Sari
Gaya berat adalah salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan
dengan mengetahui parameter fisis rapat massa (densitas) batuan. Peta anomali gaya berat Seram yang direduksi
berdasarkan rapat massa 2.67 gr/cc memperlihatkan Cekungan Bula yang berbentuk lembah anomali negatif yang
bernilai -50 mgal hingga 0 mgal. Analisis data gaya berat dilakukan dengan memisahkan anomali regional dan residual
dengan menggunakan cara moving average dan turunan tegak kedua (second vertical derivative). Pemodelan bawah
permukaan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) pemodelan maju (forward modeling) gravmag.
Hasil analisis gaya berat memperlihatkan dua struktur sesar regional, yaitu sesar mendatar berarah timur laut - barat
daya dan sesar anjak barat-timur yang secara tektonis berbeda periodenya. Selain itu, hasil penyaringan dengan moving
average dan peta turunan tegak kedua memunculkan daerah-daerah closure dan struktur-struktur lipatan pada batuan
Pratersier yang secara geologis cukup menarik perhatian.
JS
Kata kunci : Gaya berat, moving average, turunan tegak kedua, Cekungan Bula
Abstract
Gravity is one of the geophysical methods that can be used to estimate subsurface condition based on the density of
rocks. Seram bouguer anomaly map reduced by density 2.67 gr/cc indicates negative anomaly pattern in Bula Basin
with anomaly range between ( -50 mgal – 0 mgal). Gravity data analyses were carried out by separating the residual and
regional anomalies using moving average filtering and second vertical derivative. The subsurface modeling was done by
using gravmag forward modeling software. The results show two regional faults i.e. the norteast-sothwest strike slip fault
and the east-west thrust fault. Those faults have different periods. The filtering using moving average and second
vertical derivative shows closure areas and fold within Pretertiary rocks that geologically are interesting features.
D
Keywords : Gravity, moving average, second vertical derivative, Bula Basin
Berdasarkan peta Anomali Bouguer dan Peta dimana : e = ketinggian lempengan dari dasar laut
G
Anomali Sisa dibuat analisis struktur geologi dan g = percepatan gaya berat
model bawah permukaan dengan menggunakan ρ m = rapat massa mantel
perangkat lunak pemodelan maju (forward ρ w = rapat massa air laut
modeling) yang didukung oleh data geologi dan data ρ = rapat massa lempeng
seismik hasil penelitian terdahulu. Kemudian
T = tebal lempengan
dilakukan rekontruksi tektonis-sedimentasinya
Y = tebal lempengan yang turun
dengan memperhatikan konsep-konsep
pembentukan cekungan sedimen. Model ini berlaku untuk penunjaman yang
disebabkan oleh tumbukan antara dua lempeng.
Dasar Teori Lempengan dengan rapat massa lebih tinggi akan
menunjam di bawah lempengan dengan rapat massa
Pembentukan Cekungan
lebih rendah, sehingga terjadi suatu tumpukan
Pembentukan cekungan sedimentasi secara fisika campuran batuan berasal dari dua lempeng tersebut
telah banyak dibahas oleh para ahli, antara lain yang lazim disebut material akrasi seperti Pulau
McKenzie (1972), Beaumont (1978), Allen & Allen Seram. Keadaan demikian selalu ditandai dengan
(1990) dan lain-lain, sedangkan Dickinson (1971) anomali gaya berat rendah yang berpola memanjang
di sepanjang parit tempat konvergensi (Heiskanen &
IRIAN JAYA
2 S DISPLACED 2 S
CONTINENTAL
CRUST
East Sulawesi
P. Seram
Displaced
Continental
Crust
4 S 4 S
Busur
CEKUNGAN Vulkanik
WAHAI
LEGENDA:
LEMPENG
6 S 6 S
LAUT BANDA Cekungan Laut Banda
Lempeng Granitan
m
la
da Benua Australia
da
Ban
Busur Busur Banda Dalam
8 S Volcanic 8 S
Arc
Busur Vulcanik
da Luar
Inverted
Australian Busur Ban
Continental
Margin Busur Banda Luar
Batuan alas tersusun oleh batuan malihan dan
10 S LEMPENG 10 S fragmen ofiolit hasil obduksi
Australian BENUA Lajur lipatan dan sesar naik yang didominasi
stable continental AUSTRALIA
JS
oleh batuan Permo-Trias dan Yura
Crust
Lajur lipatan dan sesar naik yang didominasi
oleh batuan Tersier dan Neogen Akhir
250 km 12 S
12 S
Jalur sesar naik Busur Banda Luar
122 E 124 E 126 E 128 E 130 E 132 E
Gambar 4. Lokasi daerah penelitian dan trend geologi regional Busur Banda (de Smet, 1999)
SERI SERAM
Formasi
Pleistosen
batuan vulkanik Tersier bagian dari vulkanik Tersier ...........
...... Fufa Neritik
.....
......
Ambon. Di bagian utaranya, yaitu di sepanjang
Awal
pantai selatan P. Seram, anomali berpola lajur F. Wahai
memanjang arah barat-timur dengan landaian Batial
Vulkanik Periode
uplift dan
sedang hingga cukup terjal dan mempunyai nilai Ambon
gravity
Pliosen F.Salas Tektonit sliding
sekitar 0 mgal hingga 80 mgal. Terdapatnya landaian
yang terjal di bagian pantai selatan penyelidikan ini Reefs
Batial sampai
Miosen
laut dangkal
ditafsirkan sebagai refleksi dari kelompok batuan uplift
malihan Pratersier yang diakhiri oleh batugamping
Uplift
Lapisan bawah Nief
(1979), Kemp & Mogg (1992) dan Tjokrosapoetro Pliosen
Reefs
linkungan carbonatan
drr. (1993). Di bagian tengah pulau hingga menjorok
ke arah Laut Seram membujur kelompok anomali
SERI AUSTRALIA
dengan arah yang sama, yaitu barat-timur, tetapi
Batial sampai
Akhir
JS
gradiennya lebih landai daripada kelompok yang
KAPUR
Continental
spreading
breakup/
seafloor
depresi anomali berbentuk elips. Kelompok anomali Atas Serpih Serpih
Kola neritik
ini diperkirakan berhubungan dengan keberadaan
KAPUR
Tengah
Ntra-cratonic
nusela
Bawah
Utara yang terdiri atas Formasi Wahai, Formasi Fufa Saman- Laut dalam
Marl &
saman Calsilutil
dan batuan sedimen Kuarter (Audley-Charles drr.,
influx
Atas
TRIAS
Formasi Turbidit
1979 dan Tjokrosapoetro drr., 1993). Yang menarik Tengah Kanikeh
D
Bawah
adalah di bagian ini masih dapat dijumpai
Atas
Inciplent
PERM
rifting
Kompleks Unit
seperti batuan malihan di daerah Gunung Kobipoto, Bawah
Tehoru/ Basement
walaupun pada peta anomali Bouguer tidak terlihat. kobipolo Malihan
Keadaan ini akan menimbulkan penafsiran yang Gambar 5. Ihtisar kolom stratigrafi dan sejarah tektonik Pulau Seram
agak berbeda dengan hasil interpretasi geologi para (disederhanakan dari Kemp & Mogg. 1992) .
G
ahli terdahulu. Jika dilihat secara keseluruhan pada
peta ini (Gambar 10), terdapat sebuah blok lembah
anomali berbentuk elips dengan arah sumbu relatif Anomali Sisa
barat-timur. Bagian timurnya agak membelok ke Peta anomali sisa yang dipakai adalah hasil moving
selatan yang dibatasi oleh kontur anomali sebesar 0 average pada jendela 9 (Gambar 10). Peta anomali
mgal, yang terlihat sebagai konfigurasi lateral suatu sisa ini mirip dengan peta turunan tegak ke dua (peta
cekungan. Lembah anomali ini ditafsirkan sebagai SVD pada Gambar 9). Maksud pembuatan peta ini
bentuk dari Cekungan Seram yang sedang dibahas. ialah untuk mengetahui gangguan-gangguan
Berdasarkan kisaran nilai anomali gaya berat setempat, dalam hal ini batuan-batuan yang
Bouguer, batuan dasar daerah ini diduga ada dua mempunyai rapat massa tinggi terhadap
macam, yaitu di bagian selatan yang bernilai sekitar sekelilingnya menimbulkan anomali-anomali positif,
40 mgal hingga 180 mgal. Batuan dialasi oleh kerak sedangkan batuan dengan rapat massa rendah
basalan Laut Banda, dan di bagian utara yang menimbulkan anomali negatif. Kelompok anomali
bernilai sekitar 40 mgal hingga -40 mgal batuannya positif di bagian selatan berbentuk bulatan-bulatan
termasuk Cekungan Seram dialasi oleh kerak tidak teratur yang bernilai berkisar 0-18 mgal adalah
granitan Benua Australia. cerminan dari batuan ultrabasa yang tersingkap di
sepanjang garis kelurusan sesar naik. Sementara di
LAUT SERAM
B
Hututu
Sawai
o
3 00’LS
G.Kobipoto
P. S E R A M
Kanikeh BULA
Kohonusim
MASOHI
AMBON A
KETERANGAN :
Aluvial
Batuan Gunungapi Ambon
U
Batuan Seri Seram 4o00’LS
Batuan Seri Australia :
Batuan sedimen flis
0 25 50 km
Batuan ultrabasa
JS
Batuan Malihan
A B Arah pemodelan gayaberat
Gambar 6. Penyebaran litologi Pulau Seram (disederhanakan dari Kemp & Mogg, 1992, Audley-Charles, drr., 1974).
B I
a r II
D
es 40 mgal
S
300
a rI Hututu 280
es
S Sawai a r II 260
-3 S es 240
G.Kabipoto 220
Kanike
BULA 200
P. S E R A M
G
Kohonusim 180
160
40 140
MASOHI
40 120
40 100
-3.5 140 80
60
40 40
140 20
A 0
-20
-40
0 25 50 km
Gambar 7 : Peta anomali Bouguer dan struktur geologi regional Pulau Seram bagian timur dan sekitarnya (interval kontur 20 mgal, AB arah pemodelan
gaya berat, garis putus-putus adalah batas cekungan berdasarkan peta anomali Bouguer). Sumber : Anomali Free Air di laut Bowin, drr.
(1981), Anomali Bouguer di darat Padmawijaya & Setiadi, (2006) dan Nainggolan & Hayat (2006).
A
14
0
-20
-40
JS
0 25 50 km
Gambar 8. Peta anomali regional hasil moving average pada jendela 9 dan struktur regional P. Seram. Garis putus-putus adalah batas cekungan
berdasarkan peta anomali Bouguer.
daratan Pulau Seram, perbedaan nilai anomali tidak aduk antara kerak basal dan kerak granit (2,80 gr/cc)
terlalu tinggi. Hal ini karena kontras rapat massa tersingkap ke permukaan oleh suatu sistem sesar
batuan tidak terlalu signifikan, namun demikian naik, dan diikuti naiknya kerak basalan (2,90 gr/cc)
masih dapat dilihat clossure tinggian-tinggian akibat gaya kompresi yang berlangsung terus. Dalam
anomali yang disebabkan oleh batuan-batuan penentuan rapat massa batuan, terdapat perbedaan
D
Pratersier, seperti di Gunung Kabipoto dan di pantai atau kontras sekitar -0.34 gr/cc antara rapat massa
selatan-timur Pulau Seram. Selain itu, berdasarkan batuan sedimen pengisi Cekungan Bula dan rapat
peta anomali sisa juga dapat ditarik kelurusan- massa batuan yang mengalasi, yaitu batuan kerak
kelurusan struktur geologinya seperti pada elipsoid granitan Benua Australia (2,67 gr/cc) yang dalam
anomali positif dengan panjang gelombang sedang, perhitungan menghasilkan kedalaman cekungan
yang arah sumbunya dapat ditafsirkan sebagai arah sekitar 5500 m (Gambar 11).
G
sumbu lipatan, yaitu arah tenggara-barat laut. Pada model gaya berat sisa, dengan rapat massa
rata-rata latar (background density) sebesar 2,67
Model Bawah Permukaan Gaya berat gr/cc, yaitu berdasarkan rapat massa kerak granitik
yang mengalasi daerah pemodelan dapat dibuat
Pemodelan bawah permukaan sederhana yang
poligon-poligon yang memperlihatkan pemisahan
memperlihatkan konfigurasi batuan dasar dan batuan
antara batuan sediment Pratersier (2,40 gr/cc),
sedimen di dalam cekungan diproses dengan
batuan Tersier, dan batuan Kuarter (2,0 gr/cc,
perangkat lunak khusus dan dikembangkan di Pusat
Gambar 12). Batuan Pratersier yang terlihat pada
Survei Geologi. Rapat massa batuan yang diperlukan
pemodelan kemungkinan adalah sekis dan batu
untuk pemodelan diacu dari Telford drr. (1976). Pada
sabak dari Kompleks Tehoru dan Kompleks Saku,
Gambar 11 konfigurasi model bawah permukaan
sedangkan batuan Tersiernya adalah batuan sedimen
gaya berat Bouguer arah selatan-utara (penampang
flysh Formasi Kanikeh (Tjokrosapoetro drr., 1993).
AB) memperlihatkan bahwa batuan Pratersier (2,3
Di bagian selatan profil pemodelan terlihat sesar-
gr/cc dan 2,35 gr/cc) dan batuan Tersier (2,00 gr/cc)
sesar anjak pada batuan berapat massa tinggi
berada di bagian tengah hingga utara, dan dialasi
(sekitar 2,90 gr/cc) yang diperkirakan merupakan
oleh kerak granitan benua mikro Australia (2,67
gr/cc), sedangkan di bagian selatan batuan campur-
mgal
18
Hututu 16
14
o Sawai 12
-3 G.Kabipoto 10
Kanike
0 Kohonusim BULA
0 8
P. S E R A M 6
0
4
0
MASOHI 2
0
-2
-3o30’ -0.5 -3 -4
2 -6
-8
0
-10
-12
-14
JS
129o 130o 131o
0 25 50 km
Gambar 9. Peta kontur SVD P. Seram dan sekitarnya (interval 1 mgal, garis putus-putus menunjukkan batas cekungan berdasarkan peta anomali
Bouguer).
129o 130o
o
131o mgal
-2 30’
D
B 18
I
a r II 16
s 14
0 Se 0
I 0 12
sa
r Hututu
0 10
Se
0
II
-3 o
Sawai sar 8
0 Se 6
G
0 G.Kabipoto BULA 4
Kanike
Kohonusim 0 2
P. S E R A M
0
U 0
MASOHI D -2
MASOHI -4
0 -6
-3o30’ -8
-10
-12
0 0 -14
0
0
129o 130
o 131o
0 25 50 km
Gambar 10. Peta anomali sisa hasil moving average pada jendela 9 (interval 1 mgal) yang hampir sama dengan peta turunan tegak kedua (SVD) dan peta
struktur geologi P. Seram. Garis AB arah pemodelan, garis putus-putus adalah batas cekungan berdasarkan peta anomali Bouguer.
= Anomali Dihitung
= Anomali Diamati mgal
A
220
180
140
100
B 60
20
-20
-60
10 30 50 70 90 110 130 150
Jarak km Kedalaman km
2 gr/cc -1,0
-3,0
2,9 gr/cc 2,40 gr/cc -5,0
-7,0
-9,0
2,8 gr/cc 2.67 gr/cc
-11,0
-13,0
2,9 gr/cc
Kedalaman km
Laut Banda
ZONA SESAR II Cekungan Seram Laut Seram 1,0
-1,0
-3,0
-5,0
-7,0
-9,0
-11,0
JS
-13,0
KETERANGAN
Gambar 11. Model bawah permukaan arah AB daerah Seram berdasarkan data anomali gaya berat Bouguer.
D
= penampang anomali dihitung mgal
= penampang anomali diamati
18,0
14,0
A 10,0
6,0
2,0
B -2,0
-6,0
-10,0
-14,0
10 30 50 70 90 110 130 150
G
Jarak km
Antiklin Antiklin Kedalaman km
Laut Banda G. Kabipoto Laut Seram
-,50
-1,50
-2,50
-3,50
-4,50
-5,50
KETERANGAN
Air laut (1,04 gr/cc) Batuan sedimen Pratersier (2,30 gr/cc)
Batuan sedimen Karbonat Kuarter (2,00 gr/cc) Batuan Pratersier (2,45 gr/cc)
Batuan sedimen Tersier (2,00 gr/cc) Batuan ofiolit (2,90 gr/cc)
Gambar 12. Penampang geologi bawah permukaan berdasarkan penampang gayaberat sisa arah AB (selatan utara) hasil Moving Average pada jendela 9
Cekungan Bula
1.
2.
3.
4.
JS
5.
A mgal
220
= Anomali Bouguer Dihitung 180
= Anomali Bouguer Diamati 140
100
B 60
20
-20
-60
CEKUNGAN SERAM
D
6.
Acuan
Adkins, J.S., Sutisna, S. dan Untung, M., 1978. A Regional gravity base station network for Indonesia.
Geological Survey of Indonesia, Publikasi Teknik- Seri Geofisika, no. 6, hal. 10 .
Allen, P.A, and Allen, J.R., 1990. Basin Analysis. Prinsiple and application, Blackwell, 451 pp.
Atmawinata, S dan Ratman, N., 1982. Strultur geologi Pulau Yapen dan hubungannya dengan lajur sesar
Sorong, Prosiding PIT XI IAGI, Jakarta.
Audley-Charles, M.G., Carter, D.J. and Barber, A.J., 1974. Stratigraphic basis for the interpretations of the Outer
Banda Arc, Eastern Indonesia, Proc. Indon. Petrol. Assoc., 3rd Ann. Conv., Jakarta, pp. 25-44.
Audley-Charles, M.G., Carter D.J., 1977. Interpretation of a regional seismic line from Missol to Seram.
Implications for regional structure and petroleum exploration. Proc. Indon. Petrol. Assoc., 6th Ann. Conv.,
JS
Jakarta, pp. 3-11.
Argawal, N.P. and Lal Tarkeshhwar, 1971. Application of Rational Approximation in Calculation of the Second
Derivative of the Gravity Field. Geophys., V.36, 3. p, 571-581.
Beaumont, C., 1978. The evolution of sedimentary basin on a viscoclastic lithosphere, theory and examples,
Geophysics J.R., Austr. Soc. V.55, pp. 471-497.
Bowin, C.O., Purdy, G.M., Johnson, C.R., Shor, G., Lawver, L., Hartono, H.M.S. & Jezek, P., 1980. Arc-continent
collision in Banda Sea Region. Am.Assoc.Petrol.Geol.Bull., vol. 64, pp.868-915.
Bowin, C.O., Warsi, C. and Milligan, J., 1981. Free Air Anomali Atlas of the word. Government Printing Office,
D
Washington DC, USA.
Cardwell, K.R. and Isacks, B.L., 1978. Geometry of subducted lithosphere beneath the Banda Sea in Eastern
Indonesia from seismicity and fault plane solutions. J. Geophys. Res., 83. 2825-2838.
Chamalaun, F.H. & Grady, A.E., 1978. The tectonic development of Timor, a new model and its implication for
petroleum exploration. Aust. Petrol. Explor. Assoc. Jour., v.18, pp.102-108.
G
Charlton & Hall, 1994. New biostratigraphic result from the Kolbano area, southern West Timor implication for
the Mesozoic-Tertiary stratigraphy of Timor. Southeast Asia Earth Sci., V.9. pp. 113-122.
de Smet, M.E.M., 1999. On The Origin of The Outer Banda Arc, Tectonics and Sedimentation of Indonesia. Proc.
th
of the Geology of Indonesia Book 50 Ann. Mem. Sem. Authored by R.W. van Bemmmelen, ed.by
H.Darman & F.H. Sidi, 81 pp.
Dickinson, W.R., 1971. Clastic sedimentary sequences deposted in shelf, slope and trough settings between
magmatic arcs and associated trenches : Pacific Geology, v. 3, p. 15-30.
Hamilton, W., 1979. Tectonic of the Indonesia Region. U.S. Geol. Surv. Prof. Paper 1078, 345 hal.
Harris, R., 2003. Geodynamic patterns of ophiolites and marginal basins in the Indonesian and New Guinea
regions. In : Ophiolites in Earth History, Dilek. Y. & Robinson P.T. (eds), Geological Society, London
Special Publications. 218, 481-505.
Heiskanen, W.A. and Vening Meinesz, 1958. The Earth and its Gravity Field. McGraw-Hill, New York.
Katili, J.A., 1980. Geotectonic of Indonesia, a Modern View, with Tjia H.D. comt. Dir. Gen. of Min., Jakarta,
Indonesia.