida pada membran alveolar-kapiler

Tgl / jam Tindakan Paraf


19 April 1. Menempatkan bai baru lahir dibawa permancar
2017 panas ang hangat
2. Memoniori pernafasan
(09.00
3. Memonitori denut jantung
WIB) 4. Menggunakan oksigen 100% dengan tekanan 5-
8 liter untuk mengisi kantong resusitasi.
5. Memberikan penjelasan kepada orang tua bayi
dengan baik
6. Mengukur TTV pasien :

P : 138x/menit
S : 36, C
R : 34x/menit
BB : 1300 gr
PB : 36 cm
LD : 24 cm
LK : 26 cm

26
4.5 evaluasi
Nama : by A Ruang : Delima
Umur : 4 Hari No register : 02235
No Tanggal 21 april 2017 TT
1. Subyektif :
Bayi tidak rewel lagi
Obyektif :
- bayi tidak kesulitan nafas saat tidur
-
TTV :
- TTV
P : 125x/menit
S : 36,4 C
R : 42x/menit
BB : 2500 gram
PB : 48cm
LD : 30cm
LK : 33cm
TD
Assesment :
Masalah teratasi.
Planning :
Hentikan intervensi

27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kematian perinatal pada bai BBLR 8 kali lebih besar dari bayi
normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa
ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Proknosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka
kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai
kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia,
perdarahan intrakarnial, dan hipoglikemia.Bila bayi ini selamat kadang
kadang dijumpai kerusakan saraf dan ada gangguan bicara
5.2 Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada
pasien dan mengajurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa
khususnya pada kasus kasus BBLR dengan asfiksia dan perinatal, juga
diharapka mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin yang
telah

28
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC.

Handayani, Lizatul. 2015. Askep sindrom cushing


http://lizatulhandayani.blogspot.co.id/2015/05/askep-sindrom-cushing.html.
Diakses pada tanggal 23 April 2017. Jam 11.47 WIB.
Prayitno, Hadi. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Chusing Syndrome.

29

Anda mungkin juga menyukai