METODOLOGI
3.3.3.3 Nekton
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil organisme yang ada di perairan dengan serokan dan
memasukkan kedalam toples
3. Mengamati organisme yang termasuk nekton
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Merapikan alat dan bahan
3.3.3.4 Neuston
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil organisme yang ada pada permukaan dengan serokan dan
memasukkan pada toples
3. Mengamati organisme yang terambil apakah termasuk neuston atau
bukan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Merapikan alat dan bahan
3.3.3.5 Periphyton
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyaring organisme yang ada pada perairan
3. Mengambil hasil yang didapat dan memasukkan kedalam baskom
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Merapikan alat dan bahan
BAB IV
4.1 HASIL
4.1.1 Parameter Fisika
4.2.1.2 Kecerahan
Berdasarkan pengukuran kecerahan dengan sechhidisk, perairan di pantai
Bentar mempunyai kecerahan rata-rata 1 m. Hasil tersebut didapat dari
pengukuran D1 dan D2 dibagi dengan 2. Kecerahan pada umumnya menunjukkan
populasi plankton atau organisme yang ada di perairan. Hal ini tidak sesuai
dengan pernyataan Akrimi dan Subroto (2002) menyatakan bahwa kecerahan air
berkisar antara 40-85 cm,tidak menunjukkan perbedaan yang besar.Kecerahan
pada musim kemarau adalah 40-85 cm,dan pada musim hujan antara 60-80
cm,kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah.
Berdasarkan intensitas cahaya perairan bahari secara vertikal dibagi menjadi 3
wilayah,yaitu zona eupotik, zona disfotik dan zona afotik.Menurut Ghufran dan
Andi (2007), kecerahan perairan berlawanan dengan kekeruhan yang juga
disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut,
maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikrooganisme
lainnya.Jadi berdasarkan kecerahan, perairan pantai Bentar memiliki tingkat
kecerahan buruk.
4.2.1.3 Substrat
Berdasarkan pengamatan substrat, perairan di pantai Bentar mempunyai
substrat berupa lumpur. Menurut Sahri etal. (2000) substrat dasar yang berupa
batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat pasir
dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air.
Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air. Kandungan bahan
organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam
perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir, lumpur dan tanah liat. Jadi
berdasarkan substratnya, perairan pantai Bentar memiliki substrat yang kurang
baik bagi hewan untuk menempel. Menurut Wijayanti (1999), bakau tumbuh di
atas substrat lumpur atau pasir berlumpur. Jadi untuk ekosistem mangrove, pantai
Bentar mempunyai substrat yang baik.
4.2.1.4 Kedalaman
Kedalaman pada perairan berbeda-beda. Dilihat dari kemiringan dasar
perairan. Pada transek I memiliki kedalaman 110cm, transek II memiliki
kedalaman 113cm sedangkan transek III memilik kedalaman 114cm. Hal tersebut
dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang masuk dalam perairan. Cahaya
digunakan untuk proses fotosintesi bagi fitoplankton. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hutabarat dan Evans (1985) bahwa Fitoplankton dalam melakukan
fotosintesis membutuhkan sinar matahari, penyinaran cahaya matahari akan
berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman suatu perairan
tersebut, oleh sebab itu fitoplankton sebagai produsen primer hanya didapat pada
daerah atau kedalaman dimana sinar matahari masih dapat menembus badan
perairan. Sinar matahari yang masuk ke laut akan semakin berkurang energinya
karena diserap (absorbsi) dan disebarkan (scattering) oleh molekul-molekul di
laut, selain berkurang energinya, sinar matahari yang masuk akan mengalami pula
perubahan kualitas dalam komposisi spektrumnya.
4.2.1.5 Warna Air
Warna air laut pada praktiku kali ini adalah bening kecoklatan. Warna pad
air laut dipengaruhi oleh jenis mikroorganisme atau senyawa-senawa yang ada
dalam perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hutabarat dan Evans
(1985) bahwa Air laut berwarna karena proses alami, baik yang berasal dari
proses biologis maupun non-biologis. Produk dari proses biologis dapat berupa
humus, gambut dan lain-lain, sedangkan produk dari proses non-biologis dapat
berupa senyawa-senyawa kimia yang mengandung unsur Fe, Ni, Co, Mn, dan
lain-lain. Selain itu perubahan warna air laut dapat pula disebabkan oleh kegiatan
manusia yang menghasilkan limbah berwarna.
4.2.2.4 Salinitas
Berdasarkan pengukuran salinitas dengan refraktometer, perairan di pantai
Bentar mempunyai salinitas rata-rata 34 ppm. Pada perairan laut memiliki
salinitas beriksar 30-40 ppm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahida (2013), air
laut mempunyai kadar salinitas > 30 o/oo . Umumnya salinitas air laut relatif stabil
kecuali pada muara-muara sungai dimana tempat pertemuan air tawar dan air laut.
Jadi berdasarkan salinitas, perairan pantai Bentar dapat dikatakan normal.
4.2.2.5 Nitrat
Berdasarkan pengukuran nitrat dengan nitrat teskit, perairan di pantai
Bentar mempunyai kadar nitrat terlarut sebesar 0 mg/l. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perairan tidak tercemar. Menurut Franz (2013), nitrat berasal dari oksidasi
amonium secara sempurna yang dilakukan oleh bakteri nitrifikasi yang bersifat
autotrof. Nitrat tersebut sangat bermanfaat sebagai unsur hara yang dibutuhkan
oleh alga namun jika berlebihan akan mengakibatkan blooming alga.
4.2.2.6 Nitrit
Berdasarkan pengukuran nitrit dengan nitritteskit, perairan di pantai
Bentar mempunyai kadar nitrit terlarut sebesar 0,25 mg/l. Menurut Franz (2013),
nitrit merupakan produk intermediet antara amonium dan nitrat dimananitrit
dihasilkan dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri Nitrosomonas.
Kandungan nitritdalam air biasanya lebih kecil dari 8 ppm. Berdasarkan
kandungan nitrit terlarut, perairan pantai Bentar mempunyai kondisi normal.
4.2.2.7 Amonia
Pada pengamatan parameter fisika yang terakhir adalah pengukuran kadar
amonia dalam perairan. Amonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh
organisme renik yang dilakukan pada perairan anaerob. Hasil yang diperoleh dari
hasil pengukuran yaitu sebesar 1 mg/l. Batas minimum kandungan amonia pada
perairan sebesar 1 mg/l. Jika amonia lebuh dari 1 mg/l maka dapat menghambat
daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen dan ikan akan mati karena sesak
napas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arfiati (2009) bahwa batas minimum
kandungan amonia dalam perairan adalah 1 ppm. Jia lebih dari itu, maka ikan
akan mengalami gangguan bahkan kematian.
4.2.3.2Benthos
Pada praktikum, ditemukan 1 jenis benthos yaitu, kerang tutut (Bellamya
costata). Menurut Odum (1971), bentos merupakan organisme yang melekat atau
beristirahat pada dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan makananya
menjadi pemakan penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit seperti (siput).
Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke
habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya
perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. Jadi berdasarkan jumlah
benthos yang ditemukan, perairan pantai Bentar punya bentos yang beragam.
4.2.3.3Nekton
Pada praktikum, ditemukan 3 jenis nekton, yaitu ikan GT, kepiting dan
ubur-ubur. Menurut Odum (1971), nekton merupakan hewan yang bergerak aktif
dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di
ekosistem air tawar maupun air laut, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan
tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air
dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang dan pencernaan. Nekton
merupakan organisme yang dapat bergerak dan berenang dengan kemauan sendiri.
Dikarenakan pada saat praktikum kondisi air sedang surut, nekton berupa ikan
tidak dapat ditemukan karena mungkin sudah mengikuti surutnya air.
4.2.3.4Neuston
Berdasarkan pengamatan sampel dari pantai Bentar, ditemukan satu
neuston. Menurut Odum (1971), Neuston merupakan organisme yang mengapung
atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya
serangga air. Organisme yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan air, yang
pergerakannya tidak di pengaruhi oleh pergerakan arus.Dikarenakan pada saat
praktikum kondisi air sedang surut, neuston tidak dapat ditemukan karena
mungkin sudah mengikuti surutnya air.
4.2.3.5 Perifiton
Berdasarkan pengamatan sampel dari pantai Bentar, tidak ditemukan satu
pun perifiton.Menurut Odum (1971), perifiton merupakan hewan yang ukurannya
sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata
tanpa bantuan mikroskop. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh
dan menempel pada objek yang tenggelam. Tidak ditemukannya perifiton
kemungkinan diakibatkan tidak adanya substrat keras untuk menempel karena
substrat Diana adalah lumpur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Ekosistem pantai adalah sebuah ekosistem yang berbentuk geografis yang
terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi
batas antara daratan dan perairan lautPantai letaknya berbatasan dengan
ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Pantai dipengaruhi oleh
siklus harian pasang surut laut. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis
ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan
burung pantai.
2) Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan
biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat
mangrove.Mangrove atau bakau adalah suatu tumbuhan yang membentuk
komunitasdidaerah pasang surut, hutan mangrove atau yang sering disebut
hutan bakau merupakan sebagian wilayah ekosistem pantai.
3) Parameter yang terdapat di ekosistem mangrove antara lain parameter
fisika yang meliputi suhu, kecerahan, substrat atau sedimen, pasang surut
dan arus, kemudian parameter kimia yang meliputi derajat keasaman,
oksigen terlarut, karbondioksida, salinitas, kadar nitrat, nitrit, dan fosfat,
kemudian parameter biologi meliputi plankton, benthos, nekton,
neustonnekton dan perifiton.
4) Kondisi perairan di ekosistem bakau pantai Bentar Probolinggo jika
ditinjau dari parameter fisika kondisinya normal, jika ditinjau dari
parameter kimia kondisinya normal, tetapi jika ditinjau dari parameter
biologi kondisinya kurang baik karena sedikitnya biota yang ditemukan.
5) Jenis-jenis dari mangrove adalah : Avicennia (Api-Api), Acrostichum
aureum (Paku Laut), Acanthus (Jeruju) dan Rhizophora (Bakau)
5.2 Saran
1. Untuk laboratorium untuk melengkapi alat-alat praktikum
2. Untuk asisten sebaiknya kalau lagi ada masalah internal tidak dibawa saat
praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Yogyakarta : Kanisius
Fajri, Nur El dan Agustina. 2013. Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja
Praktikum Ekologi Perairan.Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan UR
Oosting. 1956. The Study Of Plant Community. London: Freeman and Company
Wahida. Nurul2013. Mengidetifikasi Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia. Bogor
:IPB