Anda di halaman 1dari 31

11

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran Fisika

Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam

rumpun Sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis,

induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan peristiwa alam sekitar baik secara kualitatif maupun kuantitatif

dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. Sesuai dengan fungsi

dan tujuan pembelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas dalam

Permendiknas No. 22 tahun 2006 sebagai berikut ini.

(1) Membentuk sikap positif terhadap Fisika dengan


menyadari keteraturan dan keindahan alam serta
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. (2)
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet,
kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain. (3)
Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data,
serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis. (4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam
berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan
konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. (5) Menguasai konsep dan
prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai
bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
12

Standar kompetensi pelajaran Fisika di SMA/MA juga menuntut

siswa untuk mampu melakukan kerja ilmiah yang mencakup kemampuan

penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan

pemecahan masalah serta pengembangan nilai dan sikap ilmiah

(Depdiknas, 2006). Sejalan dengan tujuan tersebut, Retno dkk (2006)

dalam Budi susetyo berpendapat bahwa kemampuan bekerja ilmiah ini

mampu memberikan pemahaman pengetahuan yang berkaitan dengan

sains dan teknologi, mengembangkan sikap jujur, kritis, logis,sistematis,

disiplin, obyektif, terbuka, kooperatif, rasa ingin tahu, senang melakukan

kegiatan IPA. Kemampuan bekerja ilmiah ini juga akan menumbuhkan

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang seimbang dan akan

menumbuhan “science disposition”, yaitu keinginan, kesadaran dan

dedikasi terhadap sains.

Oleh karena itu untuk mempelajari fisika dan membentuk

pengetahuan tentang fisika diperlukan kontak langsung dengan objek yang

ingin diketahui. Hal inilah yang mendasari pentingnya penggunaan model

pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran fisika. Siswa dapat

mengetahui penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari, mengalami cara

mendapatkan data, menganalisis data dan menyimpulkannya.

Fisika sebagai bagian dari sains memiliki dua sisi yaitu proses dan

produk. Proses merupakan upaya pengumpulan dan bukti untuk menguji

serta mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan

imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imajinatif selama
13

belum bisa menyajikan sejumlah bukti. Penggunaan bukti sangat pokok

dalam kegiatan sains termasuk fisika. Oleh karena itu melalui penggunaan

model pembelajaran Quantum Teaching diharapkan siswa dapat

menemukan produk sains berupa fakta, konsep, teori dan prinsip serta

dapat mengembangkan proses tersebut sehingga sikap ilmiah siswa dapat

berkembang.

2. Model Pembelajaran Quantum Teaching

a. Pengertian Quantum Teaching

Quantum adalah suatu interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya. Dengan demikian quantum teaching adalah penggubahan

bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan

belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif

yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi ini akan mengubah

kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan

bermanfaat bagi mereka maupun bagi orang lain (De Porter: 2010:34).

Selanjutnya DePorter (2010:33) menyatakan bahwa quantum

teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala

nuansanya quantum teaching menguraikan cara-cara baru yang

memudahkan proses belajar melalui perpaduan unsur seni dan

pencapaian yang terarah. quantum teaching pada awalnya adalah

badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam

rancangan, penyajian dan fasilitas super camp.


14

Quantum teaching menggabungkan suggestologi, teknik

pemercepatan belajar atau accelerated learning dan neurolinguistik

dengan teori, keyakinan dan metode tertentu (De Porter: 2010:10).

quantum teaching mengasumsikan bahwa jika siswa mampu

mempergunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan dapat

membuat loncatan prestasi yang tidak terduga sebelumnya. Dengan

metode belajar yang tepat siswa dapat meraih prestasi belajar secara

berlipat ganda. Salah satu dari metode ini adalah bahwa pelajar harus

mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira sehingga pintu

masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik.

b. Asas Utama Quantum Teaching

Asas utama atau alasan dasar dari segala strategi, model dan

keyakinan quantum teaching adalah “bawalah mereka ke dunia kita

dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”, (De Porter: 2010:34).

Dalam hal ini setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan

pembelajaran serta setiap metode instruksional dibangun dan

dilaksanakan berdasarkan asas utama tersebut.

Asas utama quantum teaching tersebut menegaskan bahwa

untuk memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama dalam

pembelajaran guru harus membangun jembatan otentik dengan

kehidupan siswa. Untuk itu, guru dapat memanfaatkan penerapan

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari siswa sebagai titik tolaknya.


15

Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik guru maupun siswa

akan memperoleh pemahaman baru.

c. Prinsip-prinsip Quantum Teaching

Quantum Teaching memiliki lima prinsip (DePorter: 2010:36) :

1) segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan

pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar;

2) segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka

mempelajari materi yang kita ajarkan;

3) pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa

diperoleh banyak konsep;

4) akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun;

5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi

pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita, misalnya

dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus, baik, dan lain lain.

Selanjutnya Suryani (2012:93) menyatakan ada tujuh prinsip

keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran quantum, yaitu (1)

terapkan hidup dalam integritas, (2) akuilah kegagalan dapat membawa

kesuksesan, (3) berbicaralah dengan niat baik, (4) tegaskanlah

komitmen, (5) jadilah pemilik, (5) tetaplah lentur, (7) pertahakan

keseimbangan.

Lingkungan kelas sangat berpengaruh terhadap proses dan

keberhasilan belajar. Dorothy dalam DePorter (2010:103) menyatakan

bahwa segala sesuatu dalam lingkungan kelas menyampaikan pesan


16

yang memacu atau menghambat belajar. Begitu juga dengan penataan

meja dan bangku, pemasangan poster, kebersihan kelas, susunan buku

di rak yang rapi dan sebagainya memberikan pesan yang dapat

memacu atau bahkan menghambat belajar.

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum teaching

Langkah-langkah pembelajarn Quantum Teaching dikenal dengan

istilah TANDUR (Bobbi depoter 2010: 128)

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah manfaat bagiku

(AMBAK) dan manfaat kehidupan pelajar". Dalam hal ini guru

memberikan motivasi, semangat, rangsangan supaya belajar, yaitu

dengan melakukan praktek secara langsung apa yang disampaikan

oleh guru.

2) Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti

semua siswa. Siswa mengalami sendiri apa yang dilakukan dengan

praktek langsung dalam menyelesaikan masalah.

3) Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah

masukan. Dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa

benar benar bisa mencari rumus, menghitung, dengan alat bantu

(media) siswa mendapat informasi (nama) yaitu dengan


17

pengalaman yang dialami sehingga membuat pengetahuan siswa

akan berarti.

4) Demonstrasikan

Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa

mereka tahu. Siswa diberi peluang untuk menterjemahkan dan

menerapkan pengetahuan mereka dalam pelajaran, sehingga siswa

bisa menunjukkan dan menyampaikan kemampuannya telah di

dapat, dialami sendiri oleh siswa. Dengan mendemontrasikan siswa

akan mendapatkan kesan yang sangat berharga sehingga terpatri

dalam hati.

5) Ulangi

Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “

Aku bahwa aku memang tahu ini”. Mengulang materi

pembelajaran akan menguatkan koreksi saraf dan menumbuhkan

rasa tahu dari materi yang telah dialami siswa secara langsung,

sehingga siswa akan selalu teringat dari materi yang telah

pelajarinya.

6) Rayakan

Pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh

keterampilan dan ilmu pengetahuan. Setelah siswa secara langsung

bisa menunjukan kebolehan mendemontrasikan maka siswa saling

memuji antar teman dengan memberikan tepuk tangan. Tepuk


18

tangan merupakan penghormatan atas usaha dan kesuksesaan

mereka.

Langkah-langkah pembelajaran quantum (Sutrisno 2008:31):

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Komunitas dalam belajar memiliki tujuan yang sama. Dimanapun

mereka berada, baik di kelas, di sekolah maupun di lembaga diklat

lain, memiliki tujuan sama yaitu mengembangkan kecakapan peserta

didik sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

3) Meyakinkan kemampuan peserta didik dalam belajar, dan

kemampuan guru dalam mengajar

4) Menjaga agar komunitas kelas tepat berjalan agar peserta didik tetap

memiliki minat belajar tinggi

Tahapan pembelajaran kuantum teaching dapat dilihat dari Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Tahapan pembelajaran Quantum Teaching

Tahapan Perilaku Guru Perilaku siswa


Tahap 1 : Tumbuhkan Guru menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
Memberi motivasi pembelajaran dengan konsep mengikuti prosedur
AMBAK
Tahap 2 : Alami Guru membimbing siswa  Melakukan
Mengkoordinir siswa untuk dapat menemukan eksperiment
untuk terlibat dalam sendiri konsep-konsep dan  mengambil data
proses pembelajaran prinsip fisika dan
mengolahnya

Tahap 3 : Namai Penamaan saat mengajar  menjawab


Siswa mendapatkan konsep, fakta, rumus, pertanyaan
informasi, tetapi harus pemikiran dan pemahaman. untuk
mendapatkan menemukan
pengalaman untuk konsep/prinsip
membuat pengetahuan  Pemberian
itu berarti nama
konsep/rumus
19

Tahap 4 : Membimbing siswa untuk  Melakukan


Demonstrasikan membuat kaitan dengan cara diskusi kelas
Memberi peluang bagi menunjukkan dan melakukan
siswa untuk
menerapkan
pengetahuan mereka
kedalam pembelajaran
Tahap 5 : Ulangi Guru membimbing siswa untuk  Melakukan
Memperkuat koneksi menuju taraf konfirmasi dan kesimpulan
saraf dengan cara multi memberi kesempatan kepada
kecerdasan siswa untuk membuktikan “
aku tahu bahwa aku tahu”
Tahap 6 : Rayakan Perayaan memberikan rasa  Berperan serta
rampung dengan menghormati dalam perayaan
usaha, ketekunan dan
kesuksesan. Jika layak
dipelajari maka layak
dirayakan. Strateginya dengan
pujian, pemberian hadiah dll
Sumber De porter (2010 : 127)

Dari tahap pembelajaran Quantum Teaching yang dikembangkan oleh

DePorter tersebut dapat ditentukan penilaian yang dilakukan pada setiap

langkah pembelajaran quantum pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Tahap penilaian berdasarkan Quantum Teaching

Tahapan Perilaku Guru Perilaku siswa Kompetensi


Tahap 1 : Guru menjelaskan Mendengarkan dan  Afektif
Tumbuhkan tujuan pembelajaran mengikuti prosedur
Memberi motivasi dengan konsep AMBAK
Tahap 2 : Alami Guru membimbing  Melakukan
Mengkoordinir siswa untuk dapat eksperiment  Afektif
siswa untuk terlibat menemukan sendiri  mengambil data  Psikomotor
dalam proses konsep-konsep dan dan ( kinerja)
pembelajaran prinsip fisika mengolahnya
Tahap 3 : Namai Penamaan saat mengajar  menjawab  Afektif
Siswa mendapatkan konsep, fakta, rumus, pertanyaan  Psikomotor
informasi, tetapi pemikiran dan untuk ( kinerja)
harus mendapatkan pemahaman. menemukan
pengalaman untuk konsep/prinsip
membuat  Pemberian
pengetahuan itu nama
berarti konsep/rumus
 Menyelesaikan
20

Tahapan Perilaku Guru Perilaku siswa Kompetensi


soal
Tahap 4 : Membimbing siswa  Melakukan  Afektif
Demonstrasikan untuk membuat kaitan diskusi kelas  Psikomotor
Memberi peluang dengan cara ( kinerja)
bagi siswa untuk menunjukkan dan
menerapkan melakukan
pengetahuan
mereka kedalam
pembelajaran
Tahap 5 : Ulangi Guru membimbing  Melakukan
Memperkuat siswa untuk menuju kesimpulan  Afektif
koneksi saraf taraf konfirmasi dan dengan  Psikomotor
dengan cara multi memberi kesempatan membuat mind ( produk)
kecerdasan kepada siswa untuk map
membuktikan “ aku tahu
bahwa aku tahu”
Tahap 6 : Rayakan Perayaan memberikan  Berperan serta  Afektif
rasa rampung dengan dalam
menghormati usaha, perayaan
ketekunan dan
kesuksesan. Jika layak
dipelajari maka layak
dirayakan. Strateginya
dengan pujian,
pemberian hadiah dll

Penelitian yang dilakukan pada setiap tahap pembelajaran quantum

menggunakan lembar observasi penilaian afektif dan psikomotor.

Agar pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan

kreatifitas siswa maka perlu disertai dengan penggunaan teknik mind map.

3. Teknik Mind Map (Peta Pikiran)

a. Pengertian Mind Map (Peta Pikiran)

Mind Map (Peta Pikiran) menurut Buzan (2008 : 4) adalah cara

mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan “memetakan”

pikiran-pikiran kita. Sedangkan De Porter dan Hernacki (2010 : 225)

menyatakan bahwa mind map adalah teknik pemanfaatan keseluruhan


21

otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya

untuk membentuk kesan yang lebih mendalam. Sedangkan menurut

Sugiarto (2004 : 75) peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang

akan dipelajari dan akan memproyeksikan masalah yang dihadapi

kedalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah

memahaminya. Noeh (2009) dalam blognya menyatakan bahwa mind

map adalah sebuah metode untuk mengelola informasi secara menyeluruh.

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa teknik mind map (peta

pikiran) adalah suatu teknik mencatat yang mampu mengembangkan

pikiran serta meningkatkan daya ingat secara menyeluruh. Berbeda

dengan catatan tradisional, mind map mempunyai ciri-ciri tertentu.

b. Karakteristik Mind Map dalam Proses Pembelajaran

Pada dasarnya teknik mind map berangkat dari hasil sebuah

penelitian tentang cara otak memproses informasi. Awalnya para

ilmuan menduga bahwa otak memproses dan menyimpan informasi

secara linier seperti metode mencatat tradisional. Namun sekarang

mereka mendapati bahwa otak mengambil informasi secara

bercampuran antara gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan

kemudian memisah-misahkannya ke dalam bentuk linier misalnya

dalam bentuk tulisan atau orasi. Saat otak mengingat informasi,

biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi

dan perasaan DePorter (2010 :225). Selanjutnya De Porter (2010 :225)

menyatakan bahwa peta pikiran sangat bermanfaat untuk memahami


22

materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta pikiran

bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis

yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat dan

mengingatkan kembali informasi yang telah dipelajari.

Materi yang didapatkan siswa pada mata pelajaran tertentu

hendaknya dicatat sebagai alat pengingat. Peta pikiran merupakan

metode mencatat yang efektif dibandingkan dengan mencatat biasa

yang berbentuk tulisan panjang. Agar terlihat perbedaan antara catatan

biasa dengan catatan menggunakan mind map, maka Sugiarto

(2004:76) menjelaskan perbedaan antara catatan biasa dengan catatan

menggunakan mind map seperti terlihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Perbedaan Antara Catatan Biasa Dengan Mind Map

Catatan Biasa Mind Map


a. Hanya berupa tulisan-tulisan a. Berupa tulisan, simbol, dan gambar
saja
b. Hanya dalam satu warna b. Berwarna-warni
c. Untuk mereview ulang c. Untuk mereview ulang diperlukan
memerlukan waktu yang lama waktu yang pendek
d. Waktu yang diperlukan untuk d. Waktu yang diperlukan untuk belajar
belajar lebih lama lebih cepat dan efektif
e. Statis e. Membuat individu menjadi lebih
kreatif.
Sumber : Sugiarto (2004:76)

Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa peta pikiran (mind map)

adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar

visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja

otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya

pemanfaatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang


23

untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara

tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,

bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi

yang diterima.

Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari.

Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang

terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang

diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar

akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses

belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi

belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind map.

c. Prinsip Dasar Mind Map

Prinsip dasar mind map menurut Gardner dalam Manurung

(2006: 49 ): “mind map merupakan sebuah metode yang

menggabungkan kerja otak kanan dengan kerja otak kiri yang masing-

masing memiliki kelebihan dan memiliki tingkat kecerdasan yang

berbeda-beda untuk tiap bagian dari otak”. Menurut Gardner, pakar

psikologi dari Universitas Harvard membuat kesimpulan tentang

kecerdasan otak sebagai berikut.

1) Kecerdasaan Lingustik yaitu kemampuan dalam hal membaca,

menulis, dan berkomunikasi dengan kata-kata.

2) Kecerdasan logika dan matematika yaitu kemampuan kita untuk

menalar dan menghitung.


24

3) Kecerdasan musikal, jenis ini berkembang baik dikalangan

composer, konduktor dan musisi terkenal.

4) Kecerdasan spasial dan visual, jenis kemampuan ini berkembang

baik di kalangan arsitek, pemahat, pelukis, navigator dan pilot. Dua

kecerdasan ini menjadi perdebatan karena ada yang memisahkan

antara kecerdasan spasial dan visual.

5) Kecerdasan kinestetik atau kecerdasan fisik, jenis kemampuan ini

berkembang dengan baik dikalangan atlet, penari, pesenam dan

ahli bedah.

6) Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain. Jenis kemampuan ini lazim dimiliki oleh

penjual, motivator dan negoisator,

7) Kecerdasan intrapersonal atau kecerdasan introspektif, kemampuan

untuk memiliki kemampuan mengetahui jati diri.

Kedua sisi otak kita mempunyai bagian-bagian yang berbeda

dalam menyimpan informasi. Keduanya bekerja berdasarkan ke lima

indera kita dan memiliki fungsi yang berbeda-beda pula. Mengenali

kemampuan dalam proses informasi yang dilakukan oleh otak kanan

dan otak kiri memiliki peranan yang sangat penting dalam memahami

teknik mind map.

Pemahaman ini didasarkan bahwa teknik mind map memiliki

kemampuan untuk menggabungkan kinerja otak kanan dan otak kiri


25

dalam memproses informasi. Dengan teknik mind map sebagai sarana

untuk belajar dapat menyeimbangkan kapasitas penggunaan otak

kanan dan otak kiri serta sekaligus mengasah kreativitas sebagai

upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa.

d. Langkah-langkah Membuat Mind Map

Menurut Buzan (2009: 14) sarana dan prasarana untuk membuat

mind map adalah kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna,

otak, imajinasi. Berikut Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah

membuat peta pikiran yang menurut Buzan (2009: 15):

1) Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan mendatar, untuk memberi kebebasan kepada otak agara

menyebar kesegala arah dan dapat mengungkapkan dirinya dengan

lebih bebas dan alami.

2) Mengunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Karena sebuah

gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan

imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat

kita akan tetap terfokus, membantu berkonsentrasi dan

mengaktifkan otak.

3) Menggunakan warna. Karena bagi otak warna sama menariknya

dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, menambah

energi kepada pemikiran kreatif dan menyenangkan.

4) Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan

hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan


26

dua dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut assosiasi dengan

mengaitkan dua Buzan (atau tiga atau empat) hal sekaligus

saehingga akan lebih mudah mengerti dan mengingat.

5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.

Karena garis lurus akan membosankan otak.

6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci

tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibelitas kepada mind

map

7) Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap

gambar bermakna seribu kata.

Selanjutnya, De Porter (2010:227) menambahkah kiat-kiat jitu

dalam membuat peta pikiran : (a) gunakan warna berbeda untuk setiap

topik utama atau gunakan warna berselang seling, (b) Tunjukkan

asosiasi dengan menggambarkan panah antara cabang-cabang (c)

Kembangkan steno sendiri dengan menggunakan gambar, simbol dan

singkatan, (d) Atur informasi dalam urutan kronologis dengan

menomori cabang-cabang, (k) kreatiflah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini dilaksanakan

pembelajaran menggunakan mind map karena memberi kesempatan

kepada siswa untuk berinovasi dan dapat digunakan siswa untuk

mengidentifikasi fakta, konsep, prinsip dan prosedur dalam fisika

sehingga diharapkan kompetensi pembelajaran siswa lebih baik.

Buzan (2009: 40) menyatakan bahwa “peta pikiran memungkinkan


27

kita melihat gambaran keseluruhan pada setiap waktu, dan

memungkinkan kita melihat hubungan–hubungan atau keterkaiatan-

keterkaiatan yang ada”. Sehingga daya ingat siswa mengenai konsep

pelajaran khususnya fisika menjadi kuat.

e. Manfaat Mind Map

Menurut Buzan (2009: 6) mind map dapat membantu kita dalam

banyak hal, antara lain : merencanakan, berkomunikasi, menjadi

kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan

perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat

dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, melihat gambar

keseluruhan.

Manfaat mind map juga dijelaskan oleh De Potter ( 2003: 173)

yaitu fleksibel, memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman,

menyenangkan. Selanjutnya De Potter ( 2010: 227) menyatakan

bahwa peta pikiran (mind map) bermanfaat bagi siswa untuk

meningkatkan pemahaman dan ingatan, dan mereka dapat

menggunakan peta pikiran kelak dalam belajar menghadapi ujian

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

menggunakan mind map tidak bersifat kaku atau dibatasi. Mind map

yang dibuat siswa akan berbeda bergantung dari kemampuan dan

kreativitas yang membuatnya sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap materi

pelajaran.
28

4. Kompetensi Pembelajaran

Menurut Kay dalam Mulyasa (2007:96) mengemukakan bahwa

“competency based education, an approach to instruction that aim to

teach each student the basic knowledge, Skill, attitudes, and values

essential to competence”, artinya pendidikan berbasis kompetensi adalah

adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengajarkan peserta didik

pengetahuan dasar, keterampilan, sikap dan nilai-nilai penting untuk

menjadi peserta didik yang kompeten.

Sejalan dengan itu Permen No. 41 (2007) menyatakan bahwa

kompetensi adalah keseluruhan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur. Mulyasa (2007:96) menyatakan

bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada

perbuatan yang bisa diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek-

aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta tahap-tahap

pelaksanaannya secara utuh.

KTSP sebagai tindak lanjut pembaruan kurikulum berbasis

kompetensi merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan

untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, afektif dan

psikomotor). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah

menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sebagaimana

dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19.

Tahun 2005 tentang SNP bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


29

adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan

dan keterampilan.

Berdasarkan penjelasan diatas bisa dinyatakan bahwa kurikulum

KTSP yang diterapkan dapat dikatakan sebagai suatu konsep kurikulum

yang menekankan pada pengembangan kompetensi (kognitif, afektif dan

psikomotor) peserta didik dengan performa tertentu sehingga hasilnya

langsung dirasakan oleh peserta didik. Dalam hal ini penilaian hasil belajar

harus mengembangkan semua aspek domain pembelajaran (kognitif,

afektif, psikomotor) secara menyeluruh.

a. Ranah Kognitif

Bloom (1956 dalam Arikunto, 2009:117) mengklasifikasikan ranah

kognitif menjadi enam level yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi. Pophan (2005:30) kemudian membagi ranah

kognitif menjadi dua kategori, (a) Taraf yang paling rendah, yaitu

pengetahuan dan (b) taraf yang lebih tinggi, yang meliputi pemahaman

sampai evaluasi. Hamzah (2011:35) berpendapat bahwa kawasan kognitif

membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental

yang berawal dari tingkat pengetahuan paling rendah sampai dengan

tingkat yang paling tinggi.

Instrumen yang digunakan untuk menilai kemampuan kognitif

yang dimiliki oleh siswa adalah tes. Ada dua jenis tes yang digunakan

untuk mengukur aspek kognitif siswa yaitu tes objektif dan tes essay.
30

Deskripsi ranah kognitif dan tujuan umum pengajaran dapat dilihat pada

Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Ranah Pembelajaran Kognitif menurut Benyamin S. Bloom

Ranah Kognitif
Kategori dari taxonomi Tujuan umum pengajaran
1. Pengetahuan : Mengingat a. Mengetahui istilah-istilah
materi yang telah dipelajari b. mengetahui fakta tertentu
dari fakta-fakta hingga teori c. mengetahui konsep dasar
abstrak. Merupakan tingkat d. mengetahui prinsip-prinsip.
terendah dari hasil belajar
2. Pengertian : kemampuan a. Mengerti fakta dan prinsip
menangkap arti materi dengan b. Menginterpretasi bahan verbal
menerjemahkan, c. Menginterpretasi diagram dan grafik
menginterpretasi bahan, d. Menerjemahkan materi verbal ke dalam
meramalkan. rumus matematika.
e. Mengestimasi penggunaan data.
f. Mempertimbangkan metode dan
prosedur.
3. Aplikasi : penggunaan a. Menggunakan prinsip dan konsep
kemampuan dalam b. menggunakan hukum dan teori dalam
menggunakan bahan yang praktek
telah dipelajari ke dalam c. memecahkan soal matematis
situasi baru dan konkrit. d. membuat diagram dan grafik
e. menggunakan metode dan prosedur
secara benar.
4. Analisa : kemampuan a. Mengenai asumsi yang tak dinyatakan
memecahkan bahan ke dalam b. Mengenal kesalahan berpikir logis
komponen bagian-bagiannya, c. Membedakan fakta dan petunjuk,
sehingga struktur mengevaluasi relevansi data.
organisasinya nampak d. Menganalisa struktur organisasi dari
hubungan antar bagian, suatu pekerjaan seni, musik dan tulisan.
menganalisa hubungan dan
prinsip organisasinya.
5. Sintesa : kemampuan a. Menulis suatu tema terorganisasi.
meletakkan bagian-bagian b. Berbicara dengan bahasa baik, menulis
untuk satu keseluruhan. cerita pendek, merencanakan
Menggunakan tingkatan eksperimen integrasi pengalaman ke
kreatif dengan tekanan pada arah probleng solving.
formulasi struktur baru. c. Memformulasi suatu skema baru untuk
mengklasifikasikan obyek.
6. Evaluasi kemampuan a. Mempertimbangkan konsistensi logis
mempertimbangkan nilai dari dari materi tertulis.
materi untuk suatu tujuan b. Mempertimbangkan kesesuaian dengan
31

Ranah Kognitif
Kategori dari taxonomi Tujuan umum pengajaran
tertentu. Pertimbangan ini konklusi yang ditunjang dengan data.
didasarkan kriteria yang jelas. c. Mempertimbangkan nilai suatu
Merupakan hasil belajar pekerjaan dengan menggunakan
tertinggi. kriteria internal.
d. Mempertimbangkan nilai suatu
pekerjaan dengan menggunakan
standar kebenaran eksternal.
Sumber: Slameto (1988)

Dari Tabel 5 terlihat bahwa ranah kognitif adalah ranah yang

mencakup kegiatan mental (otak) berupa kemampuan pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan kreasi. Hasil belajar ranah

kognitif diperoleh dari hasil tes untuk mengukur tingkat pencapaian

setelah suatu materi pembelajaran diberikan kepada siswa.

Materi pelajaran fisika yang digunakan pada penelitian ini adalah

Fluida dimana kompetensi dasar dari materi fluida adalah Menganalisis

hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kompetensi dasar

di atas maka domain kognitif pada penelitian ini sampai pada tingkat

analisis.

Indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar ranah kognitif

siswa adalah apabila secara individual penguasaan materi pelajaran lebih

tinggi atau sama dengan KKM yang ditetapkan yaitu 72 dan 75%

secara klasikal.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif (affective-domain) berhubungan dengan sikap, minat

konsep diri, nilai dan moral. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes
32

tetapi dapat diperoleh melalui angket, inventori atau pengamatan yang

sistematik serta berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti

suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran

dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus (Depdiknas, 2008:7).

Tingkatan domain efektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima,

yaitu : receiving (attending), responding, valuing, organization dan

characterization (Depdiknas 2008:2). Secara lengkap kategori ranah

afektif dan tujuan umum pengajaran terangkum dalam dalam Tabel 6

berikut ini.

Tabel 6. Ranah Pembelajaran Afektif (di adaptasi dari Krathwoll, at al)

Ranah Afektif
Kategori dari Taxonomi Tujuan Umum Pengajaran
1. Menerima a. Mendengarkan penuh perhatian.
b. Menunjukkan kesadaran belajar.
c. Mengikuti sungguh-sungguh aktifitas
sekolah.
2. Menjawab a. Berpartisipasi dalam diskusi
b. Menyelesaikan kerja lab
c. Melaporkan tugas tertentu.
d. Menunjukkan interest dalam pelajaran,
suka menolong orang lain.
3. Menilai a. Apresiasi peranan science dalam hidup
kita.
b. Menunjukkan sikap mampu
memecahkan soal.
4. Organisasi a. Mengenal keseimbangan antara
kemerdekaan diri dan tanggung jawab.
b. Mempertanggungjawabkan tingkah
lakunya.
c. Menyadari kekuatan dan
kelemahannya.
5. Karakterisasi dari nilai a. Menunjukkan kepercayaan diri
b. Mempraktekkan kerja sama
c. Menunjukkan disiplin diri
Sumber: Slameto (1988)
33

Depdiknas (2008:9) menyatakan penilaian ranah afektif siswa

dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian afektif sebagai

berikut.
1) Instrumen sikap
Sikap merupakan kecendrungan merespon secara konsisten baika

menyukai ataupun tidak menyukai suatu objek.


2) Instrumen minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat

siswa terhadap sutu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk

meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut.


3) Instrumen konsep diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan diri sendiri.


4) Instrumen nilai
Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensis

siswa.
5) Instrumen moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral siswa.
Depdiknas telah menyusun rambu-rambu penilaian ranah afektif yang

digunakan sebagia acuan bagi guru dalam melaksanakan penilaian.

Berdasarkan juknis penyusunan perangkat penilaian afektif, rambu-rambu

penilaian ranah afektif dapat diuraikan berikut ini.


a) Rambu-rambu penilaian akhlak mulia
Pengamatan yang dilakukan guru untuk menilai perilaku siswa yang

menyangkut pengamalan agamanya seperti kedisiplinan, kebersihan,

tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran dan

pelaksanaan ibadah ritual. Secara lengkap penilaian akhlak mulia dapat

dilihat pada tabel 7 berikut ini.


Tabel 7. Rambu-Rambu Penilaian Akhlak Mulia

No Dimensi Indikator
1 Disiplin Datang dan pulang tepat waktu, mengikuti kegiatan
34

No Dimensi Indikator
dengan tertip
2 Bersih Membuang sampah pada tempatnya, mencuci
tangan sebelum makan, membersihkan tempat
kegiatan, merawat kebersihan diri
3 Tanggung jawab Menyelesaikan tugas pada waktunya, berani
menanggung resiko
4 Sopan santun Berbicara dengan sopan, bersikap hormat pada
orang lain, berpakaian sopan, berposisi duduk
denga sopan
5 Hubungan social Menjalin hubungan baik dengan guru, menjalin
hubungan baik dengan sesama teman, menolong
teman, Mau bekerjasama dalam kegiatan yang
positif
6. Jujur Menyampaikan pesan apa adanya, mengatakan apa
adanya, tidak berlaku curang
7 Pelaksanaan ibadah Melaksanakan sembahyang, menunaikan ibadah
ritual puasa, berdoa
Sumber: Direktorat pembinaan SMA (2010 :11)
b) Aspek kepribadian peserta didik
Penilaian kepribadian dilakukan melalui pengamatan terhadap

perubahan perilaku dan sikap siswa. Contoh pengamatan aspek

kepribadian dan indikatornya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.


Tabel 8. Penilaian Terhadap Aspek Kepribadian Peserta Didik

No Dimensi Indikator
1 Bertanggung jawab Tidak menghindari kewajiban, melaksanakan
tugas sesuai dengan kemampuan, menaati tata
tertib sekolah, memelihara fasilitas sekolah.
2 Percaya diri Tidak mudah menyerah, berani menyatakan
pendapat, berani bertanya, mengutamakan usaha
sendiri daripada bantuan
3 Saling menghargai Menerima pendapat yang berbeda, memaklumi
kekurangan orang lain, mengakui kelebihan
orang lain, dapat bekerjasama
4 Bersikap santun Menerima nasehat guru, menghindari
permusuhan dengan teman, menjaga perasaan
orang lain
5 Kompetitif Berani bersaing, menunjukkan semangat
berpartisipasi, berusaha ingin lebih maju,
memiliki keinginan untuk tahu
Sumber: Direktorat pembinaan SMA (2010 :12)
c) Pedoman observasi aktifitas belajar peserta didik
Aktifitas belajar siswa diamati guru selama proses pembelajaran

berlangsung. Penilaian yang dilakukan untuk mengamati aktivitas


35

siswa menggunakan lembar observasi penilaian. Contoh pengamatan

aktifitas belajar siswa dan indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut

ini.
Tabel 9. Pedoman Observasi Aktifitas Belajar Peserta Didik

No Aktifitas Indikator
1. Antusias Peserta Peserta didik memperhatikan penjelasan guru,
didik dalam peserta didik tidak mengerjakan pekerjaan yang
mengikuti lain
pembelajaran
2. Interaksi siswa Peserta didik bertanya kepada guru, peserta
dengan guru didik menjawab pertanyaan, peserta didik
memanfaatkan guru sebagai narasumber, peserta
didik memanfaatkan guru sebagai fasilitator
3. Interaksi antar Peserta didik bertanya kepada teman satu
peserta didik kelompok, peserta didik menjawab pertanyaan
teman dalam satu kelompok, peserta didik
bertanya kepada teman dalam kelompok lain,
peserta didik menjawab pertanyaan teman dalam
kelompok lain
4. Kerjasama Peserta didik membantu teman dalam kelompok
kelompok yang mempunyai masalah, peserta didik
meminta bantuan kepada teman, jika mengalami
masalah, peserta didik mencocokkan jawaban
/konsepsinya dalam satu kelompok, adanya
pembagian tugas dalam kelompok
5 Aktivitas peserta Peserta didik mengemukakan pendapatnya,
didik dalam peserta didik menanggapi pertanyaan /pendapat
kelompok teman sejawat, peserta didik mengerjakan tugas
kelompok, peserta didik menjelaskan
pendapat/pekerjaannya
6. Partisipasi Peserta didik mengacungkan tangan untuk ikut
peserta didik menyimpulkan, peserta didik merespon
dalam pernyataan atau simpulan teman, peserta didik
menyimpulkan menyempurnakan simpulan yang dikemukakan
hasil oleh temannya, peserta didik menghargai
pembahasannya pendapat teman
Sumber: Direktorat pembinaan SMA (2010 :58)
Di dalam Juknis penyusunan perangkat penilaian afektif dinyatakan bahwa

aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran Matematika, Fisika,


36

Kimia dan Biologi meliputi ketelitian, ketekunan dan kemampuan

memecahkan masalah secara logis dan sistematis.


Berdasarkan penjelasan di atas penelitian ini dibatasi pada sepuluh

indikator dengan memasukkan indikator merayakan keberhasilan

pembelajaran hal ini berdasarkan pendapat DePorter (2010 :128) yang

menyatakan bahwa perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi positif.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka penelitian ini dibatasi pada

indikator, (a) Rasa ingin tahu terhadap materi yang akan dipelajari, (b)

Mendengarkan penjelasan guru, (c) Teliti dalam mengambil data, (d)

Disiplin dalam melakukan kegiatan, (e) Bertanggung jawab dalam

mengerjakan tugas, (f) Kerjasama kelompok, (g) Bertanya dalam diskusi,

(h) Menanggapi hasil diskusi, (i) Menyimpulkan, (j) Merayakan hasil

pembelajaran

c. Ranah Psikomotor

Bloom berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan

hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang

melibatkan otot dan kekuatan fisik Depdiknas (2008:2). Dave dalam

Depdiknas (2008:3) mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat

dibedakan menjadi lima yang tersusun hierarkis dari yang paling

sederhana (meniru) sampai dengan yang paling komplek (naturalisasi).

1) Meniru (Immitation)

Yaitu kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama

persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.


37

2) Manipulasi

Yaitu kemempuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah

dilihat tetapi berdasarkan kepada pedoman atau petunjuk saja.

3) Ketepatan gerakan (Presisi)

Yaitu kemampuan melakukan kegiatan kegiatan akurat sehingga

mampu menghasilkan produk kerja yang akurat

4) Artikulasi

Yaitu kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat

sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.

5) Naturalisasi

Yaitu kemampuan melakukan kegiatan secara refleks, yakni kegiatan

yang melibatkan fisik saja sehingga efektifitas kerja tinggi.

Smentara itu Krathwoll dalam Slameto 1988: membagi ranah

psikomotor kedalam lima kategori yaitu persepsi, kesiapan, respon

terpimpin, mekanisme dan respon yang komplek. Ranah pembelajaran

psikomotor berdasarkan tujuan umum pengajaran dapat dilihat pada Tabel.

10 berikut ini.

Tabel 10. Ranah Pembelajaran Psikomotor (di adaptasi dari Krathwoll, at al)

Ranah Psikomotor
Kategori dari Taxonomi Tujuan Umum Pengajaran
1. Persepsi : menunjuk kepada Stimulasi sensoris, mendengar
proses kesadaran akan adanya isyarat, melihat bentuk, angka.
perubahan setelah keaktifan : Menyentuh bentuk sesuatu.
melihat, mendengar, Merasakan : pahit, manis,
menyentuh, merasakan, membaui dan memegang sesuatu.
membaui, serta gerak dari urat Diskriminasi dari tanda-tanda :
syaraf kita. mengikuti perubahan, menjawab
dengan gerak, memisahkan
38

Ranah Psikomotor
Kategori dari Taxonomi Tujuan Umum Pengajaran
konsep.
2. Kesiapan : menunjuk langkah Kesiapan mental : memilih dan
lanjuta setelah adanya persepsi membuat sintesa. Kesiapan fisik:
kemampuan dalam dalam menyesuaikan kemampuan
membedakan, memilih, neuromuscular. Kesiapan
menggunakan neoromuscular emosional dalam merespons
yang tepat dalam membuat menurut sikap yang tepat.
response.
3. Respons terpimpin : dengan Imitasi : mempertunjukkan
persepsi dan kesiapan di atas, sesuatu, trial and error
mengembangkan kemampuan memecahkan problem. Mengikuti :
dalam aktifitas mencatat dan petunjuk samapai denga yang
membuat laporan. belum dikenal. Mengadakan
eksperimentasi : membuat
singkatan, menggambar, menyusun
dan sebagainya.
4. Mekanisme : penggunaan Memilih : bahan, alat,
sejumlah skill dalam aktifitas perlengkapan, merencanakan :
yang kompleks, meliputi 1, 2 aktifitas dan waktu. Melatih : skill
dan 3 di atas. menyusun dan merangkaikan.
Melakukan : tugas dengan baik,
bertanggung jawab dan cepat
memperkirakan hasil.
5. Respons yang kompleks Adapsi : terhadap sumber
menggunakan sikap dan perencanaan dan prosedur yang
pengalaman 1, 2, 3, dan 4 di tepat. Penggunaan skill dan
atas, penggunaan perencanaan memilih profesi. Melaporkan dan
tes, pengembangan model. menjelaskan.
Sumber: Slameto (1988)

Leighbody (1968) dalam pengembangan perangkat penilaian

psikomotor (Depdiknas 2008 : 4) berpendapat bahwa penilaian hasil

belajar psikomotor mencakup: (a) Kemampuan menggunakan alat dan

sikap kerja, (b) Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun

urutan-urutan pekerjaan, (c) Kecepatan mengerjakan tugas, (d)

kemampuan membaca gambar atau simbol (e) keserasian bentuk dengan

yang diharapkan atau ukuran yang telah ditentukan.


39

Penilaian psikomotor menurut Anwar ( 2009:89)terdiri dari beberapa

ragam yaitu penilaian kinerja, penilaian otentik, penilaian proyek dan

penilaian diri. Dalam penelitian ini peneliti membatasi penilaian

psikomotor yang digunakan pada penilaian kinerja dan penialaian produk.

B. Penelitian Yang Relevan

Sejumlah penelitian tentang quantum teaching dan teknik mind map telah

dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hasil penelitiannya menyatakan

terjadi peningkatan prestasi belajar fisika siswa. Mitrawati (2011) melakukan

penelitian tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika melalui model

pembelajaran Quantum Teaching berbasis iklas. Hasil penelitiannya

menyatakan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa.

Selanjutnya Efayanti (2012) melakukan penelitian tentang Meningkatkan

kompetensi siswa dalam pembelajaran fisika dengan melakukan mind

mapping menggunakan model pembelajaran langsung di kelas X SMAN 3

Bukittinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi siswa mengalami

peningkatan yaitu aspek kognitif meningkat dari nilai rata-rata 73.04 menjadi

80.21, aspek afektif dari kategori cukup ( 45.07% ) pada siklus I menjadi

kategori baik ( 71.42% ) pada siklus II. Aspek kinerja dan produk juga

meningkat belum mencapai ketuntasan ( 69.82% ) menjadi tuntas ( 77.85%)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran fisika dengan menerapkan model quantum teaching

disertai teknik mind map merupakan suatu cara untuk mengatasi


40

permasalahan yang dijumpai oleh peneliti didalam kelas agar dapat

membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi belajar fisika siswa.

Peneliti mengilustrasikan kerangka berfikir melalui Gambar 1 berikut ini.

Proses Pembelajaran Fisika Kompetensi


(PBM) secara teacher center siswa rendah

Pembelajaran Fisika

Model pembelajaran Quantum Teaching disertai


Teknik Mind Map

Kompetensi Meningkat

Kognitif Afektif Psikomotor

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Tindakan
41

Berdasarkan permasalahan dan kalian teori yang telah diuraikan, maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

1. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching disertai teknik Mind

Map dapat meningkatkan kompetensi afektif siswa kelas XI IPA 3 SMA

Negeri 1 Baso

2. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching disertai teknik Mind

Map dapat meningkatkan kompetensi psikomotor siswa kelas XI IPA 3

SMA Negeri 1 Baso

3. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching disertai teknik Mind

Map dapat meningkatkan kompetensi kognitif siswa kelas XI IPA 3 SMA

Negeri 1 Baso

Anda mungkin juga menyukai