Oleh :
Aditya Reza Prianugraha
30101407113
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iii
2.3. Pepaya (Carica papaya L.) ............................................................ 13
2.4. Hubungan Asap Rokok, MDA, dan Daun Pepaya (Carica papaya
L.),.................................................................................................. 18
iv
3.5.2. Pemberian Perlakuan............................................................ 27
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Asap rokok termasuk salah satu sumber radikal bebas yang berasal dari luar
tubuh dan dapat menimbulkan stres oksidatif (Adly, 2010). Aktivitas radikal
yang lebih kuat daripada bagian buah dan akarnya (Maisarah et al., 2013).
Senyawa antioksidan dalam ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) bisa
mencegah dampak buruk radikal bebas akibat paparan asap rokok (Rahayu
(Carica papaya L.) belum terbukti dapat menurunkan kadar MDA plasma
1
2
Indonesia tertinggi yaitu pada rentang usia 55-69 tahun, sedangkan pada
dan PPOK yang disebabkan oleh adanya stres oksidatif dari asap rokok
papaya L.).
antioksidan dapat menurunkan kadar MDA sel darah merah pada tikus yang
terpapar asap rokok non filter (Islam et al., 2008). Penelitian Adyttia, Untari,
cordifolia dengan dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB
dapat menurunkan kadar MDA plasma darah tikus yang terpapar asap rokok
oleh Mohammed, Abubakar, dan Sule (2011), ekstrak air daun pepaya
(Carica papaya L.) dengan dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB dapat
ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) belum terbukti dapat menurunkan
mg/kgBB dan 400 mg/kgBB terhadap kadar MDA plasma darah tikus yang
Papaya L) terhadap kadar MDA plasma darah tikus jantan galur Wistar
asap rokok..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MDA
dari proses peroksidasi lipid oleh reactive oxygen species (ROS) atau
6
7
lipid adalah rantai reaksi yang terjadi akibat reaksi asam lemak tak
1. Inisiasi:
X*+ RHR* + XH
2. Propagasi:
R* + O2ROO*
3. Terminasi
ROO* + ROO*ROOR + O2
ROO* + R*ROOR
R* + R*RR
et al., 2016).
tak jenuh ganda (I). Ikatan rangkap ini melemahkan ikatan karbon-
dalam uji MDA antara lain sodium heparin, sodium citrate, dan
terkait dengan khelasi besi oleh EDTA dalam uji TBARS dan juga
(eksitasi pada 532 nm dan emisi pada 553 nm). Pembentukan adukan
karbon-5 dari TBA dan karbon-1 MDA, diikuti oleh dehidrasi dan
MDA (Jaggi dan Yadav, 2015). Peningkatan kadar MDA juga dapat
darah puasa, trigliserida, dan 𝛾-GT (Moreto et al., 2014). Faktor lain
2.2. Rokok
filter, rokok dibagi menjadi rokok filter (terdapat gabus pada bagian
pangkalnya) dan rokok non filter (tidak terdapat gabus pada bagian
diteliti berbahaya bagi kesehatan, antara lain: nikotin, tar, gas NO,
fase gas dan fase tar. Fase gas yaitu gas-gas yang dihasilkan oleh
Fase tar adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap rokok
pepaya mempunyai kulit yang tipis dan tidak mudah lepas dari
macam bunga. Bunga jantan terletak pada tandan yang serupa malai,
kelopak kecil dengan kepala sari bertangkai pendek atau duduk dan
bila masih muda dan jingga bila sudah tua. Bentuk bijinya bulat
cairan berwarna putih bila masih muda dan hitam bila sudah tua
daun, akar, dan kulit batang. Biji pepaya memiliki manfaat sebagai
elemen struktur yang mengikat cincin ini satu sama lain, yaitu asam
2.4. Hubungan Asap Rokok, MDA, dan Daun Pepaya (Carica papaya L.),
Asap rokok termasuk salah satu sumber radikal bebas yang berasal
dari luar tubuh dan dapat menimbulkan stres oksidatif (Adly, 2010). Bahan-
bahan yang terkandung dalam asap rokok terbagi dalam 2 fase, yaitu fase
gas dan fase tar (Haris et al., 2012). Saat fase gas, asap rokok mengandung
NO, radikal peroksil, dan radikal yang berpusat pada karbon serta saat fase
19
2014). Saat fase tar, asap rokok juga menghasilkan nikotin (Haris, Ikhsan
dan Rogayah, 2012). Nikotin juga menginduksi stres oksidatif baik in vivo
Antioksidan enzimatik terdiri dari tembaga (Cu) dan Seng (Zn) superoksida
Kerusakan membran
Peningkatan
sel dan molekul
MDA
Stres oksidatif intraseluler
Peroksidasi
lipid
Biosintesis
prostaglandin
Trigliserida
GDP
𝛾-GT
Keterangan:
Asupan Energi
: Menyebabkan
: Menghambat
: Faktor perancu Lingkar Pinggang
yang dikendalikan
22
2.7. Hipotesis
berpengaruh terhadap kadar MDA plasma pada tikus galur Wistar yang
METODE PENELITIAN
S R X2 O2
X3 O3
X4 O4
Keterangan:
S = sampel berupa tikus jantan galur Wistar 24 ekor
R = randomisasi
X1 = kelompok I (kelompok kontrol normal) terdiri atas 6 ekor tikus
jantan galur Wistar
X2 = kelompok II (kelompok perlakuan 1) terdiri atas 6 ekor tikus jantan
galur Wistar
X3 = kelompok III (kelompok perlakuan 2) terdiri atas 6 ekor tikus
jantan galur Wistar
X4 = kelompok IV (kelompok perlakuan 3) terdiri atas 6 ekor tikus
jantan galur Wistar
O1 = observasi kelompok I dimana tikus diberi pakan dan minum
O2 = observasi kelompok II dimana tikus diberi pakan, minum, dan
dipapar asap rokok
O3 = observasi kelompok III dimana tikus diberi pakan, minum, 200
mg/kg ekstrak daun pepaya, dan dipapar asap rokok
O4 = observasi kelompok IV dimana tikus diberi pakan, minum, 400
mg/kg ekstrak daun pepaya, dan dipapar asap rokok
23
24
Skala: Rasio
Skala: Rasio
hewan uji coba tiap kelompok adalah 5 ekor dan ditambah 1 ekor
Kriteria Inklusi :
3.4.1. Instrumen
1. Timbangan digital
2. Mortar
4. Kertas penyaring
5. Timbangan tikus
7. Kandang perlakuan
8. Sonde oral
14. Waterbath
16. Spektrofotometer UV
1. Daun pepaya
2. Air suling
27
3. Rokok
liter
diberikan ekstrak air daun pepaya dan asap rokok diberikan selama
menit setiap paparan per batang rokok dan diberi jeda 60 menit
menit setiap paparan per batang rokok dan diberi jeda 60 menit
plasma darah yang terdapat pada bagian atas lalu dipisahkan dan
24 ekor Tikus
Galur Wistar
Randomisasi
Analisa Hasil
1. Persiapan dan
seleksi sampel
2. Aklimatisasi
3. Pemberian
perlakuan
4. Pengambilan Hari
sampel darah ke-
15
5. Perhitungan
kadar MDA
plasma darah
6. Pembacaan
hasil
Science) 21 for windows. Data yang diperoleh berupa data numerik dengan
Levene’s Test, sebagai syarat uji parametrik. Jika hasil uji Saphiro-Wilk dan
Leuvene’s Test didapatkan nilai p>0,05 maka distribusi data normal dan
statistik parametrik One Way Anova. Jika didapatkan nilai p<0,05 pada uji
One Way Annova maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD. Jika tidak
Wallis.
DAFTAR PUSTAKA
33
34