Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Leukemia lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit
dalam klasifikasi kanker pada darah atau sumsum tulang yang ditandai
oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi
pada leukosit (sel darah putih). Leukemia termasuk kanker yang sering
menyerang anak, yakni mencapai presentasi kurang lebih 33% dari
keganasan penyakit yang menyerang anak. Leukemia Limfoblastik akut
berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus, dengan insidensi tertinggi pada
usia 4 tahun. Leukemia Mieloid akut berjumlah kira-kira 20% dari
leukemia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun,
meningkat pada masa remaja. Dan sisanya adalah penderita eleukemia
kronis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan memberikan
materi tentang definisi leukemia, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi
dan penatalaksanaan asuhan keperawatan leukemia pada anak. Dalam
makalah kali ini akan dibahas lebih dalam mengenai leukemia yang paling
sering diderita anak yakni leukemia limfoblastik akut

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Leukemia ?
2. Apa saja klasifikasi penyakit leukemia ?
3. Bagaimana etiologi dari leukemia ?
4. Bagaimana patofisiologi leukemia ?
5. Bagaimana Manifestasi klinis leukemia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan leukemia ?

1
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari leukemia
2. Mengetahui klasifikasi penyakit leukemia
3. Mengetahui etiologi dari leukemia
4. Mengetahui patofisiologi dari leukima
5. Mengetahui manifestasi klinis dari leukemia
6. Mengetahui asuhan keperawatan terhadap penderita leukemia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Leukemia
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang tidak normal. Penyakit ini merupakan
poliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
sebagian besar akan berakhir fatal.
Pada kondisi normal, sel-sel darah putih akan berkembang
secara teratur di saat tubuh membutuhkannya untuk memberantas infeksi
yang muncul. Namun lain halnya dengan pengidap kanker darah. Sumsum
tulang akan memproduksi sel-sel darah putih yang abnormal, tidak dapat
berfungsi dengan baik, dan secara berlebihan. Jumlahnya yang berlebihan
akan mengakibatkan penumpukan dalam sumsum tulang sehingga sel-sel
darah yang sehat akan berkurang. Selain menumpuk, sel abnormal tersebut
juga dapat menyebar ke organ lain, seperti hati, limfa, paru-paru, ginjal,
bahkan hingga ke otak dan tulang belakang.
Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit
neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal
atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang
dan jaringan limfoid.
Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak
normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat
ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia
mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal
dan imunitas tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita
ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih
yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit.
Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari
sel lainnya.

3
B. Klasifikasi Penyakit Leukemia

Berdasarkan morfologi sel terdapat 5 golongan besar leukemia,


sesuai dengan 5 macam sistem hemopoetik dalam sumsum tulang

1. Leukemia Sistem eritropoetik : mielosis eritremika atau penyakit di


guglielmo.
2. Leukemia sistem granulopoetik : leukemia granulositik atau mielositik.
3. Leukemia sistem trombopoetik : leukemia megakariostik
4. Leukemia sistem limfopoetik : leukemia limfositik
5. Leukemia RES : Retikuloendoteliosis atau retikulosis yang dapat berupa
leukemia monositik, leukemia plasmolitik (penyakit kahler), dan
histiositosis.

Klasifikasi berdasarkan perjalanan alamiah penyakit, leukemia


dibedakan menajdi leukemia akut dan kronis.

1. Leukemia akut
Dimana terdapat lebih 50% mieloblas atau limfoblas dalam sumsum tulang
pada gambaran klinis. Leukemia akut dibagi menjadi Leukemia
limfoblastik/limfositik yakni ketika leukemia memengaruhi limfosit atau
sel limfoid, dan Leukemia mieloblastik/mieositik yakni ketika leukemia
memengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil.
a. Leukemia mieloblastik akut/AML
Leukemia limfoblastik akut adalah jenis leukemia (kanker darah) yang
tumbuh cepat di mana limfoblast (sel darah putih yang belum matang)
yang ditemukan terlalu banyak dalam darah dan sumsum tulang. Juga
disebut leukemia limfositik dan akut
Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel
– sel progenitor dari seri myeloid.
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-
sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum

4
tulang . Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan
gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan
mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow
failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia,
lekopenia dan trombositopenia). Adanya anemia akan menyebabkan
pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat sesak nafas,
adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan,
sedang adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap
infeksi, termasuk infeksi oportunis dari flora bakteri normal yang ada
di dalam tubuh manusia. Selain itu sel-sel blast yang terbentuk juga
punya kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan
berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak
dan sistem syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan
segala akibatnya.
klasifikasi morfologik menurut FAB (France-America-British)
1. M – 0 leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal.
2. M – 1 leukemia mielositik akut tanpa maturasi.
3. M – 2 leukemia mielositik akut dengan maturasi.
4. M – 3 leukemia promielositik hipergranuler.
5. M – 4 leukemia mielomonositik akut.
6. M – 5 leukemia monositik akut.
7. M – 6 leukemia eritroblastik (eritroleukemia).
8. M – 7 leukemia megakariositik akut.
b. Leukemia limfoblastik akut/ALL
Leukemia limfoblastik akut terjadi karena DNA di dalam sel-sel tulang
tidak berfungsi normal. Keabnormalan ini menyebabkan sel yang sehat
berhenti berkembang dan mati. Namun, sel yang terinfeksi akan
berkembang lebih kuat dan lebih banyak membelah diri.
Tanda-tanda dan gejala dari leukemia limfositik akut termasuk sakit
kepala, sakit perut, kelelahan, pucat, atau munculnya lebam-lebam.
Kemudian, pasien juga dapat mengalami pembengkakan hati,
pembengkakan kelenjar getah bening, dan kehilangan ingatan.

5
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasa
n klonal dari sel – sel prekursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel-sel
ganas berasal dari limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia sel T.
Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada
anak-anak.
klasifikasi LLA secara morfologik :
L – 1 terdiri dari sel limfoblas kecil serupa, dengan kromatin
homogen, anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit.
L – 2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tetapi ukurannya
bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
L – 3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin
berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitopla sma yang basofilik
dan bervakuolisasi.
2. Leukemia Kronis
Leukemia kronis mencakup dua tipe utama
1. Leukemia mieloblastik kronis (CGL/CML)
Leukemia mieloblastik kronik atau sering disebut juga leukemia
granulositik kronik adalah suatu penyakit klonal sel induk pluripoten
yang digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif (Price
dan Wilson, 2006). Penyakit ini timbul pada tingkat sel induk
pluripoten dan secara terus-menerus terkait dengan gen gabungan BCR-
ABL (Vardiman, 2007). Penyakit proliferatif adalah penyakit yang
ditandai oleh proliferasi dari seri granulosit tanpa gangguan
diferensiasi, sehingga pada apusan darah tepi dapat terlihat tingkatan
diferensiasi seri granulosit, mulai dari promielosit, sampai granulosit
(Fadjari, 2006). Leukemia mieloblastik kronik yang paling umum
adalah disertai dengan kromosom Philadelphia
Leukemia mielositik kronik adalah salah satu dari kanker yang
diketahui disebabkan oleh sebuah mutasi spesifik tunggal di lebih dari
90% kasus. Transformasi leukemia mielositik kronik disebabkan oleh
sebuah translokasi respirokal dari gen BCR pada kromosom 22 dan gen
ABL pada kromosom 9, menghasilkan gabungan gen BCR-ABL yang

6
dijuluki kromosom Philadelphia. Protein yang dihasilkan dari gabungan
gen tersebut, meningkatkan proliferasi dan menurunkan apoptosis dari
sel ganas.

2. Leukemia limfoblastik kronis (CLL)


Leukemia Limfoblastik kronis adalah keganasan dan poliferasi dari sel
limfosit yang bersifat perlahan namun progresif.
Pada awalnya perbanyakan sel hanya terajdi di kelenjar getah bening,
kemudian menyebar ke hati dan limfa dan keduanya mulai membesar.
Masuknya sel limfosit ke sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang
normal sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih
dan trombosit di dalam darah. Kadar aktivitas dan antibodi dalam tubuh
juga berkurang. Sistem ayng biasanya melindungi tubuh terhadap
serangan dari luar seringkali berbalik fungsi dan menghancurkan sel
yang normal.

Berdasarkan jumlah leukosit dalam darah tepi, leukemia akut dapat


dibagi menjadi:
1. Leukemia aleukemik (leukosit kurang dari 10000/mm3)
2. Leukemia subleukemik (leukosit 10000-25000/mm3)
3. Leukemia leukemik (leukosit lebih dari 25000/mm3). Sedangkan kasus
yang sering terjadi pada anak yakni leukemia limfositik akut.
Perbedaan leukemia akut dan leukemia kronis berdasarkan gejala yang
timbul.
1. Leukemia Kronis

Gejala leukemia kronis lambat dan gejala awal sering ringan dan sulit
dideteksi, sedangkan leukemia akut sangat cepat. Ini karena sel kanker
dapat bermultiplikasi sangat cepat. Leukemia kronis sering didiagnosis
setelah pemeriksaan darah. Gejalanya sangat meragukan karena sulit
dibedakan dengan gejala penyakit lain. Gejala Leukemia kronis meliputi:

 lemah lesu, disertainyeri tulang dan sendi dan nafas pendek


 Penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan
 Demam dan berkeringat malam hari
 Anemia dan tanda infeksi

7
 perdarahan seperti mimisan
 pembesaran limfonodi yang tidak nyeri
 nyeri di perut bagiankiri atas, dimana lien berada.

2. Leukemia Akut

Gejala dan tanda dari leukemia akut adalah :

 rendahnya jumlah sel darah putih dan tanda infeksi


 kelemahan lesuan yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
 nafas pendek, kulit pucat, berkeringat malam hari dan sedikit demam
 nyeri tulang dan sendi
 ada bercak kemerahan di bawah kulit dan apabila terdapat luka, maka
sulit sembuh

C. Etiologi Leukemia

Etiologi leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui


beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti:

1. Radiasi
 Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak
ada laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK.
Beberapa laporan yang mendukung:
 Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia
 Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
2. Faktor Leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:
 Racun lingkungan seperti benzena
 Bahan kimia industri seperti insektisida
 Obat untuk kemoterapi
3. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia
feline. Sel leukemia mempunyai enzim transriptase (suatu enzim yang

8
diperkirakan berasal dari virus). Limfoma burkitt, yang diduga
disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan leukemia.

Faktor lain yang berperan antara lain:


1. Faktor endogen seperti ras
2. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker
sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6. Kelainan kromosom
Jika penyebab leukemia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai
dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh
struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir
yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen
jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A).
Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga
peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat
diabaikan.
D. Patofisiologi leukemia
Leukememia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang
imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Walaupun bukan
suatu “tumor”, sel-sel leukemia memperlihatkan sifat neoplastik yang
sama seperti sel-sel kanker yang solid. Oleh karena itu, keadaan patologi
dan manifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan penggantian setiap

9
jaringan tubuh dengan sel-sel leukemia nonfungsional. Organ-organ yang
terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati merupakan organ
yang terkena paling berat.
Meskipun leukemia merupakan produksi sel darah putih yang
berlebihan, jumlah leukosit dalam bentuk akut sering kali rendah
(sehingga dinamakan leukemia). Sel-sel imatur tidak dengan snegaja
menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskular. Penghancuran sel
terjadi melalui infiltrasi dan kompetisi yang terjadi kemudian pada unsur-
unsur metabolik.
Pada semua tipe leukemia sel-sel berpoliferasi menekan produksi
unsur-unsur darah yang terbentuk dalam sumsum tulang melalui kompetisi
dengan sel-sel normal dan perampasan hak dalam mendapatkan unsur gizi
yang esensial bagi metabolisme. Tanda dan gejala leukemia yang paling
sering ditemukan merupakan akibat dari infiltrasi sumsum tulang. Tiga
akibat yang utama adalah anemia akibat menurunnya jumlah SDM, infeksi
akibat niotropenia, dan tendensi pendarahan akibat penurunan produksi
trmbosit. Invasi sel-sel leukemia ke dalam tulang kemudian secara
perlahan akan melemahkan tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur.
Karena sel-sel leukemia menginvasi periosteum, peningkatan tekanan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat.
Limpa, hati, dan kelenjar limfe memperlihatkan imnfiltrasi,
pembesaran yang nyata, dan pada akhirnya mengalami fibrosis.
Hepatosplenomegali secara khas lebih seirng terjadidaripada
limfadenopati. Lokasi invasi yang paling penting berikutnya adalah sistem
saraf pusat yang terjadi sekunder karena infiltrasi leukemia, yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
Sel-sel leukemia juga dapat menginvasi testes, ginjal, prostat,
ovarium, saluran GI, dan paru-paru. Dengan semakin banyaknya pasien
yang bertahan hidup dalam jangka waktu lama, lokasi invasi leukemia,
khususnya testis, menjadi semakin penting secara klinis.
Leukemia limfoid atau limfositik akut (Acute lymphoid,
lymphoicitic, leukemia (ALL) adalah kanker jaringan yang menghasilkan

10
leukosit. Dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal dalam jumlah
berlebihan, dan leukosit-leukosit tersebut menyusup ke berbagai organ
tubuhh. Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang, mengganti
unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia, dan dihasilkan
eritrosit dalam jumlah yang tidak mencukupi. Timbul pendarahan akibat
menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Infeksi juga terjadi lebih
sering karena berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan sel-sel leukemik
ke dalam organ-organ vital menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan
limfadenopati.
Leukemia nonlimfoid akut (cute nonlymphoid leukemia (ANLL)
mencakup beberapa jenis leukemia berikut : leukemia mieloblastik akut,
leukemia monoblastik akut, dan leukemia meositik akut. Timbul disfungsi
sumsum tulang, menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil, dan
trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus, limpa, hati, tulang,dan
sistem saraf pusat (SSP), selain organ-organ reproduksi.

E. Manifestasi klinis leukemia

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,


trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena
infiltrasi, hipermetabolisme.
a. Leukemia Limfositik/limfoblastik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur.
b. Leukemia Mielositik/mieloblastik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami

11
gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu
juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik/limfoblastik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan
anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai
infeksi.

F. Asuhan Keperawatan Terhadap Penderita Leukemia

 Pengkajian

a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
1. Pucat
2. Kelemahan
3. Sesak
4. Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
1. Demam
2. Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
1. Ptechiae
2. Purpura
3. Perdarahan membran mukosa

12
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
1. Limfadenopati
2. Hepatomegali
3. Splenomegali
g. Kaji adanya:
1. Hematuria
2. Hipertensi
3. Gagal ginjal
4. Inflamasi disekitar rectal
5. Nyeri
ANALISA DATA
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Lelah
2. Letargi
3. Pusing
4. Sesak
5. Nyeri dada
6. Napas sesak
7. Priapismus
8. Hilangnya nafsu makan
9. Demam
10. Merasa cepat kenyang
11. Waktu ycng cukup lama
12. Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Pembengkakan Kelenjar Lympa
2. Anemia
3. Perdarahan

13
4. Gusi berdarah
5. Adanya benjolan tiap lipatan
6. Ditemukan sel-sel muda

 Diagnosa Keperawatan
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan
leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau
perubahan cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial
kehilangan anak.

 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana


keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)

14
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
Tujuan:
Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi:
- Pantau suhu dengan teliti
o Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
- Tempatkan anak dalam ruangan khusus
o Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber
infeksi
- Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
o Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
- Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
o Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko
infeksi
- Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
o Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
- Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
o Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk
pertumbuhan organism
- Berikan periode istirahat tanpa gangguan
o Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi
seluler
- Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
o Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
- Berikan antibiotik sesuai ketentuan
o Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi
khusus
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan:

15
terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi:
o Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
- Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
o Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
- Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler
atau penyambungan jaringan
o Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan atau dibutuhkan
- Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
o Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan
diri

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan


penurunan jumlah trombosit
Tujuan:
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi:
o Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya
pada daerah ekimosis
- Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan
adanya anemia
o Cegah ulserasi oral dan rectal
- Rasiona: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
o Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
- Rasional: untuk mencegah perdarahan
o Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
- Rasional: untuk mencegah perdarahan

16
o Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun,
denyut nadi cepat, dan pucat)
- Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi
perdarahan
o Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
- Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
o Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung
- Rasional: untuk mencegah perdarahan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi
dan atau stomatitis
Tujuan:
pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi:
o Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
- Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat
langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
o Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat
- Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
o Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen yang dijual bebas
- Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
o Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan
makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
o Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
- Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan
baik
o Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

17
- Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat
memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan
kalori dan protein yang adekuat
o Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
- Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein
kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang
dari normal

18
BAB III

PENUTUP
I. Kesimpulan

Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering


disertai bentuk leukosit yang tidak normal. Penyakit ini merupakan poliferasi
patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan sebagian besar
akan berakhir fatal.

Klasifikasi besar adalah leukemia akut dan kronis. Leukemia akut,


dimana terdapat lebih 50% mieloblas atau limfoblas dalam sumsum tulang
pada gambaran klinis, leukemia akut dibagi dalam leukemia mieloid
(mieloblastik) akut /AML dan leukemia limfoblastik akut/ALL

Etiologi leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui


beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia

Leukememia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang


imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Walaupun bukan suatu
“tumor”, sel-sel leukemia memperlihatkan sifat neoplastik yang sama seperti
sel-sel kanker yang solid.

Manifestasi klinis leukemia ditandai dengan bukti anemia,


perdarahan, dan infeksi, peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi
meninges dan gejala-gejala sistem saraf pusat yang ebrhubungan dnegan
bagian sistem yang terkena

Asuhan Keperawatan Terhadap Penderita Leukemia terdiri dari


pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan, implementasi
dan evaluasi.

II. Saran

Agar mengurangi semakin banyaknya anak-anak yang menderita leukemmia


maka sebaiknya untuk menghindari leukemia harus dicegah sedini mungkin,
dan ketika sudah ada gejala-gejala segera periksakan ke dokter.

19
DAFTAR PUSTAKA
HoffbrandA.V.,PettitJE.1996.Leukemia.Dalam:EssentialHaematology(KapitaSele
ktaHaematology).Edisi2.Jakarta;PenerbitBukuKedokteranEGC.

Abdurrahman, M.H., Dahlan, Ali.dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: PT.
Info Medika Jakarta.

Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.3/ editor, Richard E. Behrman, Robert


M.Kliegman, Ann M. Arwin; editor edisi bahasa Indonesia, A. Samik Wahab.-
Ed.15.-Jakarta: EGC,2000

Buku saku keperawatan pediatri/penulis, Cecily L, Betz, Linda A. Sowden : alih


bahasa, Jan Tambayong; editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih.-Ed.3.-
Jakarta: EGC,2002

20

Anda mungkin juga menyukai