Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA


LANSIA DI DUSUN TANJUNG SARI DESA TANJUNG
KENONGO KECAMATAN PACET
KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh : Eva Vianti Mala


S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang,
2018

ABSTRAK
Lansia akan mengalami berbagai perubahan diantaranya adalah perubahan psikologis
salah satunya adalah depresi. Depresi pada lansia akan menimbulkan dampak yang cenderung
menyebabkan berbagai masalah salah satunya adalah terjadinya insomnia sehingga
berdampak buruk pada kesehatan lansia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan
tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lansia di Dusun Tanjung Sari Desa Tanjung
Kenongo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
Desain penelitian adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasinya seluruh lansia sebanyak 50 orang di dapatkan 46 orang sebagai sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Variabel independen tingkat depresi dan variabel
dependen kejadian insomnia pada lansia. Pengumpulan data menggunakan dua kuesioner
yaitu kuesioner GDS untuk depresi dan kuesioner KSPBJ-IRS untuk insomnia. Selanjutnya
dilakukan pengolahan dan analisis data menggunakan spearman’s rho, hasil penelitian
menunjukkan nilai ρ (0,012) < α (0,05) artinya Ho ditolak jadi ada Hubungan Tingkat
Depresi dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di Dusun Tanjung Sari Desa Tanjung
Kenongo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
Nilai r = 0,408 artinya korelasi sedang yaitu semakin tinggi tingkat depresi maka akan
terjadi insomnia pada lansia serta depresi termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi
terjadinya insomnia.
Hal ini terjadi karena disebabkan kehilangan perhatian dan perubahan yang terjadi
pada lansia. Pemahaman tentang perubaha yang terjadi serta permasalaha yang akan terjadi
pada kehidupan lansia supaya lebih ditingkatkan sehingga lansia mampu beradaptasi dan
terhindar dari gejala depresi.

Kata kunci : Depresi, Insomnia,


HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA
LANSIA DI DUSUN TANJUNG SARI DESA TANJUNG
KENONGO KECAMATAN PACET
KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh : Eva Vianti Mala


S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang,
2018
ABSTRACT
Elderly will experience a variety of changes including the psychological change, one of
which is occurrence of depression. Depression in the elderly will give rise to variety of
problems one of which is the occurrence of insomnia, which adversely affects on the health
of the elderly. Thepurpose of this research to analyze the correlation Relationship level
Depression with Incidence Insomnia Elderly In Tanjung Sari Sub Village Tanjung Kenongo
Village Subdistrict pacet District of Mojokerto. Design of this research is analytical
correlation with cross sectional.Population is all elderly as many as 50 people and 46 people
as sample which is obtained by usingpurposive sampling. Independent variable is the level of
depression and dependent variable incidence insomnia in the elderly. Data collecteed using
the two questionnaire GDS questionnaire for depression and questionnaires KSPBJ-IRS for
insomnia.Then data were processed and analyzed by using Spearman's rho. Results show
values of ρ (0,012) < α (0,05), which means H0 was rejected so there is a Relationship Level
Depression with Incidence Insomnia Elderly In Tanjung Sari Sub Village Tanjung Kenongo
Village Subdistrict Pacet District Mojokerto.The r value = 0,408 wich means medium
correlation so the higher level depression it will occur insomnia elderly as well the depression
including psychological factors that influence the occurrence of insomnia. This occurs
because due to losing attention and the changes that happened as well problems that will
happen on the life elderly so that further improved elderly capable adaptationand avoid
symptoms.

Keywords : Depression , Insomnia , Elderly

PENDAHULUAN
Lansia akan mengalami sejumlah non-fisik, yang ditandai dengan
penurunan kondisi fisik, psikologis, munculnya masalah sosial maupun
maupun sosial yang saling berinteraksi masalah psikologis (Padmiati, 2011).
satu sama lain akibat pertambahan umur. Masalah psikologis yang terjadi
Kemunduran atau menurunnya fungsi diantaranya depresi pada lansia (Azizah
fisik, psikologis dan sosial pada umumnya 2011).
ditandai dengan menurunnya beberapa
Depresi merupakan gangguan alam
fungsi organ tubuh, seiring menurunnya
perasaan (mood), yang ditandai dengan
fungsi organ fisik juga berpengaruh
kemurungan, kelesuan, ketidak gairahan
terhadap adanya penurunan fungsi organ
hidup, perasaan tidak berguna, dan putus fisik, hubungan sosial yang kurang baik,
asa (Azizah, 2011). Menurut data WHO kurangnya dukungan dari orang terdakat,
2012, lansia yang mengalami depresi kehilangan, perubahan status ekonomi,
sekitar 20%, tahun 2013 yang mengalami kurang berfungsi system pendukung
depresi 19%, dan pada tahun 2014 sekitar keluarga dan lingkungan dapat
32%. Penelitian di Amerika prevalensi menimbulkan depresi pada lansia
depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 (Santoso& Ismail, 2009). Depresi pada
%. Dari laporan negara-negara di dunia, lansia mempunyai dampak yang cenderung
prevalensi rata rata depresi pada usia menyebabkan berbagai masalah seperti
lanjut adalah 13,5%, dengan sistem kekebalan menurun, nafsu makan
perbandingan wanita 14,1% dan pria menurun dan insomnia (Carol, 1996
8,6%. Studi di Amerika juga dalamAzizah, 2011). Tidur adalah suatu
menyatakan bahwa gejala-gejala penting proses yang sangat penting bagi manusia,
dari depresi menyerang kira-kira hampir karena dalam tidur terjadi proses
10 sampai 15 % dari semua orang yang pemulihan, proses ini bermanfaat
berusia lebih dari 65 tahun yang tidak mengembalikan kondisi seseorang pada
diinstitusionalisasi, sedangkan angka keadaan semula, dengan begitu, tubuh
depresi meningkat secara drastis diantara yang tadinya mengalami kelelahan akan
lansia yang berada di institusi, dengan menjadi segar kembali.
sekitar 50% sampai 75% lansia yang Ancoli-Israel dalam sebuah survei
menghuni perawatan jangka panjang di Amerika Serikat yang dikutip oleh Maas
memiliki gejala depresi ringan sampai (2011) yang dilakukan pada 428 lansia
sedang (Stanley, 2007). yang tinggal dalam masyarakat, sebanyak
Setyohadi dalam Mentari Marwa 19% subjek mengaku bahwa mereka
tahun 2016 menyatakan bahwa data sangat mengalami kesulitan tidur, 21%
prevalensi depresi pada usia lanjut di merasa mereka tidur terlalu sedikit, 24%
Indonesia adalah sebanyak 76,3%. melaporkan kesulitan tertidur sedikitnya
Proporsi pasien geriatrik dengan depresi sekali seminggu, dan 39% melaporkan
ringan dalah 44,1% sedangkan dengan mengalami mengantuk yang berlebihan di
depresi sedang sebanyak 18%, depresi siang hari Insomnia merupakan gangguan
berat sebanyak 10,8% dan depresi sangat tidur yang paling sering ditemukan. Setiap
berat sebanyak 3,2%. tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang
Depresi yang dialami oleh lansia dewasa melaporkan adanya gangguan tidur
dapat disebabkan oleh kondisi gangguan dan sekitar 17% mengalami gangguan
tidur yang serius. Prevalensi gangguan pasangan mereka atau juga tidak
tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar diperhatikan oleh anak secara penuh
67% (Fitri, 2009). meskipun begitu mereka merasa senang
Sulistiyana dalam Mentari Marwa dan gembira dengan keadaan sekarang
tahun 2016 menunjukkan bahwa pada 40% meskipun terkadang mereka mengalami
penderita lanjut usia yang depresi kesulitan untuk tidur.
mengalami ganguan tidur. Keluhan tidur Insomnia adalah ketidak mampuan
dapat pula memprediksi akan terjadinya memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
depresi pada lansia. Setiap tahun kualitas maupun kuantitas (Tarwoto,
diperkirakan sekitar 20-50% orang dewasa 2006). Gejala-gejala insomnia secara
melaporkan adanya gangguan tidur dan umum adalah seseorang sulit untuk
sekitar 17% mengalami gangguan tidur memulai tidur, sering terbangun pada
yang serius. malam hari ataupun di tengah-tengah saat
Hasil studi pendahuluan yang tidur. Orang yang menderita insomnia juga
dilakukan di Dusun Tanjung Sari Desa bisa terbangun lebih dini dan kemudian
Tanjung Kenongo Kecamatan Pacet sulit untuk tidur kembali (Perry Potter,
Kabupaten Mojokerto diperoleh data 2005). Rafknowledge (2004) menyatakan
jumlah lansia sebanyak 50 orang, bahwa depresi merupakan salah satu
berdasarkan hasil wawancara pada tanggal faktor psikologis penyebab kecendrungan
28 Agustus 2017 terhadap 10 lansia di munculnya insomnia. Hal ini disebabkan
peroleh data 7 lansia (70%) mengatakan oleh ketegangan pikiran seseorang
bahwa mereka senang menyendiri, lebih terhadap sesuatu yang kemudian
suka diam dirumah, tidak ada semangat, mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP)
tidak berdaya dan merasa sedih karena sehingga kondisi fisik senantiasa siaga.
keluarga jarang memperhatikan mereka Dampak dari insomnia menurut Elina
karena kesibukan masing-masing anak, (2012) yakni mengurangi daya tahan tubuh
sehingga mereka merasa kesepian, mereka sehingga berpeluang terhadap munculnya
juga mengatakan mengalami kesulitan sejumlah penyakit, berpengaruh terhadap
untuk tidur, tidur tidak nyenyak, sering emosi, kehilangan motivasi, gangguan
terbangun dan sulit untuk tidur kembali. berkosentrasi dan kualitas hidup yang
Sedangkan 3 lansia (30%) mengatakan terganggu.
bahwa mereka sudah memahami atau
Upaya yang dilakukan untuk
menyadari bahwa suatu ketika mereka
mencegah terjadinya dampak dari depresi
akan tetap hidup sendiri atau ditinggal
pada lansia antara lain pemberian a. Kriteria inklusi
perhatian dan penjelasan pada lansia
Kriteria inklusi memiliki arti dimana
tentang perubahan yang terjadi sehingga
subyek penelitian dapat mewakili dalam
lansia akan lebih memahami dan mengerti
sampel penelitian yang memenuhi syarat
tentang keadaannya saat ini dan dapat
sebagai sampel (Hidayat, 2010).
mengurangi depresi yang terjadi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
Berdasarkan uraian tersebut,
adalah:
penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan tingkat depresi 1) Bersedia menjadi responden

dengan kejadian insomnia pada Lansia di 2) Dapat diajak berkomunikasi

Dusun Tanjung Sari Desa Tanjung secara verbal

Kenongo Kecamatan Pacet Kabupaten 3) Lanjut usia (elderly) :

Mojokerto.” 60-75 tahun


4) Lanjut usia tua (old) :
METODE PENELITIAN
75-90 tahun
Desain penelitian ini adalah 5) Usia sangat tua (very old) : di
penelitian non-eksperimen dengan metode atas 90 tahun
penelitian analitik korelasi. Penelitian ini b. Kriteria Eksklusi
menggunakan pendekatan crosssectional, Kriteria ekslusi merupakan kriteria
yaitu penelitian potong silang dengan dimana subjek penelitian tidak dapat
variabel sebab atau resiko dan akibat atau mewakili sampel karena tidak memenuhi
kasus yang terjadi pada objek peneliti syarat sebagai sampel penelitian, seperti
diukur atau dikumpulkan secara simultan adanya hambatan etis, menolak menjadi
atau dalam waktu yang bersamaan responden atau berada suatu keadaan yang
(Notoatmodjo, 2012). tidak memungkinkan untuk dilakukan
penelitian (Hidayat, 2010). Adapun kriteria
Populasi penelitian ini adalah
ekslusi dalam penelitian ini adalah Lansia
seluruh lansia di Dusun Tanjung Sari Desa
yang mengalami demensia
Tanjung Kenongo Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto sebanyak 50 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
Kriteria penelitian yang ditetapkan yaitu: semua lansia di Dusun Tanjung Sari Desa
Tanjung Kenongo Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto
n = Z21-α/2 [P1(1-P1)+P2 (1-P2)] HASIL DAN PEMBAHASAN

d2 DATA UMUM
Keterangan :
1. Karakteristik responden
n = Jumlah sampel yang dicari
berdasarkan umur
Z21-α/2 = Tingkat kepercayaan 95 %(1.96)
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi
P1 = Prevalensi lansia depresi yang responden berdasarkan
mengalami insomnia 40% umur di Dusun Tanjung
Sari Desa Tanjung Kenongo
P2 = Prevalensi lansia depresi yang
Kecamatan Pacet
tidak mengalami insomnia 60%
Kabupaten Mojokerto
d2 =Tingkat Absolut yang Bulan November Tahun
dikehendaki (0,2) 2017

Dari rumus tersebut, maka diperoleh Umur Frekuensi Presentase


(%)
n = Z21-α/2 [P1(1-P1)+P2 (1-P2)] 60 – 74 tahun 29 63,0

d2 75 – 90 tahun 17 37,0
Total 46 100
n = (1,96)2 [0,4(1-0,4) + 0,6 (1-0,6)]
Berdasarkan tabel 5.1 di peroleh data
(0,2)2
bahwa sebagian besar responden berumur
n = 3,8416 (0,24 + 0,24)
60-74 tahun sebanyak 29 responden
0,04 (63,0%).
n = 46,09 2. Karakteristik responden

Analisa data pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin.


menggunakan program SPSS 16.0 dengan Tabel 5.2 Distribusi frekuensi
memakai uji statistic spearman rho dengan responden berdasarkan jenis
tingkat kemaknaan (α) = 0,05. Dengan kelamin di Dusun Tanjung
Sari Desa Tanjung Kenongo
asumsi jika ρ < 0,05 maka H0 ditolak
Kecamatan Pacet
berarti ada hubungan tingat depresi dengan Kabupaten Mojokerto
kejadian insomnia pada lansia di Bulan November Tahun
2017
DusunTanjung Sari Desa Tanjung
Kenongo Kecamatan Pacet Kabupaten Jenis Frekuensi Presentase
Kelamin (%)
Mojokerto.
Perempuan 31 67,4
Laki-laki 15 32,6
Total 46 100 tingkat depresi ringan/sedang yaitu
sebanyak 24 responden (52,1%).
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh data 2. Karakteristik responden
bahwa sebagian besar responden berjenis berdasarkan kejadian insomnia
kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi
responden berdasarkan
responden (67,4%).
kejadian insomnia pada
lansia di Dusun Tanjung Sari
DATA KHUSUS Desa Tanjung Kenongo
1. Karakteristik responden Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto Bulan November
berdasarkan tingkat depresi Tahun 2017
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi
responden berdasarkan Tingkat Insomnia Frekuensi Presentase
tingkat depresi pada lansia di (%)
Dusun Tanjung Sari Desa Insomnia Ringan 23 50
Tanjung Kenongo Kecamatan Insomnia Sedang 14 30,4
Pacet Kabupaten Mojokerto Insomnia Berat 9 19,6
Bulan November Tahun 2017 Total 46 100
Tingkat depresi Frekuensi Presentase
(%) Berdasarkan tabel 4.4 di peroleh data
Tidak Depresi 9 19,5
bahwa sebagian besar responden memiliki
Depresi Ringan / 24 52,1
Sedang insomnia ringan yaitu sebanyak 23
Depresi Berat 13 28,2 responden (50%).
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.3 di peroleh data


bahwa sebagian besar responden memiliki
3. Hubungan tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lansia
Tabel 4.5 Tabulasi silang berdasarkan tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada
lansia di Dusun Tanjung Sari Desa Tanjung Kenongo Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto Bulan November Tahun 2017

Tingkat depresi Insomnia Total


Ringan Sedang Berat
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tidak depresi 6 100 0 0 0 0 6 100
Ringan/sedang 17 53,2 12 37,5 3 9,4 32 100
Berat 3 37,5 1 12,5 4 50,0 8 100
Total 26 56,5 13 28,3 7 15,2 46 100
Spearman rho 0,012

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh Depresi dengan Kejadian Insomnia pada


Lansia di Dusun Tanjung Sari Desa
data dari 37 responden yang mengalami
Tanjung Kenongo Kecamatan Pacet
depresi ringan/sedang juga mengalami
Kabupaten Mojokerto. Nilai r = 0,408
insomnia ringan 17 responden (53,2%). artinya korelasi sedang yaitu semakin
tinggi tingkat depresi maka akan terjadi
Hasil uji spearman rho di peroleh
insomnia pada lansia serta depresi
hasil ρ (0,012) < α (0,05), artinya Ho
termasuk faktor psikologis yang mempen
ditolak jadi Ada Hubungan Tingkat
garuhi terjadinya insomnia penyerta dari gangguan emosi (Azizah,
2011). Sejumlah faktor yang menyebabkan
PEMBAHASAN
keadaan ini, mencakup bahwa depresi pada
1. Tingkat depresi pada lansia lansia dapat disamarkan atau tersamarkan
oleh gangguan fisik lainnya. Selain itu
Hasil penelitian menunjukkan
isolasi sosial, penyangkalan, pengabaian
bahwa sebagian besar responden
terhadap proses penuaan normal
mengalami depresi ringan/sedang.
menyebabkan tidak terdeteksi dan tidak
Sedangkan hanya sebagian kecil responden
tertanganinya gangguan ini (Stanley &
yang tidak mengalami depresi.
Beare, 2007).
Masalah depresi pada lansia ini
Banyak faktor yang menyebabkan
acapkali tidak terdeteksi karena lansia
lanjut usia jatuh dalam depresi diantaranya
lebih banyak memfokuskan pada keluhan
yaitu faktor biologis, faktor psikologik dan
badaniyah yang sebetulnya adalah
faktor sosial. Terjadinya depresi pada semangat dan lansia lebih senang tinggal
lanjut usia merupakan hasil interaksi dari dirumah. Apabila itu terjadi terus menerus
berbagai faktor tersebut. Faktor biologi akan menyebabkan lansia tidak dapat
adalah genetik atau faktor keturunan, mengendalikan dirinya sehingga lansia
masalah gangguan fisik, gangguan jatuh pada depresi.
penglihatan maupun pendengaran juga
Stanly & Beare (2006)
dapat menimbulkan depresi, dan gangguan
menyebutkan bahwa gejala depresi ini
hormonal terutama wanita menopous.
sering berhubungan dengan penyesuaian
Faktor psikologi dapat berupa kegagalan
yang terlambat terhadap kehilangan dalam
untuk menyesuaikan diri terhadap
hidup dan stresor-stresor misal, pensiun
perubahan atau kehilangan, status
yag terpaksa, kematian pasangandan
ekonomi, kehilangan dukungan dan fungsi
penyakit fisik.
keluarga dan lingkungan. Sedangkan
faktor sosial yaitu berkurangnya interaksi Tahap memasuki usia tua ini akan
sosial, dan situasi lingkungan yang buruk dialami oleh semua orang (tak bisa
(Santoso & Ismail, 2009). dihindari), tetapi kondisi fisik dan
psikologis lansia sangat berbeda dari satu
Terjadinya depresi pada lansia ini
lansia dengan lansia lainnya. Kekuatan
disebabkan oleh beberapa faktor penyebab
tubuh yang mulai berkurang, daya
seperti kehilangan baik fisik maupun
penyesuaian diri dan daya kreatif pada
materi, ketiadaan dukungan sosial,
lansia dapat menimbulkan masalah
menurunya kemampuan baik fisik maupun
psikologis. Apa yang akan terjadi dan akan
mental, hal-hal tersebut akan memicu
dialami oleh lansia tidak dapat dilepaskan
gejala depresi pada lansia apabila terjadi
dari pembentukan pengalaman masa lalu,
keterlambatan penyesuaiannya. lansia juga
dia akan memperlihatkan kepribadian
tidak memiliki keluarga dan sebagian
tertentu yang akan menentukan seberapa
besar lansia kurang diperhatikan oleh
berhasil dan tidak dalam memasuki dan
keluarga karena kesibukan masing-masing
menjalani lansianya.
anak. Faktor itulah yang menyebabkan
lansia memiliki pikiran negatif pada Depresi yang terjadi pada lanjut
dirinya. Dan lansia menunjukkan adanya usia menimbulkan dampak yang tidak
gejala depresi yaitu merasa bosan, berfikir sedikit Dampak fisik : kehilangan nafsu
orang lain lebih baik, sering merasa sedih makan, berat badan menurun, kesulitan
dan putus asa, kesepian tidak memiliki menelan, kembung, konstipasi, distress
abdomen, insomnia, hipersomnia, sering Jumlah tidur total tidak berubah
terbangun saat tidur, kelemahan, energy sesuai pertumbuhan usia, akan tetapi
menurun, malaise, peningkatan atau kualitas tidur kelihatan berubah pada
penurunan aktivitas psikomotor. Dampak kebanyakan lansia (Perry &Potter,2005).
psikologis : perasaan sedih, khawatir, tidak Episode tidur REM cenderung memendek
senang, merasa kosong, harga diri rendah, sehingga terdapat progresif pada tahap
pasif, tidak ada motivasi, kurang perhatian tidur NERM 3 dan 4, beberapa lansia tidak
terhadap kepribadian diri, merasa bersalah, memiliki tahap tidur atau tidur dalam.
perasaan tidak ada harapan, tidak berguna, Lansia sering terbangun dimalam hari dan
cemas, iritabel, lambat dalam berfikir, sulit membutuhkan waktu yang banyak untuk
berkonsentrasi dan mengambil keputusan. dapat tertidur dan selama penuaan, pola
tidur mengalami perubahan yang khas,
2. Kejadian insomnia pada lansia
yang membedakan dari orang-orang yang
Hasil penelitian menunjukkan berusia muda. Perubahan-perubahan itu
sebagian besar responden mengalami mencakup kelatenan tidur, terganggu pada
insomnia ringan. Sedangkan hanya dini hari, dan peningkatan jumlah tidur
sebagian kecil responden yang memiliki siang serta jumlah waktu yang dihabiskan
tingkat insomnia berat. untuk tidur lebih dalam menurun (Potter &
Perry, 2005).
Insomnia adalah gejala yang di
alami seseorang yang mengalami kesulitan Responden pada penelitian ini
kronis untuk tidur, sering terbangun dari menunjukkan bahwa setengahnya
tidur, dan tidur singkat atau tidur responden merasa tidak mampu untuk
nonrestoratif. Penderita insomnia memulai tidur dengan baik, meskipun
mengeluhkan rasa kantuk yang berlebihan akhirnya mereka tetap dapat tidur. Akan
di siang hari dan kurun waktu (kuantitas) tetapi ditengah-tengah tidur mereka sering
dan kelelapan (kualitas) tidurnya tidak terbangun karena adanya gejala depresi.
cukup (Potter & Perry, 2005). Insomnia Hal inilah yang menjadikan responden
bisa tejadi pada lansia karena insomnia banyak yang mengalami insomnia.
termasuk salah satu yang sering terjadi Sedangkan pada responden yang
pada lansia seiring dengan usia yang mengalami insomnia berat ditunjukkan
semakin tua menyebabkan lansia responden jarang dapat tidur dengan lelap,
mengalami dalam pola tidurnya. sering terbangun, dan jika terbangun
mereka sulit memulai tidur lagi.
3. Hubungan tingkat depresi dengan Dimana responden sering terbangun dari
tidur, sulit tertidur kembali setelah bangun
kejadian insomnia pada lansia
dan saat bangun terasa tidak segar.
Hasil penelitian menunjukkan
Prevalensi gangguan tidur pada lansia
sebagian besar responden mengalami
cukup tinggi yaitu 67% (Fitri, 2009).
depresi ringan/sedang mengalami
Gangguan tidur pada lansia terjadi selain
insomnia ringan, insomnia sedang,
karena faktor usia, juga diSebabkan diet
insomnia berat. Sedangkan hanya sedikit
yang buruk, masalah psikologis, masalah
responden yang tidak depresi mengalami
medis, sehingga menyebabkan lansia sulit
insomnia ringan, sehingga ada hubungan
tertidur.
tingkat depresi dengan kejadian insomnia
pada lansia. responden merasa tidak mampu untuk
memulai tidur dengan baik, meskipun
Penyebab terjadinya depresi adalah
akhirnya mereka tetap dapat tidur. Akan
faktor biologis, faktor psikologik dan
tetapi ditengah-tengah tidur mereka sering
faktor sosial. Terjadinya depresi pada
terbangun karena adanya gejala depresi.
lanjut usia merupakan hasil interaksi dari
Hal inilah yang menjadikan responden
berbagai faktor tersebut. Faktor sosial
banyak yang mengalami insomnia.
adalah berkurangnya interaksi sosial,
Insomnia merupakan keadaan tidak dapat
kesepian, berkabung dan kesedihan. Faktor
tidur, atau terganggunya pola tidur, sukar
psikologi dapat berupa rasa rendah diri,
untuk jatuh tidur atau mudah terbangun
kurang rasa keakraban dan menderita
dan kemudian tidak dapat tidur lagi. Hal
penyakit fisik, sedangkan faktor biologi
ini terjadi bukan karena penderita terlalu
yaitu hilangnya sejumlah neurotransmitter
sibuk sehingga tidak mempunyai
di otak, resiko genetik maupun adanya
kesempatan untuk tidur, tetapi akibat dari
penyakit fisik (Santoso & Ismail, 2009).
depresi.
Depresi pada lansia dapat menyebabkan
insomnia pada lansia. KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagian kecil responden yang KESIMPULAN

tidak depresi mengalami insomnia ringan.


Ada Hubungan Tingkat Depresi
Hal ini terjadi karena responden merasa
dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di
tidak nyaman dengan pola tidur yang
Dusun Tanjung Sari Desa Tanjung
dialami saat ini. Karena pola tidur yang
Kenongo Kecamatan Pacet Kabupaten
dialami responden saat ini tidak menentu.
Mojokerto pada ρ (0,012) < α (0,05). Nilai
r = 0,408 artinya korelasi sedang yaitu 10/definisi-logika.html. Tanggal 1
semakin tinggi tingkat depresi maka akan september 2017, jam 21.00

terjadi insomnia pada lansia serta depresi


Friedman, M, Marilyn, (2003).
termasuk faktor psikologis yang Keperawatan Keluarga. Edisi 3.
mempengaruhi terjadinya insomnia. Hal Jakarta, EGC, hal: 245-247

ini terjadi karena disebabkan kehilangan


Friedman, M, Marilyn, (2010). Buku Ajar
perhatian dan perubahan yang terjadi pada Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
lansia. & Praktek. Edisi 5. Jakarta, EGC,
hal: 115-117
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo,Sulistyo, (2012). Hardiwinoto, (2011). Ilmu Kesehatan
Keperawatan Keluarga Konsep Masyarakat, htpp://ilmu-kesehatan-
Teori, Proses dan Praktik masyarakat.blogspot.com/2012/05/k
Keperawatan. Yogyakarta: Graha ategori-umur.html. Tanggal .30
Ilmu, hal:45-75 Agustus 2017.

Brunner & Suddarth, (2002). Keperawatan Hartono, (2007). Stress dan Stroke.
Medikal-Bedah Buku Saku dari Yogyakarta:KANISIUS, hal:9-10
Brunner & Suddarth. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, hal:96-99 Jhonson, R & Leny R, (2010). Perawatan
Keluarga Plus Contoh Askep
Brasher, Valentina L., (2008). Aplikasi Keluarga. Yogyakarta: Nuha
Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Medika, hal: 2-37
Manajemen, Jakarta : Buku
Kedokteran Junaidi, Iskandar, (2011). Stroke Waspada
Ancamannya – Panduan Stroke
Carpenito, Lynda Juall, (2003). Diagnosis Paling Lengkap. Yogyakarta: ANDI
Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Yogyakarta, hal:3-76
Klinik. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, hal :93 Lestari, Sri, (2005). Psikologi Keluarga
Penanaman Nilai dan Penanganan
Desmita, (2007). Psikologi Konflik dalam keluarga.
Perkembangan. Bandung: Jakarta:Penebar Swadaya, hal: 5-10
PT.Remaja Roda Karya, hal: 213
Mahendra B. & Evi Rachmawati, (2005).
Desmita, (2013). Psikologi Perkembangan Atasi Stroke dengan Tanaman Obat
Peserta Didik. Bandung: PT.Remaja Penyembuhan Secara Aman dan
Roda Karya, hal: 213 Alami. Jakarta: Penebar Swadaya,
hal:10-28
Efendi, Ferry, (2012). Definisi Logika,
http://definisimublogspot.com/2012/ Nasir, Abdul dkk, (2011). Dasar-dasar
Keperawatan Jiwa Pengantar dan
Teori, Jakarta: Salemba Medika,
hal:46

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika, hal:17

Rasmun, (2009). Keperawatan Kesehatan


Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga Untuk Perawat dan
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Anggota IKAPI, hal:16-22

Setiadi, (2007). Konsep & Penulis Riset


Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu, hal: 2-21

Setiadi, (2007). Konsep & Proses


Keperawatan Keluarga. Yogyakarta
: Graha Ilmu, hal: 2-21

Sunaryo, (2004).Psikologi Untuk


Keperawatan.Jakarta:Buku
Kedokteran EGC, hal:212-221

Wong, (2009). Buku Ajar Keperawatan


Pediatrik. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, hal: 36-37

Anda mungkin juga menyukai