Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENELITIAN

DOSEN MUDA

KAJIAN KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UMUM


AKIBAT KENAIKAN TARIF BBM
(STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM DI
DEPOK)

Oleh:

LIA ROSMALA SCHIFFER, ST, MT.


DIANA SUSILOWATI, ST, MT.

_________________________________________________________

DIBIAYAI DIPA PENGKAJIAN DAN PROYEK PENELITIAN


ILMU PENGETAHUAN TERAPAN
NOMOR : 0148.0/023-04.0/XI/2009
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS GUNADARMA
NOPEMBER, 2009
ABSTRAKSI
Dilihat dari perkembangannya masalah transportasi di kota Depok cukup
menarik. Angkutan umum yang juga berperan penting di dalam Kota Depok
untuk melayani kegiatan transportasi penduduknya menggunakan angkutan
kota. Angkutan Kota inilah yang menghubungkan antar wilayah yang satu
dengan yang lainnya. Terutama antar daerah permukiman penduduk dengan
pusat kota Depok.
Tujuan penelitian ini adalah mengenai kenaikan tarif angkutan Umum di
Kota Depok akibat kenaikan harga BBM dari tahun 2005 sampai tahun 2009.
Yaitu mengetahui faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam kenaikan
tarif angkutan kota yang sesuai dengan Buku Operasional Kendaraan yang
dikeluarkan DLLAJ Depok. Dan mengetahui perbandingan kenaikan tarif di
lapangan dengan peraturan DepHub dan BOK yang dikeluarakan DLLAJ Depok
Perhitungan tarif ditetapkan dengan SK yang dikeluarkan Dephub untuk
memperhitungkan Buku Operasinal Kendaraan (BOK) yang dikeluarkan DLLAJ
dengan menghitung rekapitulasi biaya langsung dan tidak langsung serta load
factor angkutan kota di Depok.
Survey hanya akan dibatasi pada trayek D-011. Trayek tersebut dipilih
berdasarkan pertimbangan bahwa trayek tersebut dapat mewakili dari jarak
terjauh, menengah dan terdekat dan juga trayek D-011 tersebut melewati jalan
Margonda yang kita ketahui sebagai urat nadi jalur transportasi di Kota Depok
karena melewati daerah komersial, stasiun dan terminal. Serta dianggap cukup
mewakili karakter transportasi Kota depok itu sendiri.

Kata kunci : kenaikan tarif, angkutan umum, bbm

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Transportasi merupakan sarana yang sangat penting bagi masyarakat
dewasa ini. Karena transportasi berhubungan dengan mobilitas orang
dan/atau barang dari dan keseluruh pelosok wilayah. Dengan
berkembangnya suatu daerah atau sebuah kota baik dari sistem
permukiman maupun perkembangan kawasan jasa, perdagangan yang
memberikan dampak pada kebutuhan akan sarana transportasi.
Tranportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak
bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi namun belum berkembang.

Dilihat dari perkembangannya masalah transportasi di kota Depok cukup


menarik. Daerah Depok yang tadinya menjadi daerah suburban bagi
pekerja yang bekerja di Jakarta menjadi suatu daerah yang berkembang
pesat dan berkembang menjadi kota yang mandiri. Kota Depok yang
diresmikan pada bulan April tahun 1999 menjadi Kotamadya Depok
berkembang menjadi pusat berbagai kegiatan seperti pendidikan yang
tidak hanya untuk Depok tetapi juga penduduk Jakarta dan Botabek.

Dengan pertumbuhan penduduk mencapai 2,73% per tahunnya (RTRW


Kota Depok) dan didominasi kawasan permukiman yang mencakup areal
seluas 10.968 hektar (Sumber:Direktorat Bina Jalan Kota Depok,2000)
yang sebagian besar penduduknya bekerja di Jakarta. Kota Depok
mempunyai tingkat kebutuhan bagi aktifitas pergerakan penduduk yang
cukup tinggi.
Kebutuhan akan melakukan berbagai macam aktifitas seperti untuk
bekerja, sekolah inilah seseorang harus melakukan perjalanan atau
perpindahan. Hal inilah yang secara umum disebut transportasi.

Dalam melakukan perjalanan, seseorang dapat memilih moda


transportasi yang akan digunakan antara lain adalah dengan berjalan
kaki, kendaraan pribadi (sepeda,motor, mobil) ataupun menggunakan
angkutan umum. Angkutan umum adalah salah satu moda transportasi
yang penting dewasa ini di dalam melayani kebutuhan transportasi
masyarakat.

Angkutan umum yang juga berperan penting di dalam Kota Depok untuk
melayani kegiatan transportasi penduduknya adalah Angkutan Kota.
Angkutan Kota inilah yang menghubungkan antar wilayah yang satu
dengan yang lainnya. Terutama antar daerah permukiman penduduk
dengan pusat kota Depok.

Yang membutuhkan sarana dan prasarana untuk mengakomodasi


kegiatan-kegiatan penduduknya maka peran angkutan umum sebagai
sarana transportasi amatlah penting.

Sehubungan dengan terjadinya krisis ekonomi seperti sekarang ini,


mengakibatkan dicabutnya subsidi BBM berpengaruh pada kenaikan
harga BBM di pasaran. Hal ini juga sangat memperngaruhi kenaikan tarif
angkot di Depok. Penyesuaian tarif tersebut menjadi masalah baru bagi
masyarakat kita/ pengguna jasa transportasi Angkutan Kota.

Dan yang menjadi studi kasus adalah dengan dicabutnya subsidi BBM
dari pemerintah semenjak Oktober 2005 yang mengakibatkan terjadinya
kenaikan harga BBM sebesar 87,50% di seluruh Indonesia berdampak
langsung terhadap angkutan/sarana transportasi yang menggunakan
Bahan Bakar Minyak.

Sampai dengan tahun 2009, kenaikan harga bensin / premium masih bisa
dipertahankan dari harga Rp.2.400,00 sampai stabil di kisaran harga
Rp.4.500,00. Tetapi akibat efek berganda kenaikan BBM adalah kenaikan
harga-harga lainnya untuk operasional kendaraan. Faktor-faktor tidak
langsung tersebutlah yang perlu diperhatikan dalam kenaikan tarif
angkutan kota yang sesuai dengan Buku Operasional Kendaraan yang
dikeluarkan DLLAJ Depok.
1.2. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terjadi pada angkutan umum di Depok tidak jauh


berbeda dengan permasalahan kenaikan tarif angkutan umum di daerah
lain. Yaitu hubungan Kenaikan BBM antara tahun 2005-2009 yang lalu
dengan kenaikan tarif angkutan kota di wilayah Depok. Walaupun
Pemerintah bisa menstabilkan harga bensin/premium di kisaran
Rp.4.500,00 per liter, tetapi masih ada efek berganda akibat kenaikan BBM
yaitu terhadap naiknya biaya operasional tidak langsung (selain bensin)
yang juga mempenagruhi perhitungan kenaikan tarif angkutan kota.
Apakah kenaikan yang dilakukan pihak Organda sudah sesuai dengan
kenaikan tarif yang disetujui oleh Pemerintah Pusat di DKI Jakarta.

Apakah kenaikan tarif angkutan umum dalam hal ini yang saya bicarakan
tarif angkutan umum dalam kota Depok sudah sesuai dengan surat
keputusan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

Surat Keputusan yang dikeluarkan Dirjen Perhubungan Darat dijadikan


acuan untuk memperhitungkan tarif angkutan Kota Depok. Kemudian akan
dibuat Buku Operasional Kemdaraan oleh DLLAJ untuk memperhitungkan
tarif yang layak diberlakukan pada suatu daerah.

Yang akan di perbandingkan apakah tarif yang dihitung sesuai Buku


Operasional Kendaraan tersebut, yang berlaku di kota Depok sudah sesuai
di lapangan .

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah Studi ini difokuskan hanya pada masalah kenaikan tarif
angkutan kota di wilayah administratif Kotamadya Depok. Kenaikan Tarif
angkutan kota tersebut berhubungan dengan kenaikan Bahan Bakar
Minyak antara tahun 2005 sampai dengan 2009. Terutama kenaikan harga
bensin atau premium sebagai bahan bakar utama angkutan umum.

Perhitungan tarif ditetapkan dengan SK yang dikeluarkan Dephub untuk


memperhitungkan Buku Operasinal Kendaraan (BOK) yang dikeluarkan
DLLAJ dengan menghitung rekapitulasi biaya langsung dan tidak
langsung serta load factor angkutan kota di Depok.

Survey untuk angkutan umum tersebut hanya akan dibatasi pada


angkutan umum dalam kota wilayah Depok, nomor D-11, Depok- Pal
Gunung dengan jarak trayek 6,5 km yang melewati Terminal Depok-
Margonda Raya-Akses UI-Kelapa Dua-Cimanggis-Cisalak-PalsiGunung
PP yang mewakili trayek ramai dan jarak menengah yang
menghubungkan Terminal dengan Pusat Kota Jl.Margonda raya, pusat
bisnis dan pendidikan.

1.4. Perumusan Masalah

Kenaikan tarif angkutan kota di Depok dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut :
1. Berapakah kenaikan tarif angkutan di Depok sehubungan
dengan kenaikan harga BBM ?
2. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam menaikan
tarif angkutan kota yang sesuai dengan Buku Operasional
Kendaraan yang dikeluarkan DLLAJ Depok ?
3. Bagaimanakah perbandingan kenaikan tarif di lapangan apakah
sesuai dengan SK DepHub dan BOK DLLAJ ?
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Sylvira, 1992, Effeccts of Becaks at Signalised Intersections,


Tesis Magister, Program Pasca Sarjana, Bidang Sistem dan
Teknik Jalan Raya, Institut Teknologi Bandung.

Dep.Permukiman dan Praswil Dirjen Tata Perkotaan dan Pedesaan ,2004,


Studi Transportasi Traffic Management Kota Depok. .

Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kota Depok , 2002, Proyek


Penyusunan Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan
(RUJTJ) Kota Depok.

DLLAJ Depok, 2002, Buku Operasional Kendaraan Angkutan Penumpang.

DLLAJ Depok, 2006, Buku Operasional Kendaraan Angkutan Penumpang.

Morlok, Edward K., 1978, Introduction To Transportation Engineering and


Planning, Trans. Johan K.Hainim, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Nahar MT., Dra.Julita dan Supriatna MSIE., Drs.Yayat, et all, 2002, Studi
Komparasi Model Matematika: Regresi Linier Sederhana dan
Regresi Linier Multistep Pada Penentuan Tarif Angkutan Umum
Buskota DAMRI Bandung Berdasarkan Analisis BOK,ATP dan
WTP Masyarakat, FMIPA Universitas Padjajaran.

SK Dirjen Perhubungan Darat, PerhitunganTarif Angkutan Kota Depok,


No.: SK.687/AJ.206/DRJD/2002.

Soedhono,S., 1998, Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Umum, Warta


Penelitian Departemen Perhubungan.

Tamin, Ofyar Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan Trransportasi,


Penerbit ITB, Bandung.

Pemerintah Daerah Kota Depok, 2002, Rencana Tata Ruang Wilayah


Kota Depok Tahun 2000-2010.

Pemerintah DKI Jakarta Dinas Lalu Lintas Dan Angkutan, 1999,


Perencanaan Trayek Sistem Angkutan Umum Di Wilayah DKI
Jakarta.

Prabawasari, Veronika W., 1998, Pendekatan Willingness To Pay dan


Willingness To Accept Terhadap Tarif Angkutan Ojeg Oleh
Masyarakat Perumahan di Kota depok, Tesis Magister, Program
Pasca Sarjana, Bidang Keahlian Lingkungan dan Pemukiman,
Institut Teknlogi bandung.

Wreksiwiro, M.Roem, 2001, Analisis Penerapan Model tarif Angkutan


Umum Dengan Perhitungan Berdasarkan Zona Pelayanan, Program Studi
Teknik Sipil Khusus Transportasi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai