Anda di halaman 1dari 30

8 Prinsip Etika Dalam Keperawatan

Gustinerz.com | Sebagai seorang perawat/calon perawat tentunya kita harus mengetahui etika dan
hukum dalam profesi kita sebagai landasan kita untuk bekerja memberikan layanan keperawatan
kepada masyarakat sehingga kita dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah
etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu objek etika adalah tingkah laku manusia
(Wikipedia Indonesia)

Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan
keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.

1. Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan
sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak
memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal
terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik
dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien
tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat
menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan
ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan
perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara
tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)
membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian
transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence
walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien
untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia
ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny.
S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada
perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak
mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter
harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat
dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan
masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

MAKALAH KEPERAWATAN KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN DARAH

MAKALAH KEPERAWATAN
KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DAN DARAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan
Di Susun Oleh : Kelompok 1
Anggota : Aditia Rahayu
Dwi Kartika
Fajrin Novitrianto
Irma Cempakawati
Taupik Hidayat
Vera Damayanti

AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN SUMEDANG


PERIODE 2012/2013
Jalan Margamukti Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp. (0261) 203084

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena ijin-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa penyusun panjatkan solawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan seluruh insan manusia
yang dikehendaki-Nya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anafis
dengan judul Makalah etika keperawatan.”KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN DARAH”
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bimbingan yang sangat
membangun. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini yang tidak dapat penyusun sebutkan
satu-persatu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penyusun
mengharapkan adanya saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah
mendatang. Harapan penyusun semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai
pihak. Amin.
Sumedang, 10 maret 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang...............................................................................................
Bab ii pembahasan oksigenasi
A. Pengertian oksigen.........................................................................................
B. Konsep dan prinsip Komunikasi dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.......
C. Konsep dan prinsip norma yang relevan dengan pengkajian.........................
D. pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.........................................
E. masalah kebutuhan oksigenasi.......................................................................
F. tindakan untuk mengatasi masalah oksigenasi...............................................
bab iii pembahasan cairan dan elektrolit
A. pengertian cairan dan elektrolit......................................................................
B. fungsi cairan tubuh........................................................................................
C. distribusi cairan tubuh....................................................................................
D. peungaturan normal cairan keseimbangan cairan dan elektrolit.....................
E. pengaturan cairan tubuh secara endokrin.......................................................
F. factor factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit..........
G. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit...............................................
daftar pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan tugasnya,
komunikasi merupakan suatu proses dalam perawatan untuk menjalankan dan menciptakan
hubungan dengan pasien, komunikasi tampaknya sederhana tetapi untuk menjadikan suatu
komunikasi berguna dan efektif membutuhkan usaha dan keterampilan serta kemampuan dalam
bidang itu. (Arifin, 2002).
Tidak ada persoalan sosial manusia dihadapkan dengan masalah sosial yang
penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang lebih baik, Setiap hari semua orang melakukan
proses komunikasi. Sering kali akibat komunikasi yang tidak tepat terjadi perbedaan pandangan
atau salah paham. Oleh karena itu setiap orang perlu memahami konsep dan proses komunikasi
untuk meningkatkan hubungan antar manusia dan mencegah kesalah pahaman yang mungkin
terjadi, hubungan komunikasi terapeutik antara perawat atau bidan dengan pasien adalah hubungan
kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam
membina hubungan intim yang terapeutik (Utami P, 1998).
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat,
dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam
komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami
klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta proses
komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OKSIGEN
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai
lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan
tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik
dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur
paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa dan unsur paling melimpah di kerak
Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi..
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein,
karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat
pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh
sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh
hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang merupakan bentuk
kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2 kemudian mulai
berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu.[4] Terdapat pula alotrop oksigen
lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi
ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari
asbut.
Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773
dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena
publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine
Lavoisier pada tahun 1777, yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori
flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan distilasi
bertingkat udara cair, dengan munggunakan zeolit untuk memisahkan karbon dioksida dan
nitrogen dari udara, ataupun elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik,
dan tekstil, ia juga digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong
kehidupan pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman.

Tabel Jumlah Oksigen Maksimal Berdasarkan Usia

B. KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN


1. Jelas dan ringkas
Komunikasi harus efektif dan sederhana, terutama apabila klien mengeluh dengan penyakit
yang diderita dalam kebutuhan oksigen, agar lebih mengefesienkan waktu dalam melakukan
tindakan.

2. Humor
Sedikit hiburan akan menenangkan klien serta dapat mengurangi ketegangan dan rasa sakit
saat malakukan tindakan. Misalnya rasa sesak yang di derita dengan rasa tenang aliran nafas pun
akan sedikit normal.

3. Menggunakan kata yang sederhana


Dalam memberikan penjelasan alangkah baiknya informasi yang kita berikan dengan
menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti. Tidak menggunakan istilah yang dapat
menimbulkan kesalahpahaman.

4. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan


Dengan bahasa yang baik dan sopan maka klien akan merasa segan kepada kita, merasa lebih
nyaman dan dapat mengurangi rasa sakit.

5. Menggunakan pakaian yang rapi

6. Penampilan yang menarik dapat merefresh klien dan tidak membuat klien merasa tidak nyaman.

7. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik

8. Untuk panggilan yang baik dan cocok dengan klien, maka klien akan merasa terhormati dan
mencegah rasa ketersinggungan.

9. Intonasi (Nada Suara)


Nada suara yang lembut di dengar akan memberikan rasa nyaman pada pasien, dan membantu
mengurangi rasa tegang dari rasa sakitnya. Sebuah pesan dapat menunjukan antusiasme, perhatian,
permusuhan, atau pengabaian bergantung pada intonasinya

C. KONSEP DAN PRINSIP NORMA YANG RELEVAN DENGAN PENGKAJIAN

1. Menjaga kontak mata


Dengan menjaga kontak mata maka klien akan merasa diperhatikan pada saat memberikan
informasi. Apabila tidak maka klien akan tersinggung dan kepercayaan terhadap perawat pun akan
berkurang.

2. Jangan membelakangi klien


Apabila perawat membelakangi klien maka sanksinya akan mengurangi kenyamanan klien
dalam melakukan tindakan, alangkah baiknya menghadap klien selain untuk menghormati dapat
juga meningkatkan kenyamanan klien.

3. Menjaga privacy klien


Dalam melakukan tindakan apabila dalam diri klien terdapat sesuatu yang dapat
memalukan(aib), maka perawat harus menjaga kerahasiaan klien tersebut. Jangan sampai aib
tersebut sampai diketahui oleh orang lain.

4. Penggunaan Bahasa Tubuh


Penggunaan bahasa tubuh juga dapat berguna dalam tindakan. Misalnya apabila pasien telah
di pasang sungkup muka dan perawat bertanya apakah terasa tidk nyaman atau sakit,Pak? Maka
dengan mengangguk saja itu menandakan jawaban ya atau klien menggeleng kepala itu
menandakan tidak.

D. PENGKAJIAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN


1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit
yang sama.
5. Riwayat soSIAL
a. Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi,
keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapy
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
 Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum.
 Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
 Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

c. Trakhea
 Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
d. Thoraks
e. Postur
 bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke
atas.
f. Bentuk dada
 pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter
antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2. Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya
: Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-
posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan
bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan
tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1. Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau
bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung
ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah
satu sisi.
g. Pola napas
 dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu
pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga
untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah
apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
h. Status sirkulasi
 dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari
100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.

G. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI


 Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat
memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).

 Perubahan Pola Pernapasan


Masalah oksigenasi ini banyak jumlahnya diantaranya :
 Takipnea
 Bradipnea
 Hiperventilasi
 Kussmaul
 Hipoventilasi
 Dll

 Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidu dengan pernapasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidak mampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi, statis
sekresi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident
(CVA), akibat efek pengobatan sedative, dan lain-lain.

 Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas,
baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau immobilisasi akibat sistem saraf; depresi susunan saraf
pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini
menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-
paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2, dan
terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh
menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi
perfusi yang tidak baik.

F. TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI


 Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat
mengurangi stress.
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi (duduk atau telentang)
d. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui hidung dengan
mulut tertutup.
e. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
f. Catat respon yang terjadi
g. Cuci tangan

 Latihan batuk efektif


Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret
atau benda asing.
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
4) Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan pernapasan
diafragma
5) Setelah itu tahan napas selama ± 2 detik
6) Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
7) Tarik napas dengan ringan
8) Istirahat
9) Catat respons yang terjadi
10) Cuci tangan
 Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakana memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga
cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencagah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
• Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
• Nasal kateter, kanula, atau masker
• Vaselin,/lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Cek flowmeter dan humidifier
4) Hidupkan tabung oksigen
5) Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien
6) Berikan oksigen melalui kanula atau maske
7) Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan
dan masukkan
8) Catat pemberian dan lakukan observasi
9) Cuci tangan

 Fisiotrapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan
dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan :
• Pot sputum berisi desinfektan
• Kertas tisu
• Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
• Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja :
• Postural drainage
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Miringkan psien kekiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
4) Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian paru-paru kiri)
5) Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk
membersihkan bagian lobus tengah)
6) Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
7) Observasi tanda vital selama prosedur
8) Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction
10) Lakukan hingga lender bersih
11) Catat respon yang terjadi
12) Cuci tangan

 Clapping
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
4) Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian
hingga ada rangsangan batuk
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot
sputum
6) Lakukan hingga lender bersih
7) Catat respon yang terjadi
8) Cuci tangan

 Vibrating
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4) Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta pasien
untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas bagian samping
depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan.hal tersebut dilakukan secara berkali-
kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di pot sputum
6) Lakukan hingga lendir bersih
7) Catat respon yang terjadi
8) Cuci tangan

 Pengisapan lender
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri
Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalamn napas dan memenuhi kebutuhan
oksegenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2) Kateter pengisap lendir
3) Pinset steril
4) Dua kom berisi laturan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5) Kasa steril
6) Kertas tisu
 Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan diaksanakan
3) Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
4) Gunakan sarung tangan
5) Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6) Hidupkan mesin penghisap
7) Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkna kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades
atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
8) Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9) Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10) Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11) Laukan hingga lendir bersih
12) Catat respon yang terjadi
13) Cuci tangan

BAB III
PEMBAHASAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Cairan adalah larutan/air(pelarut/solvent) dan solute (elektrolit dan non elektrolit)
sedangkan Elektrolit adalah senyawa kimia yang terlarut dalam suatu larutan yang dibentuk oleh
ion-ion.
B. FUNGSI CAIRAN TUBUH
- Pembentuk struktur tubuh
- Sarana transportasi (Nutrisi,hormon,dan protein)
- Sebagai sarana metabolisme sel
- Membantu mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
- Mengatur suhu tubuh
- Memelihara suhu tubuh dengan kulit

C. DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Jumlah cairan tubuh tergantung umur dan jenis kelamin. Pada bayi lebih besar dari pada
orang dewasa. Orang gemuk lebih kurang dari orang kurus dan perempuan lebih kurang dari pada
laki-laki.
1. Total Body Water (TBW)
Pada orang dewasa 60 % dari berat badan dalam kg.
2. Cairan Tubuh dibagi dalam 2 bagian :
A. Cairan Intra seluler
Adalah Cairan dalam semua sel tubuh mengandung 2/3 TBW (40%)
B. Cairan Ekstra seluler
Adalah Cairan yang berada di luar sel tubuh meliputi :
• Interstitial 15 %
• Intra vaskuler 5%
C. Cairan Transeluler
Cairan yang terdapat dalam rongga badan 1-3 % dari berat badan.
D. PENGATURAN NORMAL KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Ketentuan Volume cairan
Kebutuhan cairan tubuh yang normal intake dan output
2. Intake cairan normal
Orang dewasa sehat memasukkan cairan 90% dari intake cairan /harinya (2500 cc)
dari 10% intake cairan di hasilkan dari metabolisme
3. Out Put cairan normal
• Balance cairan dipertahankan karena: paru-paru, kulit, saluran cerna, ginjal menekresikan
sejumlah cairan sama dengan intake cairan total.
• IWL (Insensible water Loss) adalah hilangnya cairan yang tidak dapat dilihat melalui evaporasi
dan respirasi.
-Dewasa : 8-10 cc/kgBB/24 jam
-Anak : 30 cc/kgBB/24 jam
• SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati
-Urine : 1-2 CC/kgBB/24 Jam
-Feases : 100-200 cc/kgBB/24 jam
• Output urine setiap hari hampir sama dengan intake balance cairan individu dapat diperkirakan
dengan membandingkan intake cairan oral dan output urine.
E. PENGATURAN CAIRAN TUBUH SECARA ENDOKRIN
1) Anti Diuretik Hormon
Diproduksi di hypothalamus yang dikeluarkan oleh kelenjar pitutary posterior, bekerja
terhadap tubulus renalis untuk menahan air dan menurunkan urine out put,
2) Aldosteron
Disekresi oleh adrenal kortex bkerja terhadap tubulus renalis untuk reabsorpsi.
3) Parathormon
Dihasilkan oleh kelenjar paratyroid, melancarkan absorpsi Calsium dari tulang.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

1. Umur
Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan luasnya
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik dan berat badan.
2. USIA
Tabel kebutuhan cairan
USIA KEBUTUHAN CAIRAN
ML ML/KGBB
3 hr 250-300 80-100
1 thn 1150-1300 120-135
2 thn 1350-1500 115-125
4 thn 1600-1800 100-110
10 thn 2000-2500 70-85
18 thn 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30

3. Temperatur Lingkungan
4. Stress
5. Penyakit
6. Lemak dalam tubuh
7. Nutrisi

G. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


a. Overhydrasi
Disebut juga oedam, terjadi karena kelebihan cairan pada interstitial sebagai
akibat dari beberapa gangguan sirkulasi cairan tubu seperti infeksi dan kongesti paru.
b. Dehidrasi
Terjadi apabila total output cairan melebihi intake bisa di akibatkan : muntah dan diare serta
luka bakar.macam-macam dehidrasi
c. Dehidrasi Isotonis
Adalah dehidrasi dimana adanya kekurangan pada cairan extraseluler.
d. Dehidrasi Hipertonik
Adalah kekurangan banyak cairan yang melebihi kekurangan elektrolit dimana Air keluar dari
sel ke ECF.
e. Dehidrasi Hypotonik
Adalah kebanyakan air dalam tubuh, tanpa peningkatan elektrolit sehingga air masuk ke
dalam sel menyebabkan sel bengkak.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai
lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Oksigen sangat penting
bagi manusia untuk hidup dan melakukan aktivitas, tak hanya oksigen yang kita perlukan tetapi
cairan dan elektrolit yang ada di dalam tubuh kita juga harus kita jaga agar tidak terjadinya
gangguan pada tubuh kita.
B. Saran
Jagalah lingkungan kita agar kita bias menghirup oksigen yang bagus dan segar, dan jangan
lupa jaga kondisi cairan yang ada di tubuh kita agar tetap seimbang juga dalam komnikasi dalam
melakukan tindakan keperawatan perlu diperhatikan.
Diposkan oleh CUPLIKAN ILMU KECIL di 05.29
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
2.4 Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan Darah
a. Tahap pengkajian kebutuhan cairan, elektrolit dan darah diantaranya :
1. Riwayat keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi jumlah asupan
cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parental, atau entral. Jumlah
pengeluaran dapat diukur melalui jum l a h ukuran fese, muntah, atau
pengeluaran lainnya.
2. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit, seperti,
intrugment, kardiovaskuler, sistem penglihatan, dan system.
3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit.

b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan,
abnormalitas nilai darah arteri
2. Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidakseimbangan elektrolit
3. Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare,kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
4. Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan kardiak
output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
5. Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
7. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

c. Perencanaan
Rencana tindakan yang diibuat perawat merupakan media komunikasi antar petugas
kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat di evaluasi atau
dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya.Model komunikasi ini memungkinkan
pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkeseimbangan ,terukur dan efektif.
Rencana tindakan dibuat untuk mengatasi etiologi atau penyebab terjadnya masalah.
Kegagalan dalam menentukan etiologi degan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan tujuan
tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan tindakan.

d. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :
1. Atur intake cairan dan elektrolit
2. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan memperhatikan
: jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
e. Evaluasi/Kriteria hasil
Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah
tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil
yang positif bagi klien, bagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya.
Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan yang dapat
diungkapkan klien secara verbal maupun non verbal. Pada tahap ini juga mamberi kesempatan
bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan.
Kriteria hasil meliputi :
1. intake dan output dalam batas keseimbangan
2. Elektrolit serum dalam batas normal
3. Vital sign dalam batas normal.
A. Pengertian Komponen Darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.1[1]
Komponen darah :
a. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta mempengaruhi
sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana kekuning-kuningan yang
didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen.
Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
b. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu, erythos yang
berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Sel darah merah memerlukan protein karena
strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet
seimbang zat besi.2[2] Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian
juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka
keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang
melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih seperti
donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm,
eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia.
Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah lainnya.
Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trilliun sel darah merah atau
setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa,
jumlah sel darah merah per miliketer kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit diproduksi
dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan
yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah merah yang
baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit
per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal.
Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai doping. Saat sebelum
dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan
retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.

2. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun jumlah sel darah
putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat
6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti
(nukleus).3[3] Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus
dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap
(ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
3. Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling kecil,
bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam sumsum merah
yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000
butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan apabila
kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan 8 hari. 4[4]

B. Fungsi Komponen Darah


Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian
padat darah).
c. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan
sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa metabolisme dari
sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
1. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik.
2. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibody.
3. Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.
Skema susunan darah manusia, disebutkan bahwa plasma darah terdiri atas serum dan
fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas, fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi
dalam proses pembekuan darah, sedangkan serum adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum
berfungsi sebagai penghasil zat antibodi yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang
masuk ke dalam tubuh kita.
d. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Eritrosit merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah
biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi
oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin
melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa
kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%.

2. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap
(ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
a. Leukosit Bergranula (Granulosit)
1. Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya bersifat
netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan.
Neutrofil bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula
bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri
berkembang biak serta menghancurkannya.
2. Eosinofil
Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%. Eosinofil
akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat
asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin. Eosinofil
memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk memerangi bakteri, mengatur
pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
3. Basofil
Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar 1%.
Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan
berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil mengandung zat
kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.
b. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
1. Limfosit
Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya hampir bundar dan
terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah putih
adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentuk
antibodi.
2. Monosit
Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat
panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.

3. Keping Darah (Trombosit)


Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika trombosit
menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya trombosit akan
menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase
dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah
protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin
atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera membentuk anyaman untuk menutup luka
sehingga darah tidak keluar lagi.5[5]

C. Kelainan Komponen Darah


Komponen darah dalam tubuh manusia dalam menjalankan tugasnya terkadang mengalami
gangguan yang dapat menghambat kinerja komponen itu sendiri. Berikut adalah beberapa
gangguan dari komponen darah :
1. Eritrosit
a. Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat
pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.Polisitemia adalah suatu
kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah. Ada dua
jenis utama polisitemia: polisitemia vera dan polisitemia sekunder. Penyebab, gejala, dan
perawatan dari dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat
mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di
sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang, seperti tulang paha.
Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah baru dibuat untuk
menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak
normal karena berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-
kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.

b. Anemia
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin protein
pembawa oksigen dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
• Menurunnya kualitas serta kuantitas hemoglobin sel darah merah karena kekurangan zat besi (Fe).
• Kerusakan sel darah merah.
• Adanya zat-zat penghambat penyerapan zat besi, seperti asam fitat, asam oksalat dan tannin.
• Gangguan-gangguan secara fisik.
• Kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh.

2. Leukosit
a. Leukimia
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari
sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang
akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak.
Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60%
anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukimia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon yang
abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan
pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.

b. Leukopenia
Leukopenia adalah penyakit sekunder yang merupakan suatu keadaan penurunan jumlah
sel darah, dimana terjadi bila total leukosit pada pembuluh darah peripheral turun di bawah angka
minimum normal untuk setiap spesies-spesies tertentu. Jumlah normal leukosit pada anjing adalah
6,0–17,0 x 10³ sel/mm³. Keadaan penurunan sel darah ini merupakan kejadian yang umum
menyertai berbagai macam penyakit pada hewan peliharaan. Penyebabnya pun bisa bermacam
macam, bisa virus, maupun karena bakteri.

3. Trombosit
a. Trombositosis
Trombositosis adalah gangguan di mana tubuh memproduksi terlalu banyak platelet
(trombosit), yang memainkan peranan penting dalam pembekuan darah. Kelainan ini disebut
trombositosis reaktif ketika disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, misalnya infeksi.
Trombositosis juga dapat disebabkan oleh penyakit darah dan sumsum tulang. Bila
disebabkan oleh gangguan sumsum tulang, trombositosis disebut trombositosis otonom, primer,
esensial trombositosis, atau esensial trombositemia.
Trombositosis reaktif jarang menyebabkan gejala. Tanda dan gejala yang timbul seringkali
berhubungan dengan kondisi yang mendasarinya. Jika gejala trombositosis reaktif memang terjadi,
mereka mungkin termasuk :
 Sakit kepala
 Pusing
 Nyeri dada
 Rasa lemah
 Pingsan
 Perubahan pandangan/visi mata (sementara)
 Mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki

b. Trombositopenia
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit yang merupakan bagian dari
pembekuan darah.Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar antara
150.000-450000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari kira-kira 1/3dari jumlah trombosit di dalam
sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan
jumlah trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000-450000sel trombosit per hari. Jika
jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya
gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurangdari 10.000/mL.
Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi akibat penurunan
reproduksi trombosit, seperti pada anemia aplastik, mielofibrosis,terapi radiasi atau leukimia,
peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ; toksisitas obat,atau koagulasi
intravaskuler, diseminasi distribusi abnormal atau sekuestrasi pada limpa,atau trombositopenia
dilusional setelah hemoragi atau tranfusi sel darah merah.
c. Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu
faktor pembekuan darah. Hemofilia terdiri dari 2 jenis dan seringkali disebut dengan “The Royal
Diseases” atau penyakit kerajaan. Untuk kewaspadaan medis, penderita hemofilia harus mengenak
gelang atau kalung penanda hemofilia.
Hemolia adalah penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui
kromosom X. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang
nyeri dan menahun. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya
mempunyai satu kromosom X. Sedangkan perempuan umumnya menjadi pembawa sifat (carrier).
Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah dengan wanita
carrier hemofilia.

Anda mungkin juga menyukai