Anda di halaman 1dari 21

DISTILASI MINYAK MENTAH

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui fraksi-fraksi minyak bumi yang dihasilkan sebagai distilat dan
residu.
2. Menjelaskan mengenai titik didih fraksi-fraksi tersebut.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat yang Digunakan:
1. Heating mantel, 1000 ml : 1 buah
2. Double necked round bottom flask : 1 buah
3. Bubble cap column with 2 tray : 1 buah
4. Distillation bridge, 2ST 29/32, GI 18 : 1 buah
5. Counterflow cooler after dimroth : 1 buah
6. Distillation adapter, straight : 1 buah
7. Round bottom flask, 500 ml : 1 buah
8. Beaker, 100 ml : 2 buah
9. Thermometer, (-100C) – (2500C) : 2 buah
10. Water batch : 1 buah

Bahan yang Digunakan:


1. Minyak bumi (crude oil) : 1000 ml
2. Batu didih : 5 buah
3. Aquadest : secukupnya
4. Silicone grease : secukupnya

III. DASAR TEORI


Struktur dan Komposisi Minyak Mentah
Kebanyakan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam minyak dan gas bumi
terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai unsur-unsur utamanya. Senyawa-senyawa
tersebut disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Selain daripada senyawa-senyawa
tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah yang sedikit mengandung
unsur-unsur belerang atau sulfur, oksigen dan nitrogen.
Komposisi minyak mentah dan gas bumi berdasarkan unsur-unsur penyusunnya
adalah sebagai berikut:
Karbon : 83,5 – 87, 5% (berat)
Hidrogen : 11,5 – 14,0%
Sulfur : 0,1 – 3,0%
Oksigen : 0,1 – 1,0%
Nitrogen : 0,01 – 0,3%
Selain unsur-unsur di atas terdapat juga unsur-unsur logam seperti vanadium, besi,
nikel, khrom, posfor dan logam-logam lain yang jumlahnya kurang dari 0,03% berat.

Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi


Sekitar 85% dari minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan menjadi 3
golongan, yaitu:
1. Minyak dasar aspal (asphaltic base)
2. Minyak dasar parafin ( paraffinic base)
3. Minyak dasar campurab ( mixed base)
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin parafin dengan aspal sebagai
residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung aromatik. Kandungan
sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tingggi dibandingkan dengan minyak-minyak
dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok untuk memproduksi
gasolin yang berkualitas tinggi, minyak pelumas mesin dan aspal. Fraksi-fraksi ringan
dan menengah mengandung presentase naftalen yang tinggi.
Minyak dasar paraffin mengandung sangat sedikit aspal, sehingga sangat baik
sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor dan kerosin
dengan kualitas tinggi.
Minyak dasar campuran mengandung sejumlah lilin dan aspalsecara bersamaan.
Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan
dua tipe minyak di atas.
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan, maka susunan molekul
menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan produk akhir kilang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Hidrokarbon Fraksi/Produk Minyak dan Gas Bumi
Fraksi / Produk Jarak Didih, 0C Jumlah Atom Karbon
dalam Molekul Minyak
Gas-gas <30 C1 – C4
Gasolin 30 – 210 C5 – C12
Nafta 100 – 200 C8 – C12
Kerosin dan avtur 150 – 250 C11 – C13
Diesel dan fuel oil 160 – 400 C13 – C17
Gas oil 220 – 345 C17 – C20
Fuel oil berat 315 – 540 C20 – C45
Atm residu >450 >C30
Vac residu >650 >C60
Proses Pengolahan Dasar
Proses pengolahan dasar sebagai proses utama untuk mengolah minyak mentah
menjadi produk dan fraksi-fraksinya terdiri dari:
1. Pengolahan secara fisik , yaitu distilasi terdiri dari:
 Distilasi Atmosfir
 Distilasi Hampa
 Distilasi Bertekanan
2. Pengolahan secara kimia , disebut juga sebagai proses konversi atau reforming terdiri
dari:
a. Proses perengkahan (cracking) terdiri dari:
 Perengkahan Termis ( Thermal Cracking )
 Perengkahan Katalis (Catalytic Cracking)
 Perengkahan Hidro (Hydrocracking)
b. Proses Pembentukan Kembali (reforming ) terdiri dari:
 Reformasi Termis ( Thermal Reforming )
 Reformasi Katalis ( Catalytic Reforming )

c. Proses Penggabungan Molekul, terdiri dari:


 Polimerisasi Katalis, yakni: Polimerisasi Selektif dan Polimerisasi tidak selektif.
 Alkilasi Katalis, yang terdiri dari: Alkilasi H2SO4 dan alkilasi HF.
1. Pengolahan secara fisik
Proses distilasi dalam kilang minyak merupakan proses pengolahan secara fisik
yang primer mengawali semua proses-proses yang diperlukan untuk memproduksi
BBM dan non BBM.
Proses distilasi/fraksionasi adalah proses untuk memisahkan campuran yang
terdapat dalam minyak mentah (crude oil) menjadi komponen-komponen nya atas dasar
fraksi atau pemotongan (cut) yang dibatasi oleh jarak titik didih tertentu , bukan atas
dasar titik didih masing-masing komponen. Proses distilasi ini dapat menggunakan satu
kolom atau lebih menara fraksionasi, misalnya residu dari menara distilasi atmosfir
dialirkan ke menara distilasi hampa , atau salah satu fraksi dari menara distilasi
atmosfir dialirkan ke menara distilasi bertekanan. Fraksi-fraksi yang dapat ditarik dari
kolom distilasi/menara fraksionasi antara lain adalah sebagai berikut:
Fraksi Jarak didih , °F
Gas < 80
Nafta ringan 80 – 220
Nafta berat 180 – 520
Gas oil ringan 420 – 650
Gas oil berat 610 – 800
Residu > 800

Contoh proses distilasi /fraksionasi di PERTAMINA RU III


Distilasi Atmosfir : Crude Distiller (CD)
Distilasi Hampa : High Vacuum Unit ( HVU)
Distilasi Bertekanan : Stabilizer
Proses Pengolahan Minyak Bumi dan Minyak Mentah dan Komposisinya -
Proses pengolahan fosil hewan menjadi minyak melewati beberapa tahap yang cukup
panjang. Mula-mula, para ahli melakukan eksplorasi, yaitu kegiatan yang bertujuan
memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan mendapatkan
perkiraan cadangan minyak bumi.Pada umumnya, mereka membuat peta topografi
dengan pemotretan dari udara. Setelah daerah-daerah yang akan diselidiki ditetapkan,
para ahli bumi (geologi) mencari contoh-contoh batu atau lapisan batu yang muncul
dari permukaan karang atau tebing-tebing untuk diperiksa di laboratorium.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan penyelidikan geofisika.
Caranya dengan membuat gempa kecil atau getaran-getaran di bawah tanah (kegiatan
seismik). Gelombang-gelombang getaran dari ledakan ini turun ke bawah dan
memantul kembali ke permukaan bumi. Dengan cara ini, lokasi yang mengandung
minyak bumi dapat diperkirakan secara ilmiah. Pada daerah lapisan bawah tanah yang
tak berpori tersebut dikenal dengan nama antiklinal atau cekungan. Daerah cekungan
ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan yang paling bawah berupa air, lapisan di
atasnya berisi minyak, sedang di atas minyak bumi tersebut terdapat rongga yang berisi
gas alam. Jika cekungan mengandung minyak bumi dalam jumlah besar, maka
pengambilan dilakukan dengan jalan pengeboran.
Setelah menentukan lokasi yang diperkirakan mengandung minyak bumi,
tahapan selanjutnya adalah melakukan kegiatan eksploitasi. Eksploitasi adalah
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak bumi. Kegiatan ini
terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak.Pengeboran
sumber minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang harus diproses lagi.Selain
minyak mentah, terdapat juga air dan senyawa pengotor lainnya. Zat-zat selain minyak
mentah dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses selanjutnya. Kandungan
utama minyak mentah hasil pengeboran merupakan campuran dari berbagai senyawa
hidrokarbon. Adapun senyawa lain, seperti sulfur, nitrogen, dan oksigen hanya terdapat
dalam jumlah sedikit. Tabel berikut menunjukkan persentase komposisi senyawa yang
terkandung dalam minyakmentah (crude oil).
Kelompok Unsur: Karbon 84%; Hidrogen 14%; Sulfur Antara 1% hingga
3%; Nitrogen Kurang dari 1%; Oksigen Kurang dari 1%; Logam Kurang dari
1%; Garam Kurang dari 1%.
Campuran hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas berbagai senyawa
hidrokarbon, misalnya senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna.
Senyawa-senyawa ini memiliki panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda.
Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya. Agar
dapat digunakan untuk berbagai keperluan, komponen-komponen minyak mentah harus
dipisahkan berdasarkan titik didihnya.
Tahap Lengkap Pengolahan Minyak Mentah Minyak mentah (crude oil) yang
diperoleh dari hasil pengeboran minyak bumi belum dapat digunakan atau
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara langsung. Hal itu karena minyak bumi
masih merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon, khususnya komponen
utama hidrokarbon alifatik dari rantai C yang sederhana/pendek sampai ke rantai C
yang banyak/panjang, dan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon.
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon, maka pada minyak
mentah ditambahkanasamdanbasa.
Minyak mentah yang berupa cairan pada suhu dan tekanan atmosfer biasa,
memiliki titik didih persenyawan-persenyawaan hidrokarbon yang berkisar dari suhu
yang sangat rendah sampai suhu yang sangat tinggi. Dalam hal ini, titik didih
hidrokarbon (alkana) meningkat dengan bertambahnya jumlah atom C dalam
molekulnya.
Dengan memperhatikan perbedaan titik didih dari komponen-komponen minyak
bumi, maka dilakukanlah pemisahan minyak mentah menjadi sejumlah fraksi-fraksi
melalui proses distilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses distilasi
(penyulingan) dengan menggunakan tahap-tahap/fraksi-fraksi pendinginan sesuai
trayek titik didih campuran yang diinginkan, sehingga proses pengembunan terjadi pada
beberapa tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini disebut fraksionasi.
Minyak mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen murni
(senyawa tunggal). Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis, dan
mengingat bahwa minyak bumi mengandung banyak senyawa hidrokarbon maupun
senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon. Dalam hal ini senyawa hidrokarbon
memiliki isomerisomer dengan titik didih yang berdekatan. Oleh karena itu, pemisahan
minyak mentah dilakukan dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-fraksi yang
diperoleh dari destilat minyak bumi ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada
trayek suhu tertentu.
a. Pengolahan tahap pertama (primary process)
Pengolahantahappertamaini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat,
yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih
masing-masing fraksi.
Komponen yang titikdidihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke
bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian
atas melalui sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu
dalam menara fraksionasi itu makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan
titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik
didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya,
sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu
kamar berupa gas.
Hasil-hasil frasionasi minyak bumiyaitusebagaiberikut.
1) Fraksi pertama
Padafraksiinidihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan.Minyak bumi
dengan titik didih di bawah 30°C, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada kolom
ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang tidak
terlarut dipisahkanpadawaktupengeboran.
Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang
mengandung komponen utama propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG (Liquid
Petroleum Gas) yang mengandung metana (CH4)danetana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Padafraksiinidihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil 90°C, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu
30°C – 90°C. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar
ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan
rantai C5H12 – C6H14.

3) Fraksi Ketiga
Padafraksiinidihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil dari 175°C , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu
90°C – 175°C. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan
bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C6H14–C9H20.
4) Fraksi keempat
Padafraksiinidihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 200°C,
masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175°C - 200°C.
Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan nafta.
Nafta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20–C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 275°C, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 175°C - 275°C. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair dan
keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran
alkanadenganrantai C12H26–C15H32.
6) Fraksi keenam
Padafraksiinidihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 375°C, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 250°C - 375°C. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair
dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan
campuran alkanadenganrantai C15H32–C16H34.
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi,
yaitu di atas 375°C, sehinggaakan terjadi penguapan.
Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang
menguap.Residu yang tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti
aspal dan arang minyak bumi. Adapun residu yang menguap berasal dari minyak yang
menguap, yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375°C. Minyak
pelumas (C16H34–C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-mesin, parafin (C21H44–
C24H50) untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari C36H74) digunakan
untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.
b. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit
pengolahan tahapan pertama.Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk mendapatkan
dan menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar
minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik, yang sesuai dengan
permintaankonsumenataupasar.
Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat
berupa pemecahan molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses
polymerisasi, alkilasi), atau perubahan strukturmolekul (proses reforming).
Proses pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini.
1) Konversi struktur kimia
Dalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa hidrokarbon lain
melalui proses kimia.
a) Perengkahan (cracking)
Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon
yang lebih kecil sehingga memiliki titik didih lebihrendahdanstabil.
Caranya dapat dilaksanakan, yaitusebagaiberikut:
• Perengkahan termal: yaitu proses perengkahan dengan menggunakan suhu dan
tekanan tinggi saja.
• Perengkahan katalitik: yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan
katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin dan
karosin. Proses ini juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
• Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking): yaitu proses perengkahan yang
merupakan kombinasi perengkahan termal dan katalitik dengan "menyuntikkan"
hidrogen pada molekul fraksi hidrokarbon tidak jenuh.
Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta, karosin,
avtur, dan solar. Jumlah yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik
dibandingkan dengan proses perengkahan termal atauperengkahankatalitiksaja.
Selain itu, jumlahresidunyaakanberkurang.
b) Alkilasi
Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin secara
kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat
dijadikanbensinatau avgas.
c) Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk molekul
tunggal yang disebut polimer.Tujuan polimerisasi ini ialah untuk menggabungkan
molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena) menjadi senyawa
nafta ringan.
d) Reformasi
Reformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk
mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka oktan
yang lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik komponen-
komponen nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka oktan yang lebihtinggi.
e) Isomerisasi
Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah atau
mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon garis
bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana dapat
diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan bakudalam proses
alkilasi.
2) Proses ekstraksi
Melalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut fraksifraksi
minyak dalam bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan sebagainya. Dengan
proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik
bila dibandingkan dengan proses distilasisaja.
3) Proses kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting point)
masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses
pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada
hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh produk-produk lain sebagai produk
tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan dasar petrokimia yang diperlukan
untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat pembasmi serangga, dan
berbagai hasil petrokimia lainnya.
4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)
Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap pertama dan
proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat yang
merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap.
Kontaminan ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah
liat, atau proses hidrogenasi.
Proses pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi minyak bumi yang bermanfaat
dilakukan di kilang minyak (oil refinery). Di Indonesia terdapat sejumlah kilang
minyak, antara lain:
kilang minyak Cilacap, Jawa Tengah (Kapasitas 350 ribu barel/hari);
kilang minyak Balongan, Jawa Tengah (Kapasitas 125 ribu barel/hari);
kilang minyak Balikpapan, Kalimantan Timur (Kapasitas 240 ribu barel/hari);
kilang minyak Dumai, Riau;
kilang minyak Plaju, Sumatra Selatan;
kilang minyak Pangkalan Brandan, Sumatra Utara; dan
kilang minyak Sorong, Papua.
Minyak mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan sampai hitam yang
terutama terdiri dari karbon dan hidrogen. Teori yang paling umum digunakan untuk
menjelaskan asal-usul minyak bumi adalah “organic source materials“. Teori ini
menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami dari zat-
zat organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengendap selama
ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari pengaruh tekanan, temperatur, kehadiran
senyawa logam dan mineral serta letak geologis selama proses perubahan tersebut,
maka minyak bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda di tempat yang berbeda.
Minyak bumi memiliki campuran senyawa hidrokarbon sebanyak 50-98% berat,
sisanya terdiri atas zat-zat organik yang mengandung belerang, oksigen, dan nitrogen
serta senyawa-senyawa anorganik seperti vanadium, nikel, natrium, besi, aluminium,
kalsium, dan magnesium. Secara umum, komposisi minyak bumi dapat dilihat pada
tabel berikut:

Table 1.1 Komposisi Elmental Minyak Bumi

Komposisi Persentase

Karbon (C) 84-87

Hydrogen (H) 11-14

Sulfur (S) 0-3

Nitrogen (N) 0-1

Oksigen (O) 0-2

Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi menjadi golongan


hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.
1. Hirokarbon
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, olefin, naften,
dan aromat.
2. Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus (alkana),
CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana (C4H10), isobutana (2-
metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil
pentana, C8H18). Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh
lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi
mentah, kadar senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
3. Olefin
Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, C nH2n. Contohnya
etilena (C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8).
4. Naftena
Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin
dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftena yang banyak
ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon.
Contohnya adalah siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana
(C6H12). Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok
senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.

5. Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atom-atom
karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya benzen (C6H6), metilbenzen
(C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya
memiliki kadar aromat yang relatif besar.

Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen, di
dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti belerang,
nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang terikat pada rantai atau cincin
hidrokarbon. Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada di dalam
produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan sangat
mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu minyak
bumi.
1. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas (S),
merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida (R-S-S-R’) dan
tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang tidak dikehendaki karena:
 menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk pengolahan.
 mengurangi efektivitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan.
 meracuni katalis-katalis perengkahan.
 menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar minyak,
senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang membahayakan
lingkungan, yaitu SO2 dan SO3).
2. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa seperti 3-
metilpiridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang tidak bersifat basa seperti
pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol (C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat
mengganggu kelancaran pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam
produk, berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan produk
tersebut.

3. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam naftenat
(2,2,6-trimetilsikloheksankarboksilat, C10H18O2) dan asam-asam lemak (alkanoat),
gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa oksigen tidak menyebabkan masalah
serius seperti halnya senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses
katalitik.
Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam. Kandungan
logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium. Logam-logam
ini terdapat bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam
bentuk senyawa organometal yang larut dalam minyak. Vanadium dan nikel merupakan
racun bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan dapat menimbulkan masalah
jika terbawa ke dalam produk pengolahan.
Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks dari hidrokarbon-
hidrokarbon penyusunnya. Oleh karena itu, analisis kadar senyawa-senyawa
penyusunnya yang bukan saja amat sulit dilakukan, juga kurang berguna dalam praktek.
Analisis elemental yang menentukan kadar-kadar unsur karbon, hidrogen, belerang,
nitrogen, oksigen dan logam-logam juga tidak memberi gambaran mengenai karakter
dan sifat minyak bumi yang dihadapi. Padahal, dalam merancang proses pengolahan
minyak bumi mentah, informasi-informasi tersebut sangat dibutuhkan. Mengingat hal
itu, orang mulai mengembangkan metode-metode semi empirik untuk
mengkarakterisasi minyak bumi berdasarkan hasil-hasil pengukuran sifat-sifat fisik dan
kimia yang mudah ditentukan.

Berat Jenis
Berat jenis minyak bumi umumnya dinyatakan dalam satuan °API, yang
didefinisikan sebagai berikut:
Dengan s = berat jenis 60/60 (densitas minyak pada 60 °F (15,6 °C) dibagi dengan
densitas air pada 60 °F). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa °API akan semakin
besar jika berat jenis minyak makin kecil. Berat jenis (specific gravity) kadang-kadang
digunakan sebagai ukuran kasar untuk membedakan minyak mentah, karena minyak
mentah dengan berat jenis rendah biasanya adalah parafinik. Perkiraan jenis minyak
bumi ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 1.2 Perkiraan Jenis Minyak Bumi Berdasarkan °API

Jenis Minyak Bumi Specific Gravity °API

Ringan 0.830 39

Medium Ringan 0.830 – 0.850 39 – 35

Medium Berat 0.860 – 0.865 35 – 32.1

Berat 0.865 – 0.905 32.1 – 24.8

Sangat Berat 0.905 24.8

Pour Point
Pour point atau titik tuang adalah harga temperatur yang menyebabkan minyak bumi
yang didinginkan mengalami perubahan sifat dari bisa menjadi tidak bisa dituangkan
atau sebaliknya. Makin rendah titik tuang, berarti kadar parafin makin rendah
sedangkan kadar aromatnya makin tinggi.

Distilasi/Rentang Pendidihan
Pengukuran rentang pendidihan menghasilkan petunjuk tentang kualitas dan
kuantitas berbagai fraksi yang terdapat dalam minyak bumi. Pengujian rentang
pendidihan yang lazim dilakukan di laboratorium-laboratorium karakterisasi minyak
bumi antara lain distilasi ASTM atau distilasi Engler (distilasi sederhana), distilasi
Hempel, dan distilasi TBP (True Boiling Point).
Salah satu penggunaan terpenting hasil pengukuran berat jenis dan rentang pendidihan
suatu minyak bumi adalah untuk menentukan faktor karakterisasi Watson atau UOP
(Universal Oil Products Co.) dan index korelasi (CI) USBM (United States Bureau of
Mines). Faktor karakterisasi Watson atau K-UOP didefinisikan sebagai:
TB : Titik didih rata-rata minyak bumi (K)
s : berat jenis 60/60 minysk bumi

Klasifikasi berdasarkan K-UOP sebagai berikut:


Tabel 1.3 Perkiraan Tipe Minyak Bumi Berdasarkan K-UOP

K Tipe Minyak Bumi

12.5 – 13 Parafinik

11 – 12 Naftenik

9.8 – 11.8 Aromatik

Index Korelasi USBM didasarkan pada pengamatan bahwa n-parafin memiliki nilai
CI=0 dan CI=100 untuk benzen. CI didefinisikan sebagai:

Table 1.4 Perkiraan Tipe Minyak Bumi Berdasarkan Indeks Korelasi USBM

CI Tipe minyak bumi

10 Ultra parafink

30 Parafinik

30-40 Naftenik

40-60 Aromatik

IV. PROSEDUR KERJA


1. Setiap sambungan pada alat diberikan silicon grease
2. Menimbang bottom flask kosong dan mencatat beratnya
3. Mengisi bottom flask dengan 400 ml crude oil , kemudian menambahkan 5 buah
batu didih
4. Menghidupkan air pendingin , dan pemanas (temperatur set II , setelah 15 menit
menghidupkan set III )
Perhatikan :
Setelah mendekati 8 menit crude oil mulai mendidih , temperatur crude oil
65°C, setelah 10 menit uap akan naik pada tray pertama dan terkondensasi.
Setelah 20 menit , distilat terkondensasi pada semua tray dan mengalami refluk.
Komponen yang mempunyai titik didih rendah akan mencapai thermometer
paling atas dan terkondensasi pada dimroth condenser. Setelah 25 menit hasil
sulingan akan berkurang.
5. Mencatat temperatur sebelum menghentikan hasil sulingan
6. Setelah 50 menit pemanas dimatikan , mencatat temperatur , temperatur dasar
tidak melebihi 240 ° C. Temperatur pada tray pertama 155°C , tray kedua 105
°C , tray atas 40°C
7. Residu dari distilasi ini akan digunakan untuk distilasi vakum pada minggu II

V. DATA PENGAMATAN
Percobaan I

t/min A11/oC B11/oC A12/oC B12/oC


2 29 30 30 31
4 29 30 30 31
6 47 30 30 31
8 71 29 30 32
10 102 29 30 31
12 127 29 30 31
14 138 30 31 31
16 146 31 31 31
18 154 31 31 31
20 162 32 31 31
22 169 34 31 31
24 173 34 32 31
26 167 45 32 32

Percobaan 2

t/min A11/oC B11/oC A12/oC B12/oC


1 27 28 29 29
2 28 28 29 29
3 29 28 29 29
4 30 29 29 29
5 36 28 28 29
6 42 28 29 29
7 46 28 29 29
8 59 29 29 30
9 73 29 29 28
10 84 28 29 30
11 97 28 29 30
12 105 28 28 30
13 107 29 31 29
14 107 29 80 29
15 108 33 86 29
16 108 77 91 29
17 109 85 94 29
18 109 87 95 29
19 109 89 96 32
20 109 90 96 36
21 108 92 96 41
22 109 92 96 47
23 109 92 97 50
24 110 92 96 54
25 110 93 97 57
26 110 93 96 61
27 110 93 96 64
28 110 93 96 69
29 110 93 96 71
30 110 94 97 76
31 110 94 98 79
32 111 93 98 81
33 112 94 97 83
34 111 94 97 83
35 111 94 96 83
36 111 94 98 85
37 111 95 98 85
38 111 94 97 85
39 112 94 98 86
40 111 95 98 87
41 111 94 98 85
42 112 94 97 86
43 111 94 98 87
44 111 95 96 86
45 113 95 98 88
46 112 95 98 87
47 113 94 97 88
48 113 94 97 87
49 114 94 97 87
50 115 94 97 86
51 114 95 98 87
52 114 94 98 87
53 114 94 98 85
54 115 95 98 85
55 115 95 98 86
56 115 95 99 84
57 116 95 98 83
58 116 94 99 82
59 117 94 97 80
60 117 93 98 78
61 117 94 98 78
VI. ANALISA PERCOBAAN
Destilasi fraksionasi adalah suatu teknik pemisahan larutan yang mempunyai
perbedaan titik didih. Pada praktikum kali ini dillakukan distilasi minyak mentah
dengan menggunakan seperangkat alat distillation bridge yang dihubungkan ke
perangkat komputer, sehingga secara otomatis kita dapat suhu proses yang terjadi di
layar komputer.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui fraksi-fraksi minyak bumi
sebagai distilat dan residu. Distilasi minyak mentah merupakan suatu proses pemisahan
fraksi-fraksi minyak berdasa9rkan titik didihnya.
Ada 4 titik / tray pada alat distilasi ini, yaitu A11, B12, B11 dan A12. Tray A11
merupakan tempat / wadah dari minyak yang akan di distilasi. Fraksi yang memiliki
titik didih paling rendah akan terkondensasi terlebih dahulu. uap akan naik ke titik
pertama (B12) dan terkondensasi. Selanjutnya, uap akan naik ke titik kedua (B11)
hingga ke tray yang ketiga (A12).
Berdasarkan referensi, titik didih standar dari fraksi-fraksi minyak adalah
sebagai berikut:
Fraksi Titik didih (0C)
Gas 0 – 50
Gasoline 50 – 85
Kerosin 85 – 105
Solar 105 – 135
Residu >135

Selanjutnya, dilakukan analisa pada kedua hasil kondensat tersebut. Analisanya


yaitu indeks bias.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Distilasi minyak mentah merupakan pemisahan fraksi-fraksi berdasarkan
titik didih.
2. Fraksi yang memiliki titik didih paling rendah akan menguap lebih dulu dan
terkondensasi. Hal itu terjadi pada titik pertama yang merupakan tray B12.
3. Tujuan distilasi minyak mentah adalah memisahkan fraksi-fraksi minyak
berdasarkan titik didihnya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Tim penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Hidrokarbon. Palembang. Politeknik
Negeri Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai