Anda di halaman 1dari 3

URAIAN TUGAS PPHP

Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh


PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

Di dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah, ketentuan Pasal 18 ayat (4) huruf e diubah, sehingga Pasal 18 berbunyi:

1. PA/KPA menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.


2. Anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan berasal dari pegawai negeri,
baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya.
3. Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (2), anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD atau Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola dapat berasal dari bukan pegawai negeri.
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas;
b. memahami isi Kontrak;
c. memiliki kualifikasi teknis;
d. menandatangani Pakta Integritas; dan
e. tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah
Membayar (PPSPM) atau Bendahara.
5. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk :
a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
c. pemeriksaan/pengujian; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
6. Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis khusus, dapat
dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan.
7. Tim/tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh PA/KPA.
8. Dalam hal pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a, dilakukan setelah berkoordinasi dengan Pengguna
Jasa Konsultansi yang bersangkutan.

Dan di dalam Pasal 8 tentang Tugas dan Kewenangan Pengguna Anggaran ayat (1) PA
memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut :

a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;


b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website
K/L/D/I;
c. menetapkan PPK;
d. menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
Dari pasal 18 di atas Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHK) tidak berada dibawah
PPK sehingga didalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya akan lebih independen
dan objektif sesuai dengan realisasi hasil pekerjaan. Panitia/pejabat PENERIMA HASIL
PEKERJAAN, berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012, di atas wajib ditunjuk
dengan surat keputusan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran pada setiap
satuan kerja setiap awal tahun bila menggunakan APBD. Namun bila menggunakan
APBN, pengangkatan pengelola pengadaan (PPK, ULP yang ditunjuk oleh satker yang
bersangkutan, dan PPHP) dapat diangkat dan diberlakukan tanpa mengenal batas akhir
pemberlakuan anggaran (Perpres 53/2010).

Jumlah anggota PPHP disesuaikan dengan kompleksitas dan nilai pekerjaan. Untuk
pengadaan barang/jasa s.d. Rp 200.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan pekerjaan bersifat
sederhana dapat dilakukan oleh satu pejabat PENERIMA HASIL PEKERJAAN.

Panitia/Pejabat pemeriksa hasil pekerjaan bertugas menerima dan memeriksa pekerjaan


yang kemudian dilaporkan ke PPK. Serah terima barang/jasa selanjutnya kepada PA/KPA
dilakukan oleh PPK (pasal 11 ayat (1) huruf g). PPHP hanya bertugas untuk memastikan
barang/jasa yang diterima sesuai dengan spesifikasi dan waktu yang sudah ditetapkan
sebagaimana ketentuan di dalam kontrak beserta lampirannya. BA Serah Terima tersebut
selanjutnya diserahkan ke PPK untuk ditindaklanjuti. Bilamana terdapat indikasi adanya
mark up, dapat disampaikan kepada aparat pemeriksa internal disertai dengan bukti yang
cukup. Pemeriksaan barang tidak harus dilakukan sekaligus pada akhir kegiatan. Tetapi
dapat dilakukan secara bertahap. Misalnya untuk acara seminar di hotel, pemeriksaan jasa
akomodasi dapat dilakukan pada akhir acara tetapi pemeriksaan seminar kit dilakukan
sebelum acara dimulai, karena seminar kit tersebut sudah habis dibagikan pada akhir
acara. Di samping itu PA/KPA harus menyediakan anggaran yang cukup untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan dari PPHP tersebut.

Semua proses serah terima pekerjaan harus diketahui (ditandatangani) oleh PPHP
termasuk dalam proses pengadaan langsung, khususnya untuk pekerjaan yang
menggunakan SPK sebagai dasar pembayaran. Meskipun pada prinsipnya penyerahan
barang/jasa oleh Penyedia ditujukan kepada PPK. PPHP tidak hanya memeriksa
pekerjaan tetapi juga mencantumkannya didalam berita acara pemeriksaan, sehingga
PPHP tetap melakukan penerimaan pekerjaan walaupun untuk nilai sampai dengan
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Untuk nilai tersebut, PPHP dapat mencantumkan
persetujuan atas serah terima tersebut di dalam kuitansi yang ditandatangani oleh PPK.

Berita acara dibuat pada waktu penyerahan barang/jasa dari Penyedia kepada
Panitia/Pejabat pemeriksa hasil pekerjaan (PPHP). Keterlambatan penyerahan pekerjaan
karena kesalahan pengguna barang (PPK/PPHP), maka penyedia tidak dikenakan denda.
Oleh karena itu jadwal serah terima pekerjaan harus disepakati terlebih dahulu antara
pengguna (PPK/PPHP) dengan penyedia dengan memperhatikan ketentuan yang ada di
dalam kontrak.

Penyerahan barang/jasa dilakukan oleh Penyedia Barang Jasa. Namun penyerahan


pekerjaan tersebut kepada PPK baru dapat dilakukan bilamana disetujui Panitia/Pejabat
Pemeriksa Hasil Pekerjaan. Berita Acara Serah Terima (BAST) Hasil Pekerjaan hanya
ditandatangani oleh Panitia/Pejabat PENERIMA HASIL PEKERJAAN (PPHP) dan
Penyedia. PPK melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
penyedia (Lampiran II Bagian C.2.l.3). Dengan demikian BAST Hasil Pekerjaan tersebut
cukup ditandatangani oleh PPHP, Penyedia dan PPK, dan tidak perlu ditandatangi oleh
PA. PPHP hanya bertanggung-jawab pada proses pemeriksaan dan penerimaan hasil
pekerjaan saja.

Penerimaan barang dilakukan setelah ada persetujuan dari PPHP. PPHP tidak boleh
menerima barang yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. PPHP
merekomendasikan kepada PPK untuk mengganti barang tersebut. Dengan demikian PPK
tidak boleh menandatangani SPP kalau PPHP dan barang yang diperjanjikan tidak sesuai
dengan ketentuan dalam kontrak

Anda mungkin juga menyukai