Otonomi Daerah
Otonomi Daerah
pemberian kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri atau
berdaya membuat keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.
Jadi, otonomi daerah dapat diartikan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Dalam pola pikir demikian,otonomi daerah adalah suatu
instrumen politik dan instrumen administrasi /manajemen yang digunakan utnuk mengoptimalkan
sumber daya lokal, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di
daerah, terutama menghadapi tantangan global, mendorong pemberdayaan masyarakat,
menumbuhkan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, dan mengembangkan demokrasi.
Otonomi nyata
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu,
yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ASAS – ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH
Asas Desentralisasi
Asas Dekosentrasi
• Daerah otonom selain melaksanakan asas desentralisasi juga dapat diserahi kewenangan untuk
melaksanakan tugas pembantuan (medebewind). Tugas pembantuan dalam Pemerintahan daerah
adalah tugas untuk ikut melaksanakan peraturan perundang-undangan bukan saja yang ditetapkan
oleh Pemerintah pusat akan tetapi juga yang ditetapkan oleh Pemerintah daerah tingkat atasnya.
Pendapatan Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah sesuai dengan peraturan perundang
– undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang berkesangkutan dalam
membiayai kegiatannya.
Belanja Daerah Terbagi Menjadi 2, yaitu :
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah.
Belanja Langsung
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, mengenai belanja langsung yang terdapat dalam pasal 50.
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomer 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, mencakup: Pembentukan Dana Cadangan, Investasi Pemerintah
Daerah, Pembayaran Pokok Hutang, dan Pemberian Pinjaman Daerah.
Sumber penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang - undangan.
1) Pajak daerah;
2) Retribusi daerah;
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN, yang dialokasikan kepada
Daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut UU
No. 25/1999 pasal 6, Dana Perimbangan terdiri dari:
a. Bagian Daerah (Dana Bagi Hasil) dari PBB, BPHTB, PPh orang pribadi dan SDA (Sumber Daya Alam).
• Utang jangka panjang terbatas untuk pembangunan infrastruktur yang dapat menghasilkan
pendapatan, sedangkan utang jangka pendek hanya dapat digunakan untuk operasi
keuangan untuk penyesuaian aliran kas musiman. Utang jangka panjang tidak boleh
melebihi 75% pendapatan umum, rasio bunga dari utang jangka panjang tidak boleh lebih
dari 2,5 kali, dan utang jangka pendek tidak boleh melebihi 1/6 total anggaran belanja.
• Pinjaman internasional harus melalui pemerintah pusat. Ketentuan penting dalam peraturan
pemerintah adalah kewenangan Menteri Keuangan untuk mengawasi pinjaman daerah
untuk tujuan kebiakan ekonomi makro.
1) Hibah;
2) Dana darurat;
• Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah yang selanjutnya disingkat DPOD adalah dewan yang
memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai rancangan kebijakan otonomi
daerah.
• Tugas DPOD
a. penataan daerah;
FUNGSI DPOD
a. Pemberian pertimbangan terhadap hasil penilaian dan kajian atas usulan pembentukan daerah;
c. Pemberian pertimbangan atas rancangan kebijakan dana dalam rangka penyelenggaraan otonomi
khusus yang terdiri dari dana otonomi khusus dan dana tambahan infrastruktur serta dana
keistimewaan;
d. Pemberian pertimbangan atas rancangan kebijakan dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana
alokasi khusus untuk setiap tahun anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
• DPOD bersidang paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu sesuai
dengan kebutuhan.
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DPOD dapat melakukan koordinasi dengan
instansi/lembaga terkait.
PENDANAAN DPOD
• Pendanaan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi DPOD bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara pada bagian anggaran Kementerian Dalam Negeri