Gangguan Gagal Ginjal
Gangguan Gagal Ginjal
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal merupakan masalah kesehatan dunia dilihat dari terjadinya
peningkatan insidensi, prevalensi, dan tingkat morbiditasnya. Berdasarkan data di United
States Renal Data System, penyakit gagal ginjal kronik meningkat sebesar 20-25% setiap
tahunnya (USRD, 2006).
Kasus gagal ginjal kronik (GGK) saat ini meningkat dengan cepat terutama di negara –
negara berkembang. GGK telah menjadi masalah utama kesehatan di seluruh dunia, karena
selain merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah akan
meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Ayu, 2010).
Menurut data WHO tahun 2009, diperkirakan hingga tahun 2015 sebanyak 36 juta
orang warga dunia meninggal akibat penyakit gagal ginjal kronik. Indonesia merupakan
tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Pada survei yang dilakukan oleh (Perneftri)
menjelaskan diperkirakan terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia . Angka ini
diperkirakan terus meningkat dengan angka pertumbuhan sekitar 10% setiap tahun. Dari
70.000 dari gagal ginjal kronik tersebut terdeteksi menderita gagal ginjal kronik tahap
terminal yang menjalani hemodialisa hanya 4000 sampai 5000 pasien dari total seluruh
penderita gagal ginjal
Di Indonesia pasien gagal ginal kronik yang menjalani haemodialisa mengalami peningkatan,
yaitu : pada tahun 2009 tercatat sebanyak 5.450 penderita, tahun 2010 sebanyak 8.034
penderita dan tahun 2011 sebanyak 12.804 penderita (Indonesian Renal Registry 2012).
Prevalensi penderita gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,2%. Penderita gagal ginjal
kronis terbanyak di wilayah Sulawesi Tengah dengan prevalensi 0,5 %. Sedangkan di Jawa
Timur prevalensi penderita gagal ginjal kronis 0,3 % (RISKESDAS, 2013).
Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah GGK terdapat dua pilihan (Markum 2009)
yaitu pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi diet protein, diet kalium, diet natrium,
dan pembatasan cairan yang masuk. Kedua, dialisis dan transplantasi ginjal merupakan terapi
pengganti pada pasien. Terapi pengganti yang sering dilakukan pada pasien GGK adalah
dialisis.
1
Melihat kondisi tersebut, maka perawat harus dapat mendeteksi secara dini tanda dan
gejala klien dengan gagal ginjal kronik. sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensip pada klien dengan gagal ginjal kronik.
B.TUJUAN
Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian gagal ginjal kronik (GGK)
b. Untuk mengetahui penyebab gagal ginjal kronik (GGK)
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari gagal ginjal kronik (GGK)
d. Untuk mengetahui komplikasi yang timbul dari gagal ginjal kronik (GGK)
e. Mampu mengetahui asuhan keperawatan dari gagal ginjal kronik
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) dan Digiulio,Jackson, dan Keogh (2014) begitu
banyak kondisi klinis yang bias menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik.
GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan luar ginjal.
1. Penyebab dari ginjal :
Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis,
Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis,
Batu ginjal : nefrolitiasis
Kista diginjal : polcytis kidney, Traumalangsung pada ginjal , Keganasan pada ginjal,
sumbatan : batu ginjal, penyempitan/striktur
3
2. Penyebab umum di luar ginjal :
Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, Dyslipidermia,
Infeksi di badan : TBC Paru, sifilis, malaria, hepatitis, Preklamsi, Obat-obatan, Kehilangan
banyak cairan yang mendadak (kecelakan) dan toksik
4
C. Patofisiologi
5
D. Tanda dan gejala
E. Komplikasi
6
F. Penatalaksanaan
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui
beberapa pembesaran ginjal.
4. Pemeriksaan EKG
7
H. Askep gangguan gagal ginjal
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita
Kebiasaan buruk: menahan BAK, minum bersoda
Pembedahan
d. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: nyeri, pusing, mual, muntah
e. Pemeriksaan fisik
Umum: Status kesehatan secara umum
Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
Pemeriksaan fisik
Teknik pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang
menyebabkan anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering. Penurunan
turgor merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan
penumpukan cairan.
b) Mulut
Stomatitis, nafas bau amonia.
c) Abdomen
Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau
pembengkakan, kulit mengkilap atau tegang.
d) Meatus urimary
Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary.
Wanita: posisi dorsal rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai
sarung tangan.
8
2) Palpasi
a) Ginjal
b) Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi
ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila
ragu karena akan merusak jaringan.
Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
Letakkan tangan kiri di bawah abdomen antara tulang iga dan spina
iliaka. Tangan kanan dibagian atas. Bila mengkilap dan tegang, indikasi
retensi cairan atau ascites, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal.
Bila kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan indikasi infeksi.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal indikasi polisistik
ginjal. Tenderness/ lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi,
gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara
tangan kiri mendorong ke atas.
Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang lainnya.
c) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi ditensi
urin. Palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilikus. Jika
kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
3) Perkusi
a) Ginjal
Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa
Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostavertebral
(CVA), lakukan perkusi di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.
Ulangi prosedur pada ginjal di sisi lainnya. Tenderness dan nyeri pada
perkusi merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis
9
b) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali
volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung
kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilikus.
Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di
atas region suprapubic.
4) Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengan bunyi bruit (bising)
pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran
darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).
2. Diagnosa
3. Intervensi
Nic :
Nutrition management
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Anjurkan pasien untuk meingkatkan protein dan vitamin
10
Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition monitor
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor kalori dan intake nutrisi
Monitor lingkungan selama makan
kriteria hasil :
adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi
berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
noc :
toleransi aktivitas
perawatan diri: mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs)
Nic :
Activity therapy
11
kriteria hasil :
energy psikomotor
mampu melakukan aktivitas sehari-hari
mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
13
BAB IV
PENUTUP
a. kesimpulan
b. saran
14
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
- Amin, hardhi. 2015. Aplikasi nanda nic noc jilid 2. Mediaction: Jogjakarta
- USRD (United States Renal Data System) 2006. USRDS Annual Data Report.
- Riskesdas,2013. Riset Keseharan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitibang Kemenkes
RI.
- Digiulio, M, Jackson, D dan Keogh,J.2014.Keperawatan Medikal Bedah Demystified
edisi 1. Alih bahasa khundazi Aulawi. Yogyakarta : Rapha Publishing
- Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika
- Muttaqin, A dan Sari, K. 2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Banjarmasin:Salemba Medika
15