Gustinerz.com | Sebagai seorang perawat/calon perawat tentunya kita harus mengetahui etika dan
hukum dalam profesi kita sebagai landasan kita untuk bekerja memberikan layanan keperawatan
kepada masyarakat sehingga kita dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah
etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu objek etika adalah tingkah laku manusia
(Wikipedia Indonesia)
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan
keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.
1. Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan
sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak
memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal
terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik
dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien
tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat
menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan
ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan
perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara
tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)
membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian
transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence
walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien
untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia
ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny.
S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada
perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak
mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter
harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat
dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan
masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
MAKALAH KEPERAWATAN
KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DAN DARAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan
Di Susun Oleh : Kelompok 1
Anggota : Aditia Rahayu
Dwi Kartika
Fajrin Novitrianto
Irma Cempakawati
Taupik Hidayat
Vera Damayanti
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena ijin-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa penyusun panjatkan solawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan seluruh insan manusia
yang dikehendaki-Nya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anafis
dengan judul Makalah etika keperawatan.”KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN DARAH”
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bimbingan yang sangat
membangun. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini yang tidak dapat penyusun sebutkan
satu-persatu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penyusun
mengharapkan adanya saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah
mendatang. Harapan penyusun semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai
pihak. Amin.
Sumedang, 10 maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang...............................................................................................
Bab ii pembahasan oksigenasi
A. Pengertian oksigen.........................................................................................
B. Konsep dan prinsip Komunikasi dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.......
C. Konsep dan prinsip norma yang relevan dengan pengkajian.........................
D. pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.........................................
E. masalah kebutuhan oksigenasi.......................................................................
F. tindakan untuk mengatasi masalah oksigenasi...............................................
bab iii pembahasan cairan dan elektrolit
A. pengertian cairan dan elektrolit......................................................................
B. fungsi cairan tubuh........................................................................................
C. distribusi cairan tubuh....................................................................................
D. peungaturan normal cairan keseimbangan cairan dan elektrolit.....................
E. pengaturan cairan tubuh secara endokrin.......................................................
F. factor factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit..........
G. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit...............................................
daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan tugasnya,
komunikasi merupakan suatu proses dalam perawatan untuk menjalankan dan menciptakan
hubungan dengan pasien, komunikasi tampaknya sederhana tetapi untuk menjadikan suatu
komunikasi berguna dan efektif membutuhkan usaha dan keterampilan serta kemampuan dalam
bidang itu. (Arifin, 2002).
Tidak ada persoalan sosial manusia dihadapkan dengan masalah sosial yang
penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang lebih baik, Setiap hari semua orang melakukan
proses komunikasi. Sering kali akibat komunikasi yang tidak tepat terjadi perbedaan pandangan
atau salah paham. Oleh karena itu setiap orang perlu memahami konsep dan proses komunikasi
untuk meningkatkan hubungan antar manusia dan mencegah kesalah pahaman yang mungkin
terjadi, hubungan komunikasi terapeutik antara perawat atau bidan dengan pasien adalah hubungan
kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam
membina hubungan intim yang terapeutik (Utami P, 1998).
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat,
dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam
komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami
klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta proses
komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN OKSIGEN
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai
lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan
tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik
dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur
paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa dan unsur paling melimpah di kerak
Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi..
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein,
karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat
pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh
sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh
hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang merupakan bentuk
kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2 kemudian mulai
berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu.[4] Terdapat pula alotrop oksigen
lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi
ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari
asbut.
Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773
dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena
publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine
Lavoisier pada tahun 1777, yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori
flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan distilasi
bertingkat udara cair, dengan munggunakan zeolit untuk memisahkan karbon dioksida dan
nitrogen dari udara, ataupun elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik,
dan tekstil, ia juga digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong
kehidupan pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman.
2. Humor
Sedikit hiburan akan menenangkan klien serta dapat mengurangi ketegangan dan rasa sakit
saat malakukan tindakan. Misalnya rasa sesak yang di derita dengan rasa tenang aliran nafas pun
akan sedikit normal.
6. Penampilan yang menarik dapat merefresh klien dan tidak membuat klien merasa tidak nyaman.
8. Untuk panggilan yang baik dan cocok dengan klien, maka klien akan merasa terhormati dan
mencegah rasa ketersinggungan.
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
d. Thoraks
e. Postur
bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke
atas.
f. Bentuk dada
pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter
antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2. Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya
: Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-
posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan
bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan
tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1. Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau
bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung
ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah
satu sisi.
g. Pola napas
dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu
pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga
untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah
apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
h. Status sirkulasi
dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari
100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas,
baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau immobilisasi akibat sistem saraf; depresi susunan saraf
pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini
menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-
paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2, dan
terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh
menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi
perfusi yang tidak baik.
Fisiotrapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan
dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan :
• Pot sputum berisi desinfektan
• Kertas tisu
• Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
• Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja :
• Postural drainage
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Miringkan psien kekiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
4) Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian paru-paru kiri)
5) Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk
membersihkan bagian lobus tengah)
6) Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
7) Observasi tanda vital selama prosedur
8) Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction
10) Lakukan hingga lender bersih
11) Catat respon yang terjadi
12) Cuci tangan
Clapping
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
4) Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian
hingga ada rangsangan batuk
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot
sputum
6) Lakukan hingga lender bersih
7) Catat respon yang terjadi
8) Cuci tangan
Vibrating
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4) Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta pasien
untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas bagian samping
depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan.hal tersebut dilakukan secara berkali-
kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di pot sputum
6) Lakukan hingga lendir bersih
7) Catat respon yang terjadi
8) Cuci tangan
Pengisapan lender
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri
Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalamn napas dan memenuhi kebutuhan
oksegenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2) Kateter pengisap lendir
3) Pinset steril
4) Dua kom berisi laturan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5) Kasa steril
6) Kertas tisu
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan diaksanakan
3) Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
4) Gunakan sarung tangan
5) Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6) Hidupkan mesin penghisap
7) Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkna kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades
atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
8) Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9) Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10) Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11) Laukan hingga lendir bersih
12) Catat respon yang terjadi
13) Cuci tangan
BAB III
PEMBAHASAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Umur
Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan luasnya
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik dan berat badan.
2. USIA
Tabel kebutuhan cairan
USIA KEBUTUHAN CAIRAN
ML ML/KGBB
3 hr 250-300 80-100
1 thn 1150-1300 120-135
2 thn 1350-1500 115-125
4 thn 1600-1800 100-110
10 thn 2000-2500 70-85
18 thn 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
3. Temperatur Lingkungan
4. Stress
5. Penyakit
6. Lemak dalam tubuh
7. Nutrisi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai
lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Oksigen sangat penting
bagi manusia untuk hidup dan melakukan aktivitas, tak hanya oksigen yang kita perlukan tetapi
cairan dan elektrolit yang ada di dalam tubuh kita juga harus kita jaga agar tidak terjadinya
gangguan pada tubuh kita.
B. Saran
Jagalah lingkungan kita agar kita bias menghirup oksigen yang bagus dan segar, dan jangan
lupa jaga kondisi cairan yang ada di tubuh kita agar tetap seimbang juga dalam komnikasi dalam
melakukan tindakan keperawatan perlu diperhatikan.
Diposkan oleh CUPLIKAN ILMU KECIL di 05.29
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
2.4 Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan Darah
a. Tahap pengkajian kebutuhan cairan, elektrolit dan darah diantaranya :
1. Riwayat keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi jumlah asupan
cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parental, atau entral. Jumlah
pengeluaran dapat diukur melalui jum l a h ukuran fese, muntah, atau
pengeluaran lainnya.
2. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit, seperti,
intrugment, kardiovaskuler, sistem penglihatan, dan system.
3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan,
abnormalitas nilai darah arteri
2. Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidakseimbangan elektrolit
3. Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare,kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
4. Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan kardiak
output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
5. Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
7. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
c. Perencanaan
Rencana tindakan yang diibuat perawat merupakan media komunikasi antar petugas
kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat di evaluasi atau
dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya.Model komunikasi ini memungkinkan
pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkeseimbangan ,terukur dan efektif.
Rencana tindakan dibuat untuk mengatasi etiologi atau penyebab terjadnya masalah.
Kegagalan dalam menentukan etiologi degan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan tujuan
tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan tindakan.
d. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :
1. Atur intake cairan dan elektrolit
2. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan memperhatikan
: jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
e. Evaluasi/Kriteria hasil
Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah
tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil
yang positif bagi klien, bagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya.
Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan yang dapat
diungkapkan klien secara verbal maupun non verbal. Pada tahap ini juga mamberi kesempatan
bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan.
Kriteria hasil meliputi :
1. intake dan output dalam batas keseimbangan
2. Elektrolit serum dalam batas normal
3. Vital sign dalam batas normal.
A. Pengertian Komponen Darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.1[1]
Komponen darah :
a. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta mempengaruhi
sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana kekuning-kuningan yang
didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen.
Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
b. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu, erythos yang
berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Sel darah merah memerlukan protein karena
strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet
seimbang zat besi.2[2] Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian
juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka
keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang
melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih seperti
donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm,
eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia.
Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah lainnya.
Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trilliun sel darah merah atau
setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa,
jumlah sel darah merah per miliketer kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit diproduksi
dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan
yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah merah yang
baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit
per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal.
Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai doping. Saat sebelum
dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan
retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.
b. Anemia
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin protein
pembawa oksigen dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
• Menurunnya kualitas serta kuantitas hemoglobin sel darah merah karena kekurangan zat besi (Fe).
• Kerusakan sel darah merah.
• Adanya zat-zat penghambat penyerapan zat besi, seperti asam fitat, asam oksalat dan tannin.
• Gangguan-gangguan secara fisik.
• Kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh.
2. Leukosit
a. Leukimia
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari
sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang
akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak.
Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60%
anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukimia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon yang
abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan
pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.
b. Leukopenia
Leukopenia adalah penyakit sekunder yang merupakan suatu keadaan penurunan jumlah
sel darah, dimana terjadi bila total leukosit pada pembuluh darah peripheral turun di bawah angka
minimum normal untuk setiap spesies-spesies tertentu. Jumlah normal leukosit pada anjing adalah
6,0–17,0 x 10³ sel/mm³. Keadaan penurunan sel darah ini merupakan kejadian yang umum
menyertai berbagai macam penyakit pada hewan peliharaan. Penyebabnya pun bisa bermacam
macam, bisa virus, maupun karena bakteri.
3. Trombosit
a. Trombositosis
Trombositosis adalah gangguan di mana tubuh memproduksi terlalu banyak platelet
(trombosit), yang memainkan peranan penting dalam pembekuan darah. Kelainan ini disebut
trombositosis reaktif ketika disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, misalnya infeksi.
Trombositosis juga dapat disebabkan oleh penyakit darah dan sumsum tulang. Bila
disebabkan oleh gangguan sumsum tulang, trombositosis disebut trombositosis otonom, primer,
esensial trombositosis, atau esensial trombositemia.
Trombositosis reaktif jarang menyebabkan gejala. Tanda dan gejala yang timbul seringkali
berhubungan dengan kondisi yang mendasarinya. Jika gejala trombositosis reaktif memang terjadi,
mereka mungkin termasuk :
Sakit kepala
Pusing
Nyeri dada
Rasa lemah
Pingsan
Perubahan pandangan/visi mata (sementara)
Mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki
b. Trombositopenia
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit yang merupakan bagian dari
pembekuan darah.Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar antara
150.000-450000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari kira-kira 1/3dari jumlah trombosit di dalam
sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan
jumlah trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000-450000sel trombosit per hari. Jika
jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya
gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurangdari 10.000/mL.
Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi akibat penurunan
reproduksi trombosit, seperti pada anemia aplastik, mielofibrosis,terapi radiasi atau leukimia,
peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ; toksisitas obat,atau koagulasi
intravaskuler, diseminasi distribusi abnormal atau sekuestrasi pada limpa,atau trombositopenia
dilusional setelah hemoragi atau tranfusi sel darah merah.
c. Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu
faktor pembekuan darah. Hemofilia terdiri dari 2 jenis dan seringkali disebut dengan “The Royal
Diseases” atau penyakit kerajaan. Untuk kewaspadaan medis, penderita hemofilia harus mengenak
gelang atau kalung penanda hemofilia.
Hemolia adalah penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui
kromosom X. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang
nyeri dan menahun. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya
mempunyai satu kromosom X. Sedangkan perempuan umumnya menjadi pembawa sifat (carrier).
Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah dengan wanita
carrier hemofilia.