Kel 1 Sindrom Cushing
Kel 1 Sindrom Cushing
“ SINDROM CUSHING”
DOSEN PEMBIMBING :
Rodiyah, S.kep.,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karuni, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan ASUHAN KEPERAWATAN
SINDROM CUSHING
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan praktikum yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. I
2.7Penatalaksanaan...............................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia. Sindroma Chusing
merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi
kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing ini ditandai dengan adanya peningkatan
berat badan (obesitas), distribusi lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah
(moon face), striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan
lain sebagainya.
Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan pada
perempuan 1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma Cushing disebabkan
oleh hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%), superimposed preeklamsia (10%)
dan gagal jantung sekunder karena hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan
sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan
gagal jantung dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005).
Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti: tumor hipofisis,
sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan karsinoma),
dan penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada terapi penyakit kronis
seperti arthritis rheumatoid, asma bronchial, dan lain sebagainya. Penetapan diagnosis
sindroma Chusing berdasarkan penyebabnya perlu ditegakkan untuk mempermudah
melakukan terapi pada pasien. Seperti yang terdapat dalam skenario dimana terdapat
pasien yang kemungkinan menderita sindroma Chusing namun untuk menentukan
penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Sindroma Chusing?
2. Apa sajakah etiologi Sindroma Chusing?
3. Bagaimanakah perjalanan penyakit (patofisiologi) Sindroma Chusing?
4. Apa sajakah manifestasi klinis Sindroma Chusing?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang Sindroma Chusing?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan medis Sindroma Chusing?
7. Apa saja komplikasi pada Sindroma Chusing?
8. Bagaimana proses pengkajian pada Sindroma Chusing?
4
9. Apa sajakah diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada Sindroma Chusing?
10. Bagaimanakah perencanaan keperawatan pada Sindroma Chusing?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Sindroma Chusing
2. Mengetahui etiologi Sindroma Chusing
3. Menjelaskan patofisiologi Sindroma Chusing
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala Sindroma Chusing
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Sindroma Chusing
6. Mengetahui penatalaksanaan Sindroma Chusing
7. Mengetahui komplikasi pada Sindroma Chusing
8. Mengindetifikasi proses pengkajian pada Sindroma Chusing
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada Sindroma Chusing
10. Mengetahui perencanaan keperawatan pada Sindroma Chusing
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
5
Cushing’s Sindrom adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi
secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
(Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).
Cushing’s Sindrom adalah penyakit akibat aktivitas korteks adrenal yang meningkat dalam
pemberian kortikosteroid atau ACTH ( Suzzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare. 2001 : 1327-
1328 ).
Cushing’s Sindrom adalah causa primer yang tidak terletak di hipofisis akan tetapi di supraren
sebagai suatu adenoma / karsinoma ( Harvey Cushing, 1932 ).
Syndrom cushing adalah syndrom yang diakibatkan oleh aktivitas adrenolkortikal yang berlebihan
( Baughman dkk. 2001 : 486 ).
2.2 Etiologi
6
1. Perubahan metabolisme protein
Katabolisme protein yang berlebihan mengaktifkan kurangnya massa otot- otot
dengan tanda- tanda :
Atrophy otot- otot terutama pada ekstremitas yang mengakibatkan lengan dan kaki
kelihatan kurus; sulit berdiri dari posisi duduk; sulit naik tangga; keletihan dan
kecapean.
Mengurangnya protein matriks dari tulang- tulang yang mengakibatkan osteoporosis,
fraktura compression pada tulang belakang, fraktura pathological, nyeri tulang- tulang
dan punggung.
Hilangnya collagen support dari yang mengakibatkan kulit menjadi tipis, cepat timbul
memar, ecchymosis, dan striae kemerah- merahan pada abdomen.
Luka sulit sembuh.
2. Perubahan metabolisme lemak
Perubahan metabolisme lemak mengakibatkan obesitas dan distribusi jaringan-
jaringan lemak tidak normal. Banyak lemak pada muka mengakibatkan “moon face”
daerah intracapular mengakibatkan “buffalo hump”; pada messenterium“truncal obesity”
atau berat badan meningkat.
3. Perubahan metabolisme karbohidrat
Ada peningkatan hepatic gluconeogenesis dan ketidakmampuan memaki insulin
yang mengakibatkan postprandial hyperglycemia dan diabetes mellitus. Pasien yang sudah
ada DM, gangguan metabolisme karbohidrat akan memperberat tanda- tanda DM.
4. Perubahan pada respon imun dan respon terhadap inflamasi
Mengurangnya lymphocyte terutama T- lymphocytes.
Meningkatnya neutrophils.
Terganggunya kegiatan antibody.
5. Gangguan metabolisme air dan mineral.
Cortisol itu sendiri mempunyai mineralocorticoid activity, maka kelebihan corticol
mengakibatkan tanda-tanda dan gejala-gejala peningkatan kegiatan mineralocorticoid.
Sekalipun aldosterone adalah normal. Termasuk tanda-tanda dan gejalanya :
a. Retensi sodium dan air yang bisa mengakibatkan berat badan meningkat dan edema.
b. Hypertensi sebagai akibat dari peningkatan volume cairan dan peningkatan sensitivity
dari arteriole terhadap catecholamines.
7
c. Meningkatnya ekskresi kalium dan chloride melalui urine (hypokelamia dan
hypochloremia) yang bisa mengakibatkan metabolic alkalosis.
d. Meningkatnya resorpsi kalsium dari tulang-tulang dan renal calculi dari hyperculuria.
6. Perubahan pada emotional stability.
a. Cepat marah, cemas.
b. Depression ringan, konsentrasi dan ingatan menurun yang bisa berkembang ke
depression berat dan psychosis.
7. Perubahan hematological.
Erythrocyte (RBC), hemoglobin, hematokrit bisa meningkat.
8. Kegiatan androgen meningkat.
a. Hirtusism (banyak bulu tubuh pada muka dan seluruh tubuh)
b. Rambut kepala rontok.
c. Acne (jerawat).
d. Menstrual cycle terganggu dari oligumenorrhea sampai ke amernorrhea.
e. Perubahan libido
Patway
Edema Hipofisis
(memproduksi CRF
terus)
ACTH
Kortek andernal
terus
memproduksi
glukokoltrikoid
Glukokoltrikoid 8
Kulit
Kulit
tipis,rapuh,tampa
k
mrah,timbulstreri
e,mdah
memar,luka”
sembuh lambat
Mk:gang
intregrasi kulit
9
4. Buffalo hump
5. Bulu halus banyak pada muka dan seluruh tubuh atau Hirtusisme
6. Striae kemerah-merahan pada abdomen
7. Lengan dan kaki kurus dengan atrophy otot-otot
8. Kulit cepat memar, ecchymosis, penyembuhan luka sulit
9. Berat badan bertambah atau obesitas
10. Diabetes melitus
11. Hipertensi
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Peningkatan kemih 17-hydroxycorticoids dan 17-ketogenic steroid.
2. Kadar kortisol yang berlebihan plasma.
3. Plasma ACTH meningkat.
4. Penekanan deksametason tes, mungkin dengan pengukuran ekskresi kortisol urin, untuk
memeriksa:
Unsuppressed tingkat kortisol dalam menyebabkan sindrom Cushing oleh tumor
adrenal.
Ditekan tingkat kortisol pada penyakit Cushing disebabkan oleh tumor hipofisis.
5. CT scan dan ultrasonografi menemukan tumor.
6. Pemeriksaan elektro kardiografi : untuk menunjukkan adanya hifertensi
7. Pemeriksaan darah lengkap eosinofil menurun
10
Neutrofil Naik
Darah Naik
Glukosa
Urin Positif
d. Scanning - Tumor
- Hiperplasi
e. Ultrasonografi - Tumor
- Hiperplasi
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi
Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung pada
apakah sumber ACTH adalah hipofisis atau ektopik. Beberapa pendekatan terapi
11
digunakan pada kasus dengan hipersekresi ACTH hipofisis. Jika dijumpai tumor hipofisis
sebaiknya diusahakreseksi tumor transfenoidal. Tetapi jika terdapat bukti hiperfungsi
hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan
radiasi kobalt pada kelenjar hipofise.
Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenalektomi total dan diikuti
pemberian kortisol dosis fisiologik atau dengan kimia yang mampu mrnghambat atau
merusak sel-sel korteks adrenal yang mensekresi kortisol. Pengobatan sindrom ACTH
ektopik adalah dengan reseksi neoplasma yang mensekresi ACTH atau adrenalektomi atau
supresi kimia fungsi adrenal seperti dianjurkan pada penderita sindrom cushing jenis
tergantung ACTH hipofisis. (Silvia A.Price; Patofisiologi, Hal. 1093).
2. Tindakan Medis
a. Operasi pengangkatan tumor melalui hipokisektomi transfenoidalis, biasanya
penyebabnya adalah tumor hipofisis.
b. Radiasi kelenjar hipofisis, untuk mengendalikan gejala.
c. Adrenalektomi biasanya untuk pas dengan hipertrofi adrenal primer.
d. Jika dilakukan adrenolektomi bilateral (keduanya diangkat) tetapi pergantian dengan
hormon – hormon kortex adrenal seumur hidup.
e. Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone,
ketokonazol) untuk mengurangi hiperadrenalisme jika penyebabnya adalah tumor yang
tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
f. Therapi penggantian temporer dengan hidrokortison selama beberapa bulan sampai
kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
Pada pengkajian meliputi:
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien. Mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat badan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar pada kulit.
4. Riwayat penyakit dahulu
13
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam jangka
waktu yang lama.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi
intercouste hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan
ronchi wheezing
b. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
14
c. Sistem Pencernaan
Mulut : Mukosa bibir kering
Tenggorokan : Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid
Limfe : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Abdoment :
I : Simetris tidak ada benjolan
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Suara redup
A : Tidak terdapat bising usus
d. Sistem Eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
e. Sistem Persyarafan
Composmentis (456)
f. Sistem Integument / ekstrimitas
Kulit:Adanya perubahan-perubahan warna kulit,berminyak,jerawat
g. Sistem Muskulus keletal
Tulang : Terjadi osteoporosis
Otot : Terjadi kelemahan
Data Subjektif
1. Perubahan pada body proportion, berat badan, distribusi bulu-bulu tubuh, rambut kepala
rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ecchymosis, luka sulit sembuh.
2. Nyeri tulang-tulang terutama nyeri punggung.
3. Riwayat infeksi : kulit, saluran pernafasan.
4. Neurological data : tingkah laku, konsentrasi, ingatan.
5. 24 jam intake makanan dan cairan.
6. Peningkatan rasa haus, nafsu makan.
7. Perubahan output urine
8. Sexuality data :
Wanita : perubahan menstruasi,ciri-ciri seksualitas sekunder,libido
15
Laki-laki : perubahan -perubahan libido,ciri-ciri seksualitas sekunder
9. Pengetahuan : perubahan penyakitnya,diagnostik test pengobatan
Data Objektif
B. Diagnosa
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
5. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
6. Resiko cedera berhubungan dengan atropi otot
Analisa Data
DIAGNOSIS ____________________________________________
DEFINITION Ketidak cukupan energy psikologis tau fisiologis untuk melanjutkan atau
: menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari yang harus atau yang ingin di
16
lakukan
Data yang di ambil dari keluhan 1 Data yang di ambil dali pemeriksaan fisik
SESSMENT
pasien klien
AS
Intoleransi aktifitas
Diagnostic
Related to:
Statement:
Inteverensi keperawatan
NIC NOC
17
dari tujuan kita merawat noc yang di Di isi sampai angka
analisa pasien agar lebih baik tentukan berapa kita mencapai
data keinginan sembuh
pasien
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan dengan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
18
BAB IV
Ny. A (34 tahun, 75 kg, 160 cm) datang ke rumah sakit di kirim oleh bidan dengan
keteranga Pre Eklamsia. Ny. A mengeluh muka bengkak (moon face), badan lemah dan mudah
lelah sejak 1 minggu terakhir. Badan sering gemetar sejak 1 tahun. Saat ini sedang hamil pertama
dengan umur kehamilan 8 bulan. Selama rawat jalan dinyatakan menderita tekanan darah tinggi
(terakhir 180/120 mmHg). Klien mengeluh matanya kabur sejak 1 bulan, rambut rontok sejak 2
tahun, punggung terasa nyeri skala nyeri 7 nyeri secara terus menerus dan sulit membungkuk, kaki
sering bengkak, Nampak striae. Hasil pemeriksaan fisik di peroleh data tekanan darah (TD) :
180/90 mmHg (normal 120/80 mmHg), Nadi : 88 x/menit (normal 60 – 100 x/menit), RR : 20
x/menit, Suhu Tubuh : 37 0C. Hasil pemeriksaan kimia klinik : GDP : 78 mg/dl, GD : 2 jam PP
232 mg/dl, Kortisol : 1297 nmol/l, dan ACTH : 5 pg/ml.
4.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
19
Agama : Islam
A. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Pasien mengalami badan lemah dan mudah lelah sejak 1 minggu terakhir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 04 Februari 2016 jam 13.45 WIB Ny. A datang ke rumah sakit di kirim oleh bidan
dengan keteranga Pre Eklamsia. muka bengkak (moon face), badan lemah dan mudah
lelah sejak 1 minggu terakhir. Badan sering gemetar sejak 1 tahun. Saat ini sedang hamil
pertama dengan umur kehamilan 2 bulan. Selama rawat jalan dinyatakan menderita
tekanan darah tinggi (terakhir 180/90 mmHg). Klien mengeluh matanya kabur sejak 1
bulan, rambut rontok sejak 2 tahun, punggung terasa nyeri skala 7 nyeri secara terus
menerus dan sulit membungkuk, kaki sering bengkak, Nampak striae.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah menderita
-Osteoporosis
-Hipertensi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak perna menderita penyakit yang sama dengan klien
20
B. Pemeriksaan Fisik
N : 88 x/ menit
RR : 20 x/ menit,
S : 37 0C
BB : 75 Kg
C. Pemeriksakan Persistem
1. Sistem Pernafasan
Anamnese : pasien tidak mengeluh sesak
Hidung
Inspeksi: kadang ada pernafasan cuping hidung , spuntum tidak ada
Mulut
Inspeksi: mukosa bibir sianosis
Leher
Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis, trakheostomi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
Dada
Inspeksi: Dada simetris, adanya odem
Palpasi : Ada nyeri tekan
Perkusi : tidak pembesaran paru
Auskultasi: Suara ronkhi (+)
2. Sistem kardiovaskuler
Anamnesa : sesak nafas
Wajah
Inspeksi: sianosis, tampak oedem dan gelisah, kulit berwarna merah
Leher
Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis, trakheostomi
Dada
Inspeksi : Dada tampak oedema
21
Palpasi :Ada nyeri tekan, ictus cordis ICS 5 midklavikula sinistra.
Perkusi : Ada pembesaran jantung
Auskultasi: bunyi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan
Ekstremitas atas
Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot.
Palpasi : CRT kurang dari 2 detik
Ekstremitas bawah
Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot, tidak ada clubbing finger
Palpasi : CRT kurang dari 2 detik
3. Sistem persyarafan
Anamnesa : pasien me
22
Anamnesa : Pasien tidak mengeluh susah BAK.
Mulut
Inspeksi : Mulut simetris, mukosa bibir kering, ada alat bantu nafas
Lidah
Inspeksi : Lidah tidak tremor, tidak ada lesi, warna putih.
Abdomen
Inspeksi : ada pembesaran abdomen
Perkusi : suara redup
Palpasi : kuadran I hepar tidak teraba, kuadran II nyeri tekan, kuadran III tidak ada skibala,
kuadran IV tidak ada nyeri tekan pada titik mc burney
BAB : ada masalah, sudah BAB 3x sehari, warna kuning, cair.
6. Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Anamnese: pasien mengatakan merasa lelah otot terasa nyeri pada bagian bahu dan pinggul
Warna kulit
Inspeksi : Kulit kering, turgor menurun, kulit memerah
Palpasi : Kulit terasa panas, ada kelemahan otot, akral dingin
Ekstremitas atas
Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot, tangan kanan dipasang infus.
Palpasi : Ada edema,ada nyeri tekan, suhu akral dingin, CRT < 2 detik dan turgor
menurun
Estremitas bawah
Inspeksi : atrofi otot ekstremitas, tulang terjadi osteoporosis, otot lemah
Palpasi : Ada edema, suhu akral dingin, CRT <2dtk dan turgor menurun
Kekuatan Otot
Kekuatan otot : 2 2
3 3
Keterangan:
23
1: Kontaksi (gerakan minimal)
24
6. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada mukosa lambung.
Analisa Data
NS. DIAGNOSIS :
Nyeri akut
(NANDA-I)
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibatkerusakan jaringan yang actual atau
DEFINITION:
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International Association for the Study of Pain)
- Perubahan selera makan
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan frekuensi pernapasan
- Laporan isyarat
- Diaphoresis
- Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar-mandir,
mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas
yang berulang)
- Mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah, merengek,
DEFINING menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
CHARACTERISTICS - Masker wajah (mis., mata kurang, bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu
focus, meringis)
- Sikap melindungi area nyeri
- Focus menyempit (mis., gangguan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara verbal
25
- Focus pada diri sendiri
- Gangguan tidur
RELATED FACTORS: Agen cedera ( mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
ASSESSMENT Subjective data entry Objective data entry
Pasien mengatakan sering Meringis Kesakitan
mengeluh nyeri pada lutut sebelah TD :180/90 mmHg
kanan
Nadi : 88 x/menit
P :Klien mengatakan moon
face, badan lemah dan mudah RR : 20 x/menit
lelah Skala nyeri : 7
Q :Nyeri seperti tertusuk
Suhu 37 ℃
R :Nyeri pada bagian
punggung dan sulit membungkuk Wajah : moon face
S :Skala nyeri 7 Hasil pemeriksaan kimia klinik :
T :Nyeri terjadi secara terus
GDP : 78 mg/dl,
menerus
GD : 2 jam
PP 232 mg/dl,
Kortisol : 1297 nmol/l, dan
ACTH : 5 pg/ml.
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDIKATOR
Manajemen nyeri Observasi 3. Kepuasan klien : 1. Nyeri terkontrol
Definisi : 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi mangemen nyeri (4)
pengurangan tau lamanya dan 4. Definisi 2. Tingkat nyeri
karakteristik nyeri serta
26
reduksi nyeri sampai faktor yang dapat 5. Tingkat persepsi dipantau secara
pada tingkat memperburuk atau positif terhadap regular (3)
kenyamanan yang meredakan. perawatan untuk 3. Efek samping obat
dapat diterima oleh 2. Kaji pengetahuan mengurangi rasa terpantau (4)
pasien pasien dan sakit
pengentasan nyeri kepercayaan tentang
27
indikasi
· Analgesik
28
Implementasi Keperawatan
DIAGNOSA
NO. TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF
KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman 04-02-2016 1. Mengkaji skala nyeri
nyeri berhubungan dengan
dengan perlukaan pada Jam 14:00 Skala nyeri : 7
mukosa lambung.
2. Mengobservasi TTV
Nadi : 88x/menit
RR: 27x/menit
Suhu: 37 ℃
TD :180/90 mmHg
1. Mengevaluasi nyeri
dengan cara memberikan
rentang nomor 1 – 10 di
manakah letak nyeri yang
dialami oleh pasien,
pasien mengatakan bahwa
skala nyerinya 7
2. Mengevaluasi
pengetahuan pasien
tentang nyeri, pasien
mengatakan jika lututnya
terasa nyeri biasanya
dikompres dengan air
hangat.
3. Membantu pasien untuk
memposisikan tidur yang
paling nyaman, pasien
mengatakan tidur nyaman
dengan miring
4. Mengalihkan perhatian
pasien dengan aktivitas
29
yang disukai pasien,
pasien mengatakan suka
melihat acara televisi
5. Memberikan penjelasan
nyeri. Nyeri dapat timbul
jika ada pergerakan yang
terlalu sering/ aktivitas
yang berlebihan
6. Mengajarkan teknik
menejemen seperti
mengalihkan perhatian,
relaksasi, dan teknik
mesase.
7. Memberikan obat sesuai
dengan indikasi dokter
Analgesic
30
2016/ punggung
08:00
O : TD: 170/100
WIB
RR: 20 x/ment
S : 37,2 oC
N : 92 x/menit
S : 36,5 oC
N : 87 x/menit
31
pasien
- N: 76 x/menit
A : masalah teratasi
32
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat
terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa
glukokortikoid.(Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).
Saran
Dengan selesainya makalah ini disusun, penulis berharap pembaca dapat mempelajari
dan memahami tentang gangguan kelenjer adrenal sindrom cushing. Penulis juga mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun, sehingga penulis dapat menjadi lebih baik untuk masa
yang akan datang dalam penyusunan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
33
Haznam M.W. Endokrinologi. Dwi Emha. Bandung.
Rumahorbo Hotma, SKp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Buku
Kedokteran (EGC).
Suzanne CS, Brenda G.B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Carpenito, L. J. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC, Jakarta.
34