Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENATALAKSANAAN PASIEN FRAKTUR DI RUMAH

Pokok Bahasan : Fraktur


Sub pokok bahasan : Penatalaksanaan Fraktur
Sasaran : Masyarakat di sekitar Puskesmas Nanggalo Padang
Waktu : 45 menit
Hari/Tanggal : Sabtu, 22 April 2017
Tempat : Aula Puskesmas Nanggalo Padang

A. LATAR BELAKANG
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Smeltzer, 2001 : 2357). Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual
kepada integritas seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis
yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan
subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun
non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat
kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian
nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan
kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999). Dislokasi adalah terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya
saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya
kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi
yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul
(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri.Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-
ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi
lagi.
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi

1
masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu
lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan
terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali
menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Jumlah penderita mengalami fraktur
di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun.
Penanganan segera pada pasien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah
dengan pembidaian. Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan
lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Maka dari itu penulis tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang
penatalaksanaan fraktur.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang penatalaksanaan pasien fraktur di
rumah, masyarakat mampu mengetahui , memahami dan mengaplikasikan di
rumah.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang penatalaksanaan pasien fraktur di rumah
diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan
pasien fraktur di rumah :
a. Mampu menyebutkan dan menjelaskan tentang pengertian fraktur
b. Mampu menyebutkan dan menjelaskan tentang penyebab fraktur
c. Menjelaskan tentang tanda dan gejala fraktur
d. Mampu menyebutkan dan menjelaskan akibat lanjut fraktur
e. Menjelaskan dan mengaplikasikan penatalaksanaan fraktur di rumah

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Sasaran
Masyarakat di Puskesmas Nanggalo Padang
b. Metoda
 Ceramah
 Diskusi dan Tanya jawab

2
 demonstrasi
c. Media
 Microfon
 LCD
 Leaflet
 Laptop
 Papan
 Kassa/kain
d. Waktu dan tempat
Hari/Tanggal : Sabtu/ 22 April 2017
Waktu : 45 menit (09.00 – 09.45 WIB)
Tempat : Aula Puskesmas Nanggalo Padang
e. Pengorganisasian
Moderator : Ferdina Siska
Presenter : Nofvilsa Efrida
Observer : Yuni Elisa
Fasilitator : Riska Fadilah, Anggi Pramudya, Rizka Azilla Azzhari.

f. Setting Tempat

: Moderator : Observer

: Presenter : Peserta
: Fasilitator

3
D. URAIAN TUGAS
1) Moderator
 Membuka acara
 Memperkenalkan anggota
 Menjelaskan tujuan dan topik
 Menjelaskan tata tertib penyuluhan
 Menjelaskan kontrak waktu
 Menetapkan bahasa
 Meminta peserta untuk memberikan pertanyaan dan penjelasan yang
tidak dipahami
 Memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh peserta
 Menyimpulkan dan melakukan evaluasi penyuluhan
 Mengatur jalannya acara
 Menutup acara

2) Presenter
 Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan disajikan
 Menyampaikan materi penyuluhan yang telah disiapkan
 Memberikan reinforcement positif terhadap peserta tentang
pendapatnya
 Menjawab pertanyaan dari peserta

3) Fasilitator
 Memotifasi peserta agar berperan aktif
 Membuat absensi penyuluhan
 Membagikan leaflet pada setiap peserta
 Mengatisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan

4) Observer
 Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
 Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan

4
E. KEGIATAN PENYULUHAN
No Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan  Moderator mengucapkan  Menjawab salam
(5 menit) salam
 Moderator  Mendengar dan
memperkenalkan diri dan memperhatikan
anggota serta pembimbing
 Moderator menjelaskan  Mendengar dan
tentang topic penyuluhan memperhatikan

 Moderator membuat  Memperhatikan dan


kontrak waktu dan bahasa mengkaji

 Moderator menjelaskan  Mendengar dan


tujuan penyuluhan memperhatikan
 Moderator  Memperhatikan
mempersilahkan presenter
untuk menyampaikan
materi
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan  Menggali pengetahuan  Mengemukakan
(20 menit) audience tentang Pendapat
pengertian fraktur
 Memberikan  Memperhatikan
reinforcement positif atas
tanggapan audience
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
pengertian fraktur memperhatikan
 Menggali pengetahuan  Mengemukakan
audience tentang penyebab pendapat
fraktur
 Memberikan  Memperhatikan
reinfoicement positif atas

5
tanggapan audience
 Menjelaskan penyebab  Mendengarkan dan
fraktur memperhatikan
 Menggali pengetahuan  Mengemukakan
audience tentang tanda dan pendapat
gejala fraktur
 Memberikan  Memperhatikan
reinfoicement positif atas
tanggapan audience
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
tanda dan gejala fraktur Memperhatikan
 Menggali pengetahuan  Mengemukakan
audience tentang akibat pendapat
lanjut fraktur

 Memberikan  Memperhatikan
reinforcement positif atas
jawaban audience
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan,
akibat lanjut fraktur Memperhatikan dan
mempraktekan
 Mendemostrasikan cara  Mendengarkan dan
penatalaksanaan fraktur memperhatikan
dengan pembidaian
 Mengulang kembali  mengikuti
penatalaksanaan fraktur
dengan pembidaian
bersama masyarakat
3. Penutup  Memberikan kesempatan  Bertanya
(5 menit) kepada peserta untuk
bertanya
 Mempersilahkan anggota  Mendengarkan dan
untuk menjawab memperhatikan

6
pertanyaan dari peserta
 Mengevaluasi materi yang  Menjawab
telah diberikan pertanyaan
 Menyimpulkan materi  Mendengarkan dan
memperhatikan
 Menutup dan  Menjawab salam
mengucapkan salam

F. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
 Penyuluhan dan peserta dapat hadir sesuai dengan rencana
 Diharapkan pengaturan alat dan tempat sesuai dengan perencanaan
 Diharapkan waktu sesuai dengan perencanaan
 Diharapkan tempat dan alat yang digunakan sesuai perencanaan.

2. Evaluasi proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
 Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
 Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi

3. Evaluasi hasil
 70% lansia yang hadir mampu menyebutkan pengertian fraktur
 70% lansia yang hadir mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab dari fraktur
 70% lansia yang hadir mampu menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala dari
fraktur
 70% lansia yang hadir mampu menyebutkan 3 dari 5 akibat lanjut dari
fraktur
 70% masyarakat yang hadir mampu mendemonstrasikan penatalaksanaan
fraktur dengan pembidaian

G. MATERI : LAMPIRAN

7
MATERI
1. Defenisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.
Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).

Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan,
terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).

2. Penyebab Fraktur
a. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini
disebut dengan fraktur patologis.
d. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.

8
3. Tanda Dan Gejala Fraktur
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci
sebagai berikut:

a) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya
tulang tempat melekatnya otot.
c) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling
melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cedera.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru
tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling
terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan
pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah
tersebut.

4. Akibat Jika Fraktur Tidak Mendapatkan Penanganan Dengan Baik


- Tulang tidak tersambung
- Infeksi pada tulang yang terbuka
- Sambungan pada posisi yang tidak benar

9
5. Penatalaksanaan Fraktur
1. Jika memungkinkan, segera panggil dokter.
2. Cegah kerusakan lebih lanjut dengan memakaikan bidai pada bagian tubuh yang
tulangnya patah sebelum berusaha memindahkan si korban.
3. Si korban harus tetap dalam keadaan hangat dan nyaman demi menghindarkan
shock.
4. Jika terjadi pendarahan seperti pada fraktur terbuka, tekanlah dengan keras
pembuluh-pembuluh darah yang sedang mengeluarkan darah, dengan
memakaikan pembalut (kain) atau kain kasa yang bersih. Ada baiknya
menerapkan langkah tourniquet. Gunting atau lepaskanlah pakaian si korban yang
menutupi/mengganggu pandangan si penolong pada bagian tubuh yang patah.
5. Jika si penolong melihat adanya tulang yang menonjol keluar dari kulit, tutupilah
dengan kain kasa (boleh kain lainnya) yang bersih dan pakaikan sebuah bidai.
Anggota badan sebaiknya tetap pada posisi sewaktu fraktur terjadi. Untuk
perawatan selanjutnya, serahkan saja kepada dokter atau rumah sakit.
6. Jika merasa ragu apakah ada fraktur atau tidak, sebaiknya ambil aman saja,
pakaikanlah sebuah bidai seperti halnya pada kejadian fraktur. Fungsi pemakaian
bidai ini adalah untuk menahan patahan tulang supaya persendian yang didekatnya
tidak dapat bergerak. Menggerakkan anggota tubuh yang patah bisa menyebabkan
kerusakan yang lebih serius.

- Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.


Macam- macam bidai :
1. Bidai Lunak :
misal : selimut, bantal,pembalut, gendongan
2. Bidai Keras :
misal : papan, besi, majalah
3. Bidai Traksi :
misal : bidai traksi Hare, Tridon

Tujuan Pembidaian :
1) Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan
fragmen tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.

10
2) Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula
spinalis,syaraf perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung
fragmen tulang.
3) Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup
jadi terbuka).
4) Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen
tulang pada pembuluh darah.
5) Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.
6) Mencegah patah tertutup menjadi patah terbuka

Cara melakukan pembidaian :


Jika tidak didapati kayu atau bahan keras lainnya yang pas untuk dijadikan bidai.
Pakaikan apa saja yang mudah didapat seperti kain tebal yang keras (dilipat), bantal,
selimut (dilipat), majalah atau juga koran yang dilipat. Cabang-cabang pohon,
payung, tongkat, logam, gagang sapu, atau apa saja yang memungkinkan bisa
dijadikan bidai. Yang terpenting, pastikan bidai tersebut kuat menahan bagian tubuh
yang patah dari pergerakan.

Jika yang patah adalah bagian punggung, cari papan yang lebar agar si penolong dapat
membawanya ke rumah sakit dengan selamat. Taruh papan itu disamping si korban
dan gulingkan perlahan-lahan ke atas papan. Berhati-hatilah dalam memindahkannya
dan jangan sampai membengkokkan punggungnya. Sesudah itu, si korban bisa segera
di bawa ke rumah sakit.

11
Prosedur :
1. Periksa bagaimana kondisi daerah yang mengalami fraktur
2. Orang1 mengangkat daerah yang akan dipasang bidai
3. Orang 2 meletakkan bidai melewati dua persendian anggota gerak
4. Orang 1 mempertahankan posisi, sementara orang 2 mengikat bidai
5. Mengikat tidak boleh terlalu kencang ataupun terlalu kendor
6. Jika fraktur terbuka atau fraktur dengan luka, rawat luka terlebih dahulu
dan tutup luka dengan kassa steril
7. Bawa pasien segera ke rumah sakit

12
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William. F. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. EGC : Jakarta
Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Aesculapius

13

Anda mungkin juga menyukai