Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang lebih
mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan sistem informasi yang diolah
dalam proses belajar, dan lain-lain. Namun faktor-faktor lain diluar titik fokus itu seperti
lingkungan juga selalu diperlukan untuk menjelaskan proses belajar.
Pembelajaran menurut aliran kognitif, yang mana dalam pembelajaran kognitif
menitik beratkan belajar aktif, belajar lewat interaksi social, belajar lewat pengalaman
pribadi ini di kemukakan oleh Jean Piaget. Aliran kognitif berjalan dengan baik dan
sekerang ini diterapkan seperti pada kurikulum berbasis tujuan pendidikan yang mana
didalamnya mempunyai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi siswa di tuntut
untuk aktif di dalam kelas ini merujuk pada pembelajaran menurut aliran kognitif yang
menjadikan siswa dapat aktif di dalam proses pembelajaran karena di dalam
pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa di sini tidak menjadi
objek pembelajaran akan tetapi siswa sebagai subjek dari pembelajaran.
Pembahasan ini sangat penting karena mengingat proses belajar yang terjadi
didalam kelas berlangsung dalam proses komunikasi yang berisi pesan-pesan yang
berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan keterampilan yang sering digunakan dalam
sehari-hari. Proses pembelajaran dituntut untuk secara aktif berpartisipasi. Keaktifan
berpartisipasi ini memberikan kesempatan yang luas mengembangkan potensi, bakat yang
dimiliki oleh masing-masing siswa.
1
4. Mendeskripsikan hubungan aliran kognitif dengan pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-
membagi situasi / materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecilkecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolaan
informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur
kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan
pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya (Budiningsih,2005 : 34).
Secara umum, teori kognitif memandang bahwa belajar merupakan proses
internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun perubahan tingkah laku yang
tampak sesungguhnya adalah refleksi dari perubahan interaksi persepsi dirinya terhadap
sesuatu yang diamati dan dipikirkan. Menurut teori kognitif, belajar diartikan sebagai
proses interaksional seseorang memperoleh pemahaman baru atau struktur kognitif dan
mengubah hal – hal yang lama.
2. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak
memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka
kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi
secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang
berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
4
3. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat
memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
5
c. Tahap Operasi Konkrit (7 tahun sampai dengan 11 tahun)
Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep kekekalan,
kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang
yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible.
d. Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan
menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan
dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya menggunakan simbol-
simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
penggunaan media pembelajaran matematika adalah pada tahap operasi konkrit
dimana siswa tidak akan bisa memahami konsep tanpa benda-benda konkrit.
2. Teori Brunner
Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika proses
pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat
dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara
konsepkonsep dan struktur-struktur tersebut. Bruner menyarankan keaktifan anak
dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal konsep dan struktur yang
tercakup dalam bahan yang sedag dibicarakan, sehingga anak akan memahami materi
yang harus dikuasainya itu. Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media
pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran yang ada, siswa akan melihat
langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media
pembelajaran yang diperhatikannya. Tiga tahap pembelajaran yang akan dilewati oleh
siswa adalah sebagai berikut :
a. Tahap enaktif
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda atau
obyek konkret.
b. Tahap ikonik
Pada tahap ini siswa belajar dengan menggunakan gambar.
c. Tahap simbolik
Pada tahap ini siswa belajar melalui manipulasi lambang atau simbol.
6
Dalil-dalil yang didapatkan Bruner setelah mengadakan pengamatan kesekolah-
sekolah:
3. Teori Gestalt
Teori Gestalt menekankan keseluruhan dan kesatupaduan. Sebagai langkah
awal, penting sekali mengenali pondasi yang mengkonstruksi teori ini. Menurut
psikologi gestalt, keseluruhan itu berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya atau
membagi-bagi berarti mendistorsi. Kita tidak akan dapat memahami atau menikmati
pengalaman mendengarkan simfoni musik orchestra dengan menganalisa konstribusi
7
musisi-musisi yang bermain di dalamnya secara terpisah. Atau kita juga tidak mungkin
dapat menikmati keindahan sebuah lukisan bila melihat bagian-bagiannya secara
terpisah. Pada pokoknya, psikologi gestalt selalu memberi penekanan pada totalitas
atau keseluruhan, bukan pada bagian-bagian
Berbeda dengan kaum behavioral yang berpendapat bahwa belajar adalah
pengalaman empiris, maka menurut Gestaltis belajar adalah fenomena konitif. Kognisi
sendiri dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan
tidak dapat diamati secara langsung. Kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun
melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Oleh sebab itu belajar merupakan
proses mental dan aspek-aspek belajar adalah unik bagi spesies manusia.
Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan
mesin, selalu hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Interaksi antara
individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field (medan persepsi). Setiap
medan persepsi memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia
sebagai figure and ground. Oleh karena itu, Psikologi gestalt menekankan adanya
pengorganisasian proses-proses dalam persepsi, belajar dan problem solving dan juga
mempercayai bahwa setiap individu diarahkan untuk mengorganisasikan serpihan
informasi yang bersumber dari beragam cara atau proses. Pengorganisasian inilah yang
kemudian mempengaruhi makna yang dibentuk.
Teori Gestalt juga menganut pandangan yang berbeda dalam memandang
problem tubuh-pikiran. Teori ini mengasumsikan adanya Isomorphism yakni adanya
hubungan antara aktivitas otak dengan kesadaran, antara pengalaman psikologis dengan
proses yang ada di dalam otak. Psikolog Gestalt berkali-kali menyatakan pendapatnya
bahwa dunia fenomenal (kesadaran) adalah ekspresi yang akurat dari situasi. Kesadaran
pula yang menjadikan semua informasi sensoris menjadi bermakna.
Dalam kaitannya dengan pokok-pokok teori belajar menurut aliran Gestalt,
disamping hukum-hukum pengamatan yang menentukan proses belajar, menurut aliran
ini insight adalah inti dari belajar. Insight dapat diartikan pemahaman atau pencerahan
sehingga seorang pelajar dapat menyelesaikan problem maupun tugas belajar. Maka
menurut aliran ini, remedial atau pengulang-ulangan materi bukan hal penting
walaupun belajar dengan insight dapat juga diulangi. Contoh: pengulang-ulangan
dalam melakukan latihan soal-soal UN membuat siswa mungkin dapat menjawab soal
saat ujian berlangsung namun belum tentu dia memahami substansi soal sehinga bila
soal berbeda dengan rumus yang sama belum tentu dia dapat menyelesaikannya.
8
Belajar dengan insight membuat siswa memahami subtansi masalah hingga bila soal
diulang dalam format berbeda ia masih dapat menyelesaikannya.
Tokoh ini mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual
siswa,
c. Mengatur suasana kelas agar siswa termotivasi untuk belajar
9
sebaliknya ulangan itu mungkin menyebabkan kejenuhan psikologis (pychological
satiation) yang dapat membawa disorganisasi (kekacauan) dan dediferensiasi
(kekaburan) dalam sistem kognitif. Perubahan dalam struktur kognitif ini untuk
sebagian berlangsung dengan prinsifp pemolaan (patterning) dalam pengamatan, jadi
disinilah lagi terbukti betapa pentingnya pengamatan itu dalam belajar. Perubahan itu
disebabkan oleh kekuatan yang telah intrinsik ada dalam struktur kognitif. Tetapi
struktur kognitif itu juga berubahubah sesuai dengan kebutuhan yang ada pada individu.
Disinilah terjadi belajar dengan motivasi.
10
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta
didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna,
materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dipunyai sebelumnya. Untuk itu diperlukan dua persyaratan:
a. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai
dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
b. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang
peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan
materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan
bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak
dipelajari secara hafalan.
Berdasarkan uraian di atas maka belajar bermakna menurut Ausubel adalah
suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan dua
hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan
yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
11
ditentukan oleh sejauh mana sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat
disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh
karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan
pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh
dan disimpan didalam pikirannya secara efektif.
Teori belajar kognitif menekankan pada kemampuan siswa dan menganggap
bahwa siswa sebagai subjek didik. Jadi siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar,
Fungsi guru adalah menyediakan tangga pemahaman yang puncaknya adalah tangga
pemahaman paling tinggi, dan siswa harus mencari cara sendiri agar dapat menaiki tangga
tersebut. Jadi peran guru adalah:
1. Memperlancar proses pangkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi
secara bermakna dan relevan dengan siswa,
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan atau menerapkan
gagasannya sendiri , dan
3. Membimbing siswa untuk menyadari dan secara sadar menggunakan strategi belajar
sendiri.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar
yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi persepsual, dan proses intelektual.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak
digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan
behavioristic. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agara belajar lebih bermakana bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama
jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan menigkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi beru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
12
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar makna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Teori Belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Teori kognitif memandang bahwa
belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun
perubahan tingkah laku yang tampak sesungguhnya adalah refleksi dari perubahan interaksi
persepsi dirinya terhadap sesuatu yang diamati dan dipikirkan.
Ciri – ciri aliran belajar kognitif :
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2. Mementingkan peranan kognitif
3. Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
5. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6. Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
14
4. Teori kognitif Field Lewin, menyatakan siswa dalam situasi belajar berada dalam satu
medan atau lapangan psikologis.
5. Teori kognitif Ausubel, menyatakan proses belajar terjadi bila siswa mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang dia miliki dengan pengetahuan yang baru.
3.2 Saran
Sebagai calon pendidik, kita seharusnya dapat menentukan pembelajaran model seperti apa
yang harus di terapkan pada peserta didik, oleh karena itu memahami dan mempelajari
ilmu-ilmu kependidikan sangatlah penting dalam menunjang aktivitas pembelajaran
dengan peserta didik, supaya pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan efektif.
15
Daftar Pustaka
16