Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Oman

Umur : 58 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

Alamat : Kuningan

Tanggal masuk : 6 Januari 2014


II. ANAMNESA

Keluhan Utama

Benjolan yang tidak dapat masuk kembali dikantung zakar sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang ke IGD RSUD 45 dengan keluhan adanya benjolan yang tidak


dapat masuk kembali di kantung zakar sebelah kanan sejak ± 1 hari SMRS.
Benjolan tersebut sebesar bola kasti, awalnya benjolan sebesar kelereng yang
timbul sejak 1 tahun yang lalu dan dapat keluar masuk / hilang timbul. Benjolan
timbul pada saat Os beraktivitas atau bekerja, mengedan dan benjolan hilang
apabila Os berbaring. Os mengatakan benjolan tersebut sejak ± 1 minggu ini
benjolan tersebut dapat dimasukkan dengan tangan lalu 1 hari ini benjolan tidak
dapat masuk walaupun di dorong dengan tangan.

Os mengeluhkan pada benjolan tersebut terasa nyeri yang dirasakan os sejak


1 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri juga dirasakan Os
tiba-tiba pada saat os sedang beraktivitas. Os mengatakan nyeri tersebut tidak
menjalar dan nyeri terasa memberat pada saat Os berjalan, berdiri dan agak
berkurang pada saat Os berbaring.

Os mengatakan bahwa keluhan tersebut tidak disertai dengan gejala mual ( -


), gejala muntah ( - ), demam ( - ). Os mengatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari
SMRS, riwayat BAB berdarah, BAB seperti kotoran kambing, diare lama
disangkal Os. Os mengaku BAK nya lancar, tidak perlu menunggu lama, tidak
harus mengedan, pancaran kencing Os kuat dan terarah. Os mengaku bahwa Os
tidak memiliki riwayat trauma sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi, asma, dan penyakit

jantung.
Riwayat Penyakit Keluarga
Os tidak tahu apakah pada keluarganya terdapat keluhan penyakit seperti
ini.

Riwayat Kebiasaan
Os menceritakan bahwa Os seorang buruh bangunan dan sering mengangkat
beban berat seperti semen, pasir, atau batu dengan berat ± 30-50 kg. Hal ini
dilakukan os hampir setiap hari selama ± 10 tahun terakhir.

Riwayat Pengobatan
Os menceritakan bahwa keluhan yang dialami Os sekarang ini belum pernah
diobati sebelumnya.

Riwayat Alergi Obat


Os mengaku bahwa Os tidak memiliki riwayat alergi obat.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Kesadaran umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

A. Tanda Vital
 Tekanan darah : 110/50 mmHg
 Pulse : 72 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,7 ‘C

B. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Kepala-leher

Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor

Leher : Pembesaran KGB (-)

b. Thorax

Inspeksi : Bentuk dada simetris fusiform

Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus +/+

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, suara tambahan (-)

c. Abdomen

Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), Scar (-)

Auskultasi : BU (+) normal

Palpasi : Defans muskular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba, ginjal tidak teraba

Perkusi : Thympani.

d. Ekstremitas

Atas : deformitas -/-, edema -/-, akral hangat

Bawah : deformitas -/-, edema -/-, akral hangat

Status Lokalis

Regio Sakrotalis Dextra ( Posisi berbaring )

Inspeksi : Terlihat benjolan dengan ukuran sebesar bola kasti, berwarna


kemerahan
Palpasi : Teraba benjolan ukuran 10 x 10 x 8 cm, konsistensi lunak,
permukaan rata, nyeri (+)

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Transluminasi : (-)

Resume :

Os datang keluhan adanya benjolan yang tidak dapat masuk kembali di


kantung zakar sebelah kanan sejak ± 1 hari SMRS. Benjolan tersebut sebesar bola
kasti, awalnya benjolan sebesar kelereng yang timbul sejak 1 tahun yang lalu dan
dapat keluar masuk. Benjolan timbul pada saat Os beraktivitas atau bekerja,
mengedan dan benjolan hilang apabila Os berbaring. Benjolan tersebut sejak ± 1
minggu ini benjolan tersebut dapat dimasukkan dengan tangan lalu 1 hari ini
benjolan tidak dapat masuk walaupun di dorong dengan tangan.

Benjolan tersebut terasa nyeri (+) sejak 1 hari SMRS, seperti tertusuk-tusuk,
tiba-tiba, tidak menjalar dan nyeri terasa memberat pada saat Os berjalan, berdiri
dan agak berkurang pada saat Os berbaring.

Os mengatakan bahwa keluhan tersebut tidak disertai dengan gejala mual ( -


), gejala muntah ( - ), demam ( - ). Os mengatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari
SMRS, riwayat BAB berdarah, BAB seperti kotoran kambing, diare lama
disangkal Os. Os mengaku BAK nya lancar. Os mengaku bahwa Os tidak
memiliki riwayat trauma sebelumnya.

Riwayat Kebiasaan
Os menceritakan bahwa Os seorang buruh bangunan dan sering mengangkat
beban berat seperti semen, pasir, atau batu dengan berat ± 30-50 kg. Hal ini
dilakukan os hampir setiap hari selama ± 10 tahun terakhir.

Status Lokalis

Regio Sakrotalis Dextra ( Posisi berbaring )

Inspeksi : Terlihat benjolan dengan ukuran sebesar bola kasti, berwarna


kemerahan

Palpasi : Teraba benjolan ukuran 10 x 10 x 8 cm, konsistensi lunak,


permukaan rata, nyeri (+)

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Transluminasi : (-)

IV. USULAN PEMERIKSAAN


- Laboratorium darah lengkap

Hasil pemeriksaan darah rutin

 Hb : 13,5 gr/dl
 Leukosit : 9000
 Trombosit : 255.000
 Hematokrit : 25,1 %
V. DIAGNOSA BANDING
 Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Inkarserata
 Hidrokel komunikans Dekstra

VI. DIAGNOSA KERJA

Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Inkarserata

VII. PENATALAKSANAAN
 Operatif : Hernioraphy dengan metode Bassini plasty

 Medikamentosa

IVFD: Aminofluid 30 gtt/menit

Cefotaxim 2x1 ampul

Kalnex 3x1 ampul

Kaltropen 3x1 ampul

 Edukatif post operatif : bed rest total, puasa sampai bising usus

terdengar, hindari faktor resiko.

VIII. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad fungsionam : ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut tentang hernia
ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen.
Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya kanal
yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis
sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica
inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) terjadi disebabkan kelainan kongenital
meskipun ada yang didapat.

Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti
abdomen dan toraks atau ke dalam bagian dari suatu rongga – yang demikian
disebut hernia internal. Hernia yang paling sering adalah yang eksternal dari
dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut yang normalnya tidak dapat dilewati.
B. ANATOMI
C. EPIDEMIOLOGI HERNIA
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria,
97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1%
sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi
pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus.
Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris
dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding
tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt,
segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.

D. ETIOLOGI HERNIA
1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada


neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka,
sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis
belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen. Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus
vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi
anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi
insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal
terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus
inguinalis yang cukup besar.

Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %.


Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 %
dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan
dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi
prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi,
mempunyai kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada
usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira
2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari insidens tersebut
mendekati 10 %.

2. Peninggian tekanan intraabdomen

Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk


kronik, hipertropi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai
hernia inguinalis.

Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin


karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan
intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan
penunjang2. Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-
abdominal yang tiba-tiba dan kuat seperti waktu mengangkat barang
yang sangat berat, mendorong, batuk, atau mengejan dengan kuat
pada waktu miksi atau defekasi.

3. Kelemahan otot dinding perut karena usia


Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turur kendur. Pada keadaan itu tekanan
intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih
vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup
sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi.
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan terjadinya hernia terbagi atas :
a. Hernia Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :

Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu


masuknya testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis
inguinalis, sehingga terjadi penarikan peritoneum ke daerah
scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei). Pada
bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut
tidak dapa masuk melalui kanal.

Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus
(tidak mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia
inguinalis lateralis kongenital.

b. Hernia Akuisita
- Terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh
darah femoralis.

- Terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,


seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
2. Berdasarkan letaknya hernia dibagi atas :
Hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering) dan hernia
epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).
Gambar 1. Hernia Berdasarkan Letaknya

3. Berdasarkan sifatnya hernia dibagi atas :


a. Hernia Reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk tetapi kantungnya menetap.
Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila
disokong gaya gravitasi atau tekanan intraabdominal yang
meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia Ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.
c. Hernia Obstruksi atau Hernia Inkarserata
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup.
Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi
terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan
terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah
masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah
’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang
ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia
ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan
inkarserata.

d. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis
selanjutnya adalah oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan
jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut ; dan
sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi
perdarahan vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan
pembengkakan akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya
mengalami iskemi dan nekrosis.

F. PATOFISIOLOGI

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati
dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk
bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria, testis awalnya retroperitoneal
dan dengan processus vaginalis, testis akan turun melewati canalis inguinalis ke
scrotum disebabkan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis
angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis.
Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis
lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan
tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya
processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia
ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.

Proses Terjadinya Hernia Inginalis Lateralis


G. FAKTOR RESIKO
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk kronis – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau
ganas, kehamilan, lemak tubuh.

H. GEJALA KLINIS

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya
benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin,
atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

I. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya
benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin,
atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium
atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul
kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
atau gangren.

2. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.

Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia


inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang
kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan
dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.

Dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu
jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis,
dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba
seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi,


atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan
adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis


skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk
membedakannya.
Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :

Gambar 4. Hernia Inguinalis

1. Hernia inguinalis lateralis

Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang
langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe
lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat.
Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar
annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher
yang sempit. Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami
komplikasi strangulata

2. Hernia inguinalis medialis (direk)


Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui
trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui
kanlis inguinalis dan tidak ke scrotum.

Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan


intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia
inguinalis medialis memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan
penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi
inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi).
Lebih sering pada pria usia tua.

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,


secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke
skrotum.

Gambar 5. Trigonum hasselbach

J.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:

- Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.


- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
2. Pemeriksaan Radiologis
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat
paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan
testis.
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi,
yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous
Reduction of Hernia En Masse.Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara
spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe
pembagian reduction of hernia en masse :
1.Retropubic
2.Intra abdominal
3.Pre peritoneal
4.Pre peritoneal locule

K. PENATALAKSANAAN HERNIA
Penanganan DI IGD

- Mengurangi hernia.
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
- Menurunkan tegangan otot abdomen.
- Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap
hernia inguinalis.
- Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
- Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral
(seperti kaki kodok)
- Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan
- Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks
akan menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.
- Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaan
- Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat
dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.7

Konsul bedah jika :


- Reduksi hernia yang tidak berhasil
-Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk

Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada beberapa kontraindikasi .


Penanganan ini untuk semua pasien tanpa memandang umur inkarserasi dan
strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi
kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat
dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih baik apabila
dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat
tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
Karena kemungkinan terjadinya inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada
hernia maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk
mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul
dielevasikan dan di beri analgetik dan obat sedasi untuk relaksasikan otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan
tidak ada gejala strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan
usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus dilakukan secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-
Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan operasi elektif karena angka
mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan operasi cito.

1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,
anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan
harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena
merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih
mengancam
2. Operatif
-Anak-anak  Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi
dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral

-Dewasa  Herniorrhaphy :
Perawatan kantung hernia dan isi hernia

 Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson,


Halsted / Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair),
Shouldice, Tension free herniorrhaphy)
 Berliner repair
 The Lichtenstein repair
 The Wilkinson Technique
 Abrahamson Nylon Darn Repair
 Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
 Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV
 Rutkow Mesh-plug hernioplasty
 Rives Prosthetic Mesh Repair
 Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac

L. KOMPLIKASI

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi
kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala
klinis.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi
parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi


hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin
bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis
dan hernia akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah
usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga
peritonitis.

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan


gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan
gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat
hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal.

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan


kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses
local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh
penanganan segera.
DAFTAR PUSTAKA

1. Henry MM, Thompson JN . 2005, Principles of Surgery, 2nd edition.


Elsevier Saunders
2. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6.
Jakarta : EGC
3. Widjaja.H. Anatomi abdomen. 2007.Jakarta: EGC
4. Sabiston. Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua. 2002. Jakarta
:EGC

Anda mungkin juga menyukai