PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat
nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat
mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia
belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita kengetahui
anak autis tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah dibuat maka perumusan masalah makalah ini, antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autis?
2. Apa klasifikasi / ciri-ciri yang menandakan anak teridentifikasi autis?
3. Apa yang menyebabkan anak menjadi autis?
4. Apa gejala-gejala yang menandakan anak teridentifikasi autis?
5. Apa sajakah macam-macam terapi penunjang bagi anak autis?
6. Bagaimanakah bentuk layanan pendidikan bagi anak autis?
7. Siapa sajakah yang dikatakan anak autis?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Autis
Pengertian autis telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah
autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran. Autisme dari kata auto
(sendiri), Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan
perkembangan dalam dunianya sendiri.
Seperti kita ketahui banyak istilah yang muncul mengenai gangguan
perkembangan :
Autism = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada
anak (Leo Kanner & Asperger, 1943).
Autist = autis : Anak yang mengalami ganguan autisme.
Autistic child = anak autistik : Keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.
Autistic disorder = gangguan autistic= anak-anak yang mengalami gangguan
perkembangan dalam criteria DSM-IV ( Diagnostic and Statictical Manual-IV).
Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan
perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri.
Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan
personal atau diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak
yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman
Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social;
Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain;
Gangguan sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Penampakan gejala
dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun)
(Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36
bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi
yang normal. Hal ini mngekibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masih
dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Jadi anak
autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat
kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang
komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.
Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria
DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus
sejak dini.
Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.
Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial,
perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
2
Ditinjau dari segi sosial : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga
anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak
yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
3
Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi:
sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya
kadang suka menyerang dan merusak
Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
C. Penyebab Autis
Terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella, toxoplasma,
herpes, jamur, pendarahan, keracunan makanan.
Faktor genetik (ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada sistem limbic.
4
2. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder not Otherwise Specified) untuk kasus
yang tidak menunjukkan kriteria lengkap DSM-IV untuk gangguan autis namun
gangguan interaksi dan komunikasi merupakan ganggun primer. Bila menggunakan
istilah autisme atipik dijelaskan istilah tersebut berasal dari klasifikasi ICD-10 yang
mempunyai arti sama dengan PDD-NOS
3. MSDD (Multisystem Developmental Disorder) untuk kasus-kasus yang
menunjukkan bahwa gangguan interaksi sosial dan komunikasi bukan hal primer,
namun diduga merupakan hal sekunder akibat gangguan pemprosesan sensoris dan
perencanaan gerak motoris.Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi
penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme.
5
3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak
melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
5. Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan
autisme.
6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak
autis (pendengaran, penglihatan, perabaan)
7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih
sempurna
8. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar
terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek
casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb)
9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan
pada diri anak melalui aktifitas di air.
10. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan
konsentrasi.
6
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non
verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya
dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan
mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan
masyarakat.
6. Panti Rehabilitasi Autis.
Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat
mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi
lebih terfokus pada pengembangan:
Pengenalan diri
Sensori motor dan persepsi
Motorik kasar dan halus
Kemampuan berbahasa dan komunikasi
Bina diri, kemampuan sosial
Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.
Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan
adalah Kelas transisi, sekolah khusus autistik dan panti rehabilitasi.
Menurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain :
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang
bersifat pervasive yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan
gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
Layanan pendidikan bagi anak autis bagitu beragam antara lain; kelas transisi,
program pendidikan inklusi, program pendidikan terpadu, program sekolah di rumah, panti
rehabilitasi autis. Bentuk layanan ini rasanya begitu cocok diterapkan bagi anak autis tersebut
agar ia kelak lebih mandiri dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih peduli
kepada anak-anak barkebutuhan khusus terutama bagi anak autis. Sebagai manyarakat secara
umum kita harus bisa menerima anak-anak tersebut.
Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan
pendidikan bagai anak-anak autis.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan
Pendidikan Khusus, Jakarta: Dikti
Sutadi Rudi, Bawazir L.A. Tanjung Nia, Adeline Rina (2003) Penatalaksanaan Holistik
autisme. Jakarta Pusat Informasii dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit Dalam.
Jakarta: FK UI