Anda di halaman 1dari 45

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Pengertian Keuangan Daerah

Menurut Mamesah (Halim 2008: 18-19) keuangan daerah dapat

diartikan sebagai hak dan kewajiban yang dinilai dengan uang,

demikian pula segala sesuatu baik berupa uanga maupun barang yang

dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dikuasi atau dimiliki

negara atau daerah yang lebih tinggi atau pihak-pihak lain sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Berkaitan dengan hal ini Bastian (2001) dalam Moito (2010)

menyatakan persektif kedepan dari sistem keuangan daerah adalah

mewujudkan sistem perimbangan antara keuangan pusat dan daerah

yang mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggungjawab

yang jelas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang

transparan, memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat serta

kewajiban untuk mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat,

mengurangi kesenjangan antar daerah dalam kemampuannya untuk

membiayai tanggung jawab otonominya dan memberikan kepastian

sumber keuangan daerah yang berasal dari wilayah daerah yang

bersangkutan.

Halim (2008: 25) menyatakan keuangan daerah memiliki ruang

lingkup yang terdiri atas keuangan yang dikelola langsung dan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk keuangan daerah


yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Di lain

pihak, keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD). Keuangan daerah dapat diartikan sebagai hak dan

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala

sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara.

Keuangan daerah berperan penting dalam otonomi daerah karena dari

keuangan daerah menggambarkan cerminan kemampuan daerah untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan azas

otonomi.

Salah satu aspek pemerintah daerah yang harus diatur adalah

masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Dalam

upaya pemberdayaan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah

harus bertumpu pada kepentingan publik, hal ini tidak saja terlihat dari

besarnya porsi penganggaran untuk kepentingan public, tetapi pada

besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan

pengawasan keuangan daerah.

Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan dalam

peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah sesuai isi pasal 4 yaitu:

a. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung


jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan, dan

manfaat untuk masyarakat.

b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu system

yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun

ditetapkan dengan peraturan daerah.

Untuk bisa menjalankan tugas dan fungsi pemerintah, pemerintah

daerah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan pembiayaan

dimana menurut pasal 55 sumber pembiayaan pemerintah terdiri dari 3

komponen yaitu:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari beberapa pos

pendapatan yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha

daerah dan pendapatan yang sah lainnya .

b. Pendapatan yang berasal dari pusat yang teridir dari pendapatan

hasil pajak bukan pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi

Khusus.

c. Pendapatan Daerah yang Sah Lainnya.

Pendapatan yang berasal dari besarnya dana dari pusat merupakan

cerminan atau indikator dari ketergantungan pendanaan pemerintah

daerah terhadap pemerintah pusat. Dengan demikian ada beberapa

proyek pemerintah pusat melalu APBN tetapi dana itu juga masuk

dalam anggaran pemerintah Daerah (APBD).

2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas

kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas.

Laporan keuangan yang diterbitkan harus disusun sesuai dengan

standar akuntansi yang berlaku agar laporan keuangan tersebut dapat

dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau

dibandingkan dengan laporan keuangan entitas yang jelas.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam ketentuan umumnya

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah

semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di

dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah tersebut.

Selanjutnya dalam Pasal 4 dikatakan pula bahwa, pengelolaan

keuangan daerah dilakukan dengan tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan

dan manfaat untuk masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, bahwa

laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi

keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

pelaporan.

Entitas pelaporan dalam pemerintah adalah unit pemerintahan yang

terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari: (a)

Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah Daerah, (c) Satuan organisasi di

lingkungan pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut

perundangundangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan

laporan keuangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari :

a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber,

alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh

pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan

antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi

anggaran terdiri dari pendapatan, belanja transfer dan pembiayaan.

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas

pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal

tertentu. Aset adalah sumber ekonomi yang dikuasai dan/atau

dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu

dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan

diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun

masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk

sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk menyediakan


jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang

dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Kewajiban adalah utang yang timbul dan peristiwa masa lalu

yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya

ekonomi pemerintah. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih

pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban

pemerintah. Sehingga unsur-unsur yang harus dimiliki Neraca

adalah Aset, Kewajian dan ekuitas Dana.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan

aktivitas operasional, invenrasi aset non keuangan, pembiayaan,

dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo

awal,penerimaan,pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah

pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang mencakup dalam

laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau

rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran,

neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga

mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang

dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang

diharuskan dan dianjurkan untuk mengungkapkan di dalam Standar

Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan

untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.


Didalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dijelaskan bahwa laporan pertanggungjawaban APBD daerah

yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus

disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah merupakan wujud pertanggungjawaban

atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Daerah dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan sejak pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja daerah yang dikelola Pemerintah

Daerah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara lebih lanjut memperjelas bahwa Laporan

Keuangan dimaksud harus disusun berdasarkan proses akuntansi yang

wajib dilaksanakan oleh setiap Pengguna Anggaran dan kuasa

Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum Daerah.

Berdasarkan Undang – undang Nomor 15 Tahun 2004 terdapat 4

(empat) Opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Republik Indonesia (RI) atas Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Pemerintah :

a. Opini wajar tanpa pengecuali ( Unqualified Opini )

Menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa,

menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Opini wajar dengan pengecualian ( Qualified Opinion )


Menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa

menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk

dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikcualikan.

c. Opini tidak wajar ( Adversed Opinion )

Menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa

tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan

arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

d. Pernyataan menolak memberikan opini (Disclaimer of Opinion)

Menyatakan bahwa Auditor tidak menyatakan pendapat atas

laporan keuangan, jika bukti audit tidak untuk membuat

kesimpulan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

StandarAkuntansi Pemerintahan, bahwa laporan keuangan merupakan

laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi

yang dilakukan oleh suatu entitaspelaporan. Entitas pelaporan dalam

pemerintah adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih

entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib

menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan,

yang terdiri dari: (a) Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah Daerah, (c)

Satuan organisasi di lingkungan pusat/daerah atau organisasi lainnya,


jika menurut perundangundangan satuan organisasi dimaksud wajib

menyajikan laporan keuangan.

3. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Rini Laporan Keuangan Pemda merupakan,

“Laporan keuangan gabungan dari seluruh SKPD dan Laporan

Keuangan PPKD sebagai PPKD/BUD. Laporan Keuangan Pemda

Ini dibuat setiap smesteran/tahunan dan merupakan

prtanggungjawaban pelaksanaan pengelolaa keuangan daerah

untuk tahun anggaran tersebut.(2012:81)”

Untuk bisa menyusun laporan keuangan Pemda, terlebih dahulu

disusun laporan keuangan Satuan Kerja secara terpisah, juga PPKD

menyusun laporan keuangan sebagai PPKD/BUD. Pada saat akan

disusun laporan keuangan pemda maka laporan keuangan SKPD dan

PPKD digabungkan untuk menjadi laporan keuangan tingkat Pemda.

Format laporan keuangan PPKD sama dengan laporan keuangan

SKPKD. Yang berbeda dari kedua laporan keuangan tersebut adalah

cakupan transaksi dan akun yang digunakannya.

Adapun komponen laporan keuangan yang disusun oleh PPKD

(Pejabat Pengelolaa Keuangan Daerah) terdiri atas:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

b. Neraca

c. Laporan Arus Kas, dan

d. Catatn Atas Laporan Keuangan.


Komponen laporan Keuangan di tingkap SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) terdiri atas :

a. Laporan realisasi Anggaran

b. Neraca, dan

c. Catatn atas Laporan Kauangan.

4. Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan / Konsolidasi Pemerintah

Daerah

Menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor 6 Tahun 2010 Laporan

Keuangan gabungan Pemda disusun setiap semester, dan nilainya

merupakan gabungan dari seluruh SATKER dan PPKD sebagai

PPKD/BUD. Laporan ini dibuat oleh PPKD sebagai Pemda.

Dalam penyusunan laporan keuangan gabungan ini, rekening-

rekening yang sifatnya resipokal (timbal balik antar unit dalam satu

pemda) harus dihilangkan terlebih dahulu. Mekanisme penghilangan

akun resipokal tersebut, yaitu melalui proses eliminasi akun-akun

resipokal. Akun-akun resipokal yang terjadi dalam sistem akuntansi

keuangan daerah ini adalah akun RK-SKPD dicatat oleh SKPD. Kedua

akun tersebut digunakan untuk menggambarkan transaksi yang

dilakukan antarunit tersebut, dan akan berpengaruh terhadap neraca

kedua unit tersebut. Hal ini terjadi karena hubungan PPKD dan PPKD

adalah hubungan pusat-cabang, dengan PPKD bertindak sebagai

kantor pusat, dan PPKD bertindak sebagai kantor Cabang, tetapi

keduanya adalah satu entitas pelaporan, yaitu entitas pelaporan Pemda

yang bersangkutan.
a. Penyusunan Worksheet/ Kertas Kerja laporan Keuangan

Konsolidasi

1) Worksheet untuk Laporan Realisasi Realisaasi Anggaran

Gabungan

Untuk pelaporan realisasi anggaran (LRA) gabungan tidak

memerlukan proses eliminasi,tetapi penggabungan langsung

seluruh pendapatan dan belanja dari PPKD dan semua PPKD.

Konsolidasi dilakukan atas laporan keuangan SKPD dan

PPKD yang telah dilakukan konversi.

2) Worksheet untuk Neraca Gabungan

a) Fungsi Akuntansi di SKPD melakukan penyesuaian atas

neraca saldo berdasarkan jurnal penyesuaian yang telah

dibuat sebelumnya. Nilai yang telah disesuaikan diletakan

pada kolom “Neraca Saldo Pemda Setelah Penyesuaian”

yang terdapat pada Kertas Kerja.

b) Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Fungsi

Akuntansi di SKPD mengidentifikasi akun-akun yang

terdapat dalam komponen Neraca dan memindahkannya

ke kolom “ Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja.

c) Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Fungsi

Akuntansi di SKPD mengidentifikasi akun-akun yang

termasuk dalam komponen neraca dan memindahkannya

ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas kerja.


Dari Kertas Kerja yang telah selesai diisi, Fungsi Akuntansi

di SKPD dapat menyusun Laporan keuanngan yang terdiri

dari Neraca Realisasi Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang

dihasilkan belum final karena PPK-SKPKD belum membuat

Jurnal Penutup.

a) Jurnal Eliminasi

Proses eliminasi dalukan pada saat membuat

worksheet neraca gabungan pemda. Jurnal eliminasi yang

harus dibuat oleh PPKD sebagai pemda adalah sebagai

berikut.

Tabel 2.1
Jurnal Eliminasi
Dr RK - Pusat XXX
Cr RK - SKPD XXX

b) Jurnal Penutup

Pada setiap tahun anggaran, setelah disusun LRA

Konsolidasi untuk Pemda ( LRA SKPD dan LRA PPKD),

dilakukan jurnal penutup. Jurnal penutup ini bertujuan

menutup ( me-nol-kan) pendapatan, belanja dan

pembiayaan pada laporan konsolidasi dan

memindahkannya ke SILPA Neraca Konsolidasi. Jurnal

Neraca Gabungan ini perlu di posting.

Tabel 2.2
Jurnal Penutup jika PPKD mendapat Surplus
Dr Pendapatan Asli Daerah ... XXX
Dr Pendapatan Dana Perimbangan ... XXX
Dr Lain-lain Pendapatan Daerah yang XXX
Sah ...
Dr Penerimaan Pembiayaan XXX
Cr Belanja Tidak Langsung ... XXX
Cr Belanja Langsung ... XXX
Cr Pengeluaran Pembiayaan ... XXX
Cr SILPA XXX

Tabel 2.3
Jurnal Penutup jika PPKD mendapat Defisit
Dr Pendapatan Asli Daerah ... XXX
Dr Pendapatan Dana Perimbangan ... XXX
Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Dr XXX
Sah ...
Dr Penerimaan Pembiayaan XXX
Dr SILPA XXX
Cr Belanja Tidak Langsung ... XXX
Cr Belanja Langsung ... XXX
Cr Pengeluaran Pembiayaan ... XXX

Jurnal Penutup akan mempengaruhi SILPA di neraca

menjadi jumlah yang benar. Laporan Kruangan Pemerintah

Daerah pada Dinas pendapatan dan Pengelolaan Keuangan

Kabupaten Bandung merupakan sebuah laporan

pertangungjawaban atas aktivitas yang dilaksanakan

Pemerintah daerah Kabupaten Bandung.

3) Laporan Arus Kas

Menurut Rini,SE dalam Modul Akuntansi Sktor Publik

(122:2012) Laporan arus kas gabungan disusun untuk

memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran

kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan

aktivitas operasi, investasi dan nonkeuangan, pembiayaan,

dan transitoris.
Untuk kepentingan penyusunan laporan aliran kas ini, nilai-

nilai yang ditampilkan adalah yang ada di buku kas, baik yang

ada di SKPD maupun di PPKD, yang terdiri atas seluruh

penerimaan kas yang meliputi: pendapatan, penerimaan

pembiayaan, dan transaksi transitoris.

Juga ditampilkan nilai-nilai dari seluruh pengeluaran kas,

yang meliputi: belanja, pengeluaran pembiayaan, dan

transaksi transitoris. Yang dimaksud dengan transaksi

transitoris disini adalah transaksi yang dilakukan Pemda tetapi

uangnya bukan hak Pemda, melainkan hak pihak ketiga,

sehingga pemda disini sifatnya hanya perantara. Contoh

transaksi transitoris adalah pemotongan pajak yang dilakukan

Pemda. Seperti pemotongan pajak, IWP, Taperum, dan

lainnya yang serupa.

4) Catatan Atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005

tentang Standar Akuntnasi Sektor Publik Catatan atas Laporan

Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas

harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait

dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau

daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan

dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan


Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan

Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan

dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan

untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti

kewajiban kontijensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi

tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka

pengungkapan yang memadai, antara lain:

a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan,

ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang

APBN/perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang

dihadapi dalam pencapaian target

b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama

tahun pelaporan

c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan

keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih

untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-

kejadian penting lainnya

d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum

disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan

kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan


basis akrual atas pendapatan dan belanja dan

rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk

penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar

muka laporan keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan

perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan

dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan

oleh DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam

pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya

yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk

diketahui pembaca laporan keuangan.

Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan

Realisasi Anggaran harus mengikhtisarkan indikator dan

pencapaian kinerja kegiatan operasional yang berdimensi

keuangan dalam suatu periode pelaporan. Asumsi dasar atau

konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan

laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara

spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti

asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan.

Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

telah menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk

penyusunan laporan keuangan pemerintah, pernyataan


penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan keuangan

pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas

Laporan Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk

pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual

Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca

laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang

tertera pada Kerangka Konsptual Akuntansi Pemerintahan.

Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan

informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-

pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar

atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi dan

komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam

Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan

informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan

keuangan.

5. Prinsip-prinsip Penyusunan Laporan Keuangan Daerah

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan dikemukakan bahwa ada delapan

prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan

pemerintahan yakni:

a. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan

pemerintah adalah berbasis kas untuk pengakuan pendapatan,


belanja dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis

akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.

b. Nilai Historis (Historical Cost)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang

dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk

memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat

sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan

untuk memenuhi kewajiban di mana yang akan datang dalam

pelaksanaan kegiatan pemerintah.

c. Realisasi (Realizition)

Bagi pemerintah, pendapatan yang telah diotorisasikan

melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan

digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode

tertentu.

d. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar

transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka

transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan

sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya

aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa

tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal

tersebut harus diungkap dengan jelas dalam catatan atas laporan

keuangan

e. Periodisitas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas

pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga

kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya akan

dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan

adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulan dan semesteran

juga dianjurkan.

f. Konsistensi (Consistency)

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian

yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan

(prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak

boleh tidak perubahan dari satu metode akuntansi ke metode

akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah

dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu

memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan dengan

metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

g. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi

yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka

(on the face) laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.

h. Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan

realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas


laporan keuangan. Pertimbangan sehat bagi penyusun laporan

keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa

atau keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan

mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan

pertimbangan sehat alam menyusun laporan keuangan.

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat

melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset

atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak

dinyatakan terlalu rendah.

6. Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Bersasarkan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang

Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah dsajikan berdasarkan :

a. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan

1) Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur

mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang

dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan

keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi

keuangan realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan

suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna

dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai

alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan


keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi

yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya

yang dipercayakan kepadanya dengan:

a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya

ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana

pemerintah;menyediakan informasi mengenai perubahan

posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana

pemerintah;

b) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan

penggunaan sumber daya ekonomi;

c) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi

terhadap anggarannya;

d) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan

mendanai aktivitasnya dan memanuhi kebutuhan kasnya;

e) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah

untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

f) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi

kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai

aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai

peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang

berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang

dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya


yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko

dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga

menyajikan inforamasi bagi pengguna mengenai:

a) indikasi adakah sumber daya telah diperoleh dan

digunakan sesuai dengan anggaran; dan

b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan

sesuai dengan dengan ketentuan, termasuk batas anggaran

yang ditetapkan oleh DPRD.

Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan

menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:

a) aset;

b) kewajiban;

c) ekuitas dana;

d) pendapatan;

e) belanja;

f) pembiayaan; dan

g) arus kas.

Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk

memenuhi tujuan sebagaimana terdapat dalam paragraph 9,

namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut.

Informasi tambahan, termasuk laporan nonkeuangan, dapat

dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk


memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai

aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode.

b. PSAP Nomor 02 Tentang Laporan Realisasi Anggaran

1) Tujuan

Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan

informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan

secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan

realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target

yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

2) Struktur Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan inforamsi

realisasipendapatan, belanja, transer, surplus/defisit dan

pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan

anggarannya dalam satu periode. Dalam Laporan Realisasi

Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan diulang

pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi

berikut:

a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;

b) cakupan entitas pelaporan;

c) periode yang dicakup;

d) mata uang pelaporan; dan

e) satuan angka yang digunakan

3) Periode Pelaporan
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya

sekali dalam setahun. Dallam situasi tertentu, tanggal laporan

suatu entitas berubah dan Laporan Realisasi Anggaran

tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang

atau lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan

mengungkapkan informasi berikut:

a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;

b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan

Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat

diperbandingkan.

4) Tepat Waktu

Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika

laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-

faktor seperti kompleksitas operasi pemeintah tidak dapat

dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas

pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu.

Suatu entitas pelaporan menyajikan Laporan Realisasi

Anggaran selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah

berakhirnya tahun anggaran.

5) Isi Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa

sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja,

transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan

untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi Anggaran


menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer,

surplus/defisit, dan pembiayaan dengan anggarannya.

Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam

Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang

mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal

dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material

antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang

merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk

dijelaskan.

Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya

mencakup pos-pos sebagai berikut:

a) Pendapatan

b) Belanja

c) Transfer

d) Surplus/defisit

e) Penerimaan pembiayaan

f) Pengeluaran pembiayaan

g) Pembiayaan neto; dan

h) Selisih lebih/kurang pembiayaan anggaran

(SiLPA/SiKPA).

Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam

Laporan Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Kabupaten ini, atau


apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan

Laporan Realisasi Anggaran secara wajar.

c. PSAP Nomor Tentang Laporan Arus Kas

1) Tujuan

Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi

mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas

selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas

pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk

pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

2) Penyajian Laporan Arus kas

Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan

pengeluaran kas selama periode tertentu yang

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset

nonkeuangan, pembiayaan, dan nonkeuangan. Klasifikasi

arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset

nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran memberikan

informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk

menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas

dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat

digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas

operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan non

anggaran.

Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari

beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang


terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang.

Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam

aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang

akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.

d. PSAP Nomor 4 Catatan Atas Laporan Keuangan

1) Tujuan

Tujuan Pernyataan Standar ini mengatur penyajian dan

pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas Laporan

Keuangan.

2) Struktur Dan Isi

Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara

sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi

silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan

Keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau

daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan

dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan

Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan

Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan

dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan

untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti

kewajiban kontijensi dan komitmen-komitmen lainnya.


Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi

tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka

pengungkapan yang memadai, antara lain:

a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan,

ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang

APBN/perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang

dihadapi dalam pencapaian target;

b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama

tahun pelaporan;

c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan

keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih

untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-

kejadian penting lainnya;

d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum

disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan

kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan

basis akrual atas pendapatan dan belanja dan

rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk

penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar

muka laporan keuangan.


Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan

perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan

dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan

oleh DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam

pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah

lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas

pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan.

Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan

Realisasi Anggaran harus mengikhtisarkan indikator dan

pencapaian kinerja kegiatan operasional yang berdimensi

keuangan dalam suatu periode pelaporan. Asumsi dasar atau

konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan

laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara

spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti

asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan.

Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

telah menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu

untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah, pernyataan

penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan

keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan

atas Laporan Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk

pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual

Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca


laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang

tertera pada Kerangka Konsptual Akuntansi Pemerintahan.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Kemampuan dalam penyusunan laporan keuangan merupakan

salah satu prestasi kerja bagi pemerntah daerah terutma dalam menilai

akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. Menurut Usaha Tarigan

(2008) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kemampuan dalam penyusunan laporan

keuangan adalah :

a. Peraturan

Dalam upaya menghilangkan penyimpangan dan

mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan

sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-

undang dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal,

maka dalam penyelenggaraan pemerintah diperlukan suatu undang-

undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara. Oleh karena

itu ditetapkanlah Undang-Undang.

Undang-Undang juga telah mengantisipasi perubahan standar

akuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu

pada perkembangan standar akunstansi di lingkungan pemerintahan

secara internasional. Perubahan Peraturan sering terjadi dalam

waktu yang sangat singkat dan perubahan tersebut kerap

menimbulkan perbedaan penafsiran antara peraturan dengan


peraturan yang sebelumnya. Dengan seringnya Perubahan

Peraturan tersebut membuat para pegawai kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya dengan baik terutama dalam pelaporan

keuangan daerah.

Awalnya pada tahun 1980 dasar penyusunan APBD dan

pengelolaan keuangan daerah menggunakan Manual Keuangan

Daerah (Makuda), kemudian pada tahun 2002 keluar Keputusan

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 29, tetapi keputusan

yang baru tersebut belum begitu dipahami kemudian keluar

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2006 dan Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Peraturan yang begitu cepat

diduga akan mempengaruhi keberhasilan dalam penyusunan

laporan keuangan pemerintah daerah.

b. Latar belakang pendidikan

Manusia sebagai Sumber Daya Manusia keberadaannya

sangat penting dalam organisasi karena sumber daya manusia

menunjang organisasi melalui karya, kreativitas, dorongannya dan

peran nyata seperti yang dapat disaksikan dalam setiap organisasi.

Menurut Matindas, yang dikutip oleh Sopiah, menyatakan

bahwa sumber daya manusia adalah,

“kesatuan tenaga manusia yang dalam organisasi dan bukan


hanya sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada.
Sebagai kesatuan, sumber daya manusia harus dipandang
sebagai suatu sistem di mana tiap-tiap karyawan merupakan
berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. (2008: 89)”
Sumber daya manusia diukur berdasarkan latar belakang

pendidikan yang diperoleh pegawai. Dalam kaitan dengan

kemampuan penyusunan laporan keuangan, maka lebih efektif

dalam penyusunan laporan keuangan adalah sumber daya manusia

yakni pegawai yang dimiliki berlatar belakang pendidikan

akuntansi.

Menurut Gaa and Thore yang dikutip Sopiah mengatakan

bahwa,

“pendidikan akuntansi selama ini memfokuskan pada


dimensi pilihan kebijakan tetapi tidak memperhatikan nilai
dan kredibilitas yang mempengaruhi pilihan tersebut.
Kemudian Gaa and Thorne menyebutkan bahwa pada
dasarnya akuntan memiliki tindakan berdasarkan nilai yang
ada dalam pikiran mereka. (2008:110)”
c. Pelatihan

Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut

proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan

di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu relatif singkat

dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada

teori. Menurut Veithzal Rivai,

“Pelatihan dalam proses sistematis mengubah tingkah laku


pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan
berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki
orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai
keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil guna dalam
pekerjaannya. (2008: 226)”
Menurut Notoatmojo, bahwa pendidikan dan pelatihan

adalah

“Upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia,


terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia. Sehingga dengan adanya pelatihan
diharapkan kemampuan atau keterampilan karyawan akan
meningkat. (2008:150)”
d. Komitmen

Mowday, steers dan Porter, (dalam Newstroom), oleh Sopiah

mendefinisikan komitmen organisasi sebagai,

“Daya relatif dari keberpihakan dan keterlibatan seseorang


terhadap suatu organisasi. Dengan kata lain komitmen
organisasional merupakan sikap mengenai loyalitas pekerja
terhadap organisasi dan merupakan proses yang
berkelanjutan dari anggota organisasi untuk mengungkapkan
perhatiannya pada organisasi dan hal tersebut berlanjut pada
kesuksesan dan kesejahteraan.(2008:156)”
Menurut Simanjuntak Komitmen adalah,

“kesanggupan untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal


yang dipercayakan kepada seseorang. Komitmen tidak ada
hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran atau
talenta. Dengan komitmen yang kuat akan memungkinkan
seseorang bisa mengeluarkan sumber dayafisik, mental, dan
spiritual tambahan yang bisa diperoleh, sebaliknya tanpa
komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit
dilaksanakan.(2008: 1)”
Menurut Robin dan Yunita oleh sopiah mendefinisikan

komitmen organisasi sebagai,

“derajat sejauhmana seorang karyawan memihak pada suatu


organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara
keanggotaan dalam organisasi itu. Seseorang dikatakan
mempunyai komitmen organisasi apabila; percaya dan
menerima tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi; rela
berusaha mencapai tujuan organisasi; memiliki kemauan
yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.(2008:
44)”
Ada dua pendekatan utama dalam melaksanakan studi

komitmen yang dituangkan dalam riset komitmen (Savalaner) pertama

pendekatan prilaku (behaviaral approch) yang memfokuskan pada

perilaku yang terkait dengan komitmen (dimanivestasikan dengan

tindakan). Kedua pendekatan sikap (attitudinal approch) yang


ditujukan pada identifikasi individu dengan organisasi dan

sarannya(dimanifestasikan dalam pendapat dan kepercayaan).

Secara substansi, istilah komitmen sarat dengan nilai dan

sasaran. Istilah tersebut mengandung makna sebuah proses bagaimana

nilai dan sasaran tersebut tercapai atau dengan kata lain komitmen

merupakan syarat sebuah keberhasilan. Dalam kaitan dengan

penelitian ini, komitmen dipandang sebagai keyakinan dan dukungan

yang kuat terhadap keberhasilan penerapan peraturan.

B. Kebijakan Instansi

1. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD)

a. Pengertian Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah

(SIPKD).

Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan

untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,

menyusun, menyimpan, dalam berbagai cara untuk menghasilkan

informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat

dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis,

dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk

pengambilan keputusan.

Sistem di definisikan oleh Wilkinson (1992) dalam

Mulyono (2009) Sistem adalah suatu kerangka kerja terpadu yang

mempunyai satu sasaran atau lebih, sedangkan menurut McLoad

dan Schell, (2001) Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu


tujuan. Informasi menurut Supriyanto, (2005) adalah data yang

telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan

bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang,

sedangkan informasi menurut Wilkinson (1992) merupakan

komoditas vital bagi sebuah organisasi atau perusahaan, yang

terdiri dari data yang telah ditransformasikan dan dibuat lebih

bernilai melalui pemrosesan.

Salah satu teknologi dan sistem informasi yang sedang

dikembangkan oleh pemerintah adalah Sistem Informasi

Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). SIPKD Merupakan

aplikasi yang dibangun oleh Ditjen Keuangan Daerah Kemendagri

dalam rangka percepatan transfer data dan efisiensi dalam

penghimpunan data keuangan daerah. Aplikasi SIPKD diolah oleh

Subdit Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Direktorat

Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah SIPKD

adalah aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu

pemerintah daerah yang digunakan meningkatkan efektifitas

implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan

daerah yang berdasarkan pada asas efesiensi, ekonomis, efektif,

transparan, akuntabel dan auditabe (Saragih, 2008).

Aplikasi ini juga merupakan salah satu manifestasi aksi

nyata fasilitasi dari Kementerian Dalam Negeri kepada pemerintah

daerah dalam bidang pengelolaan keuangan daerah, dalam rangka


penguatan persamaan persepsi sistem dan prosedur pengelolaan

keuangan daerah dalam penginterpretasian dan

pengimplementasian berbagai peraturan perundang-undangan.

b. Tujuan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD).

Sesuai dengan tujuan dibangunnya aplikasi Sistem

Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD), maka

penggunaannya ditujukan kepada seluruh pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Penyelenggaraan SIPKD

dilaksanakan dalam rangka membantu memudahkan Pemerintah

Daerah dalam Penyusunan anggaran, pelaksanaan dan

penatausahaan akuntansi dan pelaporan maupun

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Proses keuangan pada Pemerintah Daerah meliputi

Perencanaan, Penganggaran, Penatausahaan, Akuntansi dan

Pelaporan Laporan Keuangan, Peranan SIPKD adalah melakukan

pemrosesan dan pengelolaan hubungan pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah dalam menyusun, melaporkan dan

mempertanggungjawabkan Laporan Keuangan pada masing-

masing instansi terkait, diharapkan dengan pengimplementasian

aplikasi sistem informasi dalam proses penyusunan dan pelaporan

keuangan pada setiap daerah dapat membantu dalam meningkatkan

efektifitas dan efisiensi kinerja pemerintah.

Dalam perkembangannya SIPKD sampai saat ini sudah

ditetapkan oleh pemerintah di 171 kabupaten dan kota.


Implementasi Aplikasi SIPKD merupakan aplikasi berbasis web

dimana setiap bagian (penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan

pelaporan) saling terintegrsi satu sama lain. Sistem ini terdiri dari 3

modul utama yang cukup besar yaitu modul Core, Non Core dan

Kolaborasi. Modul Core merupakan modul inti dalam SIPKD yang

berisi proses perumusan anggaran, pelaksanaan kas, dan

pembukuan serta pertanggungjawaban APBD. Modul Non Core

yang merupakan modul tambahan dalam SIPKD, berisi catatan

pendapatan dan piutang, payroll dan manajemen aset daerah.

Sedangkan modul Kolaborasi lebih ditujukan kepada para pejabat

daerah karena berisi Sistem Informasi Eksekutif. Sistem yang

dibangun ini merupakan suatu sistem dokumentasi

terkomputerisasi yang digunakan untuk menyimpan dengan baik

semua berkas yang dihasilkan dalam proses perancangan dan

pelaksanaan APBD. Penerapan aplikasi teknologi informasi dan

sistem informasi pada organisasi sektor publik berbeda dengan

penerapan aplikasi teknologi informasi dan sistem informasi pada

organisasi sektor bisnis, dimana investasi dan penerapan aplikasi

teknologi informasi dan sistem informasi dalam organisasi bisnis

dibutuhkan dalam penunjang kinerja organisasi untuk

mempertahankan pangsa pasar dan dinamika bersaing dalam

memperoleh laba.

Pemerintah Pusat menyelenggarakan penerapan aplikasi

SIPKD secara nasional dengan tujuan:


1) Merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional;

2) Menyajikan informasi keuangan daerah secara nasional;

3) Merumuskan kebijakan keuangan daerah, seperti Dana

Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Pengendalian Defisit

Anggaran; dan

4) Melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi

pendanaan Desentralisasi, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan,

Pinjaman Daerah, dan defisit anggaran daerah.

Ini menunjukan pengimplementasian aplikasi sistem

informasi dan teknologi informasi dalam sektor publik, dapat

meningkatkan kinerja yang maksimal yang mengandung arti

terjadinya peningkatan efisiensi, efektifitas atau kualitas yang lebih

tinggi dari penyelesaiaan serangkaian tugas yang dibebankan

kepada individu dalam perusahaan atau organisasi. Dengan

meningkatnya tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber

daya keuangan daerah maka akan meningkatkan kesejahteraan dan

pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian semangat

desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas

menjadi sangat dominan dalam mewarnai proses penyelenggaraan

pemerintah daerah pada umumnya dan proses pengelolaan

keuangan pada khususnya.

c. Kesuksesan Sistem Informasi

Hasil-hasil yang ditampilkan oleh DeLone dan McLean

menunjukkan bahwa pengukuran keberhasilan (2003) sistem


informasi bukan pengukuran tunggal tetapi merupakan suatu

konstruk multidimensi. Berdasarkan kontribusi-kontribusi

penelitian-penelitian sebelumnya dan akibat perubahan-perubahan

dari peran dan penanganan sistem informasi yang telah

berkembang, DeLone dan McLean (2003) memperbaharui

modelnya dan menyebutnya sebagai model kesuksesan sistem

informasi D & M diperbaharui (update D&M IS success model)

Hal-hal yang diperbaharui ini adalah sebagai berikut :

1) Menambahkan dimensi kualitas pelayanan (service quality)

sebagai tambahan dari dimensi-dimensi kualitas yang sudah

ada, yaitu kualitas sistem (system quality) dan kualitas

informasi (information quality)

2) Menggabungkan dampak individual (individual impact) dan

dampak organisasional (organizational impact) menjadi satu

variabel yaitu menjadi manfaat-manfaat bersih (net benefits).

Tujuan penggabungan ini adalah untuk menjaga model tetap

sederhana (parsimony)

3) Menambahkan dimensi minat pemakai (intention to use)

sebagai alternatif dari dimensi pemakaian (use). Pengukuran

dari pemakaian (use) mempunyai banyak dimensi, seperti

misalnya pemakaian sukarela atau wajib, mendapat informasi

(informed) atau tidak mendapat informasi (informed) atau tidak

mendapatkan informasi (uninformed), dan lainnya. DeLone dan

McLean (2003) mengusulkan pengukuran alternatif, yaitu


minat memakai (intention to use). Minat memakai adalah

suatu sikap (attitude). Sedang pemakaian (use) adalah suatu

perilaku (behaviour)

4) Pemakaian (use) dan kepuasan pemakaian (user satisfaction)

saling mempengaruhi dengan sangat erat. Pemakaian (use)

harus didahului kepuasan pemakaian (user satisfaction) sebagai

suatu proses, tetapi pengalaman yang positif karena

menggunakan (use) akan mengakibatkan kepuasan pemakaian

yang lebih tinggi sebagai suatu kausal. Secara sama,

peningkatan kepuasan pemakai akan mengakibatkan

oeningkatan minat menggunakan (intention to use) dan

kemudian menggunakan (use).

5) Dampak dari sistem informasi sudah meningkat tidak hanya

dampaknya pada pemakai individual dan organisasi saja, tetapi

dampak sudah ke grup pemakai, ke antar organisasi, konsumen,

kontraktor, sosial bahkan negara. DeLone dan McLean (2003)

mengusulkan untuk menamakannya semua manfaat menjadi

suatu manfaat tunggal yang disebut dengan nama manfaat-

manfaat bersih (net benefits) jika manfaat-manfaat bersih (net

benefits) positif akan menguatkan minat pemakai. Umpan balik

ini masi valid bahkan untuk manfaat-manfaat bersih yang

negatif.

Kualitas sistem dan kualitas informasi merupakan dua

dimensi pertama dan utama pada D&M IS Success Model, dimana


kualitas sistem menunjukan kualitas produk dari aplikasi sistem

informasinya dan kualitas informasi menunjukan kualitas produk

yang dihasilkan oleh aplikasi sistem informasinya. Kedua kualitas

tersebut, menentukan sikap dari pemakainya sebagai penerima

informasinya. Penggunaan sistem dan informasinya akan

mempunyai pengaruh pada pemakainya dan pada sistemnya.

Pengaruh pada pemakainya akan menentukan kepuasan dari

pemakainya dan dampak pada individualnya. Pengaruh dari

sistemnya akan dipengaruhi dampak organisasinya.

Begitu juga dengan Livari (2005) pada penelitiannya di

sektor publik memberikan bukti empiris bahwa kualitas sistem dan

kualitas informasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

penggunanya yang juga berpengaruh signifikan terhadap dampak

organisasi (organizational impact). Hal ini dikarenakan obyek

penelitian Livari (2005) menggunakan obyek penggunaan sistem

yang mandatory.

Leavitt (1965) dalam Livari (2005) mencermati bahwa

penerapan sistem informasi yang baru akan berdampak pada reaksi

yang ditunjukkan oleh perilaku individu dalam organisasi. Reaksi

itu dapat berupa munculnya motivasi baru untuk bersaing dan

meningkatkan kinerja. Secara positif keberadaan sistem informasi

baru akan menjadi rangsangan (stimulus) dan tantangan bagi

individu dalam organisasi untuk bekerja sama lebih baik, yang

pada gilirannya berdampak pada kinerja organisasi dan sebaliknya.


Peneliti di bidang ini menyatakan bahwa penerapan sistem

informasi dapat menjadi stimulus dalam mengubah hirarki

pengambilan keputusan dan menurunkan biaya untuk distribusi

informasi. Keberadaan sistem informasi dapat memangkas fungsi

dari manajer tingkat menengah. Dengan terpangkasnya fungsi

manajer tingkat menengah ini maka keputusan dapat diambil

secara lebih cepat dan lebih murah, begitu juga dengan distribusi

informasi. Hal ini merupakan alasan yang menguatkan bahwa

keberadaan sistem informasi dapat meningkatkan kualitas kinerja

organisasi, dalam kasus ini untuk pemerintah daerah, dalam rangka

peningkatan transparasi dan akuntabilitas keuangan daerah,

khususnya laporan keuangan pemerintah daerah.

d. Karakteristik Sistem

Menurut Agus Mulyanto (2009 : 2) mengatakan bahwa

suatu sistem mempunyai karakteristik agar sistem dapat dibedakan

dengan sistem yang lain. Berikut ini macam-macam karakteristik

suatu sistem, diantaranya :

1) Komponen Sistem (component), dimana suatu sistem terdiri

dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama

membentuk satu kesatuan. Suatu sistem merupakan salah satu

dari komponen sistem lain yang lebih besar, maka disebut

subsistem, sedangkan sistem yang lebih besar tersebut adalah

lingkungannya.
2) Batas Sistem (boundary) merupakan pembatas atau pemisah

suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan

lingkungan luarnya.

3) Lingkungan Luar Sistem (environment) merupakan sesuatu di

luar batas dari sistem yang dapat mempengaruhi operasi sistem,

baik pengaruh yang menguntungkan ataupun yang merugikan.

4) Penghubung Sistem (interface) merupakan hal yang sangat

penting, sebab tanpa adanya penghubung, sistem akan berisi

kumpulan subsistem yang berdiri sendiri dan tidak saling

berkaitan. Maka dari itu penghubung dapat juga didefinisikan

sebagai tempat dimana komponen atau sistem dan

lingkungannya bertemu atau berinteraksi.

5) Masukan Sistem (input) merupakan energi yang dimasukkan ke

dalam sistem, dimana masukan tersebut dapat berupa bahan

yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi

(maintenance input), dan masukan yang diproses untuk

mendapat keluaran (signal input).

6) Keluaran Sistem (output) merupakan hasil dari pemrosesan,

yang berupa informasi sebagai masukan pada sistem lain atau

hanya sebagai sisa pembuangan.

7) Pengolah sistem (process) merupakan bagian yang melakukan

perubahan dari masukan untuk menjadi keluaran yang

diinginkan.
8) Sasaran Sistem merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai

dalam sistem, agar sistem menjadi terarah dan terkendali.

e. Efektivitas Sistem Informasi

Efektivitas Sistem Informasi dapat diukur dengan

menentukan indikator-indikator yang sesuai dengan permasalahan

yang sedang diteliti. Menurut Bodnar (2000) menjabarkan

beberapa indikator efektivitas sistem informasi berbasis teknologi

sebagai berikut:

1) Indikator keamanan data berhubungan dengan pencegahan

bencana, baik karena tindakan disengaja, maupun kesalahan

manusia dan tingkat kemampuan sistem informasi berbasis

teknologi dalam mengantisipasi illegal acess dan kerusakan

pada sistem.

2) Indikator waktu berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan

informasi dalam permintaan pemakaian sistem.Tingkat

kemampuan sistem informasi berbasis teknologi dalam

memproses data menjadi suatu laporan, baik secara periodik

maupun nonperiodik,untuk rentang waktu yang telah

ditentukan.

3) Indikator ketelitian berhubungan dengan tingkat kebebasan dari

kesalahan keluaran informasi. Pada volume data yang besar

biasanya terdapat dua jenis kesalahan, yakni kesalahan

pencatatan dan kesalahan perhitungan.


4) Indikator variasi laporan atau output berhubungan dengan

kelengkapan isi informasi. Dalam hal ini tidak hanyam engenai

volumenya, tetapi juga mengenai informasinya. Tingkat

kemampuan sistem informasi berbasis teknologi untuk

membuat suatu laporan dengan pengembangan dan perhitungan

sesuai dengan kebutuhan yang berguna bagi pengguna

informasi.

5) Indikator relevansi menunjukkan manfaat yang dihasilkan dari

produk atau keluaran informasi, baik dalam analis data,

pelayanan, maupun penyajian data. Indikator relevansi

menunjukkan kesesuaian dan manfaat laporan yang dihasilkan

Anda mungkin juga menyukai