PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk
mempertahankan sirkulasi normal darah dalam memberi suplai oksigen ke otak dan organ
vital lainnya, yang ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi akibat kegagalan jantung
untuk berkontraksi secara efektif (Jameson et al, 2005; Neumar, et al, 2010). Cardiac
arrest merupakan salah satu kegawatdaruratan yang paling mengancam nyawa jika tidak
ditangani dengan baik dan cepat.
OHCA (Out of Hospital Cardiac Arrest) merupakan kejadian henti jantung mekanis
yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi dan terjadi diluar rumah sakit.
OHCA merupakan penyebab utama kematian dikalangan orang dewasa di Amerika
serikat. Sekitar 300.000 kejadian OHCA terjadi setiap tahun di Amerika Serikat dan
sekitar 92% orang meninggal karena OHCA (Bryant et al, 2011). Di Indonesia sendiri
belum ada angka statististik yang pasti mengenai kejadian cardiac arrest diluar rumah
sakit. OHCA membutuhkan bantuan yang cepat dan tepat dalam menanganinya agar tidak
terjadi kematian. Sebagian besar pasien yang mengalami cardiac arrest di luar rumah sakit
(OHCA), tidak mendapatkan pertolongan CPR atau intervensi lain yang tepat seperti
defibrilasi, untuk meningkatkan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, selain petugas
kesehatan, orang awam sekitar kita juga perlu mendapatkan pelatihan untuk dapat
menangani henti jantung di luar rumah sakit. Kejadian cardiac arrest diluar rumah sakit
harus cepat ditangani dan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dari pasien berfokus
pada pemberian penanganan oleh penolong dan personel EMS secara tepat dan efektif
(Bryan et al, 2011).
Resusitasi Jantung Paru (RJP) pertama kali digunakan di tahun 1960. Selama
kurunwaktu 40 tahun sejak diperkenalkannya RJP modern, telah banyak
perubahandan perkembangan. RJP dilakukan dengan memberikan bantuan ventilasi, komp
resi dada, danmengembalikan sirkulasi ke dalam kondisi normal. Hanya 10 % dari pasien
yang dapat bertahanhidup setelah mendapatkan resusitasi. Keberhasilan RJP dipengaruhi
barbagai faktor. Tujuan dari evidence base ini adalah untuk mengetahui tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan resusitasi jantung paru (RJP). Jenis dan
rancangan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.
(Ema Selviati Ariani, 2014).
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur darurat yang digunakan
untuk menjaga oksigenasi darah dan perfusi jaringan yang bertujuan untuk memperbaiki
fungsi jantung, pada pasien yang mengalami henti jantung (cardiac arrest) (Smith dan
Grose, 2011).
Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat penting dikuasai oleh mahasiswa
kesehatan karena merupakan rangkaian dari rantai penyelamatan hidup yang dapat
meningkatkan kesempatan hidup pasien yang mengalami cardiac arrest. Resusitasi yang
berkualitas dapat mengoptimalkan return of spontaneus circulation tetapi banyak
mahasiswa kedokteran tidak percaya diri dalam melakukan prosedur ini (Lee, 2012).
Prosedur ini juga menuntut perawat untuk mampu berespon secara cepat dan
efisien dalam menghadapi pasien dengan cardiac arest, tetapi beradasarkan hasil
penelitian performa perawat dalam melakukan CPR masih buruk. Husebo (2012).
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui bagaimana cara memberikanpertolongan pertama kepada korban
yangmembutuhkan cpr
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA