Anda di halaman 1dari 12

10 Akurasi dan Macam

Anggaran

Suatu perkiraan biaya dianggap kurang akurat bila dijumpai cirri-ciri berikut:
 Terjadi cost overrun atau underun yang relative besar.
 Angka-angkanya tidak realistis untuk dipakai sebagai tolak ukur pengendalian
biaya.
 Tidak reliable untuk alokasi biaya dan mencari pendanaan.

Adapun alasannya bermacam-macam yang intinya berkisar pada dua hal yaitu:
 Materi yang belum tersedia pada saat itu
 Kualitas estimator yang menyusunnya

10.1 JENIS ANGGARAN PROYEK


Untuk rencana atau proyek besar dan kompleks minimal terdapat tiga macam
perkiraan biaya atau anggaran yaitu perkiraan biaya pendahuluan (PBP), anggaran biaya
proyek (ABP), dan anggaran biaya definitif (ABD).
A. Perkiraan Biaya Pendahuluan (PBP)
Kegunaan PBP adalah untuk:
 Mengkaji kelayakan ekonomi dan finansial;
 Menentukan urutan prioritas (ranking) dari beberapa proyek;
 Menentukan dilanjutkan atau tudaknya usaha mengkaji kelayakan proyek lebih
lanjut
Di dalam mempersiapkan PBP ditekankan perlunya hubungan yang erat terus
menerus antara bidang engineering dengan bidang yang menangani masalah ekonomi dan
pasar. Bidang pemasaran akan memberikan perkiraan prospek pasar dan indikasi mutu
produk, sedangkan bidang ekonomi akan memberikan masukan seberapa besar investasi
yang diperkirakan masih akan menguntungkan.
B. Anggaran Biaya Proyek (ABP)
ABP diselesaikan pada akhir tahap PP/definisi. Bgi pihak pemilik, ABP berfungsi
lebih penting dari PBP, karena daripadanya akan diputuskan ikatan (commitment) yang
bernilai besar, yaitu pembangun menyusun PBP, harus ada kerja sama yang erat antara
kegiatan engineering, bagian ekonomi, pemasaran, dan pendanaan agar didapat angka-
angka yang cukup realistis. Jadi dalam menyusun ABP, usaha dan kegiatan evaluasi,
pengembangan, dan perhitungan yang telah dirintis pada tahap terdahulu, diteruskan lebih
mendalam (intensif) dan meluas (ekstensif). Kegiatan yang diselesaikan pada tahap ini
adalah:
 Menentukan kualitas dan kuantitas produk;
 Indikasi kualitas dan kuantitas bahan mentah;
 Survei lokasi, pemeriksaan contoh tanah, data iklim, pengadaan;
 Penegasan lingkup proyek yang terdiri dari unit atau bangunan utama dan
infrastruktur pendukung;
 Daftar peralatan utama termasuk kriteria dan spesifikasi;
 Jumlah sebagian besar material curah (bulk);
 Denah bagian-bagian unit/bangunan utama dan fasilitas pendukung;
 Perkiraan jam-orang engineering pembelian, dan konstruksi;
 Telah diselesaikan survei tingkat upah tenaga kerja di lokasi dan sebagian
besar harga-harga peralatan dan material;
 Strategi pelaksanaan pembangunan proyek, seperti jenis kontrak, filosofi
desain, dan lain-lain;
 Inidikasi standar mutu dan jadwal proyek.
ABP, di samping untuk pengambilan keputusan diteruskan atau tidaknya investasi,
juga berguna bagi pembanding proposal kontraktor di waktu lelang, dan pegangan
mencari dana.
C. Anggaran Biaya Definitif (ABD)
Anggaran biaya definitif adalah anggaran yang dihasilkan dari usaha optimal dengan
fungsi utama:
 Bagi pemilik (kontrak harga tidak tetap), sebagai patokan kegiatan
pengendalian biaya;
 Bagi kontraktor (kontrak harga tetap), sebagai angka dasar pengendalian biaya
internal.
Karena fungsi pokok ABD adalah sebagai patokan kegiatan pengendalian, maka hasil
pengendalian biaya akan sangat tergantung dari kualitas anggaran definitif. Pada
umumnya, diinginkan akurasi ABD sekitar 5-10%. Pada proyek-proyek E-MK yang
cukup besar dengan jenis kontrak biaya tidak tetap (cost plus), pembuatan ABD
dikerjakan oleh pemilik dan kontraktor memerlukan waktu sampai 8-10 bulan setelah
kontrak ditandatangani. Waktu 8 sampai 10 bulan tersebut digunakan untuk mengerjakan
kegiatan engineering dan pembelian sampai kepada taraf tertentu, sehingga data dan
informasi untuk menyiapkan ABD dianggap cukup. Agar diperoleh akurasi yang
diinginkan, pada waktu menyusun ABD minimal harus sudah diselesaikan pekerjaan-
pekerjaan berikut.
 Perincian desain seperti diagram arus, neraca energi dan neraca bahan untuk
proses, off-site, dan utiliti. Demikian pula P&ID telah mendekati
penyelesaian.
 Desain mekanikal, instrumen, dan spesifikasi mekanis peralatan.
 Denah dan elevasi peralatan instalasi.
 Telah terkumpul penawaran harga dari rekanan atau manufaktur untuk
peralatan utama, dan harga satuan untuk material curah.
 Site survey dan pemeriksaan tanah.
 Telah diterima penawaran harga sub-kontrak untuk pekerjaan yang penting.
 Telah tersedia quantity take-off material curah.
 Tersedia perincian tingkat upah tenaga kerja.
 Perincian keperluan peralatan konstruksi dan fasilitas sementara.
 Perhitungan keperluan jam-orang lapangan dan kantor pusat.
 Rencana pelaksanaan berupa jadwal induk proyek dan milestone.
 Secara keseluruhan desain engineering telah selesai 70-80%.

Untuk E-MK, terdapat hubungan yang erat antara akurasi perkiraan biaya dengan
kegiatan engineering, karena produk desain engineering merupakan masukan utama
untuk perkiraan biaya. Makin jauh kegiatan engineering diselesaikan, makin jelas
formulasi lingkup proyek dan batas-batasnya.

Persiapan
Untuk menyusun ABD, langkah pertama adalah menyiapkan hal-hal sebagai berikut.
 Format
 Kode Akuntansi
 Jadwal Induk
 Definisi Lingkup Proyek
 Pengecekan dan Update Harga Satuan

10.2 PERKIRAAN BIAYA UNTUK PROPOSAL


Harga akhir proposal atau juga disebut harga lelang (bid price), terdiri dari biaya
proyek hasil estimasi, ditambah suatu jumlah yang ditentukan oleh strategi pimpinan
perusahaan kontraktor. Estimasi tersebut disusun berdasarkan informasi yang terdapat
dalam dokumen lelang yang diterima dari pemilik, terdiri dari gambar, spesifikasi,
kriteria, dan penjelasan-penjelasan lain lingkup proyek. Untuk jenis kontrak harga tetap
atau lump-sum, umumnya deskripsi lingkup proyek di dalam RFP sudah lengkap dan
terjabarkan secara terperinci, sehingga perkiraan biaya material pada proposal dapat
dilakukan dengan quantity take-off. Langkah-langkah yang diambil oleh kontraktor untuk
menyusun estimasi proposal adalah sebagai berikut.
 Mengkaji dokumen lelang, terutama terhadap pasal yang mempunyai dampak
terhadap harga.
 Meneliti lingkup proyek untuk kemudian diperinci menjadi material, peralatan
dan tenaga kerja (jam-orang) yang diperlukan.
 Mengadakan survei lokasi.
 Memperkirakan produktivitas tenaga kerja.
 Membuat quantity take-off.
 Membuat paket kerja.
 Meminta penawaran dari sub kontraktor dan rekanan.
 Menyusun biaya langsung dan tidak langsung.
 Membubuhkan angka-angka kontigensi dan eskalasi.
Sebelum proposal dikirimkan kembali ke pemilik yang disertai dengan harga total
penawaran bid price, maka pimpinan perusahaan kontraktor membubuhkan angka mark-
up yang besarnya sesuai dengan strategi yang diambil.

Tingkat Akurasi
Akurasi suatu perkiraan biaya tergantung dari sejumlah faktor, diantaranya yang
terpenting adalah tersedianya data dan informasi pada waktu estimasi. ABD memiliki
akurasi lebih tinggi karena diselesaikan dengan waktu yang lebih lama, yaitu 8 sampai 10
bulan setelah contract award sedangkan estimasi proposal dilakukan sebelum contract
award dengan kurun waktu sekitar 3 sampai 4 bulan. Dengan demikian ABD potensial,
lebih banyak data dan informasi yang sempat dikumpulkan. Estimasi proposal akan dapat
menjadi ABD dan berguna untuk biaya pengendalian internal operasi kontraktor dalam
melaksanakan implementasi fisik proyek.

10.3 AKURASI VERSUS KEMAJUAN PROYEK


Semakin jauh kemajuan proyek, maka perkiraan biaya atau anggaran yang disusun
makin baik atau tajam akurasinya, karena makin tersedianya masukan data dan informasi
yang diperlukan. Berdasarkan AACE, hubungan antara akurasi dan kemajuan proyek,
a. Akhir Tahap konseptual
Merupakan akhir pengkajian kelayakan proyek, dimana paket studi kelayakan
(PBP) telah diselesaikan dan dihasilkan akurasi -30 + 50%.
b. Akhir Tahap PP/Definisi
Pada akhir tahap ini dihasilkan anggaran biaya proyek ABP, dengan akurasi -15 +
30%.
c. Implementasi berlangsung 8 sampai 10 bulan
Setelah kontraktor terpilih dan tahap implementasi berjalan 8 sampai 10 bulan,
diselesaikan anggaran biaya definitif (ABD) dengan akurasi -5 + 15%.
d. Proyek dinyatakan selesai
Pada saat ini proyek telah dinyatakan selesai termasuk perhitungan pembayaran
klaim dan masalah keuangan yang lainnya dengan akurasi 0%.

Gambar 10-2 Akurasi perkiraan biaya sepanjang siklus proyek


Dari grafik di Gambar 10-2 terlihat bahwa makin jaub proyek berjalan, akurasi
perkiraan biaya makin baik. Dan akhirnya didapat angka biaya proyek yang
sesungguhnya bila laporan keuangan proyek telah ditutup, yang sering kali memakan
waktu beberapa bulan setelah proyek dinyatakan selesai secara fisik.

10.4 HUBUNGAN KEGIATAN DESAIN ENGINEERING, DAN PERKIRAAN


BIAYA
Gambar 10-3 menunjukan garis besar kegiatan desain engineering yang perlu
diselesaikan sebelum dapat membuat perkiraan biaya. Terlihat bahwa dalam menyusun
perkiraan biaya definitif (ABD), sebagian besar kegiatan engineering telah diselesaikan
dan telah dibuat paket pembelian dan paket sub kontrak untuk lelang. Setelah diadakan
lelang dan angka penawaran masuk, maka angka-angka ini digunakan sebagai masukan
untuk menyusun ABD. Sehingga angka yang dipakai sebagian besar didasarkan atas
angka sesungguhnya dari ikatan-ikatan yang diadakan dalam penyediaan material,
peralatan dan subkontrak. Dengan demikian mempertinggi derajat akurasi dari ABD.

Gambar 10-3 Hubungan antara kegiatan desain engineering dengan perkiraan biaya
atau anggaran.

Tugas Menyusun Perkiraan Biaya


Penyusunan perkiraan biaya dilakukan oleh pihak-pihak yang berbeda. Untuk PBP
umumnya disusun oleh pemilik proyek, dibantu konsultan, yang sekaligus melaksanakan
studi kelayakan. Sedangkan untuk ABP, di samping pemilik mengerjakan sendir, juga
menunjukan konsultan untuk secara khusus membuat ABP.

10-6 KOTIGENSI DAN ALLOWANCE


Kontigensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk
dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, yang menurut pengalaman dan
statistik menunjukan selalu diperlukan. Makin jauh proyek berjalan, makin banyak
masukan data dan informasi, sehingga masalah yang belum menentu pun banyak
berkurang, demikian pula halnya dengan besarnya kontigensi.
Besar Angka Kontigensi
Hal ini tergantung pada kualitas perkiraan biaya maupun pengalaman estimator atau
perusahaan yang bersangkutan, serta tingkat perkembangan proyek sewaktu perkiraan
biaya dibuat. Karena penentuan angka kontigensi tergantung sebagianbesar kepada
judgment, maka perlu diletakkan prosedur untuk membantu memecahkan
permasalahannya. Beberapa peneliti mengusulkan berbagai metode, rumus dan grafik
seperti di bawah ini:

Gambar 10-5 Kurva kontigensi versus kemajuan proyek


a. Kurva Kontigensi versus Penyelesaian Fisik
Kurva di Gambar 10-5 menunjukan bahwa pada awal proyek, besar kontigensi
kemudian menurun mengikuti garis lengkung sesuai dengan kemajuan fisik proyek.
Pendekatan ini relatif paling sederhana dan cepat. Setelah total biaya proyek
diperkirakan, maka angka presentase menyeluruh ditambahkan yang lazimnya 10-
13% dari total biaya proyek. Presentasi menyeluruh dan grfik penurunan ini
hendaknya didasarkan atas angka-angka, informasi, dan pengalaman proyek terdahulu
yang erat relevansinya dengan proyek yang sedang ditangani.
b. Rata-rata
Berbeda dengan pendekatan di atas, dalam hal ini estimator menggunakan angka
kontigensi yang berbeda bagi masing-masing komponen biaya, sesuai dengan besar
risiko, yang kemudian dijumlahkan menjadi total kontigensi. Sering disebut metode
average contigensi cara ini menghasilkan angka yang lebih teliti dari metode
presentasi menyeluruh. Dalam metode ini, lingkup kegiatan proyek terlebih dahulu
diuraikan menjadi komponen-komponennya kemudian diberi beban biaya serta
presentase kontigensi yang bersangkutan.
c. Dibebankan pada Komponen
Pendekatan lain untuk menghitung kontigensi dikenal sebagai pembebanan pada
masing-masing komponen, yang besarnya disesuaikan dengan perkiraan risiko
komponen yang bersangkutan. Jumlah total net risiko memberikan maksimum risiko
kontigensi. Adapun ”sumber risiko” proyek sering kali datang dari masalah berikut.
 Iklim yang tidak menentu.
 Persengketaan tenaga kerja (pemogokan, kenaikan upah, dll).
 Penurunan produktivitas kerja.
 Pengulangan pekerjaan (rework), karena mutu di bawah standar.
 Keterlambatan penyediaan material dan peralatan.

Allowance
Allowance adalah alokasi biaya untuk butir-butir dalam perkiraan biaya yang
diketahui pasti akan dibutuhkan, tetapi belum dapat ditentukan besarnya.

10-7 INFLASI DAN ESKALASI


Tugas estimator adalah memperkirakan masa depan yang ditunjukan dengan angka
biaya. Dalam hubungan ini, salah satu yang paling sulit adalah yang berkaitan dengan
memperkirakan pergerakan atau perubahan harga barang, upah tenaga kerja, dan lain-lain
terhadap waktu, yang dikenal sebagai inflasi eskalasi. Inflasi sering diartikan sebagai
kenaikan harga barang. Sedangkan eskalasi dapat diartikan sebagai provisi atau cadangan
pada perkiraan biaya yang dimaksudkan untuk menutup kenaikan tingkat harga karena
waktu.
Memperkirakan Eskalasi
Lingkup proyek diuraikan menjadi komponen-komponennya dan disusun jadwal
implementasi yang bersangkutan, kemudian dipertimbangkan faktor-faktor, seperti saat
pembelian dan penyerahan barang, upah buruh masing-masing disiplin kerja, peralatan
utama, dan lain-lain.
 Menyusun jadwal induk, yang menunjukan kapan pekerjaan utama, ikatan
pembelian, penyerahan barang akan dilaksanakan.
 Inidikasi mulai dan selesainya paket-paket subkontrak dan kontrak tenaga kerja
konstruksi (labor-supply).
 Memperkirakan biaya untuk buti-butir di atas.
 Memeperhitungkan faktor eskalasi untuk masing-masing komponen, misalnya
dengan dasar indeks harga.
 Menjumlahkan menjadi total eskalasi biaya proyek.
Untuk proyek jangka panjang perlu diperhatikan masalah eskalasi, yaitu sejumlah
presentase dana untuk menutup kemungkinan naiknya harga komoditi dan upah tenaga
kerja. Besarnya eskalasi umumnya diperhitungkan dari angka indeks yang diterbitkan
oleh lembaga-lembaga yang memperhatikan masalah tersebut.

SOAL LATIHAN
1. Pada proyek E-MK, disamping bidang pemasaran dan ekonomi, bidang
engineering memegang peranan penting dalam proses membuat perkiraan
biaya. Jelaskan sebab-sebabnya. Jelaskan pula tahap-tahap kegiatan
engineering yang harus diselesaikan sebelum penuyusunan ABP dan ABD.
2. Dalam mempersiapkan perkiraan biaya umumnya dipikirkan pula adanya
allowance. Apakah bedanya dengan kontigensi dan bagaimana
memperkirakannya.
3. Biaya untuk menyusun perkiraan biaya relatif cukup besar dan kenaikannya
tajam bila dibandingkan antara PBP, ABP dan ABD. Komponen apa saja yang
membuatnya demikian.
4. Pada lelang kontrak lump-sum, kontraktor mengajukan harga penawaran yang
didasarkan atas perkiraan biaya proposal hasil pengkajian dokumen tender
ditambah mark-up dan lain-lain. Dilihat dari klasifikasi atau pengelompokan
perkiraan biaya (PBP, ABP, ABD), dimanakah letak perkiraan biaya proposal
tersebut. Jelaskan jawaban Anda.
5. Untuk hal-hal apa kontraktor (utama) dianggap perlu membuat ABD. Uraikan
jawaban Anda.

Jawaban
1. Untuk E-MK, terdapat hubungan yang erat antara akurasi perkiraan biaya dengan
kegiatan engineering, karena produk desain engineering merupakan masukan
utama untuk perkiraan biaya. Makin jauh kegiatan engineering diselesaikan,
makin jelas formulasi lingkup proyek dan batas-batasnya.
Tahap-tahap kegiatan engineering yang harus diselesaikan sebelum penuyusunan
ABP dan ABD:
 Perincian desain seperti diagram arus, neraca energi dan neraca bahan untuk
proses, off-site, dan utiliti. Demikian pula P&ID telah mendekati
penyelesaian.
 Desain mekanikal, instrumen, dan spesifikasi mekanis peralatan.
 Denah dan elevasi peralatan instalasi.
 Telah terkumpul penawaran harga dari rekanan atau manufaktur untuk
peralatan utama, dan harga satuan untuk material curah.
 Site survey dan pemeriksaan tanah.
 Telah diterima penawaran harga sub-kontrak untuk pekerjaan yang penting.
 Telah tersedia quantity take-off material curah.
 Tersedia perincian tingkat upah tenaga kerja.
 Perincian keperluan peralatan konstruksi dan fasilitas sementara.
 Perhitungan keperluan jam-orang lapangan dan kantor pusat.
 Rencana pelaksanaan berupa jadwal induk proyek dan milestone.
 Secara keseluruhan desain engineering telah selesai 70-80%.
2. Kontigensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk
dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, yang menurut pengalaman
dan statistik menunjukan selalu diperlukan. Memperkirakannya dengan
menggunakan kurva kontigensi versus penyelesaian fisik, rata-rata, atau
dibebankan pada komponen.
3. Untuk menyusun suatu perkiraan biaya diperlukan kegiatan-kegiatan seperti
survei ke lokasi, mengkaji serta meneliti lingkup proyek dan lain-lain.
4. Harga akhir proposal atau juga disebut harga lelang (bid price), terdiri dari biaya
proyek hasil estimasi, ditambah suatu jumlah yang ditentukan oleh strategi
pimpinan perusahaan kontraktor. Estimasi tersebut disusun berdasarkan informasi
yang terdapat dalam dokumen lelang yang diterima dari pemilik, terdiri dari
gambar, spesifikasi, kriteria, dan penjelasan-penjelasan lain lingkup proyek.
Untuk jenis kontrak harga tetap atau lump-sum, umumnya deskripsi lingkup
proyek di dalam RFP sudah lengkap dan terjabarkan secara terperinci, sehingga
perkiraan biaya material pada proposal dapat dilakukan dengan quantity take-off.
5. Pada proyek-proyek E-MK yang cukup besar dengan jenis kontrak biaya tidak
tetap (cost plus).

Anda mungkin juga menyukai